III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Ketahanan pangan rumahtangga pada hakekatnya merupakan kondisi terpenuhinya pangan yang tercennin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Dari sisi perilaku ekonomi terpenuhinya pangan ini tidak hanya sebagai nilai konsurnsi pangan rumahtangga atau indikator hasil saja, tetapi juga mengacu kepada indikator proses berupa tingkat penguasaan pangan dan daya beli pangan oleh rumahtangga. Indikator proses ini mengisyaratkan bahwa petani harus memiliki tingkat produksi dan pendapatan yang cukup baik. Untuk mendukung tingkat produksi yang baik pada produksi pertanian padi diperlukan adanya air yang tersedia terus menerus sepanjang tahun. Sementara secara alamiah persediaan air terikat pada ruang dan waktu, dimana dimusim hujan air bisa melimpah dan kadang menimbulkan banjir sedangkan dimusim kemarau banyak sawah yang kekeringan. Dari sisi ruang, daerah yang dekat dengan sumber air akan mengalami kebanyakan air dan daerah yang jauh akan mengalami kekurangan air. Kebanyakan air maupun kekurangan air semuanya mempunyai akibat yang tidak baik seperti kebanyakan akan menimbulkan terjadinya genangan (water logging) dan pengaraman (salinization) sehingga bisa meracuni tanaman dan merusak laban, sedangan kekeringan akan menimbulkan kegagalan panen dalam usahatani pertanian (Anwar, 1991). Memperhatikan kondisi di atas maka perlu adanya upaya perbaikan dan peningkatan sistem irigasi yang sudah ada, sehingga dampak kelebihan dan kekurangan air dapat diminimalisasi. Dengan diminimaiisasinya dampak kekurangan dan kelebihan air dapat mempengaruhi peningkatan luas areal tanam, produktivitas per ha, pola tanam dan intensitas tanam yang akhimya akan mampu mendorong peningkatan produksi padi. Bagi rumahtangga petani peningkatan produksi padi merupakan tumpuan untuk meningkatkan ketersediaan pangan dan sekaligus meningkatkan pendapatan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi oleh peningkatan luas panen, tenaga kerja, penggunaan input (pupuk, obat-obatan), harga input dan harga
output. Tetapi peningkatan produksi tidak secara langsung akan mendorong peningkatan pendapatan petani karena sangat tergantung kepada harga padi dipasar setempat dan harga dari berbagai input pertanian yang digunakan. Dalam rumahtangga petani pendapatan tidak hanya berasal dari kegiatan usahatani padi saja tetapi juga dapat dari (I) usahatani yang lain seperti palawija, sayuran, hortikultura, petemakan dan perikanan, (2) berburuh tani dan (3) berburuh nonusahatani seperti berdagangan, buruh, tukang dan lain-lain. Pendapatan yang tinggi akan memberikan peluang bagi rumahtangga petani untuk mengalokasikan dalam berbagai kegunaan seperti peningkatan persentase pengeluaran untuk konsumsi yang terdiri dari pengeluaran pangan dan non-pangan. Peningkatan pengeluaran pangan akan memberikan peluang akses yang besar kepada rumahtangga untuk meningkatkan ketersediaan pangan dan konsumsi pangan yang lebih beragam, bermutu dan bergizi, sehingga ketahanan pangan rumahtangga petani dapat terwujud. Berdasarkan uraian di atas, maka analsisi faktor pembentuk produksi dan pendapatan meqjadi penting disamping pengeluaran konsumsi pangan dan gizi serta pengetahuan tentang pangan dan gizi dalam mempengaruhi ketahanan pangan rumahtangga petani. Hubungan faktor-faktor tersebut didalam mempengaruhi ketahanan pangan dapat dilihat pada Gambar I. ~:;""... -~ Iwga... -pcrtanim... (pupuk.. oba!- _TK) -+L lntens. Tanam t" ~ I P,""",- r.., Produksi ~.1 I...,... Non-P!!!I!!! I 1 M AU -+1 PoIa Tanam. ~ Poch... -+I... T... ~ l.j Kd<nedianl 1.,..., 1.1 L~"""" ~ 1 """ PanpnRT Gambar 1. Kenagka Pemikina Konseptual Ketabanan hagan Rumabtaogga Petaai Padi 35
