HIJAUAN GLIRICIDIA SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA I Wayan Mathius Balai Penelitian Ternak, Bogor PENDAHULUAN Penyediaan pakan yang berkesinambungan dalam artian jumlah yang cukup clan kualitas yang baik merupakan salah satu faktor yang clapat mempengaruhi tingkat produksi seekor ternak. Pakan ternak di pedesaan yang umumnya terdiri dari rumput lapangan clan merupakan pakan utama, belum banyak memberikan arti sesuai dengan yang cliharapkan. Hal ini disebabkan hijauan/rumput lapangan yang tumbuh di pedesaan khususnya dan/atau yang tumbuh di daerah tropika umumnya berkualitas renclah. Oleh karenanya perbaikan pengadaan pakan harus disertai dengan peningkatan jumlah clan kualitas pakan itu sendiri. Hal tersebut cukup penting artinya apabila kita menginginkan tercapainya tingkat produksi yang sesuai dengan potensi genetik ternak yang bersangkutan. Pengadaan pakan ternak dengan menyediakan lahan tertentu sebagai sumber hijauan adalah suatu hal yang ticlak mungkin, terutama di Jawa clan Bali. Dalam keadaan tersebut, maka peningkatan pemanfaatan daerah batas pemilikan tanah (pagar) sebagai tempat tumbuhnya beberapa jenis hijauan berkualitas dalam bentuk pohon kacangkacangan clan yang tidak mengganggu tanaman pertanian adalah salah satu jalan keluar yang patut dipertimbangkan. (Gambar 1). Gliricidia merupakan salah satu jenis tanaman yang dapat dipergunakan sebagai sumber pengaclaan hijauan untuk pakan ternak ruminansia. Tanaman ini merupakan tanaman berbentuk pohon dengan ukuran seclang clan dikenal sebagai tanaman jenis kacang-kacangan. Gliricidia telah lama dikenal di pedesaan, namun pemanfaatan clan Gambar 1. Pagar Tanaman Gliricidia yang dapat dipergunakan sebagai sumber pakan temak ruminansia. 19
/. W MA THIUS : Hijauan Gliricidia pembudidayaan tanaman tersebut sebagai sumber pakan ternak belum banyak mendapat perhatian. Sebagai tanaman tahunan, yang dapat menyediakan hijauan sepanjang tahun, mempunyai nilai makanan yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan jenis tanaman lain yang sebangsanya. Untuk itu maka pembudidayaan clan peningkatan pemanfaatannya perlu disebarluaskan, terutama untuk masyarakat pedesaan. (Gambar 2). dengan ukuran sedang clan mempunyai akar yang clapat menembus tanah cukup dalam. Warna hijau daun yang terang pada bagian permukaan clan agak pucat pada bagian belakang, merupakan ciri khas tanaman gliricidia. Chadhokar (1) melaporkan bahwa tanaman tersebut clapat tumbuh pada beberapa jenis tanah, termasuk jenis tanah yang kurang subur dengan ketinggian lokasi mencapai 1.300 m dari permukaan laut serta tahan terhadap musim kemarau yang panjang. Juga dilaporkan bahwa tanaman ini dapat tumbuh di tanah yang asam, yang oleh tanaman sebangsanya tidak dapat ditumbuhi, misainya pada daerah bekas perkebunan teh. Demikian muclah pertumbuhannya sehingga tanaman ini akan cepat berkembangbiak (6). Tanaman gliricidia clapat dikembangbiakkan melalui dua cara. Pertama dengan mempergunakan biji. Chadhokar (1) melaporkan bahwa tingkat pertumbuhan tanaman gliricidia dapat memberikan hasil yang memuaskan bila dikembangbiakkan dengan menggunakan biji. Namun demikian, sistem perkembangbiakan dengan mempergunakan biji dianggap kurang praktis sehingga tidak umum dipergunakan. Hal ini disebabkan tanaman tersebut tidak dapat langsung dirasakan manfaatnya, (misalnya sebagai pagar atau tanaman penunjang) di samping masalah penyediaan biji sebagai bibit baru membutuhkan persiapan yang cukup menyita waktu. Cara kedua adalah dengan mempergunakan batang (stek). Panjang stek yang dipergunakan biasanya 0,30-1,50 m dengan kedalaman tanam ± 1 5 cm. Keberhasilan dengan menggunakan stek akan sangat Tabel 1. Efek ukuran stek terhadap tingkat pertumbuhan. Uraian Persentase pertumbuhan 1%1 Gambar 2. Tanaman Gliricidia sebagai sumber pakan ternak ruminansia. PEMBAHASAN Diskripsi Tanaman.