BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum

SKRIPSI PERENCANAAN SISTEM INSTALASI TENAGA LISTRIK PADA GEDUNG DINAS TEKNIS - KUNINGAN

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL). b. Letak titik sumber (pembangkit) dengan titik beban tidak selalu berdekatan.

BAB II DISTRIBUSI ENERGI LISTRIK

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK

BAB III KEBUTUHAN GENSET

BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB III LANDASAN TEORI

KOMPONEN INSTALASI LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE

STANDAR KONSTRUKSI GARDU DISTRIBUSI DAN KUBIKEL TM 20 KV

BAB II SISTEM TENAGA LISTRIK TEGANGAN RENDAH

BAB IV HASIL PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III DASAR TEORI.

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta

SKRIPSI PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK PADA GEDUNG TALAVERA SUITE JAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

DTG1I1. Bengkel Instalasi Catu Daya dan Perangkat Pendukung KWH METER DAN ACPDB. By Dwi Andi Nurmantris

SOAL DAN PEMBAHASAN. : SMK Negeri Nusawungu. KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik : Siswanta, S.

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TUGAS AKHIR EVALUASI PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK PADA BANGUNAN KANTOR 25 LANTAI. Diajukan guna melengkapi sebagian syarat

LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive)

BAB III PENGASUTAN MOTOR INDUKSI

BAB II PRINSIP DASAR TRANSFORMATOR

PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI DAN DESAIN SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Kelompok 7 : 1. Herianto A S Purba 2. Winner 3. Elman

BAB IV JATUH TEGANGAN PADA PANEL DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali

MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru. Oleh :

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

Peralatan Instalasi Listrik Rumah Tangga dan Fungsinya

ANALISA PERHITUNGAN SUSUT TEKNIS DENGAN PENDEKATAN KURVA BEBAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN KOTA

Bahan Listrik. Bahan penghantar padat

BAB III TEORI DASAR. 3.2.Sistem Distribusi.

1 BAB I PENDAHULUAN. mungkin memiliki keseimbangan antara sistem pembangkitan dan beban, sehingga

Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP

BAB III KRITERIA PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK

Protection on Electrical Power System. Hasbullah Bandung, Juni 2008

BAB IV ANALISA RENCANA SISTEM DISTRIBUSI DAN SISTEM PEMBUMIAN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

DASAR KONTROL KONVENSIONAL KONTAKTOR

PROPOSAL INSTALASI PERUMAHAN. MERANCANG INSTALASI LISTRIK BANGUNAN SEDERHANA (Rumah Tinggal, Sekolah dan Rumah Ibadah)

REKONSTRUKSI PANEL DISTRIBUSI DAYA LISTRIK PP-IB LABORATURIUM INSTALASI LISTRIK POLBAN MENURUT STANDAR SNI PUIL 2000

PEMELIHARAAN PENTANAHAN PADA PENTANAHAN ABSTRAK

SISTEM PROTEKSI RELAY

BAB III SISTEM KELISTRIKAN DI GEDUNG PT.STRA GRAPHIA TBK

BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI

BAB II TRANSFORMATOR. magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA

BAB II PEMBAHASAN. Makin besar suatu sistem kelistrikan, maka makin besar pula peralatan proteksi

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

CONTOH SOAL TEORI KEJURUAN KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROSEDUR PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI TRAFO

BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon

Pemasangan Komponen PHB Terdapat beberapa macam pemasangan dalam pemasangan komponen PHB yaitu :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. perencana (arsitek, struktur & MEP) dan tim pelaksana (lapangan). Tim perencanaan

BAB II LANDASAN TEORI

A. SALURAN TRANSMISI. Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan

Bab V JARINGAN DISTRIBUSI

5 Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POWER SWITCHING PADA AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DALAM MENJAGA KEANDALAN POWER SUPPLY YANG DICATU DARI PLN DAN GENSET

