HOW TO MANAGE YOUR BUSINESS.???? (tulisan singkat sebagai pengantar Diskusi) Disampaikan pada diskusi How To Manage Your Business kelompok mahasiwa wirausaha kreatif di LPPM Unsoed, Purwokerto, Jawa Tengah, 10 September 2012. A. Re-fresh Keterlahiran Sebelum membicarakan "pengelolaan usaha", ada baiknya me-refresh sedikit muasal keterlahiran sebuah usaha, sehingga mempermudah pemahaman dan pembahasan ditahap pengelolaan. Keterlahiran usaha berawal dari adanya keberanian dalam memanfaatkan peluang yg diyakini memiliki prospek, ntah itu karena pemanfaatan situasi, karena melakukan 3M (melihat,meniru dan menambahkan) atau memang sengaja diciptakan. Keyakinan itu selanjutnya dibarengi dengan "keberanian memulai" dan "kesiapan" atas segala kondisi muncul kemudian, baik akhir positif maupun negatif. Jika tidak, maka peluang tinggal peluang dan gagasan tak kan pernah muwujud menjadi sebuah karya. Dengan kata lain, tak berlebihan berkesimpulan bahwa menjadi wirausaha alias pebisnis memerlukan instuisi dan mental cukup. Andakah orangnya...??? B. Pebisnis dan Pengelola Sebuah pepatah bisnis mengatakan;"sesuatu besar berawal dari kecil". artinya, besarnya usaha merupakan akibat positif dari "kemampuan mengelola (me-manage)" mulai dari perencanaan, operasionalisasi, sampai dengan pengemmbangan (developement). Oleh karena itu, "pola pengelolaan" memegang peranan penting dan menentukan survive tidaknya sebuah bisnis. Satu hal perlu menjadi bahan perenungan, salah satu ciri dari pebisnis (baca: entrepreneur) adalah lihai dalam melihat atau menciptakan peluang, tetapi tak sedikit pebisnis tidak punya kecakapan dalam mengelola (to manage). Demikian sebaliknya, orang jago mengelola bisnis belum tentu lihai dalam melihat atau menciptakan peluang. Itulah sebabnya, para pebisnis menyadari memiliki karakter demikian, hanya mengambil posisi sebagai pengambil keputusan dan penyedia modal diperlukan. Sedangkan untuk mengelolanya diserahkan kepada staff atau karyawannya. Namun
demikian, bukan tidak mungkin bahwa kedua keahlian itu terangkum atau melekat pada diri seseorang. Karakter manakah anda???
C. Referensi Obyektif Dalam Penyusunan Strategi Pengelolaan Dalam tinjauan logika, hidup tidaknya sebuah bisnis tergantung pada kualitas dan kuantitas respon pasar (target market). Dengan kata lain, konsumen adalah penentu masa depan sebuah usaha. Pemahaman semacam ini mendasari semua pebisnis terus mengembangkan gagasan demi terwujudnya kepuasan konsumen. Sebab kepuasan konsumen diharapkan akan membuat konsumen tersebut menjadi pelanggan tetap dan atau bahkan kemudian menjadi agen pemasaran alamiah dengan menyebarkan informasi berupa nilai-nilai kebaikan dari produk-produk dia gandrungi. Dari sudut pandang operasional sebuah bisnis, kepuasan konsumen merupakan reaksi positif dari rangkaian proses penyajian dan penawaran terhadap konsumen. Tentu hal ini berawal dari kejelian mengenali target konsumen, kemudian mendalami karakter mereka secara detail. Pemetaan ini selanjutnya menjadi dasar dalam membentuk produk dan juga pola pengkomunikasiannya, sehingga konsumen tidak hanya tahu dan ingin memanfaatkan produk ditawarkan, tetapi juga menetapkan nya sebagai kebutuhan harus dipenuhi. Itulah sebabnya, dalam bisnis sebaiknya tidak memaksakan untuk menjual apa dipunyai, tetapi fokuslah menjual apa dibutuhkan. Sebab menjual dibutuhkan memiliki probabilitas tinggi mendapat respon positif dari konsumen. Sementara itu, membuat target konsumen merasa butuh juga memerlukan rangkaian strategi. Sebagai contoh, dalam menjual produk sembako lebih mudah dibandingkan menjual sebuah handphone atau produk teknologi lainnya. Karena sembako termasuk kategori kebutuhan primer, maka hal ini tak memerlukan promosi njlimet untuk memasarkannya. Namun demikian, karena kebutuhan pokok, maka bukan hal mengherankan banyak pesaing dalam bisnis ini. Disisi lain, range margin keuntungan juga relatif kecil sehingga mengandalkan kuantitas. Berbeda dengan bisnis teknologi, tentu memerlukan rangkaian promosi dan bahkan edukasi. Disamping produk-produk teknologi memerlukan pengetahuan cukup untuk menggunakannya, sebagian masyarakat juga masih memposisikan sebagai kebutuhan sekunder dikonsumsi hanya bila telah memenenuhi kebutuhan primer. Namun demikian, para pebisnis banyak mampu mengedukasi masyarakat mulai tidak tahu sampai merasa butuh. Hal ini didukung fakta bahwa saat ini disebagian besar masyarakat telah menempatkan handphone sebagai kebutuhan pokok. Ini merupakan keberhasilan perusahaan-perusahaan bergerak dibidang telekomunikasi membentuk mindset konsumen terhadap produk mereka jual. Mereka sukses mengedukasi masyarakat mulai mulai dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi ingin, dari ingin menjadi
butuh dan kemudian butuh menjadi aksi transaksi. Bagaimana dengan bisnis anda???