- Tanaman gliricidia (Gliricidia maculata HB & K) atau sering juga disebut "gamal ", merupakan tanaman tahunan yang ber bentuk pohon clan telah dikenal sejak dahulu kala sebagai tanaman kacang-kacangan yang berasal dari Amerika Selatan. Tanaman ini tumbuh tegak Ukuran diameter stek (cm) 2,1-2,5 37 2,6-3,0 50 3,1-3,5 66 3,6-4,0 60 Bagian stek : bawah 55 tengah 41 atas 30 Panjang stek (cm) : 15 10 30 50 45 70 90 60 Sumber : Chadhokar (1). 20
WARTAZOA Vol. 1 No. 4, JOY 1984 banyak bergantung pada tingkat kedewasaan stek (umur tanaman induk), ukuran (panjang dan diameter stek) dan bagian batang yang akan dijadikan stek (1). Hasil percobaan yang dilakukan di Srilangka menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan dengan menggunakan stek yang berdiameter 3,1-3,5 cm adalah yang tertinggi, yakni mencapai 66% (Tabel 1), sementara penanaman stek dengan mempergunakan bagian bawah batang (bahan stek) dapat memberikan tingkat pertumbuhan sebesar 55%. Demikian juga dengan tinggi stek yang ditanam, yang terbaik adalah penanaman dengan panjang stek 45 cm dan memberikan tingkat pertumbuhan mencapai 70%. Perbedaan umur stek yang akan dipergunakan sebagai tanaman baru juga memberikan perbedaan pertumbuhan. Produksi Hijauan dan Manfaatnya untuk Ruminansia.- Kegunaan tanaman gliricidia adalah sebagai tanaman naungan, pagar hidup, penun jang tanaman lain (vanili dan merica) ataupun sebagai sumber hijauan makanan ternak, sementara kayunya dapat dipakai sebagai bahan kayu bakar. Sebagai sumber pakan ternak yang dapat selalu tersedia sepanjang tahun, maka tanaman ini dapat menjamin kontinyuitas penyediaan hijauan, di samping mengandung zat-zat makanan yang cukup baik bila dibandingkan dengan hijauan lain. Tanaman ini dapat dipakai sebagai sumber hijauan padang penggembalaan permanen, dengan ketentuan tinggi tanaman harus tetap diperhatikan, yakni ± 1,5 m (2). Hal ini didasarkan pada pertimbangan agar ternak mudah menjangkau hijauan tanaman tersebut. Di samping itu pula tanaman ini dapat dipergunakan sebagai sumber hijauan makanan ternak dengan cara "cut and carry system". Produksi hijauan tanaman gliricidia sangat bervariasi dan akan sangat bergantung pada umur dan ukuran tanaman serta keadaan lingkungan. Pemotongan yang terlalu sering akan mengurangi produksi hijauan pada tahun-tahun berikutnya. Chadhokar (1) menyarankan agar pemotongan pertama dilakukan pada saat tanaman telah berumur dua atau tiga tahun dengan frekuensi pemotongan sebanyak 1 atau 2 kali setahun. Sistem ataupun cara tersebut sangat membantu proses pertumbuhan kembali tanaman tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chadhokar (1) menunjukkan bahwa produksi hijauan segar akan berkurang dengan makin tingginya tingkat waktu pemotongan, dan untuk mendapatkan produksi hijauan yang terbanyak maka disarankan agar interval pemotongan dilakukan setiap 3 bulan. Pemotongan dengan interval setiap 3 bulan sekali akan memberikan produksi sebanyak 1.289 kg hijauan segar per sekali potong per 400 m (jarak tanam 0,45 m dan ditanam sepanjang sisi luasan tanah seluas 1 ha), (Tabel 2). Kandungan bahan kering hijauan gliricidia dapat mencapai 26,4% (5), dan ini berarti produksi bahan kering hijauan dapat