BAB II LANDASAN TEORI. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang

Lingkaran. 1. Pengertian. 2. Unsur-unsur Lingkaran

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. Menurut Sardiman (2007) Pemahaman atau Comprehension adalah

BAB I PENDAHULUAN. situasi belajar dengan minat, latar belakang, dan kematangan peserta didik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Guided Discovery (Penemuan Terbimbing) 1. Pengertian Pembelajaran Guided Discovery

Solusi Pengayaan Matematika Edisi 3 Januari Pekan Ke-3, 2005 Nomor Soal: 21-30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Percaya diri adalah sikap yang timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

BAB II KAJIAN TEORETIK. daya tarik baginya. Menurut Slameto (Djamarah, 2008) minat adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di

Untuk lebih jelasnya, perhatikan uraian berikut.

3. Daerah yang dibatasi oleh dua buah jari-jari dan sebuah busur pada lingkaran adalah

Soal No. 1 Perhatikan gambar bangun datar berikut! Tentukan: a) Luas daerah yang diarsir b) Keliling bangun

Kumpulan Soal dan Pembahasan Himpunan. Oleh: Angga Yudhistira

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK. Matematika, Regulasi Diri, dan Model Kooperatif tipe Two Stay Two Stray. a. Pengertian pemahaman konsep matematika

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pada remaja dapat diselesaikan. Apabila tugas tugas pada remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Khaeratun Nisa, 2013

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Komunikasi Matematis. pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Melalui kegiatan ini, aspek-aspek kemampuan pemecahan masalah sangat penting

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

SILABUS (HASIL REVISI)

sdt ACB = = sdt CBA = = 3. Diketahui sebuah segitiga mempunyai keliling 24 cm, luas segitiga tersebut adalah : jawab :

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PICTURE AND PICTURE

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MAKALAH TELAAH KURIKULUM MATEMATIKA SMP DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1 OKTI ANGGUN PASESI (A1C013010) NISA SETIAWATI (A1C013012) MAISYAH RAHMA (A1C013030)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roheni, 2013

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa.

BAB II KAJIAN TEORITIK. NCTM (2000) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

LINGKARAN SMP KELAS VIII

LINGKARAN SMP KELAS VIII

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikerjakan untuk menyelesaikannya. Menurut Shadiq (2004) Suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

Bab. Lingkaran. A. Lingkaran dan Unsur- Unsurnya B. Keliling dan Luas Lingkaran C. Busur, Juring, dan Tembereng D. Sudut- Sudut pada Lingkaran

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini,

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Penalaran Matematis. a. Pengertian Penalaran Matematis

BAB II MASALAH MATEMATIKA DAN STRATEGI PEMECAHANNYA

SOAL UUKK SMP KOTA SURAKARTA MATA PELAJARAN : MATEMATIKA KELAS : VIII

BAHAN AJAR MATEMATIKA SMP KELAS VIII LINGKARAN (SUDUT KELILING, SUDUT PUSAT, PANJANG BUSUR, LUAS JURING DAN HUBUNGANNYA)

43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

KISI KISI PENULISAN SOAL UKK TAPEL 2012/2013SMP PROVINSI DKI JAKARTA. Mata Pelajaran : Matematika Kurikulum : StandarIsi

Pembelajaran Matematika dengan Pemecahan Masalah

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

GEOMETRI DIMENSI DUA. B. Keliling dan Luas Bangun Datar. 1. Persegi. A s

Benda-benda di sekitarmu banyak yang permukaannya berbentuk lingkaran. Lingkaran. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH

Masukan pengertian dan di setiap topik dan buat daftar pustaka.. latar dan tujuan ambil dari silabus online book,,, ingat ok!!!!

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Creative Problem Solving. 1. Pengertian Pembelajaran Creative Problem Solving

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI A. Masalah Matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 IDI RAYEUK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. pembelajaran matematika. Kemampuan. pemecahanmasalahmerupakanhalyang

BAB II KAJIAN TEORETIS

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

Ringkasan Materi Matematika Untuk SMP Persiapan UN Web : erajenius.blogspot.com --- FB. : Era Jenius --- CP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN IPTEKS PEMBELAJARAN DISCOVERY MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR. Daitin Tarigan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORETIK. sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Winkel

ANALISIS PENETAPAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan mata pelajaran matematika yang dimuat dalam Standar Isi

GEOMETRI LINGKARAN YANG MENANTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA SMP MELALUI PERTANYAAN-PERTANYAAN INOVATIF PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN (PTK

