Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Siti Hardianti, Sri Janatri janatrisri@yahoo.co.id Abstrak Periode penting dalam tumbuh kembang adalah masa balita, pada masa ini pertumbuhan dasar mempengaruhi perkembangan selanjutnya. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh antara pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, status gizi dan pola asuh terhadap perkembangan balita. Jenis penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasinya adalah seluruh ibu balita 919 orang dengan sampel 271 orang, menggunakan teknik cluster random sampling. Uji validitas pengetahuan 23 item pertanyaan valid dengan uji reliabilitas 0,606 dan uji validitas pola asuh 24 item pertanyaan valid dengan uji reliabilitas 0,603.Tekhnik pengambilan data menggunakan kuesioner dan observasi, analisis statistik menggunakan Koefisien Kontingensi. Hasil penelitian terdapat pengaruh pengetahuan, pendidikan, status gizi dan pola asuh terhadap perkembangan balita dengan p-value< 0,05. Sedangkan pekerjaan, jenis kelamin tidak ada pengaruh karena nilai p-value> 0,05. Kesimpulan, terdapat pengaruh pengetahuan, pendidikan, status gizi dan pola asuh terhadap perkembangan balita. Diharapkan bagi Puskesmas Baros melakukan monitoring evaluasi serta peningkatkan promosi kesehatan agar dapat meminimalisir perkembangan balita yang meragukan. Kata Kunci : Jenis Kelamin, Pekerjaan, Pendidikan, Pengetahuan, Perkembangan, Pola Asuh, Status Gizi PENDAHULUAN Salah satu sasaran penting sumber daya manusia adalah anak. Anak merupakan tumpuan masa depan bangsa dan negara. Peningkatan kualitas hidup anak berarti memenuhi semua kebutuhan anak dan tidak sekedar kebutuhan sandang, pangan dan papan karena anak diharapkan dapat tumbuh dan berkembang sebaik-baiknya (Purwandari, 2010). Jumlah balita di Indonesia sangat besar yaitu 10 persen dari seluruh populasi maka sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes RI, 2005). 1
Balita sebagai sumber daya manusia untuk masa depan ternyata masih mempunyai beberapa masalah. Pada tahun 2006 sekitar8-33% balita di Indonesia banyak mengalami keterlambatan atau gangguan bicara bahasa dan sekitar 16 persen dari anak usia dibawah lima tahun (balita) mengalami gangguan perkembangan saraf dan otak mulai ringan sampai berat, karenanya perlu kecepatan menegakkan diagnosis dan melakukan terapi untuk proses penyembuhannya. Gangguan perkembangan tersebut akan semakin baik prognosisnya jika dijumpai pada tahap dini. Deteksi dini dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa alat skrining seperti Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). KPSP adalah salah satu alat skrining yang merupakan suatu daftar pertanyaan singkat yang ditujukan pada orangtua dan dipergunakan sebagai alat untuk melakukan skrining pendahuluan untuk perkembangan anak usia 3 bulan sampai 6 tahun (Nursalam, 2008). Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor pengetahuan ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jenis kelamin balita, status gizi balita dan pola asuh terhadap perkembangan balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional dengan pendekatan Cross Sectional. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi. Waktu Penelitian bulan Februari-Juli 2014. Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin balita, status gizi balita dan pola asuh, Sedangkanvariabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah perkembangan balita. Populasi dalam penelitian ini seluruh ibu yang mempunyai balita di Kelurahan Baros wilayah kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi, serta pengambilan sampel secara cluster random sampling dengan kriteria inklusi (1) Ibu yang memiliki balita dan tercatat di buku register posyandu; (2) Sehat jasmani dan rohani; (3) Mampu membaca dan menulis serta memahami bahasa Indonesia; (4) Bersedia menjadi responden; (5) Balita yang sehat dan 2
