550 Junaidi : Perbaikan Keterampilan Berpikir Siswa dalam Pembelajaran... WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MELIHAT DAYA SERAP SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 29 MEDAN

LATIPA HANIM HARAHAP Guru SMP Negeri 29 Medan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE DI SMP NEGERI 7 MEDAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DI KELAS V SD NEGERI NO

Muhamad Mahmud Surel : Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWAKELAS VIII U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MEMPERBAIKI PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA DI KELAS XI MIA-5 SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN T.A.

Tiamsa Napitupulu Guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri Muliorejo

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENERAPKAN TEKNIK BRAINSTORMING DI KELAS VIII-C SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

BERTHA LUBIS Guru SMP Negeri 4 Medan ABSTRAK

Prosiding Seminar Nasional Volume 01, Nomor 1

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION DALAM PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA SMP NEGERI 7 MEDAN

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) DI KELAS IX-7 SMP NEGERI 3 BERASTAGI

Annan Ginting Guru Pendidikan Agama Kristen SMP Negeri 1 Payung Surel :

Sarinawati Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 3 Bahorok Surel :

Aisyatir Rodiah Guru Mata Pelajaran PAI di SMP Negeri 3 Berastagi Surel :

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

Asniar Elfrida Tambun Guru Biologi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Surel:

Nurmi Butar-Butar Guru SMP Negeri 19 Medan Surel :

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPAMELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS TOGETHER SMP NEGERI 7 MEDAN

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel :

Antonius Girsang Guru SMP Negeri 3 Berastagi Surel :

Sinar Sion Guru Pendidikan Jasmani SD Negeri Suka Makmur ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS VIII.B SMP NEGERI 3 BAHOROK

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PECAHAN DI KELAS IV SDN MAROMBUN UJUNG JAWI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS V SD NEGERI 032 SINONOAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PROSES DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS III SDN 019 BONANDOLOK

BUDIMAN SIHOMBING Guru SMP Negeri 15 Medan

PENERAPAN METODE DISKUSI BERBANTUAN LKS UNTUK MEMPERBAIKI KEMAMPAUN PSIKOMOTORIK SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII-2 SMP NEGERI 4 MEDAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research,

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TRAINING

MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI POKOK PECAHAN DI KELAS V-B SD NEGERI NO

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VIII G SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

Penerapan Strategi Pembelajaran Time Token untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Kelas V MI Miftahul Huda Lamongan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII-1 SMP NEGERI 4 MEDAN

Jurnal Bio-Natural (Jurnal Pendidikan Biologi) Vol. 1, No. 2, September-Februari 2015, hlm 1-32

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS VIII-8 SMP NEGERI 29 MEDAN

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

Muhammad Iqbal Baihaqi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Balitar

Alamson Silalahi Guru SMP Negeri 4 Medan Surel :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

Lathifatus Sa adah 1 Soewalni Soekirno 2 dan Anggit Grahito Wicaksono 3 ABSTRAK

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Lamhot Munthe. menawarkan persoalan-persoalan yang sulit, ditambah dengan kurangnya kerjasama antar siswa

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL KONTEKSTUAL MELALUI COOPERATIVE LEARNING DI KELAS VIII 1 SMP NEGERI 2 PEDAMARAN OKI

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI

PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Sumarni

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Melalui Model Mind Mapping Pada Siswa Kelas X Mas Kapita Kabupaten Jeneponto

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PERBANDINGAN DAN SKALA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK. Sri Suwarni

Martinus Gutu SD Negeri No Suka Makmur Kec. Delitua

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS VII-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP N 2 SEDAYU YOGYAKARTA

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SMP

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM TENTANG CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP MELALUI METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

Ermina Sembiring Guru SMP Negeri 3 Berastagi Surel :

WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.2 JULI-DES 2014 ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

