BAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Proses Penyembuhan Kesehatan Mental Klien Rumah Sakit Jiwa Tampan

dokumen-dokumen yang mirip
RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

Instrumen Tes Intervensi Sesi Pertama 1. Jodohkanlah Kosakata disamping dengan Gambar yang Tepat!

KONTRIBUSI TEORI HIERARKI MASLOW DALAM PROSES PENYEMBUHAN KESEHATAN MENTAL KLIEN RUMAH SAKIT JIWA TAMPAN PROVINSI RIAU SKRIPSI OLEH

BAB III PENYAJIAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan sangat berpengaruh pada minat konsumen untuk memilih dan

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

KUESIONER ANALISIS AUDIT KINERJA KUALITAS PELAYANAN PUBLIK PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

BAB V PEMBAHASAN. mampu bersosialisasi dengan sehat di lingkungan masyarakatnya.

BAB III PENYAJIAN DATA. Efektifitas Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan. Kepercayaan Diri pada Remaja Kasus Pembunuhan Di Lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengerti. Semua itu merupakan proses perkembangan pada manusia. Widjaja

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan

BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN Masalah : Isolasi sosial Pertemuan : I (satu)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera utara

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk

KUESIONER PENELITIAN. Persepsi Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Perawat di Ruang Rawat Inap Kelas III Bangsal Rumah Sakit Imelda Medan Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Ditinjau dari sudut perkembangan manusia, kebutuhan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun. 1992, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. bersiap-siap mengakses dan menangani klien-klien lansia. Terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal Desenber Nama Sdr. S, umur 15 tahun, agama islam, pendidikan SLTP, No CM ,

PROPOSAL Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Orientasi Realita

Pengalaman sakit adalah hal yang dapat terjadi pada siapa pun, kapan pun. dan dimana pun, begitu pula dengan anak-anak. Sebagaimana orang dewasa,

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) ORIENTASI REALITA

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI LEMBAGA REHABILITASI YAYASAN JAWOR KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. ruhani serta bersifat unik karena memiliki berbagai macam kebutuhan sesuai

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANXIETAS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD)

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN BPJS DALAM HAL KEPUASAN DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT Dr.PIRNGADI MEDAN TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer &

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN SOMATISASI. Skripsi

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER

SKILL LAB. SISTEM NEUROPSIKIATRI BUKU PANDUAN MAHASISWA TEHNIK KETERAMPILAN WAWANCARA

KARAKTERISTIK INFORMAN

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. akan pengelolaan informasi yang akurat. digunakan untuk pengelolaan data-data organisasi. Dalam sistem basis data

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

PENDAHULUAN. A. Latar belakang

EVALUASI TERHADAP PROSEDUR PENYAMPAIAN INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit, diantaranya

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN

A. IDENTITAS INFORMAN (DOKTER) Nama : Umur : Tahun. Status kepegawaian : Pendidikan : Lama kerja : B. Pertanyaan

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan karena manusia membutuhkan satu dengan lainnya. Everet M.Rogers dan

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan serta peningkatan kesehatan. tingginya kesadaran hukum masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terletak di Jl. Wates Km. 5,5 Gamping, Sleman, Daerah Istimewa. Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping merupakan

STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP1) PADA KLIEN DENGAN KEHILANGAN DAN BERDUKA. No. MR : 60xxxx RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

mapun yang tidak kenal sama sekali. Peranan komunikasi tidak hanya berguna

BAB I PENDAHULUAN. haruslah bersifat menyeluruh, terpadu, merata dan terjangkau oleh seluruh

BUKU PEGANGAN KADER KESEHATAN JIWA BUKU PEGANGAN KADER KESEHATAN JIWA NAMA KADER ALAMAT

TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan dalam pekerjaan. Perubahan gaya hidup tersebut diantaranya adalah

TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER)

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

PUSAT REHABILITASI PENYANDANG CACAT TUBUH BAB III KASUS PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi fisiologis dan psikososial secara bertahap. Setiap tahap psikososial

11. Apakah fasilitas mandi yang disediakan oleh Panti memadai? a. Memadai b. Tidak memadai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan

Petunjuk Pengisian : Isilah kotak yang tersedia dengan menuliskan angka, berapa lama waktu saudara mengerjakan pekerjaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK SEBELUM TINDAKAN SIRKUMSISI DI BALAI PENGOBATAN ADHIA TUNGGUR SLOGOHIMO WONOGIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis tentang Gejala Gejala Depresi Yang Di Tampakkan Seorang

PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL PSIKOTIK DI PANTI SOSIAL BINA LARAS HARAPAN SENTOSA 3 CEGER

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spritual yang komprehensif ditunjukan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

BAB I PENDAHULUAN. Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak setiap orang merupakan salah satu slogan yang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. register status pasien. Berdasarkan register pasien yang ada dapat diketahui status pasien

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Data Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Remaja Terkena. Narkoba Di Desa Kandangsemangkon Paciran Lamongan

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit.