tidak mempunyai cacat bawaan. Jumlah sample yang digunakan adalah sebanyak 271 sample ibu balita. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang didapatkan dari kuesioner langsung pada ibu yang memiliki balita dan melalui observasi status gizi dan test perkembangan dengan KPSP. Adapun data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, dari Puskesmas Baros Kota Sukabumi, buku register posyandu dari setiap kader posyandu, dari literature buku, serta penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan balita. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa dua kuesioner, meteran dan timbangan, tabel perbandingan BB/TB sesuai standar WHO 2005, lembar observasi dan alat pengukur perkembangan balita yaitu menggunakan KPSP. Untuk variabel pengetahuan dan pola asuh dibuat oleh peneliti sendiri yang telah dilakukan uji validitas dengan hasil p-value <0,05. Hasil uji reliabilitas instrument dalam penelitian ini, pada instrument variabel pengetahuan didapatkan hasil 0,606. Berdasarkan aturan Guilford maka nilai 0,606 menunjukan bahwa pertanyaan instrument variabel pengetahuan memiliki reliabilitas cukup kuat, maka instrument tersebut dinyatakan reliable. Sedangkan pada instrument variabel pola asuh adalah 0,603. Berdasarkan aturan Guilford menunjukan bahwa pertanyaan instrument variabel pola asuh memiliki reliabilitas cukup kuat. Dalam penelitian ini untuk variable pengetahuan, pendidikan dan status gizi menggunakan metode analisis Uji Somer's D sedangkan untuk variable pekerjaan, jenis kelamin balita dan pola asuh dalam penelitian ini menggunakan Koefisien kontingensi (C). HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisa Univariat Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Karakteristik n % Pengetahuan Baik 107 39,5 Cukup 130 48 Kurang 34 12,5 Jumlah 271 100 Pendidikan SD 110 40,6 SMP 43 15,9 3
SMA 106 39,1 PT 12 4,4 Jumlah 271 100 Pekerjaan Bekerja 60 22,1 Tidak 211 77,9 bekerja Jumlah 271 100 Jenis Kelamin Laki-Laki 134 49,4 Perempuan 137 50,6 Jumlah 271 100 Status Gizi Gizi Baik 226 83,4 Gizi Lebih 25 9,2 Gizi Kurang 20 7,4 Jumlah 271 100 Pola asuh Demokratis 210 77,5 Otoriter 26 9,6 Permissif 35 12,9 Jumlah 271 100 2. Analisa Bivariat Tabel 2. Tabulasi Silang Perkembangan Balita Berdasarkan Pengetahuan Ibu Pengetahuan Untuk melihat ada tidaknya pengaruh antara variabel penelitian dilakukan analisis uji hipotesis. Berdasarkan hasil analisis univariat hanya didapatkan dua kriteria perkembangan balita yaitu perkembangan dengan interpretasi yang sesuai dan meragukan saja sehingga uji hipotesis Somer D untuk variabel pengetahuan ibu, pendidikan ibu dan status gizi balita tidak dapat digunakan karena kriteria variabel perkembangan balita yang berskala ordinal berubah menjadi skala nominal sehingga semua variabel penelitian menggunakan uji Koefisien Kontingensi. Perkembangan Balita Total Sesuai % Meragukan % % Baik 105 98 2 2 107 100 Cukup 109 84 21 16 130 100 Kurang 20 59 14 41 34 100 Jumlah 234 86,3 37 13,7 271 100 P value 0,000 4
B. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Deskriptif Bivariat a. Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Perkembangan Balita Terhadap Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Tabel 3. Tabulasi Silang Perkembangan Balita Berdasarkan Pendidikan Ibu Pendidikan Perkembangan Balita Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu dengan pengetahuan cukup tentang perkembangan balita cenderung memiliki perkembangan balita dengan interpretasi yang sesuai sedangkan sebagian besar ibu memiliki pengetahuan yang kurang memiliki perkembangan balita dengan interpretasi yang meragukan. Hal ini sesuai dengan teori Marimbi (2010) yang memaparkan bahwa pengetahuan ibu yang baik maka akan melakukan pemantauan pada perkembangan balita dan lebih sering memberikan stimulasi sehingga balita dapat tumbuh kembang secara optimal. Berdasarkan Tabel 2 menunjukan hasil uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan Uji Koefisien Kontingensi didapatkan nilai p-value 0,000 yang berarti H 0 ditolak karena nilai p-value< 0,05. Dengan demikian dapat diartikan bahwa ada pengaruh antara pengetahuan ibu tentang perkembangan balita terhadap perkembangan balita dan menunjukan bahwa pengaruh pengetahuan ibu tentang perkembangan balita terhadap perkembangan balita cukup erat. Hal tersebut didukung oleh Tabel 3 yang memperlihatkan bahwa perkembangan balita dengan interpretasi yang meragukan lebih sedikit dialami ibu yang berpendidikan SMP keatas. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuan semakin luas tentang sesuatu hal termasuk perkembangan balita sehingga memungkinkan ibu untuk lebih mencaritahu bagaimana cara memberikan stimulasi yang baik untuk merangsang perkembangan balita agar dapat terhindar dari keterlambatan dalam perkembangannya. Total Sesuai % Meragukan % % SD 87 79 23 21 110 100 SMP 37 86 6 14 43 100 SMA/PT 110 93,2 8 6,8 118 100 Jumlah 234 86,3 37 13,7 271 100 P value 0,008 5