D. Mengelola Bisnis Tak satupun rumusan bisnis di dunia memiliki tingkat efektivitas 100% ketika di aplikasikan. Satusatunya indikator obyektif ketepatan strategi adalah seberapa besar respon positif dari target konsumen. Jika respon target konsumen kurang memuaskan, itu artinya pebisnis tersebut harus melakukan auto koreksi untuk menemukan sisi mana harus diperbaiki. Atas dasar itulah, seorang pebisnis harus memiliki kemampuan beradaptasi tinggi atas setiap kondisi dan kareakter calon konsumen. Inilah dikatakan mengelola bisnis. Di lingkungan bisnis pemula, biasanya bisnis berawal dari sebuah struktur kecil baik mulai hanya dirinya atau mengawalinya dari kelompok kecil memiliki komitmen untuk berjuang meraih mimpi bersama. Bagi mereka memulai nya dari diri sendiri, mengelola bisnis relaitif lebih mudah, khususnya dalam proses pengambilan keputusan. Pada titik ini, pebisnis tersebut cukup memulainya dengan membangun komitmen tinggi pada satu prinsip, yaitu memuaskan konsumen. Prinsip ini selanjutnya mempengaruhi semua langkah-langkah dilakukan sepanjang proses bisnis berlangsung. Sementara itu, dinamika pengelolaan biasanya di drive oleh dinamika konsumen atau dinamika pribadi dialami pebisnis tersebut. Seiring dengan perkembangan bisnis (meluasnya konsumen), komitmen terjaga terhadap kepuasan konsumen akan memunculkan gagasan untuk melibatkan orang lain di luar dirinya kemudian biasa di sebut dengan karyawan, baik untuk melayani konsumen maupun dalam rangka mendukung proses produksi dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen. Pada tahap ini, seorang pebisnis mulai dihadapkan pada tantangan berikutnya, baik dari keterjaminan kualitas produksi maupun keterjaminan kualitas pelayanan terhadap pelanggan. Disinilah kepemimpinan seorang pebisnis mulai diuji secara internal. Bagaimana dia mentransfer ilmu pengetahuan dan membangun komitmen karyawan menjadi penentu keberlanjutan dan perkembangan bisnisnya. Berbeda dengan bisnis dimulai dari kelompok kecil di huni oleh beberapa orang. Hal utama menjadi agenda adalah menyatukan visi dan misi serta membangun moral tim dalam mewujudkan mimpi bersama. Fakta menunjukkan bahwa beberapa kelompok bisnis kemudian pecah justru sesudah bisnis mengalami perkembangan. Bahkan tidak sedikit dari kelompok itu kemudian bubaran karena gagal dalam menyatukan ego dan distribusi peran efektif diantara mereka.prinsip memuaskan konsumen tak lagi bisa menjadi inspirasi terbentuknya jalan tengah diantara perbedaanperbedaan mengemuka. Namun demikian, banyak juga kelompok
bisnis berusia panjang dan meraih kesuksesan luar biasa. Mereka senantiasa mengembangkan budaya keterbukaan satu sama lain dan memaknai perbedaan sebagai sumber inspirasi perekat komunikasi. Pada satu titik dimana bisnis mulai berkembang dan semua orang dalam kondisi overload, maka pada tahap inilah pelibatan orang lain (baca: karyawan) menjadi satu keharusan. Jika tidak, maka hal ini berpotensi merusak kualitas pelayanan maupun kualitas produksi. Namun demikian, penambahan orang baru (karyawan) juga memerlukan proses adaptasi. Oleh karena itu, transfer pengetahuan dan pemahaman tata cara juga sangat diperlukan untuk menjaga terjadinya jurang kualitas bisa berimlpikasi pada penurunan kepuasan konsumen. Lain halnya lagi dengan bisnis dibangun dan diawali dari struktur mapan serta melibatkan modal besar. Pengelolaan bisnis level ini biasanya dimulai dari penyusunan studi kelayakan rigit. Selanjutnya dalam tahapan implementasi biasanya menggunakan tahapan-tahapan manajemen yaitu: (i) planning;(ii) organizing; (iii) actuating; (iv) controlling dan; (v) evaluating. Disamping itu, distrisbusi pengelolaan juga sudah dipilah berdasarkan konsentrasi masing-masing bagian minimal terdiri dari : (i) manajemen pemasaran; (ii) manajemen operasional; (iii) manajemen pemasaran dan; (iv) manajemen personalia. Sebenarnya, pebisnis pemula juga bisa menerapkan prinsip-prinsip manajemen modern sebagaimana diterapkan oleh pebisnis seattle atau bisnis besar, hanya saja dalam implementasinya harus melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan skala bisnis sedang di kelola. Jika tidak demikian, hal ini berpotensi menciptakan in-efisiensi dan inefektifitas dalam perjalanannya. E. Penutup peluang berawal menjadi Semoga Amin. Demikian tulisan sederhana ini sebagai pengantar dalam diskusi how to manage a business????. Sekedar pengingat, indikator obyektif dari keberhasilan dari strategi pengelolaan bisnis adalah pada kualitas dan kuantitas respon positif target konsumen. Oleh karena itu, bagi pelaku bisnis memiliki kemampuan mengenal target konsumennya dan membangun keberpihakan target konsumen atas produk ditawarkannya, memiliki besar meraih kesuksesan. Satu hal lagi, sesuatu besar dari kecil. Oleh karena itu, teruslah berproses untuk kemudian besar melalui tahapan terencana dan terantisipasi. kita tergolong pebisnis brilian dalam mengelola bisnis.