Starlet Gerdi Julian / 15105241034 / http://juliancreative.blogs.uny.ac.id/?page_id=239 Model-Model Pengembangan Kurikulum Model adalah pola-pola penting yang berguna sebagai pedoman untuk melakukan suatu tindakan. Model dapat ditemukan dalam hampir setiap bentuk kegiatan pendidikan, seperti model pengajaran, model adtninistrasi, model evaluasi, model supervisi dan model lainnya. Menggunakan model pada perkembangan kurikulum dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Banyak sekolah/fakultas mempunyai rancangan untuk satu tahun, mereka telah memikirkan polanya untuk memecahkan masalah pendidikan atau prosedur yang tidak dapat dihindari, walaupun begitu mereka tidak mempunyai lebel kegiataanya sebagai rancangan. Beberapa Model Peter E. Oliva menyajikan empat model perkembangan kurikulum, yang dibedakan menjadimodel Deduktif dan Model Induktif. Model deduktif adalah model yang dimulai dari hal umum ke hal khusus. Sedangkan model induktif adalah model yang dimulai dari hal khusus ke hal umum. Tigamodel deduktif yang disajikan adalah model Tyler; model Saylor, Alexander, Lewis; dan model Oliva. Sedangkan model induktif yang disajikan adalah model Taba. Perkembangan kurikulum merupakan proses pembuatan keputusan yang terencana dan untuk merevisi produk dari keputusan tersebut berdasar pada evaluasi berkelanjutan. Sebuah model dapat mengatur proses. Menurut Taba apabila seseorang memahami perkembangan kurikulum sebagai tugas yang membutuhkan keteraturan, maka harus diketahui aturan ketika keputusan dibuat dan bagaimana cara keputusan-keputusan tersebut dibuat, untuk memastikan bahwa semua pertimbangan yang relevan telah tercakup dalam keputusan-keputusan tersebut. 1. Model Tyler Model Tyler adalah model yang paling dikenal bagi perkembangan kurikulum dengan perhatian khusus pada fase perencanaan, dalam bukunya Basic Principles of Curriculum and Instruction. The Tyler Rationale, suatu proses pemilihan tujuan pendidikan, dikenal luas dan dipraktekkan dalam lingkungan kurikulum.walaupun Tyler mengajukan suatu model yang komprehensif bagi perkembangan kurikulum, bagian pertarna dari model Tyler, pemilihan tujuan, mendapat banyak perhatian dari pendidik lain.
Tyler menyarankan perencana kurikulurn (1) mengidentifikasi tujuan umurn dengan mengumpulkan data dari tige sumber, yaitu pelajar, kehidupan diluar sekolah dan mata pelajaran. Setelah mengidentifikasi beberapa tujuan umurn, perencana (2) memperbaiki tujuantujuan ini dengan menyaring melalui dua saringan, yaitu filsalat pendidikan dan filsafat sosial di sekolah, dan pembelajaranpsikologis. (3) tujuan umum yang lolos saringan menjadi tujuantujuan pengajaran Sumber data yang dimaksud Tyler adalah a) Kebutuhan dan minat siswa; dengan meneliti kebutuhan dan minat siswa, pengembang kurikulum mengidentifikasi serangkaian tujuan yang potensial. b) analisa kehidupan kontemporer di lingkungan lokal dan masyarakat pada skala besar merupakan iangkah selanjutnya dalam proses merumuskan tujuan-tujuan umurn; dari kebutuhan masyarakat mengalir banyak tujuan pendidikan yang potensial. c) mata pelajaran. Dari ketiga sumber di atas diperoleh tujuan yang luas dan umum yang masih kurang tepat, sehingga Oliva menyebutnya tujuan pengajaran. Apabila rangkaian tujuan yang mungkin diterapkan telah ditentukan, diperlukan proses penyaringan untuk rnenghilangkan tujuan yang tidak penting dan bertentangan. 1) Saringan Filsafat; Tyler menyarankan guru untuk membuat garis besar nilai yang merupakan komitmen sekolah. 2) Saringan Psikologis; untuk menerapkan saringan psikologis, guru harus mengklarifikasi prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Psikologi pembelajaran tidak hanya mencakup temuan-temuan khusus dan jelas tetapi juga melibatkan rumusan dari teori pembelajaran yang membantu menggarisbawahi asal usul proses pembelajaran, bagaimana proses itu terjadi, pada kondisi seperti apa, bagaimana mekanismenya dan sebagainya. 2. Model Taba Taba menggunakan pendekatan akar rumput (grass-roots approach) bagi perkembangan kurikulum. Taba percaya kurikulum harus dirancang oleh guru dan bukan diberikan oleh pihak berwenang. Menurut Taba guru harus memulai proses dengan menciptakan suatu unit belajar