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Perencanaan instalasi listrik membutuhkan analisis yang terus-menerus dan komprehensip untuk menilai keberhasilan sistem dan untuk menentukan kefektifan dalam pengembangan sistem. Sebelum merencanakan suatu instalasi listrik harus dilakukan penilaian dan survei lokasi. Perencanaan instalasi listrik harus pula berdasarkan persyaratan dasar yang telah ditentukan dan memperhitungkan serta memenuhi proteksi untuk keselamatan manusia atau penghuni gedung dan keamanan gedung serta peralatan-peralatan listrik didalamnya dari bahaya dan kerusakan yang bisa ditimbulkan oleh penggunaan instalasi listrik secara wajar. Secara umum diketahui bahwa resiko utama pada instalasi listrik adalah akibat arus kejut dan suhu berlebihan yang sangat mungkin mengakibatkan kebakaran bahkan dapat mengakibatkan kerusakan peralatan pada instalasi listrik. Oleh karena itu semenjak dini pra-perancangan instalasi listrik pada gedung baru harus dilengkapi proteksi dari kejut listrik, proteksi dari efek termal, proteksi dari arus lebih yang diakibatkan petir, proteksi dari tegangan kurang, pemisah dan penyaklaran. Tindakan dapat diterapkan pada seluruh instalasi atau pada subbagian instalasi yang dianggap perlu dengan mempertimbangkan biaya serendah mungkin dan menjamin tingkat keselamatan serta mutu instalasi pada gedung. 5

6 2.2 Syarat syarat Perencanaan Jaringan Instalasi Listrik Ada tiga syarat-syarat utama perencanaan jaringan instalasi listrik yang harus dipenuhi untuk kriteria yang baik antara lain : 2.2.1 Flexibilitas Jaringan harus memberi kemungkinan untuk penambahan beban, tetapi harus dalam batas ekonomis. Dengan demikian jika suatu saat ada tambahan beban yang wajar maka tidak perlu dilakukan perombakan instalasi secara total, cadangan beban yang berlebihan adalah tidak ekonomis dan merupakan pemborosan. 2.2.2 Kepercayaan Jaringan instalasi harus dapat diandalkan dan dapat dipercaya, sebab pembebanan oleh peralatan listrik sering tidak dapat dikontrol. Hal yang perlu diperhatikan adalah kualitas bahan-bahan instalasi, kegagalan-kegagalan peralatan harus dapat diketahui secara dini agar tidak terjadi kecelakaan. 2.2.3 Keamanan Jaringan instalasi harus dirancang sesuai Peraturan Nasional yang berlaku seperti Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL). Peralatan-peralatan instalasi listrik harus mudah dijangkau dan bebas dari hambatan atau halangan fisik. 2.3 Pertimbangan Perencanaan Kelistrikan 2.3.1 Keperluan Mendatang Engineering yang baik menghendaki bahwa kemungkinan pertumbuhan beban diwaktu mendatang perlu dipertimbangkan dalam perencanan tenaga listrik.

7 Hal ini biasanya tersedia dalam bentuk daya cadangan pada perencanaan yang ada, atau berupa pertimbangan daya dan kemampuan pada sistem. Pertumbuhan beban biasanya tidak merata diberbagai daerah dan hal ini perlu diperhitungkan. 2.3.2 Faktor Ekonomi Perlu menentukan pilihan dari kemungkinan-kemungkinan perkembangan yang ada didasarkan pada perbandingan biaya keseluruhan dari suatu periode waktu tertentu, misalnya modal, pemeliharaan, kerugian-kerugian sistem dengan nilai sistem sekarang. Seberapa jauhkah kapasitas sekarang masih mencukupi untuk masa mendatang, merupakan masalah ekonomi: biaya daya cadangan yang besar sampai tiba waktunya daya itu diperlukan, atau menggantikan satuan-satuan kecil dengan yang lebih besar pada saatnya. Ukuran-ukuran standar dari peralatan yang dipakai dengan sendirinya perlu diperhatikan. Pertimbangan ekonomis merupakan kriteria utama untuk menentukan jaringan distribusi. 2.3.3 Unjuk Kerja di Waktu Lalu Data mengenai unjuk kerja diwaktu lalu, seperti beban sistem keseluruhan, beban subsistem. Dan lain sebagainya dapat dipakai sebagai dasar untuk estimasi pertumbuhan yang diperlukan. Variasi dari periode ke periode dapat menunjukan kecenderungan-kecenderungan dari pertumbuhan. Dan masing-masing daerah memiliki ciri-ciri tersendiri dari kecenderungan pertumbuhan. 2.3.4 Untuk Kerja di Waktu Mendatang Untuk mendapat gambaran mengenai apa yang dapat terjadi diwaktu mendatang, akan bermanfaat melihat kebelakang selama satu atau dua generasi.