550 WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 PERBAIKAN KETERAMPILAN BERPIKIR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PKn PADA MATERI POKOK GLOBALISASI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI KELAS IX SMP NEGERI 4 SATU ATAP BILAH BARAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Junaidi SMP Negeri 4 Satu Atap Bilah Barat Desa Sibargot Kecamatan Bilah Barat, Labuhan Batu ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir siswa dengan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah dalam pembelajaran PKn pada materi pokok globalisasi di kelas IX SMP Negeri 4 Satu Atap Bilah Barat tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian tindakan kelas ini berlangsung dalam dua siklus. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 4 Satu Atap Bilah Barat pada bulan Februari 2015 sampai dengan bulan Mei 2015. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 4 Satu Atap Bilah Barat tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 40 siswa. Hasil penelitian menunjukkan; 1) penerapan model pembelajaran berdasar-kan masalah dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa dalam pem-belajaran PKn pada materi pokok globalosasi di kelas IX SMP Negeri 4 Satu Atap Bilah Barat terbukti pada Formatif I menunjukkan rata-rata 74 dengan ketuntasan 45% dan pada Formatif II menunjukkan rata-rata 87 dengan ketuntasan klasikal 90% sehingga terjadi peningkatan 45%; 2) penerapan masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar PKn siswa pada materi pokok globalosasi di kelas IX SMP Negeri 4 Satu Atap Bilah Barat. Hal ini digambarkan melalui aktivitas belajarnya menurut pengamatan pada Siklus I antara lain menulis dan membaca 39%, mengerjakan LKS 33%, bertanya sesama teman 8%, bertanya kepada guru 17% dan yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar 3%. Sedangkan pada Siklus II antara lain menulis dan membaca 33%, mengerjakan LKS 40%, bertanya sesama teman 16%, bertanya kepada guru 11%, dan yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar 2%. Berpikir, Berdasar- Kata Kunci : Keterampilan Pembelajaran kan Masalah PENDAHULUAN Pemerintah dewasa ini telah mengembangkan kebijakan untuk pengembangan pendidikan berbasis luas (broadbased education). Untuk kepentingan ini, program pendidikan tidak bisa tidak harus memberdayakan kompetensi kecakapan hidup (life skills) peserta didik sebagai bagian dari masyarakat luas. Kecakapan hidup itu antara lain mencakup kecakapan personal, sosial, intelektual, akademis, dan vokasional (Suryadi, 2002). Sesuai dengan kebijakan tersebut, kurikulum di tingkat persekolahan dewasa ini dikembangkan berbasis pada kompetensi seperti KTSP. Pengembangan kompetensi inilah yang berorientasi pada pembelajaran yang dikembangkan secara kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme. Harapannya, peserta didik dapat secara optimal memberdayakan, mengembangkan, dan mengaktualisasikan potensi multiinteligensinya. Kepentingannya adalah baik untuk melanjutkan studi pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi maupun untuk bekal terjun langsung dalam kehiduan masyarakat luas. Seluruh komponen pendidik haruslah dapat mengupayakan pencapaian tujuan pendidikan sekolah tersebut, tidak terkecuali guruguru PKn di SMP Negeri 4 Satu Atap Bilah Barat. Sayangnya, para guru di SMP Negeri 4 Satu Atap Bilah Barat itu mengakui masih menemukan kesulitan untuk

551 mengembangkan model pembelajaran PKn yang relevan dengan tuntutan kurikulum di atas. Kesulitan ini khususnya dalam pencapaian pengembangan keterampilan berpikir dalam pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan masih lemahnya kemampuan guru dalam mengembangkan indikator hasil belajar yang mengintegrasikan keterampilan berpikir dalam bidang PKn. Tak kalah pentingnya, masih kurangnya wawasan dan keterampilan guru dalam mengembangkan model pembelajaran PKn yang beroientasi aktivitas siswa. Akibatnya, walau kurikulum telah berubah, dalam realita praktik pembelajaran sehari-hari, guru-guru PKn cenderung masih menerapkan model pembelajaran langsung yang konvensional. Tujuan pembelajaran cenderung mengacu pada pencapaian informasi verbal siswa secara terbatas. Kegiatan belajar siswa berorientasi pada penguasaan materi buku teks yang padat dengan kapabilitas belajar yang rendah. Berharap siswa memperoleh hasil belajar yang tinggi dan penguasaan materi pelajaran yang baik justru hasil belajar siswa tidak mencapai ketuntasan secara klasikal sesuai alokasi waktu. Ini akibat dari banyaknya materi pelajaran yang diajarkan dengan dihafalkan tanpa dipahami, akhirnya siswa tidak mampu mengembangkan pemahaman yang lebih tinggi dari sekedar pengetahuan saja. Sementara tes hasil belajar yang ada harus dibuat mengikuti aturan yang proporsional level kognitifnya menurut teori Bloom. Merujuk pada hal uraian diatas, perlu dilakukan suatu upaya yaitu dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang memungkinkan terjadinya Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang kondusif. Pendekatan apapun yang digunakan harus mendudukan siswa sebagai pusat perhatian dan peran guru sebagai fasilitator dalam mengupayakan situasi memperkaya pengalaman belajar siswa. Model pembelajaran yang dimaksudkan adalah penerapan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Dalam hal ini pembelajaran didesain dengan mengkonfrontasikan siswa dengan masalah yang menggunakan bahan ajar berbasis masalah. Sehingga siswa akan lebih tertarik dan bersemangat untuk mencari jawaban atas masalah kontektual yang berhubungan dengan pelajaran PKn sehingga siswa mengetahui mengapa mereka belajar kemudian mengidentifikasi dan mengumpulkan informasi dari buku sumber maupun diskusi dengan teman untuk dapat mencarikan solusi masalah yang dihadapinya. Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelididkan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata (Trianto, 2007:67). Pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas belajar pembelajaran melalui pembelajaran berbasis masalah siswa aktif berfikir, berkomnunikasi mencari dan mengolah data serta mengumpulkannya (Sanjaya 2008:214). Sedangkan menurut Arends (2008:41) mengatakan bahwa PBL adalah menyodorkan berbagai masalah autentik, memfasilitasi penyelidikan siswa dan mendukung pembelajaran siswa, artinya gurulah yang mempresentasikan ide-ide atau mendemonstrasikan berbagai keterampilan. Dalam pembelajaran berbasis masalah, ada hal-hal yang mencirikan karakteristik khusus dalam penerapan pembelajaranya. Kunandar (2008:333) mencirikan PBL sebagai berikut; 1) pembelajaran pertanyaan atau masalah; 2) pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa; 3) berfokus pada keterkaitan antar disiplin; 4) penyelidikan autentik; dan 5) menghasilkan produk/ karya dan memamerkanya. Penerapan pembelajaran berbasis masalah dimaksudkan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa serta untuk mengatasi problematika dalam pelaksanaan pembelajaran. Begitu pentingnya aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar hendaknya menjadi perhatian khusus bagi guru, karena guru wajib membimbing kegiatan belajar siswa sehingga siswa mau aktif dalam proses belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar dapat berhasil, guru sebagai pengajar harus mampu menggunakan

