BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN KERJA PRAKTEK

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL TA. SURAT PENGAKUAN...ii. SURAT KETERANGAN PERUSAHAAN...iii HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3 BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. selama proses analisa perbaikan, antara lain adalah : penyelesaian masalah terhadap semua kasus klaim yang masuk.

BAB III LANDASAN TEORI

PEMELIHARAAN CIRCULATING WATER PUMPS PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS DAN UAP (PLTGU) BLOK 1 PT. PEMBANGKIT JAWA BALI UNIT PEMBANGKIT MUARA KARANG

PEMELIHARAAN CIRCULATING WATER PUMPS PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS DAN UAP (PLTGU) BLOK 1 PT. PEMBANGKIT JAWA BALI UNIT PEMBANGKIT MUARA KARANG

BAB IV PEMBAHASAN. terbanyak. Urutan komponen kritis HGF WS adalah sebagai berikut: a = belt drive; b

Seminar Nasional IENACO ISSN: USULAN PENENTUAN KEBUTUHAN SPARE PARTS MESIN COMPRESSOR BERDASARKAN RELIABILITY PT.

Analisis Keandalan Mechanical Press Shearing Machine di Perusahaan Manufaktur Industri Otomotif

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PEMBUATAN SIMULASI MESIN PRES SIL OLI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Sumbu X (horizontal) memiliki range (rentang) dari minus takhingga. ( ) hingga positif takhingga (+ ). Kurva normal memiliki puncak pada X

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah perancangan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: produksi pada departemen plastik

ANALISA PERAWATAN PADA KOMPONEN KRITIS MESIN PEMBERSIH BOTOL 5 GALLON PT. X DENGAN MENGGUNAKAN METODE RCM ( RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE )

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8)

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Sistem Manajemen Maintenance

ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA TAHUN 2017

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

OPTIMASI PREVENTIVE MAINTENANCE DENGAN PSO (PARTICLE SWARM OPTIMIZATION) PADA SEMI LEAN SOLUTION PUMP 107-JC DI PABRIK I PT.

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN PENJADWALAN PERAWATAN MESIN DIVISI PIPA (STUDY KASUS DI PT. X)

Perancangan Sistem Pemeliharaan Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM) Pada Pulverizer (Studi Kasus: PLTU Paiton Unit 3)

Usulan Jadwal Perawatan Preventif Mesin HGF di Stasiun Puteran Pabrik Gula

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG PENERAPAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN JADWAL PERAWATAN MESIN POMPA MELALUI ANALISIS KEANDALAN PADA PDAM GUNUNG LIPAN, SAMARINDA SEBERANG, KALIMANTAN TIMUR

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

4.1.7 Data Biaya Data Harga Jual Produk Pengolahan Data Penentuan Komponen Kritis Penjadualan Perawatan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan efisien. Proses peningkatan

Materi 3 Seting Benda Kerja, Pahat, dan Zero Offset Mesin Bubut CNC Tujuan :

Bab I Pendahuluan. Tabel I.1 Perkembangan dan Prakiraan Rasio Elektrifikasi Wilayah Indonesia

MODUL 3 SELEKSI KONDISI

PENJABARAN MATA KULIAH (COURSE OUTLINE)

IK UJI TARIK BAJA INTRUKSI KERJA

BAB II LANDASAN TEORI

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. merupakan mesin paling kritis dalam industri pengolahan minyak sawit. Pabrik

SISTEM MANAJEMEN PERAWATAN UNIT MMU PUMP DAN OIL SHIPPING PUMP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah performance mesin yang digunakan (Wahjudi et al., 2009). Salah

LOSS OF LOAD PROBABILITY (LOLP) INDEX UNTUK MENGANALISIS KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK (Studi Kasus PT Indonesia Power UBP Suralaya)

PERANCANGAN PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA PT. ARTHA PRIMA SUKSES MAKMUR

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) STIA SEBELAS APRIL SUMEDANG 2016