8 Alat-alat listrik yang dipakai didalam gedung dapat disusun dalam suatu daftar dari alat-alat pemakaian tenaga listrik, dan untuk memperkirakan apa yang dapat berkembang dimasa mendatang. Penggunaan yang meluas dari alat pendingin alat-alat elektronik dan komputer juga berpengaruh pada beban, diversivitas, koinsidensi, faktor daya dan faktor ultilisasi. Serta juga memerlukan pengaturan tegangan dengan batas-batas yang lebih tajam. 2.4 Distribusi Sistem Tenaga Listrik Pengertian dari Sistem Tenaga Listrik adalah suatu sistem yang berfungsi membangkitkan, mentransmisikan dan mendistribusikan energi listrik dari pusat pembangkit menuju konsumen. Secara umum sistem tenaga listrik dapat dikatakan terdiri dari tiga bagian utama, yaitu : a. pembangkit tenaga listrik, b. penyaluran tenaga listrik dan c. distribusi tenaga listrik. Sistem tenaga listrik modern merupakan sistem yang komplek yang terdiri dari pusat pembangkit, saluran transmisi dan jaringan distribusi yang berfungsi untuk menyalurkan daya dari pusat pembangkit ke pusat-pusat beban. Untuk memenuhi tujuan operasi sistem tenaga listrik, ketiga bagian yaitu pembangkit, penyaluran dan distribusi tersebut satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan seperti terlihat pada gambar 2.1 dibawah ini :

9 Gambar 2.1 Diagram Sistem Tenaga Listrik Apabila saluran transmisi menyalurkan tenaga listrik bertegangan tinggi ke pusat-pusat beban dalam jumlah besar, maka saluran distribusi berfungsi membangkitkan tenaga listrik tersebut kepada pihak pemakai melalui saluran tegangan rendah. Generator sinkron di pusat pembangkit biasanya menghasilkan tenaga listrik dengan tegangan antara 6 20 kv yang kemudian, dengan bantuan transformator, tegangan tersebut dinaikkan menjadi 150-500 kv. Saluran transmisi tegangan tinggi (STTT) menyalurkan tenaga listrik menuju pusat penerima, disini tegangan diturunkan menjadi tegangan - tegangan sub transmisi 70 kv. Selanjutnya dari tegangan sub transmisi melalui Saluran transmisi tegangan menengah (STTM) dan gardu distribusi (GD), tenaga listrik yang diterima kemudian dilepaskan menuju trafo distribusi (TD) dalam bentuk tegangan menengah 20 kv. Melalui trafo distribusi yang tersebar di berbagai pusat beban, tegangan distribusi primer ini diturunkan menjadi tegangan rendah 220/380 V yang akhirnya diterima konsumen. Pada gambar 2.2 dibawah ini, ditunjukkan gambar STTM atau JTM (Jaringan Tegangan Menengah), SDTR atau JTR (Jaringan Tegangan Rendah) dan Sambungan Rumah ke Pelanggan.

10 Gambar 2.2 Jaringan Tegangan Menengah (JTM), Jaringan Tegangan Rendah (JTR) dan Sambungan Rumah ke Pelanggan Sistem distribusi tenaga listrik untuk beban memiliki kondisi dan persyaratan-persyaratan tertentu, maka sarana penyampaiannya pun dikehendaki memenuhi persyaratan tertentu pula. Kondisi dan persyaratan yang dimaksudkan antara lain: a. Setiap peralatan listrik dirancang memiliki rating tegangan, frekuensi dan daya nominal tertentu. b. Letak titik sumber (pembangkit) dengan titik beban tidak selalu berdekatan. c. Pada pengoperasian peralatan listrik perlu dijamin keamanan bagi peralatan, bagi manusia pengguna dan bagi lingkungannya. Dalam upaya antisipasi ketiga hal tersebut, maka untuk sistem penyaluran tenaga listrik dituntut beberapa kriteria yaitu:

11 a. Diperlukan saluran daya (tenaga) yang efektif, ekonomis dan efisien. b. Diperlukan tersedianya daya (tenaga) listrik dengan kapasitas yang cukup (memenuhi), tegangan dan frekuensi yang stabil pada harga nominal tertentu, sesuai dengan desain peralatan. Singkatnya diperlukan penyediaan daya dengan kualitas yang baik. c. Diperlukan sistem pengaman yang baik, sesuai dengan persyaratan pengaman (cepat kerja, peka, efektif, andal dan ekonomis). 2.5 Tujuan Operasi Sistem Tenaga Listrik Dalam mencapai tujuan dari operasi sistem tenaga listrik maka perlu diperhatikan tiga hal berikut ini, yaitu : a. Ekonomi (economy) Ekonomi (economy) berarti listrik harus dioperasikan secara ekonomis, tetapi dengan tetap memperhatikan keandalan dan kualitasnya. b. Keandalan (security), Keandalan (security) merupakan tingkat keamanan sistem terhadap kemungkinan terjadinya gangguan. c. Kualitas (quality). Kualitas (quality) tenaga listrik yang diukur dengan kualitas tegangan dan frekuensi yang dijaga sedemikian rupa sehingga tetap pada kisaran yang ditetapkan. Sebagai gambaran dari tujuan operasi sistem tenaga listrik dapat dilihat seperti pada gambar 2.3. dibawah ini :

12 Gambar 2.3 Tujuan Operasi Sistem Tenaga Listrik 2.6 Komponen Sistem Instalasi 2.6.1 Gardu Distribusi Gardu Distribusi berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari tegangan sistem ke tegangan distribusi, dan letaknya berada dekat pusat-pusat beban. Pada setiap proyek, lingkup pekerjaan listrik biasanya dibatasi sampai dengan gardu distribusi. Sebagai gambaran contoh gardu distribusi dapat dilihat seperti pada gambar 2.4 dibawah ini : Gambar 2.4 Gardu Distribusi

13 2.6.2 Transformator Distribusi Transformator atau transformer atau trafo adalah suatu alat listrik yang dapat mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet. Transformator bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Tegangan masukan bolak-balik yang membentangi primer menimbulkan fluks magnet yang idealnya semua bersambung dengan lilitan sekunder. Fluks bolak-balik ini menginduksikan GGL dalam lilitan sekunder. Jika efisiensi sempurna, semua daya pada lilitan primer akan dilimpahkan ke lilitan sekunder. Pada umumnya transformator dibedakan menjadi 2 yaitu : a. Transformator step up adalah transformator yang memiliki lilitan sekunder lebih banyak dari pada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penaik tegangan. Transformator ini biasa ditemui pada pembangkit tenaga listrik sebagai penaik tegangan yang dihasilkan generator menjadi tegangan tinggi yang digunakan dalam transmisi jarak jauh. b. Transformator step down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit dari pada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penurun tegangan. Transformator jenis ini sangat mudah ditemui, terutama dalam adaptor AC-DC. Transformator yang digunakan untuk menurunkan tegangan dari JTR / SDTR (Saluran Distribusi Tegangan Rendah) ke pelanggan disebut transformator distribusi seperti terlihat pada gambar 2.5 dibawah ini :

14 Gambar 2.5 Transformator Distribusi pada Jaringan SDTR Untuk instalasi sistem tenaga listrik setelah PDTM (Panel Distribusi Tegangan Menengah) biasanya digunakan transformator step down, seperti terlihat pada gambar 2.6 dibawah ini : Outgoing Incoming Gambar 2.6 Transformator step down