552 strategi dan metode pengajaran yang bervariasi sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih menarik dan tidak membosankan. Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas, maka yang menjadi rumusan-rumusan dalam penelitian ini adalah; 1) apakah keterampilan berpikir siswa meningkat dengan menerapkan masalah dalam pembelajaran PKn pada materi pokok globalisasi di kelas IX SMP Negeri 4 Satu Atap Bilah Barat tahun pelajaran 2014/2015?; 2) apakah aktivitas belajar siswa meningkat dengan menerapkan masalah alam pembelajaran PKn pada materi pokok globalisasi di kelas IX SMP Negeri 4 Satu Atap Bilah Barat tahun pelajaran 2014/2015?. Setelah menetapkan rumusan masalah di atas maka, dapat ditentukan tujuan penelitian ini, antara lain; 1) untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir siswa dengan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah dalam pembelajaran PKn pada materi pokok globalisasi di kelas IX SMP Negeri 4 Satu Atap Bilah Barat tahun pelajaran 2014/2015; 2) untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah alam pembelajaran PKn pada materi pokok globalisasi di kelas IX SMP Negeri 4 Satu Atap Bilah Barat tahun pelajaran 2014/2015. Hasil-hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan; 1) bagi guru-guru SMP Negeri 4 Satu Atap Bilah Barat dan guruguru yang lain untuk menambah wawasan dalam pengembangan profesi guru; 2) bagi guru-guru dalam menambah kepustakaan model-model pembelajaran; dan 3) bagi kepala sekolah sebagai bahan pertimbangan untuk menerapkan model tersebut untuk-guru-guru yang lain. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 4 Satu Atap Bilah Barat yang terletak di Desa Sibargot Kecamatan Bilah Barat, Labuhan Batu. Pelaksanaannya selama empat bulan dari bulan Februari sampai dengan Mei tahun 2015. Pengambilan data dilaksanakan bulan Maret 2015 sebanyak dua siklus dengan dua kali pertemuan setiap siklusnya. B. Subjek Penelitian Karena keterbatasan peneliti maka penelitian hanya dikenakan pada seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 4 Satu Atap Bilah Barat tahun pelajaran 2014/2015 yang seluruhnya berjumlah 40 siswa. C. Alat Pengumpul Data a. Tes hasil belajar Tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan model pembelajaran berdasarkan masalah. Tes formatif disusun dalam bentuk pilihan ganda yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk kelas IX SMP mata pelajaran PKn. Tes hasil belajar siswa yang digunakan sebanyak 20 item dengan empat opsi. Pada akhir Siklus I digunakan sebagian tes hasil belajar dengan jumlah item 10 (formatif I), ini juga dilakukan pada akhir Siklus II dengan sisa item soal yang lain (formatif II). Kisi-kisi tes hasil belajar siswa tersebut dituangkan dalam bentuk b. Lembar Aktivitas Belajar Siswa Lembar aktivitas belajar siswa digunakan oleh pengamat Pengamat adalah guru-guru yang terlibat di dalam pelatihan pembuatan penelitian tindakan kelas (PTK). Waktu bekerja dalam kelompok peneliti/guru yang sedang melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) memberi isyarat pada ke dua pengamat, kelompok mana yang diamati oleh ke dua pengamat. Ke dua pengamat tidak boleh duduk berdekatan agar data yang direkam tidak bias. Satu kali kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh peneliti, maka ada dua kelompok yang diamati oleh pengamat. Instrumen aktivitas belajar siswa terdiri dari lima aktivitas antara lain; menulis dan membaca, mengerjakan LKS, bertanya sesama siswa, bertanya sama guru, dan aktivitas yang tidak relevan denga KBM. Waktu siswa belajar sesuai dengan di RPP berkelompok selama 20 menit ditentukan oleh peneliti/guru maka ada 10 ceklis yang dilakukan oleh pengamat dalam lembar aktivitas belajar siswa.