Dasar Dasar Pelayanan Pemulihan Gangguan Jiwa

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PENINGKATAN HARGA DIRI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. asuhan keperawatan yang berkesinambungan (Raden dan Traft dalam. dimanapun pasien berada. Kegagalan untuk memberikan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PENYALURAN ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.

Transkripsi:

BAB III PENYAJIAN DATA Pada bab III ini merupakan data yang disajikan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang Kontribusi Teori Hierarki Maslow Dalam Proses Penyembuhan Kesehatan Mental Klien Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau. Adapun teknik yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif kualitatif dengan menggunakan wawancara, dokumentasi dan observasi langsung. Wawancara yang penulis lakukan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden serta pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini. Observasi dilaksanakan dengan mengamati secara langsung proses pemberian mengenai terapi perawatan pada klien serta mengamati fenomena yang terjadi disekitar penelitian tersebut. Unit Rehabilitasi Jiwa akan melaksanakan kegiatan setiap hari kecuali hari minggu. Wawancara serta observasi yang berhasil penulis lakukan akan penulis sajikan dalam bentuk kata-kata dalam penyajian data pada bab tiga ini. A. Pelaksanaan dari teori Hierarki Maslow dalam proses penyembuhan pada pasien Rumah Sakit Jiwa Tampan Riau Dalam pelaksanaan teori Hierarki Maslow ini untuk membantu dalam proses penyembuhan kesehatan mental pada klien, sebelum klien kembali kepada keadaan normal ada beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh klien, yaitu : 44

1. Pendaftaran Pasien Ketika klien hendak dirawat di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau, klien harus melakukan pendaftaran dibagian administrasi, setelah keluarga klien selesai melakukan administrasi, lalu klien di periksa oleh dokter, dokter akan mengatakan kepada keluarga apakah klien akan rawat inap atau rawat jalan, jika klien rawat jalan, maka terapis fisioterapi yang akan menangani, namun apabila pasien rawat inap, pasien akan ditangani oleh kerja sama beberapa orang terapis dan klien diberi ruangan untuk tinggal beberapa waktu sehingga klien pulih kembali. (sumber informasi dari karyawan administrasi Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau : wawancara tanggal 03 Maret 2014) 2. Tahapan penyembuhan Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Ibu Andarma Muryanti (Psikolog) bahwa klien harus mengikuti beberapa tahapan terapi untuk mengembalikan klien kepada keadaan normal. Proses pemeriksaan kondisi psikologis klien rawat inap ada 3 tahapan. Adapun tahapan-tahapan yang dijalani oleh klien yaitu : a. Dilakukan pada hari ke 10 masa perawatan Klien akan menjalani masa perawatan psikologis ketika memasuki hari ke 10, dimana pada hari 1 sampai hari ke 9 klien harus melewati Terapi Medis. Terapi medis atau disebut juga dengan farmakoterapi yaitu terapi menggunakan obat-obatan. Para dokter akan mendeteksi apa penyakit klien sebenarnya secara medis dan pada tahapan pertama ini 45

klien akan melalui terapi awal. Bagian psikiatri akan menetapkan ruangan (bangsal) yang akan di duduki oleh klien selama menerima perawatan di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau. Klien akan dipanggil oleh dokter dengan giliran tertentu dan menanyakan klien bagaimana kabar kamu hari ini??, apa yang kamu rasakan setelah minum obat dari dokter?. (Wawancara tanggal 24 Februari 2014) Setelah pemeriksaan terhadap pasien selesai. Dokter akan bertemu dengan keluarga untuk menceritakan keadaan klien yang sebenarnya dan apa yang harus dilakukan oleh pihak keluarga sebagai bantuan penyembuhan kepada klien. b. Dilakukan saat klien masuk program rehabilitasi Pada saat klien masuk kepada program rehabilitasi, kondisi klien harus berada pada masa tenang, agar klien bisa mengikuti terapi yang diarahkan oleh psikolog. Program rehabilitasi yang dijalankan oleh klien ada beberapa jenis, yaitu : 1) Terapi Individu Terapi individu dilakukan oleh psikolog, dalam terapi individu klien dipanggil satu per satu ke ruangan poli psikologi untuk melakukan tes yang diberi oleh psikolog. Pada tahap awal biasanya klien harus menjalankan tes yaitu psikotes, yang berfungsi untuk melihat seberapa besar tingkat gangguan jiwa klien, apakah ringan, sedang maupun berat. Setelah melakukan tes, lalu di lakukan konseling atau wawancara pada klien dan pada konseling ini psikolog 46