mengajar khusus bagi murid-murid mereka disekolah dan bukan terlibat dalam rancangan suatu kurikulum umum. Karena itu Taba menganut pendekatan induktif yang dimulai dengan hal khusus dan dibangun menjadi suatu rancangan umum. Menghindari penjelasan grafis dari modelnya, Taba mencantumkan lima langkah urutan untuk mencapai perubahan kurikulum, sebagai berikut : 1. Producing Pilot Units (membuat unit percontohan) yang mewakili peringkat kelas atau mata pelajaran. Taba melihat langkah ini sebagai penghubung antara teori dan praktek. a. Diagnosis of needs (diagnosa kebutuhan). Pengembang kurikulummemulai dengan menentukan kebutuhan-kebutuhan siswa kepada siapa kurikulum direncanakan. b. Formulation of objectives (merumuskan tujuan). Setelah kebutuhan siswadidiagnosa, perencana kurikulum memerinci tujuan tujuan yang akan dicapai. c. Selection of content (pemilihan isi). Bahasan yang akan dipelajari berpangkal langsung dari tujuan-tujuan. d. Organization of content (organisasi isi). Setelah isi/bahasan dipilih, tugas selanjutnya adalah menentukan pada tingkat dan urutan yang mana mata pelajaran ditempatkan. e. Selection of learning experiences (pemilihan pengalaman belajar).metodologi atau strategi yang dipergunakan dalam bahasan harus dipilih oleh perencana kurikulum. f. Organization of learning activities (organisasi kegiatan pembelajaran). Guru memutuskan bagaimana mengemas kegiatan-kegiatan pembelajaran dan dalam kombinasi atau urutan seperti apa kegiatan-kegiatan tersebut akan digunakan. g. Determination of what to evaluate and of the ways and means of doing it (Penentuan tentang apa yang akan dievaluasi dan cara serta alat yang dipakai untuk melakukan evaluasi). Perencana kurikulum harus memutuskan apakah tujuan sudah tercapai. Guru rnemilih alat dan teknikyang tepat untuk menilai keberhasilan siswa dan untuk menentukan apakah tujuan kurikulum sudah tercapai. h. Checking for balance and sequence(memeriksa keseimbangan dan urutan). Taba meminta pendapat dari pekerja kurikulurn untuk melihat konsistensi diantara berbagai bagian dari unit belajar mengajar, untuk melihat alur pembelajaran yang baik dan untuk keseimbangan antara berbagai macam pembalajaran dan ekspresi. 2. Testing Experimental Units (menguji unit percobaan). Uji ini diperlukan untuk mengecek validitas dan apakah materi tersebut dapat diajarkan dan untuk mcnetapkan batas atas dan batas bawah dari kemampuan yang diharapkan. 3. Revising and Consolidating (revisi dan konsolidasi). Unit pembelajaran dimodifikasi menyesuaikan dengan keragaman kebutuhan dan kemampuan siswa, sumber daya yang tersedia dan berbagai gaya mengajar sehingga kurikulum dapat sesuai dengan semua tipe kelas. 4. Developing a framework (pengembangan kerangka kerja). Setelah sejumlah unitdirancang, perencana kurikulum harus memeriksa apakah ruang lingkup sudah memadai dan urutannya sudah benar.
5. Installing and disseminating new units(memasang dan menyebarkan unitunit baru).mengatur pelatihan sehingga guru-guru dapat secara efektif mengoperasikan unit belajar mengajar di kelas mereka. 3. Model Wheeler Menurut Wheller, pengembangan kurikulum merupakan suatu proses ynag membentuk lingkaran yang terjadi secara terus menerus. Dimana ada lima fase (tahap). Setiap tahap merupakan pekerjaan yang berlangsung secara sistematis atau berturut. Artinya, kita tidak mungkin dapat menyelesaikan tahapan kedua manakala tahapan pertama belum terselesaikan. Namun demikian, manakala setiap tahap sudah selesai dikerjakan, kita akan kembali pada tahap awal. Deikian proses pengembangan sebuah kurikulum berlangsung tanpa ujung. Wheller berpendapat, pengembangan kurikulum terdiri atas lima tahap, yakni: a. Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum bisa merupakan tujuan yang bersifat normatif yang mengandung tujuan filosofis (aim)atau tujuan pembelajaran umum yang bersifat praktis (goals). Sedangkan tujuan khusus adalah tujuan yang bersifat spesifik dan observable (objective) yakni tujuan mudah di ukur ketercapianya. b. Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam langkah pertama. c. Menentukan isi atau materi pembelajaran sesuai dengan pengelaman belajar. d. Mengorganisasi atau menyatukan pengalaman belajar dengan isi atau materi belajar. e. Melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan. Dari langkah-langkah pengembangan kurikulum yang dikemukakan Wheller, maka tampak bahwa pengembangan kurikulum membentuk sebuah siklus (lingkaran). Pada hakikatnya setiap tahapan pada siklus membentuk sebuah sistem yang terdiri dari komponenkomponen pengembangan yang saling bergantung satu sama lainya.