553 D. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK pertama kali diperkenalkanoleh psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946 (Aqib, 2006 :13). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau disekolah dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran. Menurut Lewin dalam Aqib (2006 : 21) menyatakan bahwa dalam satu Siklus terdiri atas empat langkah, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). E. Teknik Analisis Data 1. Untuk penilaian aktivitas digunakan rumus sebagai berikut: % = jumlah skor yang diperoleh jumlah skor ideal x 100% Hasil penilaian aktivitas dibandingkan setiap siklusnya untuk memperoleh gambaran apakah terjadi perbaikan aktivitas belajar siswa. 2. Untuk menilai ulangan atau tes formatif Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh ratarata tes formatif dapat dirumuskan: X X N Dengan : X = Nilai rata-rata Σ X = Jumlah semua nilai siswa Σ N= Jumlah siswa F. Indikator Keberhasilan Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Untuk ketuntasan perorangan maka digunakan KKM sekolah untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas IX yakni 75. Kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat paling tidak 85% siswa yang telah mencapai daya serap KKM. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut: P Siswa. yang. tuntas. belajar x100% Siswa HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Sebelum melaksanakan KBM pada Siklus peneliti memberikan uji kemampuan awal melalaui Pretes. Dari tes awal diperoleh nilai terendah adalah 20 dan tertinggi adalah 30 dengan kriteria ketuntasan minimal sebesar 70 maka dapat dikatakan tidak seorang pun mendapat milai diatas ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah 0%. Nilai ratarata kelas adalah 27. Ini berarti siswa tidak mempersiapkan diri belajar dirumah untuk tiap materi baru sebelum datang ke sekolah. Siklus I a. Tahap Perencanaan Tahap perencanaan tindakan I meliputi kegiatan diskusi dengan guru sejawat untuk merumuskan permasalahan dan menyusun perangkat pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dalam menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah sebagai berikut : 1) Peneliti bersama guru mendiskusikan skenario pembelajaran akuntansi menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah. 2) Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ke-1 dan ke-2 untuk materi membuat laporan keuangan pada perusahaan jasa dengan model pembelajaran berdasarkan masalah. 3) Menyusun perangakat lember kerja siswa 1 dan 2. 4) Peneliti menyusun instrumen penelitian, yang berupa test dan non-test. Instrumen test digunakan untuk hasil (evaluasi akhir siklus) sedangkan instrumen nontest digunakan untuk pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati partisipasi (keaktifan).

554 b. Tahap Pelaksanaan Siklus I dilaksanakan dalam dua pertemuan (KBM) dengan langkahlangkah seperti pada RPP 1 dan 2. KBM pertama dilaksanakan pada Senin tanggal 9 Maret 2015 dengan diikuti 40 siswa. Materi yang dibahas adalah pengertian, proses, dan bentuk globalisasi. KBM kedua dilaksankan pada Senin tanggal 16 Maret 2015 dengan diikuti 40 siswa. Materi yang dibahas adalah politik luar negeri Indonesia. Setiap KBM mengikuti langkah-langkah berikut : Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Memberikan motivasi kepada siswa. Menjelaskan tujuan pembelajaran dan indikator pembelajaran. Menjelaskan secara singkat garis besar tentang globalisasi dan pengaruhnya. Mengenalkan model pembelajaran berdasarkan masalah dengan membagikan LKS. Guru membantu siswa mendefenisikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Mengelompokkan siswa ke dalam kelompok heterogen. Meminta siswa untuk memperhatikan dan mengerjakan LKS yang telah dibagikan. Meminta siswa untuk memperhatikan LKS yang menjadi tugas individual Mengawasi dan membimbing siswa dalam mengerjakan LKS Guru memberikan gambaran dan motivasi kepada siswa untuk mampu mengaplikasikan pengetahuan mereka. Meminta kelompok melakukan presentasi hasil diskusi penyelesaian masalah pada LKS. Menutup pelajaran dengan memberikan tugas rumah. c. Tahap Observasi Tahap observasi dilakukan untuk mendapatkan data yang meggambarkan dua hal dalam penelitian ini yakni keberhasilan proses dan keberhasilan hasil. Keberhasilan Proses Observasi pada proses dilakukan melalui lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran. Observasi dilakukan oleh dua orang pengamat. Karena siswa berkelompok dengan berpasangan maka tiap kelompok terdiri dari dua siswa sehingga pengamatan dilakukan pada dua kelompok dengan empat siswa dalam pengamatan. Data hasil observasi aktivitas belajar siswa pada Siklus I disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1: Aktivitas Siswa Pada Siklus I No Aktivitas Proporsi 1 Membaca dan menulis 39% 2 Mengerjakan LKS 33% 3 Bertanya pada teman 8% 4 Bertanya pada guru 17% 5 Yang tidak relevan 3% Jumlah 100% Penilaian aktivitas diperoleh dari lembar observasi aktivitas. Pengamatan dilakukan oleh dua pengamat selama 20 menit kerja kelompok dalam setiap KBM. Dengan pengamatan setiap 2 menit, maka nilai maksimum yang mungkin teramati untuk satu kategori aktivitas selama 20 menit untuk 4 siswa adalah 40 kali. Merujuk pada Tabel 4.1, pada Siklus I rata-rata aktivitas menulis dan membaca memperoleh proporsi 39%. Aktivitas mengerjakan LKS mencapai 33%. Aktivitas bertanya pada teman sebesar 8%. Aktivitas bertanya kepada guru 17% dan aktivitas yang tidak relevan dengan KBM sebesar 3%. Keberhasilan Produk Produk diperoleh melalui tes hasil belajar kognitif siswa. Tes adalah sebagian dari Pretes yang materi atau indikatornya telah diajarkan dalam Siklus I. Sebanyak delapan item diujikan dalam Formatif I ini. Hasil Formatif I disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2: Distribusi Hasil Formatif I Nilai Frekuensi Ketuntasan Rata-rata 100 2 5% 90 4 10% 80 12 30% 70 12-74 60 10 - Jumlah 40 45%