menggunakan teori hierarki maslow untuk memberikan motivasimotivasi kepada klien agar klien bisa memahami konsep dirinya maupun mengetahui apa yang dibutuhkan oleh klien itu sendiri. 2) Terapi kelompok Setelah melakukan terapi individu lalu klien disiapkan untuk masuk program Rehabilitasi, pada saat itu psikolog kembali memberikan treatmen, treatment yang dilakukan yaitu terapi kelompok, terapi kelompok dilakukan dengan tujuan untuk mengembalikan kondisi klien kepada keadaan sekarang, disini klien harus mengenali siapa dirinya, klien diberi kesempatan untuk mengevaluasi diri, bertanya dan berkenalan dengan klien lainnya. Terapi kelompok dilakukan di ruang rehabilitasi, dengan jumlah klien sekitar 8 orang, dan klien yang mengikuti terapi kelompok ini dengan diagnosa yang berbeda-beda. Terapi kelompok ini dilakukan oleh kerja sama antara psikolog, anggota rehabilitasi dan perawat. Dalam terapi kelompok ini terapis memberikan orientasi kepada klien apa yang diperlukan dalam terapi, tujuannya agar klien lebih leluasa dalam mengikuti terapi kelompok ini dan agar klien tidak terlalu bergantung kepada terapis. Setelah itu terapis memberikan dukungan kepada klien untuk lebih fokus terhadap kondisi yang ada di sini dan apa yang terjadi saat ini, dukungan diberikan kepada anggota pada saat mereka berjuang mengatasi konflik yang terkait dengan apa yang menjadi permasalahan pasien. Yang terakhir lalu terapis memberikan 47

arahan kepada klien untuk memberikan umpan balik, dukungan, dan toleransi terhadap klien lainnya. 3) Terapi Realitas Terapi realitas ini bertujuan agar klien bisa menerima kenyataan hidupnya. Klien diarahkan untuk mengenali dirinya sendiri, apa yang menjadi permasalahannya dan apa yang harus dipenuhi kebutuhannya. 4) Terapi kognitif. Terapi kognitif juga mempunyai tujuan untuk memberikan pemahaman kepada klien agar klien lebih mandiri dan untuk membantu mempertahankan sikap klien. Klien gangguan jiwa mengalami masalah dari berbagai macam aspek seperti kurang berfungsinya sensorik, motorik, kognitif, dan juga kurang berfungsinya hubungan sosial yang menyebabkan klien cenderung menyendiri, sulit bersosialisasi dan kaku anggota tubuh, sehingga klien perlu menjalani terapi okupasi ini. Seperti info yang telah didapatkan dilapangan atau observasi bahwa di dalam terapi okupasi Unit Rehabilitasi jiwa telah menetapkan beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan sesuai kebutuhan klien. Terapi okupasi yang dilakukan seperti : 1) Aktifitas Gerak Badan, aktifitas ini dilakukan di ruangan aula rehabilitasi bersama dan dipandu oleh beberapa terapis. Dengan menggunakan alat bantu seperti televisi, dvd, dan speaker, aktifitas gerak badan ini dilakukan seperti senam dengan 3 orang terapis 48

menjadi model untuk melakukan gerakan badan dan diikuti oleh klien, dan terapis lainnya bertugas mengawasi klien. Aktifitas ini dilakukan selama 30 menit, adapun tujuannya yaitu untuk merelaksasikan tubuh klien dan membantu fungsi tubuh klien yang kaku. 2) Aktifitas Sehari-hari, aktifitas sehari-hari ini klien dituntut untuk belajar mengurus diri seperti : mandi menggunakan sabun, sikat gigi, membersihkan tempat tidur dan ruangan. Pada aktifitas seharihari ini pasien dibimbing oleh terapis dan dibantu perawat dengan metode pengajaran yang menarik, biasanya klien disuruh maju ke depan untuk memimpin doa ketika hendak makan. 3) Aktifitas berkebun, aktifitas berkebun dilakukan di halaman khusus untuk klien berkebun, aktifitas ini mengarahkan klien agar bisa bekerja sama dengan klien lainnya, dan membekali keterampilan pada klien mengenai cara berkebun. Aktifitas ini dibimbing oleh anggota Unit Terapi dan Rehabilitasi Jiwa. 4) Aktifitas olahraga. Aktifitas olah raga banyak diminati oleh klien lelaki, olah raga yang dimainkan seperti badminton, dan bola volley. Terapis hanya mengawasi klien dan memberikan pengarahan kepada klien, dengan dilakukannya aktifitas olah raga ini membuat klien lebih aktif, dan mampu bekerja sama dengan klien lainnya. 5) Terapi Supportif 49

