Temu Teknis Fungsional non PenellU 2000 merupakan bahan yang umumnya dipergunakan sebagai bahan pembuatan pupuk organic, dan sering dipergunakan dalam

Transkripsi

1 Temu Teknis Fungsional non Penelui 2000 KULIT SINGKONG SEBAGAI PUPUK ALTERNATIF TANAMAN RUMPUT UNGGUL Suryana Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor RINGKASAN Suatu kajian pemanfaatan kulit singkong sebagai pupuk altematif untuk pertumbuhan rumput gajah telah dilakukan selama tujuh bulan di Stasion percobaan Kaum pandak, Balai Penelitian Ternak, Bogor. Luasan areal sejumlah 900 m2 dibagi menjadi sembilan petak dan diolah sebagaimana layaknya pengolahan lahan untuk tujuan budidaya tanaman. Selanjutnya setiap petak diacak untuk mendapatkan salah satu dari tiga perlakuan pemupukan (10 kg/m2 ), yakni (i) pupuk kandang, (ii) pupuk kulit singkong dan (iii) tanpa pemupukan. Parameter yang diukur adalah produksi segar ntmput gajah dengan umur potong 50 han. Hasil kajian menunjukkan bahwa rataan produksi rumput gajah segar tertinggi (20,55 kg/m2 ) diperoleh pada petak yang diben pupuk kuht singkong, atau setara dengan kg per potong/hektar. Dibandingkan dengan produksi segar rumput gajah yang tidak mendapat pemupukan (tanpa pemupukan), maka produksi segar r unput gajah yang diberi pupuk kulit singkong adalah 5 kali lebih banyak. Disisi lain, kulit singkong se ai pupuk pada tanaman rumput gajah dapat meningkatkan produksi segar sejunilah 0,75 kg/,jika dtbendwgkan dengan produksi segar nunput gajah yang mendapat perlakuan dengan pemupukan kotoran kandang. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kulit singkong sebagai pupuk altematif dapat menggantikan fungsi pupuk kandang untuk tujuan produksi segar rumput gajah. Untuk tujuan verifikasi data, suatu kajian dalam skala besar perlu dilakukan, untuk selanjutnya dapat dijadikan bahan pertimbangan pemanfaatan kulit smgkong sebagai pupuk alternatif. Kata kunci : pupuk ahematif kulit singkong, rumput gajah. PENDAHULUAN Penyediaan pakan hijauan merupakan masalah utama bagi setiap usaha pengembangan ternak ruminansia (Tiliman, dkk, 1983). Oleh karena itu untuk dapat menyediakan pakan hijauan yang berkelanjutan maka perlu diupayakan usaha budidaya pakan hijauan sebagai pakan dasar usaha petemakan temak ruminansia. Salah satu komponen pengelolaan yang penting dan perlu mendapat perhatian dalan usaha budidaya hijauan pakan temak adalah pemupukan (Susetyo dkk. 1969). Dengan tatalaksana pemupukan maka unsur hara yang diserap oleh tanaman dapat diganti dengan cam pemupukan yang seimbang. Dengan pemupukan kesuburan lahan garapan dapat dipertahankan atau bahkan dapat ditingkatkan sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman rumput yang dibudidayakan (Rustandi, 1982 ; Sosrosoedirdjo, dkk 1990). Salah satu jenis pupuk yang cukup baik dan disarankan penggunaanya, agar sifat tanpb dapat dipertahankan adalah pupuk organik. Pupuk ini dapat tersusun dari kotoran kandang dan campurannya, limbah pasar ataupun basil proses pembusukan potongan tanaman. Pupuk yang berasal dan kotoran temak dan sisa pakan yang dicampur 126