15 2.6.3 Panel Distribusi Panel Distribusi pada bangunan kantor terdiri dari: 1. PDTM (Panel Distribusi Tegangan Menengah) 2. PDTR (Panel Distribusi Tegangan Rendah) 3. SDB (Sub Distribution Board) atau Sub Panel Distribusi 4. DB (Distribution Board) atau Panel Distribusi 5. Panel Khusus seperti Panel Elektronik, Panel AC, Panel Gondola, Panel Lift, Panel Tangga Kebakaran (emergensi), Panel Pompa, Panel Penerangan Luar, Panel STP, dan lain-lain. 2.6.3.1 PDTM (Panel Distribusi Tegangan Menengah) PDTM (Panel Distribusi Tegangan Menengah) adalah panel switching tegangan menengah yang berfungsi sebagi switcher dan pengendali daya Tegangan Menengah disisi pengguna. Komponen utama yang perlu diperhatikan pada PDTM antara lain : a. Main CB/LBS MV b. Fuse c. Peralatan proteksi Ditiap cubicle biasanya dilengkapi dengan sistem yang biasanya dikenal dengan protection, metering dan monitoring. Komponen ini adalah instrument transformator tegangan dan trafo arus, relai proteksi, alat ukur tegangan dan arus, relai tegangan dan lampu tanda. Jumlah cubicle pada PDTM minimal 1 cubicle incoming dan 1 cubicle outgoing, terkadang ada pula 2 cubicle outgoing atau

16 lebih. Pada gambar 2.7 dibawah ini, ditunjukkan PDTM yang terpasang pada proyek Dinas Teknis - Kuningan. Gambar 2.7 PDTM (Panel Distribusi Tegangan Menengah) 2.6.3.2 PDTR (Panel Distribusi Tegangan Rendah) PUTR (Panel Distribusi Tegangan Rendah) digunakan sebagai switcher tegangan rendah ke masing-masing sub-panel di sisi beban dari hasil keluaran transformator step down. Biasanya pada PDTR dipasang ATS (automatic transfer swicth) yang digunakan secara otomatis untuk memindahkan supply dari PLN ke Genset atau sebaliknya, dimana pengkabelan yang dilakukan dari PDTR ke PKG (Panel Kontrol Genset). Pada PDTR juga dipasang Capasitor Bank, yang digunakan untuk memperbaiki nilai cos φ. Pada gambar 2.8 dibawah ini, merupakan gambar PDTR pada proyek Gedung Dinas Teknis - Kuningan.

17 Gambar 2.8 PDTR (Panel Distribusi Tegangan Rendah) 2.6.3.3 Sub Panel Distribusi dan Panel Distribusi Sub Panel Distribusi dan Panel Distribusi adalah Sub Panel yang ditempatkan untuk melayani pembagian beban pada Panel Distribusi. SDB ini bertujuan untuk mempermudah maintenance jika ada kerusakan, jadi tidak perlu mematikan lantai lain jika ada masalah pada kelistrikan di lantai tersebut. Panel Distribusi adalah Panel yang ditempatkan per lantai untuk melayani pembagian beban pada lantai tersebut. Penempatan Panel Distribusi biasanya ditempatkan pada ruang panel per lantai. Dari Panel Distribusi lantai inilah baru dibagi ke beban yang akan dilayani. Pada gambar 2.9 dan 2.10 dibawah ini, ditunjukkan contoh gambar Sub Panel Distribusi dan Panel Distribusi.

18 Gambar 2.9 Sub Panel Distribusi Gambar 2.10 Panel Distribusi

19 2.6.3.4 Panel Khusus Panel Khusus adalah Panel-panel yang khusus digunakan sebagai pusat pembagi untuk pekerjaan penunjang di kantor diluar pekerjaan elektrikal. Adapun fungsi-fungsi panel tersebut diantaranya adalah : a. Panel Elektronik : Panel yang mengatur daya untuk pekerjaan Elektronik seperti Fire Alarm, Tata Suara, CCTV, MATV, Telepon dan Data. b. Panel AC : Panel yang mengatur daya untuk pekerjaan AC c. Panel Gondola : Panel yang mengatur daya untuk pekerjaan Gondola. d. Panel Lift : Panel yang mengatur daya untuk pekerjaan Lift. e. Panel Tangga Kebakaran (emergensi) : Panel yang mengatur daya untuk Tangga Kebakaran, apabila terjadi kebakaran dimana panel ini akan menghidupkan Pressurized fan pada saat kebakaran. f. Panel Pompa : Panel yang mengatur daya untuk pekerjaan Mekanikal seperti Pompa pompa pekerjaan Plumbing dan Pemadam Kebakaran. g. Panel Penerangan Luar : Panel yang mengatur daya untuk Penerangan di Luar Gedung. 2.7 Komponen Instalasi dan Proteksi dalam Panel 2.8.1. Komponen Panel Panel distribusi terdiri atas komponen yang pada umumnya sama untuk semua jenis panel distribusi. Komponen-komponen tersebut adalah: 1. Busbar Busbar adalah batang konduktor yang terbuat dari aluminium atau tembaga berbentuk persegi panjang. Fungsi busbar adalah untuk