555 Merujuk pada Tabel 2 tersebut, nilai terendah Formatif I adalah 60 dan tertinggi adalah 100 dengan kriteria ketuntasan minimal 75 maka 18 dari 40 siswa mendapat nilai mencapai kriteria ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 45%. Dengan mengacu pada ketuntasan klasikal minimum sebesar 85% maka nilai ini berada di bawah kriteria keberhasilan sehingga dapat dikatakan KBM Siklus I gagal memberi ketuntasan keterampilan berpikir siswa. Nilai rata-rata kelas adalah 74 juga belum mencapai KKM. d. Tahap Refleksi I Pada Siklus I belum tercapai ketuntasan belajar siswa dikarenakan selama pengamatan terhadap kegiatan siswa Siklus I, masih terdapat beberapa kekurangan, yaitu: a. Kerjasama siswa dalam kelompok masih belum optimal, masih banyak siswa yang pasif. Mereka memang terlihat seperti mengerjakan, tetapi sebenarnya hanya sebagian kecil saja dari mereka yang mengerjakan, yang lainnya hanya bergantung pada temannya. Hal ini dikarenakan siswa kurang mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Terlihat dari aktiviatas menulis dan membaca yang dominan sebesar 39% di dukung oleh dokumentasi penelitian yang menunjukkan siswa banyak menulis dan membaca. b. Beberapa siswa dalam kelompok masih bingung menyikapi alur pembelajaran yang masih baru sehingga diskusi tidak fokus dan tidak terjadi suasana kooperatif dalam menyelesaikan masalah. c. Beberapa orang siswa melakukan kegiatan tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar. Siklus II a. Tahap Perencanaan Siklus I direncanakan sama dengan Siklus I hanya merujuk pada refleksi Siklus I maka dilakukan tindakan-tindakan perbaikan. Pada Siklus II juga disusun perangkat angket respon siswa selain perngkat yang sama pada perencanaan Siklus I. Seluruh perangkat juga disusun dalam diskusi antara peneliti dengan pembimbing penelitian. Adapun solusi tindakan yang direncanakan pada pelaksanaan Siklus II dari hasil refleksi di atas antara lain: a. Guru memberikan peringatan agar setiap siswa mengemukakan pendapatnya pada saat kerja kelompok. Bagi siswa yang tidak mengemukakan pendapatnya pada saat kerja kelompok, akan dikurangi nilainya. b. Tahap merumuskan masalah dimodifikasi dengan bertukar pikiran antara satu kelompok dengan kelompok lain sehingga kelompok baru dalam tahap merumuskan masalah berjumlah 8 siswa. Ini dimaksudkan untuk memperkaya ide-ide (mempersering munculnya ide) dalam kelompok. c. Untuk membantu siswa memunculkan ide-ide dan fokus dalam diskusi maka guru memasang media infokus yang dapat diamati siswa selama diskusi. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran yang diterapkan pada Siklus II sama seperti pada Siklus I, yaitu penerapan merumuskan masalah pada mata pelajaran PKn. Tahapan pembelajaran juga masih sama yaitu dengan menggunakan tiga tahapan sebagai berikut: tahap awal (persiapan), tahap inti (pelaksanaan), dan tahap akhir (penutup). KBM 3 dan 4 dilaksanakan berturut-turut pada Senin, 23 Maret 2015. dengan diikuti 40 siswa. Materi yang dibahas adalah dampak positif dan dampak negatif globalisasi. dan Senin, 30 Maret 2015 dengan diikuti 40 siswa. Mmateri yang diajarkan adalah contoh dampak positif dan negatif dari globalisasi. Siklus II dilaksanakan sesuai rencana dengan tindakan tindakan perbaikan yang telah dirumuskan. Dalam Siklus II digunakan RPP 3 dan 4 serta LKS 3 dan 4. Instrument selain tes hasil belajar dan lembar observasi. Peneliti membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Selanjutnya guru melakukan presensi. Setelah pelaksanaan presensi, guru menjelaskan kompetensi dasar dan indikator pencapaian hasil belajar, dan tujuan pembelajaran. Guru juga melakukan