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1 : Simple Data Transfer

Perancangan Penjadwalan Perawatan Mesin dengan Metode Map Value Stream Mapping (MVSM) di PT XXX

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENGARUH RASIO OVERLAP SUDU TERHAD AP UNJUK KERJA SAVONIUS HORIZONTAL AXIS WATER TURBINE

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV PENGATURAN DAN PENGUJIAN

2. Mesin Frais/Milling

INSTRUKSI KERJA ALAT Thermo Scientific CIMAREC Stirring Hot Plates

Nama : Hendra Nim : Matakuliah : Manajemen Perawatan Dosen : Prof. Dr. Sukaria Sinulingga, M.Eng.

Aplikasi Simulator Mesin Turing Pita Tunggal

BAB I PENDAHULUAN. dengan kapasitas kecil hingga berkapasitas sangat besar dapat menjadi indikator

INTERVAL PENGGANTIAN PENCEGAHAN SUKU CADANG BAGIAN DIESEL PADA LOKOMOTIF KERETA API PARAHYANGAN * (STUDI KASUS DI PT. KERETA API INDONESIA)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

Nama : Teguh Windarto NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr.Ir Rakhma Oktavina, MT

Nelson Manurung 1* 1 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Medan *

BAB III PEMBAHASAN PENGARUH KERUSAKAN SPOOL DEMAND VALVE KOMATSU HD 465-7

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

MEKANISME KERJA MESIN TOE TESTER DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT TAMBUN II

ANALISIS KERUSAKAN LINER PADA MUD PUMP IDECO T-800 TYPE TRIPLEX PUMP BERDASARKAN RELIABILITY, AVAILABILITY, DAN METODE FAULT TREE ANALYSIS DI PT.

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Penjadwalan Predictive Maintenance dan Biaya Perawatan Mesin Pellet di PT Charoen Pokphand Indonesia - Sepanjang

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III REALISASI DAN PERANCANGAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Usulan Kebijakan Preventive Maintenance Subsistem Kritis Engine T700 dengan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM)

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

LOSS OF LOAD PROBABILITY (LOLP) INDEX UNTUK MENGANALISIS KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK (Studi Kasus PT Indonesia Power UBP Suralaya)

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai pengolah bahan mentah kelapa sawit untuk menghasilkan minyak

3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Perancangan Sistem Planned Maintenance dan Man Power Planning

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak 28 Yogyakarta (1)

PROSES MACHINING PEMBUATAN ZINC CAN BATTERY TYPE UM-1 DI PT. PANASONIC GOBEL ENERGI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. harus mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan

ANALISA SITEM PENJADWALAN PERAWATANMESIN DEPARTEMEN UTILITY DI PT.INDORAMA SYNTHETICS, Tbk DENGAN MENGGUNAKAN METODE MTBF

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN STUDI PUSTAKA KONDISI MESIN DALAM KEADAAN BAIK KESIMPULAN. Gambar 3.1. Diagram alir metodologi pengujian

Transkripsi:

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Data yang digunakan diperoleh dari dokumen perusahaan. Yang digunakan adalah data bulanan dari Januari 2016 hingga September 2016. Beberapa data yang diambil yaitu data breakdown, data perbaikan, poin masalah kerusakan. P.T. NOK INDONESIA memproduksi oil seal untuk berbagai kemasan produk lain yang khususnya berada di wilayah pulau Jawa. Di P.T. NOK INDONESIA ini memiliki beberapa mesin yaitu Mesin Curring, Mesin Trimming, dll. Namun data yang saya tegaskan merupakan data perbaikan pada Mesin Trimming. 4.2 Penjelasan Mesin 4.2.1 Definisi Mesin Trimming Mesin trimming adalah mesin yang digunakan untuk proses trimming, terdiri dari beberapa bagian penting seperti jig untuk dudukan produk (oil seal) yang akan dilakukan proses trimming, motor penggerak spindle sebagai pemutar jig, vacuum line system untuk memegang produk pada jig agar stabil dan tidak terlepas, dan pisau pemotong rubber. Energi yang digunakan adalah energi listrik dan pneumatik. 4.2.2 Proses Trimming Proses trimming adalah proses pembentukan sealing lip dan diameter bagian dalam dari oil seal. Proses ini juga menghilangkan kelebihan rubber (deflashing) dan pemotongan oil seal dengan sudut tertentu pada E-Portion (chamfering). Parameter dari proses trimming adalah sudut potong, jenis pisau, pengaturan hydro checker, dan spindle brake. 22