Terapi supportif atau terapi dukungan ini memberikan modal agar klien bisa menjalankan aktifitas dengan baik. Klien harus selalu diberi dukungan untuk menuju kepada keadaan yang normal. Karena biasanya klien takut untuk menerima kenyataan dirinya dan pada masa lalunya, maka dari itu terapi suppotif ini dilakukan agar kondisi psikis klien bisa lebih kuat dan bisa berdampak baik bagi kesembuhannya. (wawancara tanggal 24 Februari 2014) Dengan menjalankan semua terapi tersebut bisa membantu mengembalikan fungsi tubuh klien dan kebutuhan-kebutuhan yang belum dipenuhi oleh klien. Kurang berfungsinya sensorik, motorik kognitif, dan juga kurang berfungsinya hubungan sosial dengan mengikuti terapi tersebut bisa mengembalikan fungsi tersebut dengan baik. Di Unit Rehabilitasi Jiwa klien diberi kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan klien, di sanalah pasien mulai mengetahui kebutuhan yang harus dipenuhinya. 3. Tahapan Pengembalian Pasien Kepada Keluarga Ibu Aan (Psikolog) juga mengatakan bahwa setelah menjalani masa perawatan pada saat pasien akan dikembalikan kepada keluarganya, lagilagi psikolog memberikan terapi kepada klien, berupa terapi supportif yaitu terapi pemberian dukungan (motivasi). Selain klien, keluarga juga diberikan terapi psikologi seperti terapi family, yang bertujuan agar keluarga mampu menerima klien sepulangnya dari rawatan, kemudian agar keluarga siap 50

nantinya menghadapi lingkungan, dan keluarga bisa memberikan motivasi kepada klien agar klien tidak kembali kepada keadaan sakit mental. Walaupun klien yang sudah kembali pulih dan bisa di kembalikan kepada keluarga, namun ada juga klien yang tidak ingin pulang, dia ingin tetap berada di Rumah Sakit Jiwa untuk membantu petugas di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau. (wawancara tanggal 24 Februari 2014) B. Kontribusi Teori Hierarki Maslow dalam proses penyembuhan pada pasien Rumah Sakit Jiwa Tampan Riau Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada Ibu Andarma Muryanti (Psikolog), beliau memberikan tanggapan bahwa dalam proses penyembuhan pada klien dengan menggunakan teori Hierarki Maslow akan memudahkan penyembuhan pada klien. Teori Hierarki Maslow ini bertujuan untuk mengembalikan kebutuhan yang belum terpenuhi oleh klien. Dari hasil observasi penulis motivasi yang diberikan dari petugas rumah sakit jiwa dapat memberikan sumbangan besar kepada klien untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi dan mengembalikan keadaan klien kepada mental yang sehat. Kebutuhan klien diperhatikan oleh terapis Rumah Sakit Jiwa, setelah melakukan terapi kebutuhan-kebutuhan klien tersebut terpenuhi sesuai dengan teori Hierarki Maslow, yaitu sebagai berikut : 1. Terpenuhinya kebutuhan fisiologis seperti : kebutuhan makan, pakaian, tempat tinggal dan sebagainya. Dari hasil observasi penulis, penulis melihat bahwa klien yang telah menjalani masa perawatan bisa memenuhi kebutuhan fisiologisnya sendiri, 51

di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau, klien mendapatkan kebutuhan makan 5 kali dalam sehari, pada jam 07.00 pagi klien mendapatkan sarapan, pada jam 10.00 pasien mendapatkan snack, pada jam 12.00 pasien mendapatkan makan siang, pada jam 16.00 pasien mendapatkan snack lagi, dan pada jam 17.00 pasien mendapatkan makan dan minum obat sesuai arahan dokter, klien yang sudah kembali pulih, bisa mengambil makanannya sendiri tanpa di bantu oleh perawat. Ruang inap klien laki-laki dan klien perempuan dibedakan, masing-masing klien mendapatkan tempat tidur dan pakaian. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Ibu Andarma Muryanti, beliau mengatakan bahwa setelah klien diberikan terapi psikologis berupa interview, terapi kelompok, terapi realitas, terapi kognitif dan terapi dukungan, pasien mulai mengetahui konsep dirinya dengan baik, klien mampu memenuhi kebutuhan fisiologisnya sendiri seperti : makan, minum obat, mandi, berpakaian, dan sebagainya tanpa di perintahkan oleh petugas Rumah Sakit Jiwa Provinsi Riau, bahkan klien saling nasehat menasehati dengan pasien lainnya, untuk selalu minum obat agar cepat sembuh. (wawancara tanggal 24 Februari 2014) Dari hasil wawancara penulis dengan klien, klien mengatakan, saya sebenarnya sudah disuruh pulang, tapi keluarga saya belum datang jemput. Disini kegiatan saya bantu-bantu untuk mengambilkan makanan pada pasien yang lain, saya juga cuci baju sendiri, saya juga sudah sering mandi, terus 52