20 mempermudah wiring didalam panel dengan mengelompokkan masingmasing fasa kedalam batang busbar. Menurut standar PUIL, pengelompokkan warna busbar adalah sebagai berikut: a. Warna merah untuk fase R b. Warna kuning untuk fase S c Warna hitam untuk fase T d. Warna biru untuk fase N 2. Pengaman Salah satu faktor teknis yang perlu diperhatikan dalam penyediaan penyaluran daya listrik adalah kualitas daya. Faktor ini meliputi stabilitas tegangan, kontinuitas pelayanan, keandalan pengaman, kapasitas daya yang sesuai kebutuhan dan lain sebagainya. Dalam hal keandalan pengaman, tidak berarti penyediaan daya yang baik adalah yang tidak mengalami gangguan. Sebaliknya pengaman yang baik adalah yang langsung merespon atau trip ketika terjadi gangguan. Jenis gangguan yang paling sering terjadi dalam keadaan sistem berjalan normal adalah gangguan arus lebih atau beban lebih. Jenis gangguan lain yang sering terjadi adalah gangguan arus hubung sungkat atau short circuit. 3. Sekering (Fuse) Sekering atau fuse berfungsi untuk mengamankan sistem instalasi dari kemungkinan terjadinya arus hubung singkat atau beban lebih. Fuse bekerja berdasarkan besar arus yang melewatinya, jika besar arus yang

21 lewat melebihi kemampuan fuse maka fuse akan putus atau bagian dalam fuse yang menghubungkan kedua terminal langsung lebur atau meleleh. Untuk membedakan dari Circuit Breaker, sekering atau fuse memiliki ciri spesifikasi sebagai berikut: a. Bekerja langsung apabila batasan arus dalam rangkaian terlewati. b. Tidak mampu menghubungkan kembali rangkaian secara otomatis setelah terjadi gangguan. c. Bekerja pada fase tunggal. 4. Metering Metering pada umumnya terdapat pada panel-panel untuk mengetahui tegangan kerja dari sistem yang ditangani oleh suatu panel dan berapa arus yang dibutuhkan beban dari sistem tersebut. Metering yang biasa terdapat dalam panel adalah voltmeter dan amperemeter. 5. Circuit Breaker (CB) Fungsi dari circuit breaker adalah untuk memutuskan atau menghubungkan rangkaian pada saat berbeban atau tidak berbeban serta akan membuka apabila terjadi gangguan arus lebih atau arus hubung singkat. Circuit breaker dapat berfungsi sebagai saklar dalam kondisi normal maupun tidak, serta dapat memutus arus lebih dan arus hubung singkat. Circuit breaker dapat dipasang untuk dua tujuan dasar yaitu: a. Berfungsi selama kondisi pengoperasian normal, yaitu untuk menghubungkan maupun memutus rangkaian dalam keadaan

22 berbeban. Dengan tujuan untuk pengoperasian dan perawatan rangkaian maupun beban. b. Bekerja dalam kondisi operasional yang tidak normal, misalnya terjadi arus lebih atau arus hubung singkat. Arus lebih dan arus hubung singkat dapat merusak peralatan dan instalasi suplai daya jika dibiarkan mengalir didalam rangkaian dalam kondisi yang cukup lama. Jenis circuit breaker yang banyak digunakan untuk perlengkapan instalasi listrik yaitu: a. MCB (Miniature Circuit Breaker) Singkatan MCB adalah Mini Circuit Breaker yang memiliki fungsi sebagai alat pengaman arus lebih. MCB ini memproteksi arus lebih yang disebabkan terjadinya beban lebih dan arus lebih karena adanya hubungan pendek. Dengan demikian prinsip dasar bekerjanya yaitu untuk pemutusan hubungan yang disebabkan beban lebih dengan relai arus lebih seketika digunakan elektromagnet. Gambar 2.11 Miniature Circuit Breaker (MCB) merek schneider