4.2.3 Jenis Mesin Trimming P.T. NOK INDONESIA memiliki beberapa jenis mesin trimming. Berikut adalah jenis-jenis trimming : - NR (New Rokuro) - SNR (Small New Rokuro) Merupakan mesin trimming dengan system auto loading. - TR (Time Rokuro) - NTR (New Time Rokuro) (Sumber : PT. NOK INDONESIA) Gambar 4.1 Mesin Trimming 23

4.3 Data Perbaikan Mesin Semi Auto Trimming NTR 120 Periode Januari 2016 September 2016 Dan Time Between Failures (TBF) PT. NOK INDONESIA sendiri memiliki berbagai macam type mesin Trimming, namun penulis hanya memfokuskan ke mesin Trimming type Semi Auto Trimming NTR 120, dikarenakan type mesin inilah yang sering mengalami kerusakan, namun pada type mesin Semi Auto Trimming NTR 120 ini sendiri terbagi menjadi beberapa macam lagi, data mesin tersebut dapat dilihat pada gambar 4.2 sebagai berikut: J u m l a h 30 25 Semi Auto Trimming NTR 120 24 K e r u s a k a n 20 15 10 5 11 13 18 10 9 0 No.16 No.18 No.17 No.20 No.22 No. 23 Nomor Mesin Trimming (Sumber : PT. NOK INDONESIA) Gambar 4.2 Jumlah Kerusakan Mesin Semi Auto Trimming NTR 120 Dari grafik gambar mesin Semi Auto Trimming NTR 120 tersebut penulis mengambil data pada kerusakan mesin dengan jumlah yang paling banyak, yaitu pada mesin dengan nomor mesin No.17. Setelah didapatkan data kerusakan ratarata paling banyak diantara mesin lainnya selanjutnya dihitung menggunakan metode yang tersedia untuk mendapatkan Time Between Failure. Berikut adalah cara untuk mendapatkan nilai Time Between Failure: 24

21:30 > 01:00 = 3 jam 30 menit 15/01/2016 -> 21/01/2016 = 5 hari x 16 jam = 80 jam 22:20 > 07:00 = 3 + 80 + 114 = 98 jam 10 menit = 98,17 Di bawah ini adalah penjelasan dari perhitungan diatas: Kerusakan pertama terdapat pada komponen mesin CYLINDER TOOL C ABNORMAL pada tanggal 15/01/2016, dengan waktu selesainya pergantian komponen tersebut adalah pukul 21:30. Pada pukul 01:00 merupakan waktu berhentinya mesin beroperasi Setelah itu dihitung dari waktu selesai pergantian komponen hingga waktu berhentinya mesin beroperasi, data yang didapat termasuk nilai untuk menghitung Time Between Failure. Selanjutnya dilihat dari tanggal pergantian komponen mesin pertama hingga tanggal kerusakan komponen kedua, setelah hasil didapatkan kemudian dikalian dengan total waktu beroperasinya pabrik tersebut, data yang didapat termasuk nilai untuk menghitung Time Between Failure. Selanjutnya dihitung dari waktu pertama kerusakan komponen kedua pada mesin ke waktu mulainya bekerja operator, dan didapatkan lah nilai Time Between Failure tersebut. Untuk perhitungan selanjutnya seperti cara diatas, kemudian data tersebut dimasukan ke table seperti tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1 Data Perbaikan dan Time Between Failures (TBF) Tanggal Masalah Waktu Perbaikan TBF Start Finish (Jam) 2016/01/15 CYLINDER TOOL C ABNORMAL 20:55 21:30-2016/01/21 SPINDLE BRAKE ABNORMAL 22:20 22:40 98 2016/01/22 MOTOR SPINDLE ABNORMAL 08:40 09:20 2016/01/29 VACUUM SK-PLATE DOWN ABNORMAL 13:00 13:40 19 118 2016/02/01 A-TOOL ABNORMAL 15:00 15:10 51 25