556 tanya jawab dengan siswa tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan yang lalu. Sebelum masuk ke tahapan merumuskan masalah guru menjelaskan prosedur pelaksanaan model pembelajaran berdasarkan masalah kepada siswa. Selanjutnya, masuk ke model pembelajaran berdasarkan masalah. Pada tahap pertama, dalam merumuskan masalah guru memberikan siswa soalsoal yang berkaitan dengan materi berjumlah 10 soal untuk dikerjakan secara individu pada lembar kerja yang telah disediakan. Setelah tahapan merumuskan masalah selesai, guru meminta siswa berkelompok dengan temannya (kelompok) untuk mendiskusikan hasil jawabannya. Jawaban hasil diskusi ditulis pada lembar kerja yang telah disediakan. Ketika berkelompok, peneliti memeriksa pelaksanaan diskusi dari kelompok satu ke kelompok yang lain dan membantu jika ada kesulitan yang dihadapi ketika diskusi serta mengkondisikan agar diskusi dalam kelompok berjalan sesuai harapan. Pertemuan pertama Siklus II tahapan pemberalajaran berdasarkan masalah hanya sampai pada merumuskan masalah sedangkan tahap pemecahan masalah dilaksanakan pada pertemuan kedua (Siklus II). c. Tahap Observasi Tahap observasi Siklus II sama dengan Siklus I dilakukan untuk mendapatkan data yang meggambarkan dua hal dalam penelitian ini yakni keberhasilan proses dan keberhasilan produk. Keberhasilan Proses Observasi pada proses dilakukan melalui lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran. Observasi dilakukan oleh dua orang pengamat. Data hasil observasi aktivitas belajar siswa pada Siklus Ii disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3: Aktivitas Siswa Pada Siklus I No Aktivitas Proporsi 1 Membaca dan menulis 33% 2 Mengerjakan LKS 40% 3 Bertanya pada teman 16% 4 Bertanya pada guru 11% 5 Yang tidak relevan 2% Jumlah 100% Penilaian aktivitas diperoleh dari lembar observasi aktivitas. Pengamatan dilakukan oleh dua pengamat selama 20 menit kerja kelompok dalam setiap KBM. Dengan pengamatan setiap dua menit, maka nilai maksimum yang mungkin teramati untuk satu kategori aktivitas selama 20 menit untuk 4 siswa adalah 40 kali. Merujuk pada Tabel 4.3, pada Siklus I rata-rata aktivitas menulis dan membaca mengalami penurunan proporsi menjadi 33%. Aktivitas mengerjakan LKS naik mencapai 40%. Aktivitas bertanya pada teman tetap sebesar 16%. Aktivitas bertanya kepada guru naik menjadi 11% dan aktivitas yang tidak relevan dengan KBM turun menjadi 2%. Secara keseluruhan aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan kualitas yang menuju perbaikan. Keberhasilan Produk Produk diperoleh melalui tes hasil belajar kognitif siswa. Tes adalah sebagian dari Pretes yang materi atau indikatornya telah diajarkan dalam Siklus II. Sebanyak 10 item diujikan dalam Formatif II ini. Hasil Formatif II disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4: Distribusi Hasil Formatif II Nilai Frekuensi Ketuntasan Ratarata 100 8 20% 90 14 35% 80 14 35% 70 4 - Jumlah 40 90% 87 Merujuk pada Tabel 4 tersebut, nilai terendah Formatif II adalah 70 dan tertinggi adalah 100 dengan kriteria ketuntasan minimal 75 maka 36 dari 40 siswa mendapat nilai mencukupi KKM atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 90%. Dengan mengacu pada ketuntasan klasikal minimum sebesar 85% maka nilai ini berada pada kriteria keberhasilan sehingga dapat dikatakan KBM Siklus I berhasil memberi ketuntasan keterampilan berpikir siswa. Nilai rata-rata kelas adalah 87 juga di atas KKM.