3.2. Kerangka Teoritis Rumahtangga pertanian pada umumnya mempunyai ciri subsistem atau semi komersial, dimana petani akan berlaku sebagai konsumen dari komoditas hasil usahataninya sekaligus bertindak sebagai produsen yang menjual hasil usahataninya. Kondisi ini menunjukkan bahwa keputusan pada satu aspek akan mempengaruhi aspek lainnya, karena sulit dilakukan pemisahan secara tegas antara rumahtangga pertanian yang bersifat produsen murni atau konsurnen murni. Dalam menganalisis keterkaitan antara keputusan rumahtangga dalam aspek produksi maupun aspek konsumsi dapat digunakan pendekatan model ekonomi rumahtangga yang dikembangkan oleh Singh et al (1986). Berdasarkan tinjauan pustaka, maka ketahanan pangan rumahtangga pertanian dapat didefinisikan sebagai hasil dari berbagai keputusan rumahtangga. Dengan demikian, derajat ketahanan pangan rumahtangga pertanian dipengaruhi oleh keterkaitan aspek konsumsi dengan aspek produksi. Model ekonomi rumahtangga yang dikembangkan oleh Singh et ai, mengasumsikan bahwa rumahtangga memaksimumkan fungsi utilitas terhadap konsumsi komoditas produk usahatani sendiri, konsumsi komoditas yang dibeli di pasar dan konsumsi waktu santai dengan kendala pendapatan, waktu dan produksi, seperti yang diuraiakan pada tinjauan pustaka. Dengan menggunakan fungsi lagrange terhadap fungsi utilitas tersebut akan dapat diperoleh fungsi permintaan terhadap komoditas-komoditas tersebut, seperti berikut: X. = X. (Pa, Pm, Pv, Wp, Ww, y')...(40) Xm = Xm (Pm, Pa, Pv, Wp, Ww, y')... (41) Xr= Xr(Wp, Ww, Pm, Pa, Pv, y')... (42) Sementara itu, untuk melihat ketahanan pangan rumahtangga pertanian dapat digunakan indikator kecukupan energi. Kecukupan energi dapat didefinisikan sebagai total konsumsi energi dibandingkan dengan angka kecukupan energi yang dianjurkan untuk suatu rumahtangga, dimana dapat dinyatakan sebagai berikut: KE = Cal/EKECf...(43) 36
Dimana: KE : Kecukupan energi Cal, : Total konsumsi energi rumahtangga dari sumber ke-i KECj : Angka kecukupan energi untuk anggota keluarga ke-j Total konsumsi energi merupakan penjumlahan dari konsumsi enegi dari seluruh komoditas pangan (Ck) baik yang berasal dari produksi sendiri (Cal.) maupun dibeli (Calm), secara persamaan dapat dinyatakan sebagai berikut: Cal, = r ~ Ck...(44) Dimana: Ck : Jenis komoditas pangan ke-k ek : Kandungan energi dari komoditas pangan ke -k Cal, : Total konsumsi energi rumahtangga dari sumber ke-j i=a,mdank= I,...,n Pada persamaan (44) dapat dianalisa bahwa jika tetjadi perubahan jenis komoditas (Ck) maka akan merubah nilai kandungan energi komoditas pangan (ek), maka jumlah energi yang dikonsumsi akan ditentukan oleh konsumsi fisik komoditas pangan (Ck) dan faktor peubah yang mempengaruhi perrnintaan konsumsi komoditas, dimana dapat dinyatakan sebagai berikut: Cal, = r ek Ck (Pa, Pm, Pv, Wp, Ww, y)...(45) Sementara itu, angka kecukupan energi untuk anggota keluarga akan berbeda antar rumahtangga sehingga kecukupan energi dapat dinyatakan sebagai berikut: KE = KE (Pa, Pm, Pv, Wp, Ww, Y, KECr)...(46) Dari persamaan (46) dapat dikatakan bahwa kecukupan energi dipengaruhi oleh perubahan harga komoditas usahatani yang diproduksi rumahtangga, harga komoditas yang dibeli pasar, harga input variabel usahatani, upah tenaga kerja pria pada pertanian, upah tenaga ketja wanita pada pertanian, pendapatan dan angka kecukupan energi anggota rumahtangga. 3.3. Kerangka Pemikiran Operasional dan Definisi Operasional Kecukupan energi merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan didalam menganalisis derajat pencapaian ketahanan pangan rumahtangga petani. Untuk mencapai kondisi derajat ketahanan pangan tersebut antara lain dapat melalui peningkatan produksi pertanian kbususnya produksi padl Peningkatan 37
