1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak kalangan pelajar menganggap belajar fisika adalah aktivitas yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian dengan pikiran pada suatu pokok bahasan, baik yang sedang disampaikan oleh guru maupun yang sedang dihadapi di meja belajar. Kegiatan ini hampir selalu dirasakan sebagai beban dari pada upaya aktif untuk memperdalam ilmu. Banyak diantara siswa menganggap bahwa mengikuti pelajaran fisika tidak lebih sekedar rutinitas, mengisi daftar hadir, mencari nilai, melewati waktu, dan lain sebagainya. Pelajaran fisika memang merupakan salah satu pelajaran alam yang tergolong agak sulit, artinya perlu konsentrasi dan kejelian untuk memahaminya. Bahkan telah berkembang suatu mitos dikalangan siswa dan guru bahwa dari sananya fisika memang sulit dipelajari. Fisika kemudian menjadi ditakuti banyak siswa. Fisika dianggap sebagai onggokan rumusrumus yang menjuruskan siswa dengan hafalan yang memusingkan kepala. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut diperlukan metode dan pendekatan pembelajaran yang benar-benar memperhatikan aspek-aspek internal dan aspek-aspek eksternal yang menentukan prestasi belajar siswa. Melihat kenyataan di lapangan, dari hasil observasi yang penulis lakukan pada saat melakukan PLP di salah satu SMA di kota Bandung menyimpulkan bahwa pembelajaran fisika umumnya masih bersifat monoton 1
2 dan banyak siswa yang tidak benar-benar memahami konsep yang dipelajarinya. Sehingga mengikuti pembelajaran fisika menjadi suatu kegiatan yang membosankan dan menjenuhkan. Masalah di atas mungkin juga ditimbulkan oleh rendahnya aktivitas belajar fisika siswa di kelas. Hal ini terlihat dengan rendahnya partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran fisika di kelas. Indikator ini tampak pada keadaan siswa yang cenderung pasif, keberanian bertanya dan menjawab pertanyaan, ataupun mengemukakan pendapat sangat kurang. Akibatnya kegiatan pembelajaran yang terjadi terkesan sangat kaku. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru menjadi komponen yang sangat aktif dalam mengajar sedangkan siswa menjadi komponen yang pasif. Disini terjadi transfer ilmu pengetahuan (fisika) secara paksa oleh guru yang mengajar, bukan dari aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa. Tentu saja hal ini bertentangan dengan apa yang dikemukakan oleh Suwariyanto,T (Ika Mustika Sari, 2006: 2) bahwa: Pada hakikatnya seorang pendidik (guru) adalah seorang fasilitator baik dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga peranan guru adalah menyediakan fasilitas dan menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar serta mampu mendorong siswa untuk belajar. Mengacu pada kenyataan di atas penulis merasa tertarik untuk memberikan tindakan yang dapat mendorong siswa untuk selalu aktif selama proses pembelajaran. Sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar fisika siswa. Salah satu alternatif model pembelajaran tersebut adalah sebuah model pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivisme, yaitu model
3 pembelajaran kooperatif. Model ini dirancang untuk menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Selain itu Lie, A (2005: 28) menyatakan bahwa: Pembelajaran koperatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa dalam belajar kelompok kecil, mempelajari materi pelajaran dan mengerjakan tugas, sehingga anggota kelompok bertanggung jawab atas kesuksesan kelompoknya. Pendekatan dalam pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray. Menurut Lie, A (2005:61) menyatakan bahwa: Dalam pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray ini dua orang dari masing-masing kelompok bertamu kekelompok lain untuk mencari informasi tentang apa yang telah diperoleh kelompok lain tersebut, sedangkan dua orang lagi bertugas memberi informasi tentang apa yang telah diperoleh dari hasil diskusi kelompoknya kepada tamu yang datang dari kelompok lain tersebut. Memperhatikan langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray tersebut, siswa memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan komunikasi, menulis, mengemukakan pendapat dan lain sebagainya yang merupakan indikator dari keaktifan siswa berdasarkan aktivitasnya. Model ini menciptakan suatu situasi dimana setiap anggota kelompok dimungkinkan meraih tujuan belajar, baik secara individu maupun secara berkelompok. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan kelompok, setiap anggota kelompok harus membantu teman kelompoknya dengan cara apa saja yang dapat mendorong kelompok itu mencapai tujuannya dan membantu teman-teman dalam kelompoknya untuk melakukan sesuatu secara maksimal.