BAB II LANDASAN TEORI

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN VISUAL AUDITORI KINESTETIK (VAK) Hafiz Faturahman MAN 19 Jakarta

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

C oleh lingkaran seperti pada gambar. Keliling lingkaran

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh guru matematika, kesulitan siswa dalam menalar dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk individu. Dalam kehidupannya, manusia selain sebagai makhluk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Menemukan Dalil Pythagoras

B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

5 BAB II LANDASAN TEORI A. Percaya Diri Menurut Rini (2002) percaya diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana individu tersebut merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa individu tersebut bisa karena didukung oleh pengalaman, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri. Menurut Haryanto (2010) percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis seseorang, dimana individu dapat mengevaluasi keseluruhan dari dirinya sehingga memberikan keyakinan kuat pada kemampuan dirinya untuk melakukan tindakan dalam mencapai berbagai tujuan didalam hidupnya. Orang yang mempunyai kepercayaan diri yang baik, mereka memiliki perasaan positif terhadap dirinya, punya keyakinan yang kuat atas dirinya dan punya pengetahuan akurat terhadap kemampuan yang dimiliki. Orang yang punya kepercayaan diri baik bukanlah orang yang hanya merasa mampu (tetapi sebenarnya tidak mampu) melainkan adalah orang yang mengetahui bahwa dirinya mampu berdasarkan pengalaman dan perhitungannya. 5

6 Menurut Rini (2002) beberapa ciri atau karakteristik individu yang mempunyai percaya diri yang proporsional, diantaranya adalah: 1. Percaya akan kompetensi/kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun rasa hormat orang lain. 2. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok. 3. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, berani menjadi diri sendiri. 4. Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil). 5. Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung/mengharapkan bantuan orang lain). 6. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya. 7. Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi. Menurut Leman (2000) anak yang penuh percaya diri akan memiliki sifat-sifat antara lain: 1. Bersifat lebih independen, tidak terlalu tergantung orang lain. 2. Mampu memikul tanggung jawab yang diberikan. 3. Bisa menghargai diri dan usahanya sendiri.

7 4. Tidak mudah mengalami rasa frustasi. 5. Mampu menerima tantangan atau tugas baru. 6. Memiliki emosi yang lebih hidup, tetapi tetap stabil. 7. Mudah berkomunikasi dan membantu orang lain. Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional maka indivdu harus memulainya dari dalam diri sendiri. Hal ini sangat penting mengingat bahwa hanya individu yang bersangkutan yang dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang sedang dialaminya. Berikut sepuluh petunjuk untuk meningkatkan kepercayaan pada diri sendiri (Lauster, 2006) : 1. Mencari sebab-sebab merasa rendah diri. Sekali mengetahui sebab-sebab itu maka sudah mendapatkan prasyarat yang sangat penting untuk suatu perbaikan kepercayaan diri sendiri yang direncanakan. 2. Atasi kelemahan diri. Hal yang penting adalah harus memilki kemauan yang kuat. Karena hanya dengan begitu akan memandang suatu perbaikan yang kecil sebagai keberhasilan yang sebenarnya. 3. Mencoba mengembangkan bakat dan kemampuan diri lebih jauh. Dengan begitu mengadakan kompensasi bagi kelemahan diri, sehingga kelemahan itu tidak lagi penting. 4. Bahagia dengan keberhasilan diri dalam suatu bidang tertentu dan jangan ragu-ragu untuk bangga atasnya. Perkiraan diri sendiri atas keberhasilan diri itu lebih penting untuk kesadaran diri sendiri dibandingkan dengan pendapat orang lain.

8 5. Membebaskan diri dari pendapat orang lain. Jangan berbuat berlawanan dengan keyakinan sendiri. Hanya dengan begitu akan merasa merdeka dalam diri sendiri dan yakin. 6. Jika tidak puas dengan hasil pekerjaan sendiri tetapi tidak melihat sesuatu kemungkinan untuk memperbaiki diri, maka dapat mengembangkan bakat-bakat diri melalui sesuatu hobi. Dengan begitu dapat mengkompensasi kekecewaan dan dapat menjaga diri dari ketidakyakinan atas diri sendiri. 7. Jika diminta untuk melakukan pekerjaan yang sukar, maka mencoba melakukan pekerjaan tersebut dengan rasa optimis. Jika takut melakukan tugas itu, maka di masa depan akan kurang percaya pada kemampuan diri sendiri dan akhirnya gagal dalam tugas yang tak begitu sulit. 8. Jangan terlalu bercita-cita, karena cita-cita yang kelewat batas tidak baik. Makin besar cita-cita, maka akan semakin sulit untuk memenuhi tuntutan yang tinggi itu. 9. Jangan terlalu sering membandingkan diri dengan orang lain. Ada banyak hal yang dapat dilakukan lebih baik oleh orang lain dibanding diri sendiri. Jika terus menerus membandingkan diri sendiri dengan orang lain maka ada kemungkinan akan kecewa dengan diri sendiri. 10. Jangan mengambil sebagai motto ungkapan yang berbunyi, apapun juga yang dilakukan dengan baik oleh orang lain sayapun harus dapat melakukannya, karena tak seorangpun dapat mempunyai hasil yang sama dalam tiap bidang.