b. Pengaruh Pendidikan Ibu Terhadap Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Tabel 4. Tabulasi Silang Perkembangan Balita Berdasarkan Pekerjaan Ibu Pekerjaan Perkembangan Balita Total Sesuai % Meragukan % % Bekerja 53 88 7 12 60 100 Tidak bekerja 181 86 30 14 211 100 Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi. P value 0,612 Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa ibu yang memiliki pendidikan SMA sebagian besar memiliki perkembangan balita dengan interpretasi yang sesuai sedangkan sebagian besar ibu memiliki pendidikan SD cenderung memilikiperkembangan balita dengan interpretasi yang meragukan. Hal ini didukung oleh teori Wawan dan Dewi (2011) yang memaparkan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada oranglain. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin bertambah. Berdasarkan Tabel 3, menunjukan hasil uji statistik yang dilakukan dengan Uji Koefisien Kontingensi didapatkan nilai p-value 0,008 yang berarti H 0 ditolak karena nilai p-value< 0,05. Dengan demikian dapat diartikan bahwa ada pengaruh antara pendidikan ibu terhadap perkembangan balita dan menunjukan bahwa pengaruh pendidikan ibu terhadap perkembangan balita kurang erat. Hal tersebut didukung oleh Tabel 3, yang memperlihatkan bahwa perkembangan balita dengan interpretasi yang meragukan cenderung dimiliki oleh ibu dengan pendidikan SD dibandingkan dengan pendidikan SMP keatas. Hal tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan orangtua rendah merupakan risiko untuk terjadinya keterlambatan balita. Hal ini disebabkan pengetahuan dan kemampuan dalam memberikan stimulasi kurang dibandingkan dengan ibu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang maka semakin besar keingintahuan tentang sesuatu hal sehingga memungkinkan ibu untuk mencaritahu tentang perkembangan balita. 6
c. Pengaruh Pekerjaan Ibu Terhadap Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi. Tabel 5. Tabulasi Silang Perkembangan Balita Berdasarkan Jenis Kelamin Balita Jenis Kelamin Perkembangan Balita Total P value Balita Sesuai % Meragukan % % Laki-laki 113 84 21 16 134 100 Perempuan 121 88 16 12 137 100 Jumlah 234 86,3 37 13,7 271 100 0,339 Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu balita yang bekerja cenderung memiliki perkembangan balita dengan interpretasi yang sesuai sedangkan sebagian besar ibu yang tidak bekerja memiliki perkembangan balita dengan interpretasi yang meragukan. Berdasarkan Tabel 4 setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Koefisien Kontingensi didapatkan nilai p-value 0,612 yang berarti H 0 diterima karena nilai p-value> 0,05. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada pengaruh antara pekerjaan ibu terhadap perkembangan balita. Hal ini kemungkinan adanya faktor lain yang mempengaruhi perkembangan balita. Hal ini tidak sesuai dengan teori Marimbi (2010) yang memaparkan bahwa pekerjaan dapat mempengaruhi perkembangan balita karena orangtua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun sekunder. d. Pengaruh Jenis Kelamin balita Terhadap Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros kota Sukabumi Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu memiliki balita dengan jenis kelamin perempuan cenderung memiliki perkembangan balita dengan interpretasi yang sesuai sedangkan sebagian kecil ibu memiliki balita dengan jenis kelamin perempuan juga cenderung memiliki perkembangan balita dengan interpretasi yang meragukan. 7
