BAB V ANALISA HASIL PENELITIAN 5.1 Analisa Hasil Penelitian Nilai ATP untuk perjalanan Bisnis (ATP 1) Dari hasil-hasil pengolahan data yang merupakan hasil penelitian nilai ATP untuk situasi perjalanan bisnis, yang disebut juga sebagai nilai ATP 1 diperoleh angkaangka statistik yang disajikan dalam bentuk tabulasi data. Nilai ATP untuk situasi perjalanan bisnis atau kerja untuk seluruh responden adalah : A. Tingkat pengeluaran < Rp500.000,- Rata-rata nilai ATP = Rp 3166.67 : Rp2836.46 : Rp3496.88 B. Tingkat pengeluaran antara Rp500.000 Rp1juta Rata-rata nilai ATP = Rp 3214.98 : Rp2936.83 : Rp3493.12 V - 1
C. Tingkat pengeluaran antara Rp1juta Rp1,5juta Rata-rata nilai ATP = Rp 3739.90 : Rp3470.96 : Rp4008.84 D. Tingkat pengeluaran antara Rp1,5juta Rp2juta Rata-rata nilai ATP = Rp 4415.46 : Rp4082.42 : Rp4738.50 E. Tingkat pengeluaran antara Rp2juta Rp 2,5juta Rata-rata nilai ATP = Rp 4724.28 : Rp4433.38 : Rp5015.18 F. Tingkat pengeluaran antara Rp2,5juta Rp3juta Rata-rata nilai ATP = Rp 4565.22 V - 2
: Rp4248.01 : Rp4882.43 G. Tingkat pengeluaran antara Rp3juta Rp4juta Rata-rata nilai ATP = Rp 4829.22 : Rp4551.11 : Rp5107.32 H. Tingkat pengeluaran antara Rp4juta Rp 5juta Rata-rata nilai ATP = Rp 4992.06 : Rp4476.58 : Rp5507.55 I. Tingkat pengeluaran antara Rp5juta Rp6juta Rata-rata nilai ATP = Rp 4846.15 : Rp4432.94 : Rp5259.37 V - 3
J. Tingkat pengeluaran antara Rp6juta Rp 7 juta Rata-rata nilai ATP = Rp 5222.22 : Rp4544.98 : Rp5899.46 K. Tingkat pengeluaran antara Rp7juta Rp 8juta Rata-rata nilai ATP = Rp 5555.56 : Rp5022.75 : Rp6088.37 L. Tingkat pengeluaran >Rp8juta Rata-rata nilai ATP = Rp 5546.30 : Rp5126.06 : Rp5966.53 Pengamatan yang dilakukan mendapatkan bahwa derajat Skewness yang didapatkan semua bernilai negatif, yang menandakan bahwa data-data hasil observasi yang frekuensinya rendah berada di sebelah kiri rata-rata hitungnya. V - 4
Berbeda dengan derajat Kurtosis yang didapatkan lebih bervariasi di setiap kelasnya. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 Penekanan berupa situasi perjalanan yang harus dilakukan sehari-hari, dalam hal ini situasi perjalanan bisnis, hasilnya dipercaya dapat diandalkan karena data-data yang ada distribusinya mendekati distribusi normal. Sehingga pendugaan interval yang dihitung berdasarkan asumsi bahwa data berdistribusi normal dapat diberlakukan. 5.2 Analisa Hasil Penelitian Nilai ATP untuk perjalanan Rekreasi (ATP 2) Dari hasil-hasil perolehan data-data yang merupakan hasil penelitian nilai ATP untuk situasi perjalanan rekreasi yang disebut juga sebagai ATP 2, diperoleh angka-angka statistik yan juga disajikan dalam bentuk tabulasi data. Nilai ATP untuk situasi perjalanan rekreasi untuk seluruh responden adalah : A. Tingkat pengeluaran < Rp500.000,- Rata-rata nilai ATP = Rp 2184.85 : Rp1792.92 : Rp2576.77 V - 5
B. Tingkat pengeluaran antara Rp500.000 Rp1juta Rata-rata nilai ATP = Rp 2413.33 : Rp2072.01 : Rp2754.66 C. Tingkat pengeluaran antara Rp1juta Rp1,5juta Rata-rata nilai ATP = Rp 3091.46 : Rp2760.37 : Rp3422.54 D. Tingkat pengeluaran antara Rp1,5juta Rp2juta Rata-rata nilai ATP = Rp 3227.27 : Rp2733.12 : Rp3721.42 E. Tingkat pengeluaran antara Rp2juta Rp 2,5juta Rata-rata nilai ATP = Rp 4106.67 V - 6
: Rp3729.72 : Rp4483.61 F. Tingkat pengeluaran antara Rp2,5juta Rp3juta Rata-rata nilai ATP = Rp 3345.45 : Rp2852.95 : Rp3837.96 G. Tingkat pengeluaran antara Rp3juta Rp4juta Rata-rata nilai ATP = Rp 3770.37 : Rp3330.60 : Rp4210.14 H. Tingkat pengeluaran antara Rp4juta Rp 5juta Rata-rata nilai ATP = Rp 3500 : Rp2589.25 : Rp4410.75 V - 7
I. Tingkat pengeluaran antara Rp5juta Rp6juta Rata-rata nilai ATP = Rp 3814.29 : Rp3213.48 : Rp4415.10 J. Tingkat pengeluaran antara Rp6juta Rp 7 juta Rata-rata nilai ATP = Rp 4300 : Rp3214.55 : Rp5385.45 K. Tingkat pengeluaran antara Rp7juta Rp 8juta Rata-rata nilai ATP = Rp 4000 : Rp2825.25 : Rp5174.75 V - 8