shalat, karna sudah diajarkan oleh anggota rehabilitasi. (wawancara tanggal 24 Februari 2014) 2. Kebutuhan akan rasa aman Dari hasil wawancara kepada Ibu Aan, menurut Ibu Aan setelah diberikannya terapi, klien mulai merasa aman dengan lingkungannya, pada klien yang didiagnosa mengalami kekerasan, klien tersebut tidak takut atau merasa cemas terhadap lingkungannya, bahkan klien yang mulai kembali pulih bebas keluar dari ruangannya, dan mampu bergaul dan bahkan sering bercerita dengan petugas di Rumah Sakit Jiwa maupun dengan orang yang baru mereka kenal. (wawancara tanggal 24 Februari 2014) Dari hasil wawancara kepada klien, klien mengatakan selama saya tinggal di sini, aman-aman saja, saya tidak pernah kelahi dengan teman disini, karena saya masuk ke sini itu gara-gara kelahi dengan teman. (wawancara tanggal 24 Februari 2014) 3. Kebutuhan cinta dan memiliki Dari hasil wawancara penulis dengan Ibu Aan, Ibu Aan mengatakan bahwa ada dua kebutuhan cinta, yaitu cinta kepada diri sendiri dan cinta kepada orang lain, cinta kepada diri sendiri ditunjukkan oleh klien dengan membuat keadaan dirinya lebih baik, ada klien yang memotivasi dirinya sendiri, klien yang memotivasi dirinya sendiri berarti dia sadar bahwa dia sakit, dan dia berusaha untuk bisa sembuh kembali dan sebisa mungkin keluar dari rumah sakit ini, sedangkan yang kedua klien juga menunjukkan 53

rasa empati terhadap pasien lainnya atau temannya dengan memberi arahan kepada klien lainnya itu. Hasil wawancara kepada klien, klien mengatakan bahwa saya sudah menganggap teman diruangan itu keluarga saya, karena disini saya tidak ada saudara. 4. Kebutuhan akan rasa harga diri Dari hasil wawancara penulis dengan Ibu Andarma Muryanti, beliau juga memberikan tanggapan bahwa pasien lebih percaya diri dengan lingkungannya dan orang-orang disekitarnya dari sebelum masa terapi medis, klien tidak segan untuk bertanya kepada psikolog ataupun dokter mengenai dirinya sendiri. (wawancara tanggal 24 Februari 2014) 5. Kebutuhan akan aktualisasi diri Dari hasil observasi penulis, bahwa klien rehabilitasi yang sudah mengikuti masa perawatan psikologis bisa menjalankan aktifitas-aktifitas kesehariannya tanpa dibantu oleh perawat, klien yang keadaannya sudah kembali pulih ada yang merawat kebun Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau, ada yang membantu perawat untuk membagikan makanan kepada klien lain, ada yang membersihkan kebun, dan ada yang bekerja di kantin Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru. Dari hasil wawancara penulis dengan Ibu Aan, beliau mengatakan bahwa klien mampu melakukan kegiatan sehari-hari yang ditetapkan oleh Unit Rehabilitasi seperti senam pagi, terapi rohani, olah raga dan juga gotong royong, dengan mengikuti kegiatan tersebut klien bisa mengaktualisasikan 54

dirinya dengan kemampuan bernyanyi, menjahit, membaca doa dan sebagainya. Klien mampu memandang hidupnya, dia menyadari keadaan dirinya sendiri, dan mengetahui fungsi dirinya. Klien yang sudah pulih keadaannya sering membantu kegiatan perawat untuk memasak, membagikan makanan, membersihkan ruangan dan tugas lainnya. Bahkan ketika klien dipulangkan kembali ke keluarganya mereka mampu kembali bekerja seperti sediakala, dimana masa sebelum dia mengalami gangguan kejiwaan. (wawancara tanggal 24 Februari 2014) 55