9 Dari berbagai pendapat tersebut, maka indikator percaya diri yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Bersifat independen, tidak terlalu tergantung orang lain. 2. Mampu memikul tanggung jawab yang diberikan. 3. Bisa menghargai diri dan usahanya sendiri. 4. Tidak mudah mengalami rasa frustasi. 5. Mampu menerima tantangan atau tugas baru. 6. Memiliki emosi yang lebih hidup, tetapi tetap stabil. 7. Mudah berkomunikasi dan membantu orang lain. B. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Kemampuan dalam pemecahan masalah termasuk suatu ketrampilan, karena dalam pemecahan masalah melibatkan segala aspek pengetahuan (ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi) dan sikap mau menerima tantangan. Seseorang yang sedang menghadapi masalah matematika harus ingat, mengerti, dan dapat menerapkan terhadap hal-hal yang terkait dengan masalah yang sedang dihadapinya. Keterampilan serta kemampuan berpikir yang didapat ketika seseorang memecahkan masalah diyakini dapat ditransfer atau digunakan orang tersebut ketika menghadapi masalah didalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan pada dokumen Peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004 (Shadiq, 2009) bahwa pemecahan masalah merupakan kompetensi strategik yang ditunjukkan siswa dalam memahami, memilih

10 pendekatan dan strategi pemecahan masalah, dan menyelesaikan model untuk menyelesaikan masalah. Beberapa strategi yang sering digunakan menurut Polya dan Pasmep (Shadiq, 2009) diantaranya adalah mencoba-coba, membuat diagram, membuat tabel, memperhitungkan setiap kemungkinan, berpikir logis, bergerak dari belakang, membuat model matematikanya, serta mengabaikan hal yang tidak mungkin. Menurut Adjie dan Maulana (2006) klasifikasi masalah dapat dibedakan menjadi empat, yaitu masalah translasi, masalah aplikasi, masalah proses dan masalah teka-teki. 1. Masalah translasi merupakan masalah kehidupan sehari-hari yang untuk menyelesaikannya perlu adanya translasi (perpindahan) dari bentuk verbal ke bentuk matematika. Dalam memindahkan bentuk verbal (kata/kalimat) ke bentuk/model matematika membutuhkan kemampuan menafsirkan atau menterjemahkan kata atau kalimat biasa ke dalam simbol-simbol matematika yang selanjutnya dicari cara penyelesaiannya berdasarkan aturan yang berlaku. Dalam memindahkan bentuk verbal ke model matematika ada yang bersifat sederhana dan ada yang kompleks. Sederhana atau tidaknya tergantung dari informasi (data) yang ada, konsep matematika yang ada, dan banyaknya operasi hitung yang digunakan. 2. Masalah aplikasi merupakan penerapan berbagai teori/konsep yang dipelajari pada matematika. Sebagai guru perlu memberikan kesempatan pada siswa untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan

11 bermacam-macam ketrampilan dan prosedur matematik. Dengan menyelesaikan masalah semacam itu siswa dapat menyadari kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari. 3. Masalah proses biasanya untuk menyusun langkah-langkah merumuskan pola dan strategi khusus dalam menyelesaikan masalah. Masalah semacam ini memberikan kesempatan siswa sehingga dalam diri siswa terbentuk ketrampilan menyelesaikan masalah sehingga dapat membantu siswa menjadi terbiasa menyeleksi masalah dalam berbagai situasi. Dengan demikian siswa terbiasa dengan strategi penyelesaian masalah khusus, misalnya menyusun tabel, dan akan menggunakan waktu beberapa saat dalam menyelidiki suatu permasalahan sehingga strategi tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan penyelesaian terhadap permasalahan yang dihadapi. 4. Masalah teka-teki dimaksudkan untuk rekreasi dan kesenangan serta sebagai alat yang bermanfaat untuk mencapai tujuan afektif dalam pengajaran matematika. Masalah teka-teki dapat digunakan untuk pengantar suatu pembelajaran, seperti untuk memusatkan perhatian, untuk memberikan ganjaran (penguatan) atau mengisi waktu kelas yang sedang tidak ada pelajaran (waktu luang). Masalah teka-teki itu bervariasi sesuai dengan cabang matematika, seperti logika, bilangan, kombinatorik, geometri, probabilitas dll. Dalam masalah teka-teki biasanya tidak rumus atau cara khusus yang digunakan, akan tetapi apakah teka-teki masuk akal atau tidak.