mencapai 340 kg per sekali potong per 400 m atau dapat mencapai 2.835,6 kg per ha per sekali potong. Perbandingan bagian tanaman yang dapat dihasilkan dengan tingkat pemotongan yang berbeda telah pula dilaporkan oleh Chadhokar (1). Demikian pula dengan komposisi kimia zat-zat makanan yang terdahulu mendapatkan bahwa kandungan protein kasar daun gliricidia adalah sebesar ± 27% dari bahan kering (1 ; 5). Tabel 2. Efek interval pemotongan terhadap produksi hijauan gliricidia. Produksi daun (kg) Umur potong Pohon/sekali panen Pohon/tahun (bulan) Segar Bahan kering * Segar Bahan kering 2 0,76 0,20 4,6 (6) 1,21 3 1,45 0,38 5,8 (4) 1,53 4 1,17 0,31 3,5 (3) 0,92 5 1,30 0,34 2,6 (2) 0,69 6 1,45 0,38 2,9 (2) 0,77 Keterangan : Jarak tanam 0,45. ( ) banyak kali panen. * bahan kering t 26,4%. Sumber : Chadhokar (1). Hal ini berarti bahwa protein kasar yang dapat dihasilkan dari tanaman gliricidia sepanjang 400 m adalah sebanyak ± 92 kg per sekali panen. Dilaporkan pula oleh Chadhokar (1) bahwa makin tinggi interval pemotongan makin berkurang tingkat kandungan protein kasar, lemak dan kalsium, sementara kandungan serat kasar dan fosfor meningkat. Dengan asumsi luasan tanah pemilikan para petani di pedesaan Jawa rata-rata 0,25 ha atau 50 x 50 m, maka para petani dapat menyediakan pakan ternak dengan menanam tanaman gliricidia pada pagar sepanjang 200 m. Hal ini berarti para petani dapat menghasilkan hijauan gliricidia segar sebanyak 645 kg per sekali panen atau sebanyak 2.578 kg hijauan segar per tahun apabila interval pemotongan dilakukan 3 bulan sekali. Daerah sepanjang 200 m dan dengan jarak tanam 0,45 m akan memberikan kesempatan pada petani untuk dapat menanam ± 445 batang (stek) 2 1
/.W. MA THIUS : Hijauan Gliricidia gliricidia. Dari Tabel 2 diperoleh gambaran bahwa produksi rata-rata hijauan gliricidia segar per pohon adalah t 1,5 kg (interval potong 3 bulan). Keadaan tersebut memberi gambaran pada kita bahwa petani dapat menyediakan hijauan segar setiap harinya sebesar 7,5 kg apabila penyediaannya dilakukan secara rotasi dengan interval pemotongan 90 hari. Jumlah tersebut diperoleh dengan jalan mengambil hijauan tersebut dari rata-rata 5 pohon setiap hari. Rata-rata pemilikan ternak ruminansia kecil di pedesaan adalah 5-6 ekor (4), dan dengan penambahan hijauan gliricidia segar sebagai pakan tambahan sebanyak 9 kg setiap harinya, maka setiap ekornya akan mendapat kesempatan untuk mengonsumsi ± 1,25-1,5 kg hijauan gliricidia tersebut. Keadaan ini akan sangat banyak membantu para petani dalam hal penyediaan hijauan tambahan untuk ternak miliknya. Dengan perkataan lain, perbaikan pengadaan hijauan dalam artian jumlah dan kualitas dapat ditingkatkan (6). Penelitian yang dilakukan di Balai Penelitian Ternak Bogor, dengan menggunakan hijauan gliricidia segar atau layu sebagai pakan tunggal domba selama 1 2 minggu memberikan hasil yang positif terhadap penampilan domba yang bersangkutan. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya tingkat kenaikan bobot badan harian, yakni sebesar 80 g untuk domba yang mendapat hijauan segar dan 111 g untuk domba yang mendapat hijauan gliricidia yang telah dilayukan selama ± 24 jam (3). Selanjutnya dikatakan, belum terbiasanya ternak akan hijauan gliricidia akan menimbulkan kesulitan bagi ternak tersebut untuk dapat mengonsumsi hijauan gliricidia. Namun dengan menggantikan secara berangsur-angsur sebahagian pakan utamanya, maka ternak akan mampu mengonsumsi hijauan gliricidia sebagai pakan tunggal. Rangkuti dkk. (5) telah melakukan penelitian dengan