23 b. MCCB (Moulded Case Circuit Breaker) Singkatan MCCB adalah Moulded Case Circuit Breaker. MCCB merupakan salah satu alat pengaman yang dalam proses operasinya mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pengaman dan sebagai alat untuk penghubung. Jika dilihat dari segi pengaman, maka MCCB dapat berfungsi sebagai pengaman gangguan arus hubung singkat dan arus beban lebih. Pada jenis tertentu pengaman ini, mempunyai kemampuan pemutusan yang dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan. Gambar 2.12 Moulded Case Circuit Breaker (MCCB) merek schneider c. ACB (Air Circuit Breaker) Singkatan ACB adalah Air Circuit Breaker. ACB merupakan jenis circuit breaker dengan sarana pemadam busur api berupa udara. ACB dapat digunakan pada tegangan rendah dan tegangan menengah. Udara pada tekanan ruang atmosfer digunakan sebagai peredam busur api yang timbul akibat proses switching maupun gangguan. Pada gambar 2.10 merupakan contoh dari MCB, MCCB dan ACB yang biasa dipakai.

24 Gambar 2.13 Air Circuit Breaker (ACB) merek schneider 6. Kontaktor Kontaktor yaitu peralatan listrik yang bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Pada kontaktor terdapat sebuah belitan yang mana bila dialiri arus listrik akan timbul medan magnet pada inti besinya, yang akan membuat kontaknya tertarik oleh gaya magnet yang timbul tadi. Kontak bantu NO (Normally Open) akan menutup dan kontak bantu NC (Normally Close) akan membuka. Kontak pada kontaktor terdiri dari kontak utama dan kontak bantu, kontak utama digunakan untuk rangkaian daya sedangkan kontak bantu digunakan untuk rangkaian kontrol. Didalam suatu kontaktor elektromagnetik terdapat kumparan utama yang terdapat pada inti besi. Kumparan hubung singkat berfungsi sebagai peredam getaran saat kedua inti besi saling melekat. Apabila kumparan utama dialiri arus, maka akan timbul medan magnet pada inti besi yang akan menarik inti besi dari kumparan hubung singkat yang dikopel dengan kontak utama dan kontak bantu dari kontaktor tersebut. Hal ini akan mengakibatkan kontak utama dan kontak bantunya akan bergerak dari posisi normal dimana kontak NO akan tertutup sedangkan NC akan terbuka. Selama

25 kumparan utama kontaktor tersebut masih dialiri arus, maka kontak-kontaknya akan tetap pada posisi operasinya. Apabila pada kumparan kontaktor diberi tegangan yang terlalu tinggi maka akan menyebabkan berkurangnya umur atau merusak kumparan kontaktor tersebut. Tetapi jika tegangan yang diberikan terlalu rendah maka akan menimbulkan tekanan antara kontak-kontak dari kontaktor menjadi berkurang. Hal ini menimbulkan bunga api pada permukaannya serta dapat merusak kontakkontaknya. Pada gambar 2.13 dibawah ini, ditunjukkan contoh gambar Kontaktor. Gambar 2.14 Kontaktor 2.8.2 Kabel Feeder dan Kabel Instalasi Penggunaan kabel dalam teknik, mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam pemilihan kabel, disarankan tidak menggunakan kabel sembarangan sebelum mengetahui kontruksi dan karakteristik kabel yang akan digunakan. Dengan memperhatikan hal tersebut, diharapkan hasil pemilihan kabel sesuai dengan kebutuhan. Kabel berdasarkan fungsinya digunakan untuk : a. Penghantar arus listrik tenaga (Power cable) b. Penghantar arus listrik data dan informasi