2 Temu Teknis Fungsional non PenellU 2000 merupakan bahan yang umumnya dipergunakan sebagai bahan pembuatan pupuk organic, dan sering dipergunakan dalam usaha bercocok tanam. Bagi petani-ternak yang memiliki ternak dalam jumlah banyak, permasalahan penyediaan PuPuk kandang tidak menjadi hambatan. Namun bila hal yang sebaliknya terjadi maka dilema penyediaan pupuk organik menjadi masalah serius, sementara diketahui harga pupuk organik pada tahun belakangan diketahui cukup mahal. Salah satu produk sampingan yang dapat dijadikan bahan pupuk organic adalah kulit singkong. Hasil sampingan tanaman singkong yang telah dipanen hasilnya tersedia dalam jumlah yang banyak dan pemanfaatannya belum diupayakan secara optimal. Timbunan produk sampingan yang kurang dimanfaatkan mi sangat mengganggu lingkungan karena bau yang dihasilkan tidak sedap, sehingga mencemari udara lingkungan Namun demikian pada kenyataannya sebagian kecil produk sampingan ini (kulit singkong) telah dimanfaatkan secara tidak sengaja sebagai pupuk tanaman tertentu seperti, pisang, pepaya dan tanaman singkong itu sendiri. Pemanfaatan kulit singkong sebagai pupuk tanaman pangan tersebut menunjukkan basil yang cukup memuaskan, meskipun secara kuantitatif dan kualitatif belum pernah dilaporkan. Dan basil pemantauaan tersebut, timbul pemikiran penulis untuk memanfaatkan produk sampingan tersebut sebagai pupuk tanaman nunput (hijauan pakan ternak), khususnya r unput gajah (Pennisetum purpureum). Tujuan kajian ini adalah mencari alternatif pengganti penyediaan pupuk kandang. BAHAN DAN CARA Kajian ini dilaksanakan selama tujuh bulan (Februari-Agustus 1999) pada lahan percobaan, milik Balm Penelitian Ternak yang berlokasi di daerah Kaum Pandak, Bogor. Luasan areal sebesar 900 m2, dibagi menjadi sembilan petak (setiap petak seluas 100 m2) dan diolah sebagaimana layaknya pengolahan lahan yang akan dijadikan tempat untuk budidaya tanaman (Denah 1). Selanjutnya setiap petak di acak untuk mendapat satu dari tiga perlakuan pemupukan. Perlakuan dimaksud adalah : (A) pupuk kandang, (B) pupuk kulit singkong dan (C) tanpa pemupukan Pupuk kandang berasal dari campuran kotoran sapi, domba dan sisa pakan/potongan rumput, sedangkan pupuk kulit singkong diperoleh dari basil pembusukan kulit singkong yang terdapat di daerah sekitar pengkajian. Jumlah pupuk yang diberikan adalah sejumlah 1 ton per petak atau setara dengan 10 kg segar per m2. Selanjutnya petak tersebut ditamami rumput gajah dengan menggunakan potongan batang/stek sepanjang 30 cm dengan jarak tanam (0,5 x 0,5) m. Parameter yang diamati adalah produksi hijauan segar sebanyak empat kali pemotongan dengan umur potong/interval pemotongan selama 50 han, sebagai yang disarankan Salendu (1976)

3 Tem Teknis Fungsional non Peneliti 2000 Denah Petak kajian pemupukan di Lapangan percobaan Kaum Pandak P e t a k A B C B C A C A B 100 M M M2 100 M M2 100 M2 100 M M2 100 M 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Secara keseluruhan terlihat bahwa pemupukan sangat berengaruh terhadap produksi rumput gajah, dengan rataan produksi sejumlah 19,8 kg/m, 20,55 kg/m2 dan 4,96 kg/m2 untuk perlakuan pupuk kandang, pupuk kulit singkong dan tanpa pemupukan secara berurutan (Tabel 1). Jumlah tersebut dapat disetarakan dengan produksi segar sejumlah kg/potong dan kg/potong per hektarnya untuk perlakuan pupuk kandang dan pupuk kulit singkong. Sementara perlakuan dengan tanpa pemupukan memberikan hasil produksi hijauan rumput yang terendah. Dengan umur pemotongan 50 hari maka dalam setahun dapat dilakukan pemotongan sejumlah tujuh kali dan jum lah produksi segar per tahunnya menjadi 7 x kg, yakni sejumlah kg. Mathius (1992) melaporkan bahwa rataan kandtmgan bahan kering rumput raja adalah 15,77%, sehingga dengan demikian produksi bahan kering rumput dengan pemupukan kulit singkong dapat mencapai 226,8 ton dan jumlah tersebut lebih tinggi dan yang pemah dilaporkan terdahulu (Manurung, dkk.1975 ; Mathius, 1992 ; Sugandi dkk.1994). Hasil pengamatan pada pemotongan pertama memberikan produksi yang tertinggi pada petak yang mendapat perlakuan dengan pemupukan kulit singkong (B), meskipun secara bertahap produksi rumput gajah berkurang untuk pemotongan berikutnya (Tabel 1). Hal ini disebabkan kulit singkong yang telah membusuk menyediakan unsur hara yang telah siap pakai. Sementara pemupukan dengan pupuk kandang (A), masih hares mengalami fase porses dekomposisasi sebelum siap dimanfaatkan oleh tanaman rumput. Pemotongan pada fase berikutnya menunjukkan bahwa produksi segar berkurang sejalan dengan waktu pemotongan. Produksi segar terrendah terjadi pada perlakuan tanpa pemupukan. Hal ini disebabkan kajian dilakukan selama fase musun kemarau sehingga ketersediaan air yang dibutuhkan semakin berkurang. Sementara perlakuan dengan pemupukan, baik dengan kotoran kandang maupun kulit singkong masih menunjukkan produksi yang lebih baik dan perlakuan kontrol. Hal ini disebabkan kompos pada perlakuan A dan B mampu menyimpan/mengikat air sehingga kebutuhan air 1 2 8