menggantikan sebahagian pakan dasar domba-kambing dengan berbagai tingkat hijauan gliricidia. Dikatakan pula bahwa penggantian sebagian pakan dasar dengan hijauan gliricidia memberikan hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan ternak yang tidak mendapat hijauan gliricidia. Kenaikan bobot badan harian akan terus meningkat dan sejalan dengan tingkat jumlah penggantian pakan dasar dengan hijauan gliricidia (5). Dengan perkataan lain, semakin banyak jumlah hijauan gliricidia yang diberikan, maka semakin besar pula kenaikan bobot badan harian yang dapat diperoleh. Hasil penelitian yang dilakukan di Srilangka menunjukkan bahwa hijauan gliricidia disenangi ternak sapi dan domba (1). Juga dikatakan bahwa pengganti- an sampai 75% (dari berat segar) hijauan yang berkualitas rendah (Brachiaria miliformis) dengan hijauan gliricidia menunjukkan efek yang positif terhadap kehidupan domba dan anak domba, tingkat kelahiran dan berat badan anak domba. Pemberian hijauan gliricidia untuk ternak sapi juga memberikan hasil yang positif (1). Sementara penambahan hijauan gliricidia sebagai hijauan yang berkualitas pada jerami padi sebagai pakan sapi masih dalam penelitian. KESIMPULAN Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gliricidia merupakan tanaman tahunan yang berbentuk pohon, dapat tumbuh di segala tempat dan mudah dikembangkan. Tanaman ini dapat dipergunakan sebagai pagar hidup, penunjang tanaman pertanian, sebagai pohon naungan dan sumber hijauan makanan ternak. Penanaman tanaman gliricidia sebaiknya dilakukan dengan mempergunakan stek bagian bawah batang yang berdiameter 3-3,5 cm dan panjangnya stek ± 45 cm. Sebagai pakan ternak, maka tanaman ini cukup potensial dan berkualitas, terutama untuk ternak ruminansia, yang didasarkan pada pertimbangan tingginya produksi hijauan yang dihasilkan (baik dalam 'bentuk segar maupun bahan kering) dan tingginya kandungan zat-zat makanan dalam hijauan tersebut. Tata laksana pemotongan yang teratur akan sangat membantu kontinyuitas pengadaan hijauan gliricidia sebagai pakan ternak, yang sangat penting artinya dalam penerapannya, terutama bagi masyarakat peternak di pedesaan yang pada umumnya memiliki jumlah ternak dalam skala kecil. Untuk mendapatkan produksi yang tinggi disarankan agar pemotongan tanaman gliricidia dilakukan pada saat tanaman tersebut telah berumur 2-3 tahun dan selanjutnya dilakukan sekali dalam waktu 3 bulan. Dengan demikian diharapkan kehadiran tanaman gliricidia sebagai pakan tambahan dapat membantu meningkatkan penampilan ternak di pedesaan. DAFTAR PUSTAKA 1. Chadhokar, P.A. 1982. Gliricidia maculata : A promising legume fodder plant. World Anim. Rev., 44 : 36-43. 2. Bo Gohl. 1975. Tropical Feeds. Feed Information Summaries and Nutritive Values. F.A.O., Rome. 22
WARTAZOA Vol. 1 No. 4, Juli 1984 3. Mathius, I.W., M. Rangkuti dan A. Djajanegara. 5. Rangkuti, M., I.W. Mathius & J.E. van Eys. 1981. Daya konsumsi dan daya cerna 1983. Penggunaan Gliricidia maculata oleh domba terhadap daun gliricidia (Gliricidia Ruminansia Kecil : Konsumsi, Kecernaan maculata HB & K). Lembaran LPP. Thn. XI dan Performans. Pertemuan Ilmiah Ruminansia Kecil., Bogor. (Abstrak). (2-4) : 21-24. 4. Mathius, I.W., J.E. van Eys & N. Thomas. 6 Tillman, A.D. 1981. Animal Agriculture in 1982. Aspek Nilai Gizi Makanan dalam Indonesia., Winrock International Livestock Usaha Peternakan Domba Kambing di Jawa Research and Training Center, Arkansas,, Barat. Seminar Teknologi Peternakan Un- USA. tuk Menunjang Pembangunan Pedesaan, Unibraw-NUFFIC, Malang.