26 Ada tiga hal penting yang ada pada kabel diantaranya : a. Penghantar (Konduktor) : media untuk menghantarkan arus listrik. b. Isolator : bahan dielektrik untuk mengisolasi dari penghantar yang satu terhadap yang lain dan juga terhadap lingkungannya. c. Pelindung luar : memberikan perlindungan terhadap kerusakan mekanis, pengaruh bahan-bahan kimia, api atau pengaruh pengaruh luar lainnya yang merugikan. Kemampuan hantar sebuah kabel listrik ditentukan oleh KHA (kemampuan hantar arus) yang dimilikinya, sebab parameter hantaran listrik ditentukan dalam satuan Ampere. Kemampuan hantar arus ditentukan oleh luas penampang konduktor yang berada dalam kabel listrik, adapun ketentuan mengenai KHA kabel listrik diatur dalam spesifikasi SPLN. Kode pengenal kabel dapat dikenali dengan menggunakan huruf berikut : Huruf Kode N NA Y M F R Gb re rm se sm B Komponen Kabel Standar dengan penghantar tembaga Kabel Standar dengan penghantar alumunium Isolasi PVC Berselubung PVC Perisai Kawat Baja Pipih Perisai Kawat Baja Bulat Spiral Pita Baja Penghantar padat bulat Penghantar bulat kawat banyak Penghantar padat bentuk sektor Penghantar kawat bentuk sektor Selubung bahan galvanis

27 Macam-macam kabel: a. Kabel NYY Kabel ini dirancang untuk instalasi tetap dalam tanah yang harus diberikan pelindung khusus (misalnya: duct, pipa baja, PVC, atau besi baja). Instalasi ini bisa ditempatkan diluar atau didalam bangunan baik kondisi basah atau kering. Kabel jenis ini mempunyai selubung PVC warna hitam, terdiri dari 1-4 urat dengan penampang luar mencapai 56 mm. Penggunaan kabel NYY diatur dalam PUIL 2000 pasal 7.15. Gambar 2.15 Kabel NYY b. Kabel NYM Kabel ini hanya direkomendasikan khusus untuk instalasi tetap didalam bangunan yang penempatannya bisa didalam atau diluar plester tembok atau didalam pipa pada ruangan kering atau lembab. Kabel ini tidak diijinkan untuk dipasang diluar bangunan yang langsung terkena panas dan hujan. Tidak juga dijinkan untuk ditanam langsung didalam tanah. Penggunaan kabel NYM ini diatur dalam PUIL 2000 pasal 7.12.2.

28 Gambar 2.16 Kabel NYM c. Kabel NYA Kabel ini dirancang dan direkomendasikan untuk digunakan pada instalasi dalam kotak distribusi atau rangkaian pada panel. Pemasangan kabel ini hanya untuk tempat kering dan tidak direkomendasikan untuk tempat yang basah atau langsung terkena perubahan cuaca. Gambar 2.17 Kabel NYA d. Kabel NYFGbY Kabel jenis ini banyak digunakan untuk sirkuit power distribusi, baik pada lokasi kering maupun basah/lembab. Dengan adanya pelindung kawat dan pipa baja yang digalvanisasi, kabel ini dapat ditanam langsung didalam tanah

29 tanpa pelindung lagi. Isolasi dibuat tanpa warna dan tiga urat dibedakan dengan non strip, strip 1 dan strip 2. Kabel ini mempunyai selubung PVC warna merah dengan penampang luar mencapai 57 mm. Gambar 2.18 Kabel NYFGbY 1. Konduktor : Tembaga yang di-anil-kan 2. Isolasi : PVC Terekstruksi 3. Filler : PVC Terekstruksi 4. Perisai : Kawat baja dan spiral pipa 5. Perisai : Lapis seng 6. Pelindung Terluar : PVC Terekstruksi e. Kabel NYAF Kabel ini bersifat fleksibel dan dirancang untuk instalasi didalam duct, pipa atau kotak distribusi. Kabel ini sangat cocok untuk tempat yang mempunyai belokan tajam. Kabel dengan ukuran 1,5 mm 2 hanya diperbolehkan digunakan didalam peralatan ataupun papan pengontrol dan tidak diperbolehkan dipasang untuk instalasi tetap.

30 Gambar 2.19 Kabel NYAF f. Hantaran Tembaga Telanjang (BC) Untuk saluran distribusi udara yang direntangkan diantara tiang-tiang dan isolator-isolator yang khusus dirancang untuk itu. Disamping itu juga bisa digunakan untuk hantaran pentanahan (grounding). Gambar 2.20 Kabel BC g. Kabel N2XSY Kabel jenis ini digunakan untuk jaringan distribusi tegangan menengah. Dengan konduktor yang terbuat dari tembaga. Gambar 2.21 Kabel N2XSY