2016/02/02 MOTOR SPINDLE ABNORMAL 09:30 09:45 2016/02/09 CONVEYOR ABNORMAL (MESIN TRIMMING SEMI AUTO NO.18) 10:50 11:30 2016/02/26 CYLINDER GRIP PAWL RUSAK 19:40 20:30 2016/02/29 LITER ABNORMAL (TDK BERFUNGSI DENGAN BAIK) 09:40 10:00 2016/02/29 SLIDING ABNORMAL 14:10 14:30 2016/03/16 SPEED CONTROL NG 00:40 00:50 2016/03/22 VACUUM ABNORMAL 02:30 02:45 2016/04/07 SENSOR VACUUM ABNORMAL 19:55 20:05 2016/05/09 SPINDLE BRAKE ABNORMAL PD MESIN TRIMMING NO. 18 20:00 20:50 2016/05/14 PUSH PLATE ABNORMAL 08:25 09:25 2016/05/14 PUSH ROD ABNORMAL PADA MESIN TRIMMING NO. 18 22:30 23:00 2016/05/24 PUSH ROD ABNORMAL 19:00 20:00 2016/05/24 PUSH PLATE REVE ABNORMAL 14:15 15:00 2016/05/26 KABEL DIGITAL SK PLATE ABNORMAL 11:30 13:00 2016/06/01 FEED PLAT ON ABNORMAL 22:30 22:45 2016/06/13 SPINDLE BRAKE ABNORMAL 19:15 20:05 2016/06/18 SPINDLE BREAK ABNORMAL 16:00 19:00 2016/06/23 ON LOADING SK PLATE ABNORMAL 09:00 09:30 2016/09/01 PUSH ROD ABNORMAL 09:10 09:25 28 115 250 39 38 209 88 243 386 86 48 126 28 30 107 158 96 72 834 (Sumber : PT. NOK INDONESIA) Setelah diubah menjadi tabel, langkah selanjutnya yaitu dilakukan pengolahan data untuk mendapatkan nilai yang dibutuhkan. Berikut metode/cara yang digunakan untuk mencari hasil dari data yang diperoleh. 26

4.4 Pengolahan Data Setelah mendapatkan nilai Time Between Failure selanjutnya data tersebut diolah dengan cara mencari nilai R(t) dan F(t), dengan menggunakan rumus: a. [ ] b. Keterangan : R = Range. t = Time (waktu). N = Jumlah Data. n = Baris Data yang akan dihitung. ex: baris 1, baris 2,...-, baris n. F = Failure (kerusakan). 1 = angka yang berasal dari rumus. Contoh perhitungan R(t) dan F(t) pada baris pertama sebagai berikut: [ ] Untuk perhitungan baris selanjutnya seperti perhitungan diatas : Tabel 4.1 Perhitungan nilai R(t) dan F(t) No Data TBF R(t) F(t) 1 19 0.96 0.04 2 28 0.92 0.08 27