12 Indikator yang menunjukkan pemecahan masalah antara lain adalah (Shadiq, 2009): 1. Menunjukkan pemahaman masalah 2. Mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan masalah 3. Menyajikan masalah secara matematika dalam berbagai bentuk 4. Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat 5. Mengembangkan strategi pemecahan masalah 6. Membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah 7. Menyelesaikan masalah yang tidak rutin Menurut Shadiq (2009) ada beberapa ketrampilan untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah adalah: 1. Memahami soal Dalam memahami soal, harus memahami dan mengidentifikasi apa fakta atau informasi yang diberikan, apa yang ditanyakan, diminta untuk dicari atau dibuktikan. 2. Merancang model matematika Dalam merancang model matematika, misalkan menggambarkan masalah dalam bentuk diagram, memilih dan menggunakan pengetahuan aljabar yang diketahui dan konsep yang relevan untuk membentuk model atau kalimat matematika.

13 3. Menyelesaikan model Dalam menyelesaikan model, melakukan operasi hitung secara benar dalam menerapkan strategi untuk mendapatkan solusi dari masalah. 4. Menafsirkan solusi Menafsirkan solusi yaitu harus memperkirakan dan memeriksa kebenaran jawaban, masuk akalnya jawaban, dan apakah memberikan pemecahan terhadap masalah semula. Dari berbagai pendapat tersebut, maka indikator kemampuan pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Memahami soal 2. Merancang model matematika 3. Menyelesaikan model matematika C. Materi Lingkaran 1. Menentukan keliling lingkaran Rumus keliling lingkaran adalah : K = πd atau K = 2πr Keterangan K : keliling lingkaran d : diameter lingkaran π : pendekatan nilai phi 3,14 atau 22 r : jari-jari lingkaran 7 2. Menentukan luas lingkaran Rumus luas lingkaran adalah : L = πr 2

14 Keterangan L : luas lingkaran π : pendekatan nilai phi 3,14 atau 22 7 r : jari-jari lingkaran 3. Mengenal hubungan antara busur, juring dan sudut pusat Panjang busur dan luas juring pada suatu lingkaran berbanding lurus dengan besar sudut pusatnya. AOB panjang busur AB luas juring OAB = = 360o keliling lingkaran luas lingkaran Panjang busur AB = 2πr α 360 o Luas juring OAB = α α 360 o πr2 Luas tembereng AB = luas juring OAB luas ΔAOB 4. Mengenal sudut pusat dan sudut keliling Sudut pusat dibentuk oleh dua jari-jari lingkaran yang berpotongan di titik pusatnya. Sudut keliling adalah sudut yang dibentuk oleh dua tali busur yang berpotongan di satu titik pada keliling lingkaran. Hubungan Sudut Pusat dan Sudut Keliling Jika sudut pusat dan sudut keliling menghadap busur yang sama maka besar sudut pusat = 2 besar sudut keliling Besar sudut keliling yang menghadap diameter lingkaran besarnya 90 o (sudut siku-siku) Besar sudut-sudut keliling yang menghadap busur yang sama adalah sama besar atau 1 sudut pusatnya 2 O A B

15 D. Kerangka Berpikir Rasa percaya diri sangat penting dibangun dalam diri setiap siswa, agar siswa tidak terlalu tergantung terhadap orang lain, mampu memikul tanggung jawab yang diberikan, bisa menghargai diri dan usahanya sendiri, tidak mudah mengalami frustasi, mampu menerima tantangan atau tugas baru, memiliki emosi yang lebih hidup tetapi tetap stabil, mudah berkomunikasi dan membantu orang lain. Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu tujuan pembelajaran matematika yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model matematika, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Jadi dengan tingginya rasa percaya diri siswa diharapkan mempunyai korelasi positif dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP Muhammadiyah Banyumas. E. Hipotesis Ada korelasi antara percaya diri dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP Muhammadiyah Banyumas.