557 d. Tahap Refleksi II Hasil observasi yang didapat dari pengamatan, bahwa peneliti dalam melaksanakan penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dalam pembelajaran sudah berhasil dan termasuk dalam kategori baik. Data menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada Siklus II lebih baik dari pada Siklus I, penurunan aktivitas individual seperti menulis dan membaca terjadi pada Siklus II. Aktivitas yang tidak relevan dengan KBM pada Siklus II menyusut. Sehingga secara keseluruhan terjadi peningkatan kualitas aktivitas belajar siswa. Data aktivitas belajar siswa secara tiap siklus disajikan dalam Gambar 1. Siklus 1 Siklus 2 39% 33% 33% 40% 8% 16% 17% 11% 3% 2% 1 2 3 4 5 Keterangan: 1. Menulis dan menbaca 2. Mengerjakan LKS 3. Bertanya pada teman 4. Bertanya pada guru 5. Yang tidak relevan Gambar 1: Grafik aktivitas siswa Siklus I dan Siklus II Selama pengamatan terhadap kegiatan siswa Siklus II (ranah afektif), penilaian terhadap tes hasil belajar (ranah kognitif), dan pengamatan terhadap pelaksanaan penerapan model pembelajaran berdasar-kan masalah Siklus II, sudah tidak terlihat hal-hal yang harus diadakan perbaikan. Hasil belajar siswa sudah menunjukkan peningkatan dan semua siswa dikatakan tuntas. Secara keseluruhan semua aspek dalam hasil belajar mengalami peningkatan dari Siklus I ke Siklus II. Data peningkatan hasil belajar siswa tiap Siklus disajikan dalam Gambar 2. Data Awal Siklus 1 siklus 2 30 100 100 20 60 70 27 74 87 90 0 45 Nilai Tertinggi Nilai terendah Rata-rata nilai tes Ketuntasan klasikal (%) Gambar 2: Grafik Perubahan Hasil Belajar Siswa

558 B. Pembahasan Merujuk pada Gambar 1, pada Siklus I rata-rata aktivitas I yakni menulis dan membaca memperoleh proporsi 39%. Aktivitas mengerjakan LKS mencapai 33%. Aktivitas bertanya pada teman sebesar 8%. Aktivitas bertanya kepada guru 17% dan aktivitas yang tidak relevan dengan KBM sebesar 3%. Pada Siklus II aktivitas menulis dan membaca turun menjadi 33% yang sepertinya mengindikasikan bahwa siswa mulai tertarik bekerja secara kooperatif namun ternyata kondisi ini diimbangi dengan kenaikan aktivitas mengerjakan LKS meningkat menjadi 40%. Sementara aktivitas bertanya pada teman tetap 16% dan bertanya pada guru naik menjadi 11%. Nilai-nilai ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada Siklus II lebih baik dari pada Siklus I. Kesimpulan ini diperkuat dengan temuan bahwa aktivitas yang tidak relevan dengan KBM pada Siklus II menyusut mencapai 2%. Merujuk pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata sebelum penerapan masalah yaitu berupa nilai pretes adalah 27 dengan ketuntasan belajar yang dicapai 0%, setelah penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah nilai siswa mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil tes pada Siklus I, nilai rata-rata hasil belajar yang dicapai siswa adalah 74 dengan ketuntasan klasikal 45%, untuk nilai rata-rata hasil belajar belum mencapai ketuntasan dan persentasi ketuntasan klasikal yang dicapai belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan namun begitu masih terdapat beberapa siswa memperoleh nilai yang di atas kriteria ketuntasan minimum. Baru pada Siklus II diperoleh hasil rata-rata 87 dengan persentae ketuntasa 90%. Kedua nilai baik rata-rata dan ketuntasan klasikal telah mencapai kriteria atau Siklus II berhasil meningkatkan hasil belajar siswa sampai pada ketuntasn klasikal. Pada Siklus I belum tercapai ketuntasan belajar siswa dikarenakan selama pengamatan terhadap kegiatan siswa Siklus I, masih terdapat beberapa kekurangan, yaitu kerjasama siswa dalam kelompok masih belum optimal, masih banyak siswa yang pasif. Mereka memang terlihat seperti mengerjakan, tetapi sebenarnya hanya sebagian kecil saja dari mereka yang mengerjakan, yang lainnya hanya bergantung pada temannya. Hal ini dikarenakan siswa kurang mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Terlihat dari aktiviatas menulis dan membaca yang dominan sebesar 39% di dukung oleh dokumentasi penelitian yang menunjukkan siswa banyak menulis dan membaca. Beberapa siswa dalam kelompom masih bingung menyikapi alur pembelajaran yang masih baru sehingga diskusi tidak fokus dan tidak terjadi suasana kooperatif dalam penyelesaian masalah. Beberapa orang siswa melakukan kegiatan tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar. Sehingga tindakan perbaikan yang direncanakan pada pelaksanaan Siklus II dari hasil refleksi di atas antara lain, guru memberikan peringatan agar setiap siswa mengemukakan pendapatnya pada saat kerja kelompok. Bagi siswa yang tidak mengemukakan pendapatnya pada saat kerja kelompok, akan dikurangi nilainya. Tahap merumuskan masalah dimodifikasi dengan bertukar pikiran antara satu kelompok dengan kelompok lain sehingga kelompok baru dalam tahap merumuskan masalah berjumlah 8 siswa. Ini dimaksudkan untuk memperkaya ide-ide (mempersering munculnya ide) dalam kelompok. Untuk membantu siswa memunculkan ide-ide dan fokus dalam diskusi maka guru memasang media chart yang dapat diamati siswa selama diskusi. Sehingga selama pengamatan terhadap kegiatan siswa Siklus II (ranah afektif), penilaian terhadap tes hasil belajar (ranah kognitif), dan pengamatan terhadap pelaksanaan penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah Siklus II, sudah tidak terlihat hal-hal yang harus diadakan perbaikan, siswa yang membuat gaduh pada Siklus II dapat diatasi oleh guru dengan baik, hasil belajar siswa sudah menunjukkan peningkatan dan semua siswa dikatakan tuntas. Secara keseluruhan semua aspek dalam keterampilan berpikir mengalami peningkatan dari Siklus I ke Siklus II. Karena proses pelaksanaan pada Siklus II telah dapat mencapai hasil dari pembelajaran yang diharapkan dan telah dapat menjawab rumusan masalah pada penelitian ini, maka tidak diadakan siklus selanjutnya. Pembelajaran dengan model pembelajaran berdasarkan masalah memiliki