L. Tingkat pengeluaran >Rp8juta Rata-rata nilai ATP = Rp 5216.67 : Rp4624.87 : Rp5808.46 Sama seperti pada analisa nilai ATP1, derajat Skewness yang didapatkan semua bernilai negatif, yang menandakan bahwa data-data hasil observasi yang frekuensinya rendah berada di sebelah kiri rata-rata hitungnya. Dan derajat Kurtosis yang didapatkan juga bervariasi nilainya disetiap kelas. Penekanan berupa situasi perjalanan yang tidak dilakukan setiap hari pada setiap bulan, dalam hal ini situasi perjalanan rekreasi, hasilnya ternyata tidak dapat digunakan, karena nilai yang didapat sangat bias pada pada beberapa kelas tingkat pengeluaran dan data-data tidak berdistribusi normal. Oleh karena itu, pendugaan interval yang dilakukan dengan asumsi bahwa data berdistribusi normal tidak dapat diberlakukan. 5.3 Analisa Hubungan Nilai Rata-Rata ATP dan Kelas Sampel Dari pengamatan yang dilakukan pada hubungan nilai rata-rata ATP untuk perjalanan bisnis (ATP 1) dan kelas sampel, ternyata nilai rata-rata ATP 1 tiap V - 9
kelas tidak menyatakan hubungan yang idealnya ada. Grafik 4.4. tersebut tidak menunjukkan bahwa nilai ATP 1 akan bertambah seiring dengan meningkatnya kelas pengeluaran rumah tangga. Namun demikan, grafik 4.4. tersebut juga dapat menunjukkan adanya kecendrungan hubungan tersebut, walaupun tidak terlalu signifikan. Kurang signifikansinya hubungan tersebut selain disebabkan karena bervariasinya preferensi, juga dapat diakibatkan oleh distribusi frekuensi yang tidak terlalu merata dari tiap kelas yang ada, lihat grafik 5.1. Bila digambarkan dengan grafik bubble, populasi tiap kelas dapat ditampilkan. Semakin besar bubble, berarti semakin besar pula populasinya. Namun sebaliknya, semakin kecil bubble, berarti semakin kecil populasinya. Hampir sama halnya dengan pengamatan yang dilakukan pada hubungan nilai rata-rata ATP untuk perjalanan rekreasi (ATP 2) dan kelas sampel, ternyata nilai rata-rata ATP 2 tiap kelas tidak menyatakan hubungan yang idealnya ada. Grafik 4.5. tersebut tidak menunjukkan bahwa nilai ATP 2 akan bertambah seiring dengan meningkatnya kelas pengeluaran rumah tangga. Bahkan grafik 4.5. tersebut juga tidak menunjukkan adanya kecendrungan hubungan tersebut, karena datanya yang luas. V - 10
Hubungan yang tidak jelas tersebut disebabkan karena bervariasinya preferensi terhadap ATP 2, karena situasi perjalanan yang bersifat rekreasi. Sebagian responden lebih memilh untuk menghemat waktu perjalanan dan memilih menggunakan ruas jalan tol dengan tarif yang agak lebih besar. Namun sebagian yang lainnya tidak demikian, dengan alasan waktu yang ada sangat lengang sehingga tidak perlu tergesa-gesa tiba ditujuan. 60 50 Kelas B Kelas C BESAR KELAS SAMPEL 40 30 20 Kelas A Kelas D Kelas E Kelas F Kelas G Kelas I 10 Kelas H Kelas J Kelas K Kelas L 0 0 2 4 6 8 10 12 14 KLASIFIKASI TINGKAT PENGELUARAN Grafik 5.1. Grafik Bubble untuk situasi perjalanan bisnis (ATP 1) V - 11
60 50 Kelas B Kelas C BESAR KELAS SAMPEL 40 30 20 Kelas A Kelas E Kelas G Kelas D Kelas F Kelas I 10 Kelas H Kelas K Kelas L Kelas J 0 0 2 4 6 8 10 12 14 KLASIFIKASI TINGKAT PENGELUARAN Grafik 5.2. Grafik Bubble untuk situasi perjalanan rekreasi (ATP 2) 5.4 Hubungan Nilai Rata-Rata ATP dan Frekuensi Kumulatif Sampel Untuk mengetahui apakah sebaran data yang dimiliki valid atau tidak, maa analisa regresi dilakukan dengan memasukkan data secara bertahap, hingga seluruh data masuk. Karena ada 12 data yang didapatkan, maka mula-mula analisa regresi dilakukan terhadap 8 buah data, baru selanjutnya dilakukan terhadap 10 data dan 12 buah data. Jika nilai korelasinya semakin meningkat berati data-data yang dimiliki tidak diragukan validitasnya. Cara ini adalah cara yang biasa dilakukan untuk uji validasi data-data sampel yang dianalisa dengan menggunakan analisa regresi. V - 12
Jika dilakukan pengamatan pada grafik-grafik, baik yang menyatakan hubungan antara frekuensi kumulatif sampel dengan nilai ATP 1 (perjalanan bisnis) maupun nilai ATP 2 (perjalanan rekreasi) dapat terlihat bahwa nilai R 2 yang merupakan koefisien korelasi semakin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah data yang dianalisa. Ini membuktikan bahwa data-data yang diperoleh telah teruji validitasnya. V - 13