Berdasarkan Tabel 5 menunjukan setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Koefisien Kontingensi didapatkan nilai p-value 0,339 yang berarti H 0 diterima karena nilai p-value> 0,05. Dengan demikian dapat diartikan bahwa tidak ada pengaruh antara jenis kelamin balita terhadap perkembangan balita. Hal ini kemungkinan adanya faktor lain yang mempengaruhi perkembangan balita. Hal ini tidak sesuai dengan teori Santrock (2011) yang memaparkan bahwa anak laki-laki lebih rentan terhadap berbagai jenis penyakit dan cacat dibandingkan dengan wanita. Hal ini dikarenakan anak laki-laki lebih mempunyai sifat agresif sehingga lebih aktif daripada anak perempuan yang apabila tidak diawasi oleh orangtua maka akan berpengaruh terhadap kerentanan penyakit atau gangguan tumbuh kembang. Berdasarkan hal tersebut maka kemungkinan balita dengan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan beresiko mengalami gangguan perkembangan. Gangguan perkembangan tersebut dapat terjadi pada setiap anak tergantung daripada lingkungan pengasuhan dan interaksi antara ibu dan anak dapat mempengaruhi perkembangan balita. Anak laki-laki maupun perempuan mempunyai keaktifan masing-masing yang dapat terlihat dari kehidupan sehari-harinya sehingga perkembangan balita baik lakilaki maupunperempuan perlu dipantau dengan baik. e. Pengaruh Status Gizi Balita Terhadap Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Tabel 6. Tabulasi Silang Perkembangan Balita Berdasarkan Status Gizi Balita Perkembangan Balita Total P Status Gizi value Sesuai % Meragukan % % Gizi Baik/ Normal 206 91 20 9 226 100 Gizi Lebih/ Gemuk 18 72 7 28 25 100 Gizi Kurang/ Kurus 10 50 10 50 20 100 Jumlah 234 86,3 37 13,7 271 100 Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu yang memiliki balita dengan status gizi baik/normal memiliki perkembangan balita yang sesuai sedangkan sebagian besar ibu yang memiliki balita dengan status gizi kurang/kurus cenderung memiliki perkembangan balita yang meragukan. 0,000 8
Berdasarkan Tabel 6 menunjukan bahwa setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Uji Koefisien Kontingensi didapatkan nilai p-value 0,000 yang berarti H 0 ditolak karena nilai p-value< 0,05. Dengan demikian dapat diartikan bahwa ada pengaruh antara status gizi balita terhadap perkembangan balita dan menunjukan bahwa pengaruh status gizi balita terhadap perkembangan balita cukup erat. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa ibu yang selalu memantau status gizi balita dan membawa balita ke posyandu mendapatkan informasi mengenai asupan gizi yang baik dan pentingnya pemantauan perkembangan balita selain itu pembinaan tumbuh kembang melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan perkembangan sehingga sebagian besar status gizi balita di Kelurahan Baros normal/ gizi baik dan memiliki perkembangan yang sesuai. f. Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Tabel 7. Tabulasi Silang Perkembangan Balita Berdasarkan Status Gizi Balita Perkembangan Balita Total Pola Asuh Meragu Sesuai % kan % % Demokratis 194 92 16 8 210 100 Otoriter 17 65 9 35 26 100 Permissif 23 66 12 34 35 100 Jumlah 234 86,3 37 13,7 271 100 p- value 0,000 Berdasarkan Tabel 7 menunjukan bahwa sebagian besar ibu yang menerapkan pola asuh demokratis cenderung memiliki perkembangan balita dengan interpretasi yang sesuai sedangkan sebagian besar ibu menerapkan pola asuh otoriter cenderungmemiliki perkembangan balita dengan interpretasi yang meragukan. Hal ini diperkuat oleh teori Adriana (2011) yang memaparkan bahwa pola asuh merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan anak. Hal ini didukung pula oleh teori Depkes RI (2005) yang menjelaskan bahwa interaksi ibu dan anak pada lingkungan pengasuhan dapat mempengaruhi perkembangan balita. Berdasarkan Tabel 7 menunjukan bahwa setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Koefisien Kontingensi diperoleh nilai p-value 0,000 yang berarti H 0 9
ditolak karena nilai p-value< 0,05 dengan demikian dapat diartikan bahwa ada pengaruh pola asuh terhadap perkembangan balita dan menunjukan bahwa pengaruh pola asuh terhadap perkembangan balita cukup erat. Hal tersebut didukung oleh Tabel 7 yang memaparkan bahwa sebagian besar perkembangan balita dengan interpretasi yang sesuai cenderung dimiliki oleh ibu balita yang menerapkan pola asuh demokratis dibandingkan dengan ibu balita yang menerapkan pola asuh otoriter. Hal ini berkaitan dengan pola asuh otoriter yang cenderung membatasi dan menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orangtua. Selain itu, orangtua yang otoriter menetapkan batas-batas yang