produksi padi antara lain dapat melalui kebijakan pembangunan irigasi, karena diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan air sepanjang tahun. Dengan tersedianya air sepanjang waktu akan mendorong peningkatan luas areal panen melalui peningkatan intensitas tanam yang selama ini satu kali dalam setahun bisa menjadi dua kali dalam satu tahun. Selain itu, irigasi juga mempengaruhi tingkat efisiensi dan efekivitas penggunaan input pertanian seperti bibit, pupuk dan obatobatan yang akan berdampak kepada peningkatan produktivitas lahan. Produksi dapat diartikan sebagai resultante pengaruh dari berbagai faktor seperti lahan, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan ketersediaan air terhadap output padi. Dengan demikian kebijakan pemerintah untuk melakukan investasi pembangunan irigasi akan berdampak kepada produksi padi secara langsung dan ketahanan pangan secara tidak langsung. Sementara dari aspek ketahanan pangan rumahtangga peningkatan produksi akan berpengaruhi kepada aspek konsumsi rumahtangga, karena keduanya saling berkaitan. Sehingga pengambilan keputusan pada salah satu sisi akan dapat menimbulkan dampak kepada pencapaian ketahanan pangan. Pembangunan perbaikan irigasi tentu akan berpengaruh terhadap perilaku ekonomi rumahtangga petani dalam sisi produksi dan sisi konsumsi. Untuk menganalisis perilaku ekonomi tersebut dapat digunakan pendekatan model ekonomi rumahtangga dengan metode anal isis 2SLS (Two Stage Least Squares), seperti pada Gambar 2. Konsep dan defmisi operasioanal varibael yang digunakan dalam analisis tersebut antara lain: I. Pembangunan irigasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan sistem irigasi yang telah ada, perluasan jangkauan irigasi dan pengembangan jaringan tersier dalam rangka ketersediaan air; 2. Ketahanan pangan rumahtangga adalah kondisi yang menunjukkan situasi kecukupan pangan di tingkat rumahtangga, dimana derajat ketahanan pangan rumahtangga dapat ditunjukkan oleh indikator proses (ketersediaan pangan) dan indikator hasil (konsumsi pangan); 3. Rumahtangga petani padi adalah sekelompok orang yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak serta anggota keluarga lainnya yang berada dibawah satu atap 38
(pengurusan kebutuhan sehari-harinya dilakukan bersama-sama) dan mengusahakan komoditas padi sebagai sumber natkah utama; 4. Produksi padi adalah jumlah padi yang diperoleh rumahtangga dari lahan sawah selama dua musim tanam terakhir, dimana merupakan hasil perkalian antara produktivitas dan luas areal garapan dalam satuan kg per dua musim tanam. Produksi padi petani dalam kondisi Gabah Kering Panen (GKP); 5. Pendapatan total rumahtangga adalah penerimaan bersih secara tunai yang diterima semua anggota keluarga (suami, istri dan anak) dari kegiatan usaha tani padi, usahatani non-padi dan berburuh pertanian atau non pertanian, dimana dinilai dengan rupiah per tahun; 6. Angkatan kerja keluarga adalah jumlah anggota rumahtangga usia kerja di atas 15 tahun dalam satuan orang; 7. Pengeluaran pangan rumahtangga adalah jumlah pengeluaran yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota rumahtangga Dalam penelitian ini pangan meliputi makanan pokok, ikan, daging, telur, sayur, buah-buahan, gula, teh, minyak tanah dan minyak goreng dalam satuan rupiah pertahun; 8. Pengeluaran non-pangan rumahtangga adalah jumlah pengeluaran yang dikeluarkan selain pengeluaran pangan, pendidikan, kesehatan, tabungan dan investasi usahatani meliputi: perbaikan rumah, penerangan, sandang, rekreasi, arisan/hajatan dan transportasi dalam satuan rupiah per tahun; 9. Pengeluaran pendidikan adalah pengeluaran rumahtangga untuk keperluan pendidikan meliputi biaya uang sekolah, jajan sekolah, pakaian sekolah, perlengkapan dan buku sekolah, pengeluaran untuk membeli koran dan majalah dalam satuan rupiah per tahun; 10. Pengeluaran kesehatan adalah pengeluaran rumahtangga untuk keperluan berobat kepuskemasldokter atau bidan, beli obat, pemasangan konstrasepsi dalam satuan rupiah per tahun; II. Tabungan adalah jumlah dana yang disimpan oleh rumahtangga baik pada lembaga keuangan atau disimpan di kelompok dalam bentuk arisan dengan satuan rupiah per tahun; 39
12. Investasi usahatani adalah pengeluaran rumahtangga sarana pertanian seperti pengeluaran untuk pupuk, pestisida, tenaga kerja dan peralatan tani dalam satuan rupiah per tahun; 13. Ketersediaan pangan rumahtangga adalah penguasaan atas sejumlah pangan oleh rumahtangga yang diperlukan untuk kepentingan konsumsi atau tujuan lain. Tingkat ketersediaan pangan direfleksikan oleh penjumlahan nilai padi yang tidak dijual dan nilai pangan yang dibeli dipasar dalamsatuan rupiah per tahun; 14. Jumlah air yang digunakan adalah perkalian dari jumlah air yang direkomendasikan oleh dinas pekerjaan umum sebesar 5mmlhari di kali dengan luas areal garapan; 15. Tingkat kecukupan energi anggota rumahtangga menunjukkan rasio antara riel konsumsi energi dengan kebutuhan energi sesuai anjuran dan dinyatakan dalam persen 3.4. Hipotesis Berdasarkan tujuan penelitian, tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran teoritis maka dapat diajukan beberapa hipotesis dalam penelitian ini, yaitu: (I) Pembangunan irigasi akan meningkatkan produksi padi melalui peningkatan luas aral garapan dan produktivitas. (2) Peningkatan produksi padi akan mendorong pendapatan dan pengeluaran pangan rumahtangga petani padi. (3) Peningkatan pengeluaran pangan akan meningkatkan konsumsi pangan dan kecukupan energi rumahtanga petani padi. 40
Pennasalahan: I. Rendahnya tingkat kecukupan energi rumahtangga dibandingkan dengan hasil widya karya pangan dan gizi VIII 2. Rendahnya produksi padi akibat kurang tersedianya air irigasi Pembangunan irigasi Oampak yang diharapkan: 0 Meningkatkan pendapatan rumahtangga petani terutama pendapatan usahatani padi 0 Meningkatkan konsumsi dan gizi rumahtangga karena peningkatan pengeluaran pangan 0 Kecukupan energi rumahtangga dapat mendekati hasil Widyakarya Pangan dan Gizi VIII t Hal yang ingin diketahui: (I) Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi ketahanan pangan rumahtangga petani padi meliputi produksi usahatani, pendapatan, ketersediaan pangan dan kecukupan energi (2) Bagaimana kondisi ketabanan pangan rumahtangga petani setelah adanya pembangunan irigasi t o o Analisis data dengan model ekonomi rumahtangga pertanian (Agricultural Household Model) menggunakan persamaan simultan Metode pendugaan model dengan menggunakan 2 SLS Oerajat Kecukupan Energi rumahtangga petani Gambar 2. A1ur Kerangka Pemikiran Operasional Dampak Investasi Perbaikan Irigasi terhadap Ketahanan Pangan Rumahtangga 41