3 28 0.88 0.12 4 30 0.84 0.16 5 38 0.8 0.2 6 39 0.76 0.24 7 48 0.72 0.28 8 51 0.68 0.32 9 72 0.64 0.36 10 86 0.6 0.4 11 88 0.56 0.44 12 96 0.52 0.48 13 98 0.48 0.52 14 107 0.44 0.56 15 115 0.4 0.6 16 118 0.36 0.64 17 126 0.32 0.68 18 158 0.28 0.72 19 209 0.24 0.76 20 243 0.2 0.8 21 250 0.16 0.84 22 386 0.12 0.88 23 834 0.08 0.92 3267 136 28

1. Dari perhitungan R(t) dan F(t) diatas, Masukan nilai TBF dan nilai R(t) dari data yang sudah didapat pada tabel 4.2 ke dalam tabel Nomograph menjadi titik-titik seperti gambar di bawah: (Sumber Nomograph : Luis E. Niño, Predict Failures and Overhaul Interval to Minimize Downtime, Hydrocarbon Processing, January 1974, p.108) Gambar 4.1 Titik Nilai TBF dan R(t) Nilai titik pertama pada tabel grafik Nomograph adalah (19:0,96) nilai 19 adalah nilai Time Between Failure dan nilai 0,96 adalah nilai dari R(t), kemudian pada titik ke dua nilai nya (28:0,92), pada titik ke tiga (28:0,88), titik ke empat (30:0,84), titik kelima (35:0,80), titik ke enam (39:0,76), titik ke tujuh (48:0,72), titik ke delapan (51:0,68), titik ke sembilan (72:0,64), titik ke sepuluh (86:0,60), titik ke sebelas (88:0,56), titik ke duabelas (96:0,52), titik ke tigabelas (98:0,48), titik ke empatbelas (107:0,44), titik ke limabelas (115:0,40), titik ke enambelas (118:0,36), titik ke tujuhbelas (126:0,32), titik ke delapanbelas (158:0,28), titik ke sembilan belas (209:0,24), titik ke duapuluh (243:0,20), titik ke duapuluh satu (250:0,16), titik ke duapuluh dua (386:0,12), titik terakhir (834:0,08). 29

2. Kemudian membuat garis lurus pada titik yang sudah di dapat, garis ini merupakan garis garis yang dominan memotong titik titik nilai nilai Time Between Failure dan R(t). (Sumber Nomograph : Luis E. Niño, Predict Failures and Overhaul Interval to Minimize Downtime, Hydrocarbon Processing, January 1974, p.108) Gambar 4.2 Garis Sembarang Pada Nilai Titik TBF dan R(t) 30

3. Kemudian membuat garis perpotongan dengan line B yg ditandai dengan garis berwarna kuning, line B sendiri adalah garis perpotongan dengan garis perpotongan nilai titik Time Between Failure dan R(t) untuk mendapatkan nilai efisiensi, nilai efisiensi merupakan nilai yang digunakan untuk mencari nilai rata rata jam kerja mesin, satuan dari nilai efisiensi ini adalah (jam/hrs) nilai efisiensi tersebut berdasarkan nilai sumbu X dari grafik Nomograph. (Sumber Nomograph : Luis E. Niño, Predict Failures and Overhaul Interval to Minimize Downtime, Hydrocarbon Processing, January 1974, p.108) Gambar 4.3 Garis Perpotongan Dengan Line B 31

4. Kemudian membuat garis bayangan dengan warna hijau terhadap garis line B yang sudah didapat dan tarik garis sebagai perpotongan untuk menentukan nilai effisiensinya, kemudian tarik garis untuk mencari nilai dan nilai dengan garis berwarna ungu. (Sumber Nomograph : Luis E. Niño, Predict Failures and Overhaul Interval to Minimize Downtime, Hydrocarbon Processing, January 1974, p.108) Gambar 4.4 Garis Bayang Terhadap Garis Sembarang 4.5 Menghitung Nilai Uji Kebenaran Grafik, Realibity Function Dengan Nilai -t Setelah mencari nilai R(t) dan F(t) dan memasukannya ke dalam tabel Nomograph, langkah selanjutnya adalah dengan menghitung nilai Uji Kebenaran Grafik. Untuk menghitung uji kebenaran grafik dapat menggunakan rumus sebagai berikut : a. Rata-rata jam kerja 32