tegas dan tidak memberi peluang yang besar pada anak untuk mengemukakan pendapat. Hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan balita karena interaksi antara ibu dan anak pada lingkungan pengasuhan merupakan suatu hal yang penting terutama dalam merangsang perkembangan balita. Jika anak merasa tertekan maka tidak menutup kemungkinan anak akan mengalami hambatan dalam perkembangannya. Beberapa keterbatasan yang peneliti temui selama penelitian diantaranya dalam penelitian ini skrining dilakukan hanya sekali, seharusnya dilakukan pemeriksaan ulangan untuk menghindari bias pemeriksaan. Subjek yang dinilai meragukan dalam penelitian hasil KPSP seharusnya dilakukan pemeriksaan ulangan 1-2 minggu untuk memastikan adanya keterlambatan perkembangan. KESIMPULAN 1. Sebagian besar Ibu balita pada penelitian ini memiliki pengetahuan cukup tentang perkembangan balita, berpendidikan SD dan tidak bekerja, sebagian besar ibu memiliki balita dengan jenis kelamin perempuan, status gizi baik/ normal, dan menerapkan pola asuh demokratis. 2. Terdapat Pengaruh Antara Pengetahuan Ibu tentang Perkembangan Balita Terhadap Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi. 3. Terdapat Pengaruh Antara Pendidikan Ibu Terhadap Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi. 10
4. Tidak Terdapat Pengaruh Antara Pekerjaan Ibu Terhadap Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi. 5. Tidak Terdapat Pengaruh Antara Jenis Kelamin Balita Terhadap Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi. 6. Terdapat Pengaruh Status Gizi Balita Terhadap Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi. 7. Terdapat Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi. 11
REFERENSI Arikunto, S. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta, 2010. Adriana, D. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. jakarta : Salemba Medika, 2011. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar, 2005. Dinas Kesehatan Kota Sukabumi. Laporan Rekapitulasi Program Gizi. Sukabumi: Seksi KIA & Gizi, 2013. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Pedoman Kerja Bagi Tenaga Pelaksana Puskesmas. Bandung : pembina utama madya, 2010. Feri C. Y. Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah Di Playgroup Aisyiyah Pandes Wedi. Skripsi. Klaten, 2009. Handajani, S. D. Kebidanan Komunitas : Konsep & Manajemen Asuhan. Jakarta : EGC, 2011. Hidayat, A.A. Metode Penelitian Kebidanan dan Tekhnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika, 2011.. Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta : Salemba Medika, 2009. RDM. Solihin, dkk.kaitan antara status gizi, perkembangan kognitif, dan perkembangan Motorik pada anak usia prasekolah. Penelitian Gizi dan Makanan, Juni 2013 Vol. 36 (1). 2013. Marimbi, H. Tumbuh Kembang, Status Gizi & Imunisasi Dasar Pada Balita. Yogyakarta: Nuha Medika, 2010. Mubarak, W. I. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika, 2011. Notoatmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta, 2010. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika, 2011.. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika, 2008. 12
Purwandari, A. Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Konteks Kebidanan. Jakarta : EGC, 2010. Puskesmas Baros. Laporan Tahunan 2013. Sukabumi : Puskesmas PONED Baros, 2013. Puskesmas Selabatu. Laporan Tahunan 2013. Sukabumi : Puskesmas Selabatu, 2013. Santrock, J. W. Masa Perkembangan Anak. Jakarta : Salemba Humanika, 2011. Sukisni, N. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Stimulasi Dini dengan Perkembangan Motorik pada Anak Usia 6-24 bulan di Kecamatan Mayang Kabupaten Jember. Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 1 (no. 1), September2011 Yuniastuti, A. Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008. http://www.academia.edu.com. Yenni Zuhairini. 2007. Status of the development of 0-3 year-old toddler. 14 februari 2014. http://www.depkes.go.id. Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. 2006. 16 Persen Balita di Indonesia Alami Gangguan Perkembangan Saraf. 12 Februari 2014. http://id.wikipedia.org/wiki/pekerjaan diakses tanggal 19 Maret 2014. http://id.wikipedia.org/wiki/pendidikan diakses tanggal 19 Maret 2014) 13
14