4. Model Nicholls Dalam bukunya Developing a Curriculum: a Practical Guide (1978), Howard Nicholls menjelaskan bahwa pendekatan pengembangan kurikulum terdiri atas elemen-elemen kurikulum yang membentuk siklus. Model pengembangan kurikulum Nicholls menggunakan pendekatan siklus seperti model Wheeler. Model Nicholls digunakan apabila ingin menyusun kurikulum baru yang diakibatkan oleh terjadinya perubahan situasi.ada lima langkah pengembangan kurikulum menurut Nicholls, yaitu: a. Analisis sesuatu b. Menentukan tujuan khusus c. Menentukan dan mengorganisasi isi pelajaran d. Menentukan dan mengorganisasi metode e. Evaluasi 5. Model Dynamic Skilbeck
Menurut Skilbeck, model pengembangan kurikulum yang ia namakan model Dynamic, adalah model pngembangan kurikulum pada level sekolah (School Nased Curriculum Development). Skilbeck menjelaskan model ini diperuntukkan untuk setiap guru yang ingin mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Agar proses pengembangan berjalan dengan baik, maka setiap pengembang termasuk guru perlu memahami lima elemen pokok yang dimulai dari mennganalisis situasi sampai pada melakukan penilaian. Skilbeck menganjurkan model pengembangan kurikulum yang ia susun dapat dijadikan alternative dalam pengembangan kurikulum tingkat sekolah. Menurut Skilbeck langkahlangakah pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut: a) Menganalisis sesuatu b) Memformulasikan tujuan c) Menyususn program d) Interpretasi dan implementasi e) Monitoring, feedback, penilaian, dan rekonstruksi 6. Model Saylor, Alexander, Dan Lewis Model ini membentuk curriculum planning process (proses perencanaan kurikulum). Untuk mengerti model ini, kita harus menganalisa konsep kurikulum dan konsep rencana kurikulum mereka. Kurikulum menurut mereka adalah "a plan for providing sets of learning opportunities for persons to be educated" ; sebuah rencana yang menyediakan kesempatan belajar bagi orang yang akan dididik. Namun, rencana kurikulum tidak dapat dimengerti sebagai sebuah dokumen tetapi lebih sebagai beberapa rencana yang lebih kecil untuk porsi atau bagian kurikulum tertentu.
A. Tujuan, Sasaran dan Bidang Kegiatan Model ini menunjukkan bahwa perencana kurikulum mulai dengan menentukan atau menetapkan tujuan sasaran pendidikan yang khusus dan utama yang akan mereka capai. Saylor, Alexander dan Lewis, mengklasifikasi serangkaian tujuan ke dalam empat (4) bidang kegiatan dimana pembelajaran terjadi, yaitu : perkembangan pribadi, kompetensi social, ketrampilan yang berkelanjutan dan spesialisasi. Setelah tujuan dan sasarn serta bidang kegiatan ditetapkan, perencana memulai proses merancang kurikulum. Diputuskan kesempatan belajar yang tepat bagi masing-masing bidang kegiatan dan bagaimana serta kapan kesempatan ini akan disediakan. B. Cara Pengajaran Setelah rancangan dibuat (mungkin lebih dari satu rancangan), guru-guru yang menjadi bagian dari rencana kurikulum, harus membuat rencana pengajaran. Mereka memilih metode bagaimana kurikulum dapat dihubungkan dengan pelajar. Guru pada tahap ini harus dikenalkan dengan istilah tujuan pengajaran. Sehingga guru dapat memerinci tujuan pengajaran sebelum memilih strategi atau cara presentasi. C. Evaluasi Akhirnya perencana kurikulum dan guru terlibat dalam evaluasi. Mereka harus memilih teknik evaluasi yang akan digunakan. Saylor, Alexander dan Lewismengajukan suatu rancangan yang mengijinkan : (1) evaluasi dari seluruh program pendidikan sekolah, termasuk tujuan, subtujuan, dan sasaran; keefektifan pengajaran akan pencapaian siswa dalam bagian tertentu dari program, juga (2) evaluasi dari program evaluasi itu sendiri. Proses evaluasi memungkinkan perencana kurikulum menetapkan apakah tujuan sekolah dan tujuan pengajaran telah tercapai.
DAFTAR PUSTAKA http://www.retcia.com/2011/12/model-model-pengembangan-kurikulum.html http://pustakaazham.blogspot.co.id/2012/04/model-model-pengembangan-kurikulum.html http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/model-model%20pengkur.pdf-bnog&bvm=bv.108194040,d.c2e