559 kelebihan dibandingkan dengan pembelajaran konvensioanl. Pada pembelajaran masalah dapat memacu dan merangsang siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berfikir sehingga siswa dapat menerapkan keterampilan berpikir dari hasil pembelajaran dalam kehidupan bernegara. Sehingga menjadikan siswa lebih termotivasi untuk belajar sebab siswa diajak terlibat langsung. Namun disamping kelebihan tersebut, masalah juga memiliki kelemahan yang menyebabkan pencapaian hasil belajar belum maksimal dan peningkatan hasil belajar masih tergolong rendah, kelemahan tersebut antara lain: 1) kerjasama kelompok sering kali hanya melibatkan siswa yang mampu sebab mereka cukup memimpin dan mengarahkan siswa yang kurang mampu; 2) keterbatasan peneliti dalam mengalokasikan waktu pada saat siswa mengajukan hasil diskusi mereka shingga tidak semua kelompok dapat mengajukan hasil diskusi mereka; 3) kondisi kelas yang menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah sulit untuk dikontrol sebab kesempatan diskusi dalam proses belajar memberi peluang bagi siswa untuk ribut. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melaksanakan pembelajaran PKn melalui model pembelajaran berdasarkan masalah pada siswa kelas IX SMP Negeri 4 Satu Atap Bilah Barat pada Siklus I dan II maka diperoleh data uji awal, Formatif I, Formatif II, dan aktivitas belajar siswa kegiatan belajar mengajar terkumpul kemudian dianalisis sehingga dapat disimpulkan antara lain: 1. Penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa dalam pembelajaran PKn pada materi pokok globalosasi di kelas IX SMP Negeri 4 Satu Atap Bilah Barat terbukti pada Formatif I menunjukkan rata-rata 74 dengan ketuntasan 45% dan pada Formatif II menunjukkan rata-rata 87 dengan ketuntasan klasikal 90% sehingga terjadi peningkatan 45%. 2. Penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar PKn siswa pada materi pokok globalosasi di kelas IX SMP Negeri 4 Satu Atap Bilah Barat. Hal ini digambarkan melalui aktivitas belajarnya menurut pengamatan pada Siklus I antara lain menulis dan membaca 39%, mengerjakan LKS 33%, bertanya sesama teman 8%, bertanya kepada guru 17% dan yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar 3%. Sedangkan pada Siklus II antara lain menulis dan membaca 33%, mengerjakan LKS 40%, bertanya sesama teman 16%, bertanya kepada guru 11%, dan yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar 2%. B. Saran Setelah melakukan kegiatan belajar mengajar selama Siklus I, dan Siklus II maka diperoleh data-data kemudian data tersebut di analisis dan juga hasil rekaman peneliti selama KBM maka perlu saran agar pengguna atau yang memanfaatkan masalah selama kegiatan belajar di sekolah benar-benar bermanfaat sesuai dengan tujuan penelitian. 1. Perlu motivasi diberikan pada awal pertemuan agar selama bekerja dalam kelompok aktivitas siswa sangat baik. 2. Di awal kegiatan belajar mengajar (KBM) seharusnya menjelaskan tujuan pembelajaran serta aplikasinya pada kehidupan masyarakat sesuai dengan konsep materi pembelajaran. 3. Model pembelajaran berdasarkan masalah, dapat diterapkan dengan sempurna pada kelompok kecil (< 30 orang perkelas) 4. Selama kerja kelompok perlu aturan-aturan di informasikan kepada siswa sesuai dengan tujuan berkelompok, agar tujuan berkelompok dapat tercapai dan dapat dilihat pada tes hasil belajar secara individu.

560 DAFTAR PUSTAKA Arends. 2008. Learning to Teach-Belajar untuk Mengaja. Yogyakarta: Pustaka Belajar. (penerjemah Soetjipto, dkk). Aqib, Z. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya. Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Suryadi, S. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grafindo Perkasa. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.