Keterangan: = jumlah waktu kerja yang didapat. = garis yang diperoleh. = efisiensi. b. Uji kebenaran grafik [ ] Keterangan: = hasil dari uji kebenaran grafik. = jumlah waktu kerja yang didapat. = jumlah rata-rata data dibagi dengan banyaknya jumlah data. c. Realibity Function dengan nilai t R (t) = nilai keandalan -t = nilai terkecil dari nilai Time Between Failure = efisiensi = nilai yang dihasilkan dari garis potong antara sumbu X dan garis sembarang 1. Perhitungan data yang didapat sebagai berikut: a. Rata-rata jam kerja 33

b. Uji kebenaran grafik [ ] [ ] [ ] [ ] c. Realibity Function dengan nilai t Diketahui : 4.6 Perhitungan Standard Deviasi Setelah menghitung Uji Kebenaran Grafik, dan Realibity Function dengan nilai t, selanjutnya adalah menghitung nilai Standar Deviasi dengan memasukan nilai Time Between Failure dengan nilai jumlah rata-rata nilai Time Between Failure ke dalam tabel, berikut adalah nilai Standar Deviasi pada tabel 4.3 dibawah: Keterangan: X = Nilai Time Between Failure = Nilai jumlah rata-rata Time Between Failure 34

4.3 Tabel perhitungan nilai Standar Deviasi No X -X ( -X) 2 1 19 117 13718,26563 2 28 108 11691,01563 3 28 108 11691,01563 4 30 106 11262,51563 5 38 98 9628,515625 6 39 97 9433,265625 7 48 88 7766,015625 8 51 85 7246,265625 9 72 64 4112,015625 10 86 50 2512,515625 11 88 48 2316,015625 12 96 40 1610,015625 13 98 38 1453,515625 14 107 29 848,265625 15 115 21 446,265625 16 118 18 328,515625 17 126 10 102,515625 18 158-22 478,515625 19 209-73 5310,765625 20 243-107 11422,26563 21 250-114 12967,51563 35

22 386-250 62437,51563 23 834-698 487029,5156 3267 675812,6094 171.41 136 Untuk mencari nilai Standar Deviasi adalah dengan cara menjumlahkan seluruh nilai ( -X) 2 dari baris pertama hingga baris terakhir, selanjutnya membagi nya dengan nilai dimana adalah jumlah seluruh nilai Time Between Failure, berikut adalah rumus untuk menghitung nilai Standar Deviasi: Rumus : ( ) Setelah menghitung nilai Standar Deviasi selanjutnya adalah dengan membuat grafik hubungan antara dengan MDT, nilai didapat dari perhitungan pada tabel Nomograph, sedangkan nilai MDT sendiri sudah ada berdasarkan ketentuan rumus, berikut adalah grafik hubungan antara dengan MDT: 36

6 5 4 SCHEDULE OVERHAULS 3 2 β 1 1 MDT(2) MDT(1) 0 33 1 3 Posisi titik kurva berada di bawah garis, maka dari itu mesin hanya membutuhkan perawatan berskala kecil atau perbaikan saat ada kerusakan saja. Atau dengan kata lain Repair or Replace only at failure 1,5 1 REPAIR OR REPLACE ONLY AT FAILURE 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0. Gambar 4.5 Grafik Hubungan dengan MDT Penjelasan Posisi titik kurva berada di bawah garis kurva (schedule overhaul) = jadwal turun mesin, jadi mesin hanya perlu melakukan perawatan berskala kecil (service ringan). Titik tersebut berada pada nilai 1,1 dan nilai MDT (1) dan MDT (2) 0,33 37