4 Temu Teknis Fungsional non Peneliti 2000 Tabel 1. Rataan Produksi Rumput Segar (kg/m 2) untuk Setiap Perlakuan Pemupukan. Pemotongan Ke: *) Pupuk Kandang (A) Pupuk Wit singkong (B) Tanpa Pemupukan (C). I ,8 II 25, III 21, ,62 I V 13,3 13,0 0,96 Rataan 19,8 20,55 4,96 *) rataan dari tiga petak Pengamatan secara visual menunjukkan juga, bahwa tanaman pengganggu/gulma selain tanaman utama tidak tumbuh pada nunpun/petak yang mendapat perlakukan dengan pemupukan kulit singkong. Keadaan ini dapat dipakai sebagai mdikator bahwa dengan pemupukan kulit singkong biaya yang dikeluarkan untuk penyiangan dapat ditekan sehingga biaya operasional usaha budidaya rumput menjadi lebih murah KESIMPULAN DAN SARAN Dan hasil kajian yang terbatas mi dapat disimpulkan bahwa kulit singkong yang telah membusuk dapat dipergunakan sebagai pupuk organik untuk menggantikan kotoran/kandang. Semikian pula biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan budidaya nunput sebagai akibat penggunaan pupuk organik kulit singkong dapat ditekan Namun demikian kajian dalam skala yang lebih luas membutuhkan penelitian lebih lanjut. Demikian pula kandungan unsur hara pupuk organik kulit singkong perlu dipelajari sebagai langkah awal dalam upaya mensosialisasikan kulit singkong sebagai bahan utama pupuk organik UCAPAN TERIMA KASIH. Penghargaan dan terima kasih, penulis sampaikan path teman-teman teknisi di lapang percobaan atas bantuannya selania kajian ini berlangsung. Komentar dan saran dari teman sesama "litkayasa", dan peneliti dalam lingkup Balitnak yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian tulisan ini, penulis sangat hargai. Sekali lagi terima kasih banvak. DAFTAR BACAAN Mathius, I-W Potensi clan nilai Pakan Rumput raja untuk kambing dan domba. Jurnal Ilmiah Penelitian Ternak Grati. 2 (2) :

5 Temu Teknis Fungsional non Penelid 2000 Manunmg,T.M.,A. Djajanegara dan NLE. Siregar Kombinasi pupuk kandang dan pupuk buatan terhadap produksi hijauan rmput gajah. Bull. LPP. No. 13 : Tillman. A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo Iimu Makanan Temak Dasar. UGM Press. Fapet UGM. Rustandi Pengaruh Tingkat Pemupukan Kalium dan Tinggi Pemotongan terhadap Produksi dan Mutu Hijauan Rumput Gajah. Skripsi, LPP dan Unsrat Menado. Salendu, A.H.S Variasi tinggi produksi tanaman nunput gajah sampai umur 50 hari di Kaum Pandak. Laporan LPP-Bogor-Unsrat, Menado. Sugandi, D., B. Prawiradiputra, U. Kusnadi dan P. Suratmini Pengaruh berbagai tngkat pemupukan terhadap produktivitas r unput gajah pada lahan podsolik merah kuning di Batumarta Pros. Seminar Nasional Sain dan Teknologi Petemakan. Balitnak. Vol 1 : Sosrosoedirdjo, R. S., B. Rifai dan I.S. Prawira Ihnu Memupuk. Cetakan 12. CV. Yasaguna, Jakarta Susetyo, Kismono dan B. Soewardi Hijauan Makanan Temak. Dir Jen. Petemakan. Deptan, Jakarta