4 Sehingga model ini memungkinkan siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran dan dapat memberikan dampak yang positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi diantara siswa. Siswa memiliki rasa percaya diri yang tinggi untuk mengemukakan pendapatnya, baik itu dalam bertanya, menjawab pertanyaan ataupun mengomentari pendapat temannya yang lain selama proses pembelajaran berlangsung. Yang akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan hasil belajar fisika siswa. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Siti Ersah (2007) menyimpulkan bahwa: Kemampuan komunikasi matematika siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray lebih baik dari pada kemampuan komunikasi matematika siswa dengan model pembelajaran konvensional. Bagaimana pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika? Inilah yang menjadi latar belakang peneliti untuk mencoba menggunakan model kooperatif tipe two stay two stray dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray terhadap peningkatan hasil belajar fisika siswa.
5 Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian ini, maka perumusan masalah di atas diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana hasil belajar fisika siswa sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray? 2. Bagaimana hasil belajar fisika siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray? 3. Bagaimana peningkatan hasil belajar fisika siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray? C. Batasan Masalah Penelitian ini hanya melihat pengaruh hasil belajar siswa sebelum dan setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray, tanpa melihat hubungan fungsionalnya. Hasil belajar siswa yang diukur dalam penelitian ini mencakup tiga ranah sesuai dengan Taksonomi Bloom, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar pada ranah kognitif yang diukur meliputi aspek hapalan (C 1 ), Pemahaman (C 2 ), Penerapan atau aplikasi (C 3 ). Pengumpulan data melalui ranah kognitif ini dilakukan melalui tes tertulis, yaitu pre test dan post test. Ranah afektif dibatasi hanya empat aspek dijaring melalui observasi, aspek yang diobservasi adalah membangun kerjasama dalam penyelidikan, keseriusan dalam melakukan penyelidikan, menunjukkan kejujuran dalam
6 penyelidikan, dan mengomunikasikan hasil penyelidikan secara lisan. Ranah psikomotorik dibatasi hanya empat aspek dijaring melalui observasi, aspek yang diobservasi adalah menyiapkan alat dan bahan, merangkai dan menggunakan alat dan bahan, melakukan penyelidikan, serta mengumpulkan dan mencatat data hasil penyelidikan. D. Definisi Operasional 1. Cooperatif learning adalah belajar bersama-sama, saling membantu antara yang satu dengan yang lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya. 2. Model pembelajaran kooperatif Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) adalah model pembelajaran kooperatif yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Dimana dua orang siswa tinggal di kelompok dan dua orang siswa yang lainnya, masing-masing bertamu ke kelompok lain. Dua orang siswa yang tinggal bertugas untuk memberikan informasi kepada tamu dari kelompok lain tentang hasil kelompoknya. Sedangkan siswa yang bertamu bertugas untuk mencatat penjelasan hasil diskusi kelompok yang dikunjunginya. 3. Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar. Pada hakekatnya hasil belajar siswa
7 meliputi tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar pada ranah kognitif diukur melalui gain, sedangkan hasil belajar pada ranah afektif dan psikomotor diukur melalui skor hasil observasi dari observer. E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui hasil belajar fisika siswa sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray. 2. Mengetahui hasil belajar fisika siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray. 3. Mengetahui peningkatan hasil belajar fisika siswa setelah diterapkan model pembelajaran two stay two stray. F. Manfaat Penelitian manfaat yaitu: Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan 1. Bagi siswa, diharapkan dapat membantu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar fisika. 2. Bagi guru, diharapkan dapat memperluas wawasan guru tentang model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray serta menjadi alternatif
8 model pembelajaran yang dapat dilaksanakan sehingga proses pembelajaran lebih bermakna 3. Memberikan masukan bagi peneliti lain mengenai model kooperatif tipe two stay two stray dalam meningkatkan hasil belajar fisika siswa. G. Variabel Penelitian Variabel penelitian ini adalah: 1. Variabel bebasnya adalah pembelajaran dengan model kooperatife tipe two stay two stray 2. Variabel terikatnya adalah hasil belajar fisika siswa. H. Hipotesis Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah: 1. Hipotesis nol (H 0 ) Tidak terdapat peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray. 2. Hipotesis satu (H 1 ) Terdapat peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray. I. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi eksperimen), yaitu penelitian yang dilaksanakan pada
9 satu kelompok siswa (kelompok eksperimen) tanpa ada kelompok pembanding (kelompok kontrol). Dalam metode penelitian eksperimen semu, keberhasilan dan keefektifan model pembelajaran yang di ujikan dapat dilihat dari perbedaan nilai tes kelompok eksperimen sebelum di beri perlakuan (pretes) dan setelah diberi perlakuan (posttes). Adapun desain penelitian yang akan digunakan adalah one group pre-test post-test design, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Pre-Test Treatment Post-Test T 1, X T 2, Keterangan : T 1 : Pretest X : Perlakuan yang diberikan yaitu pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe two stay two stray. T 2 : Postest Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam desain penelelitian ini adalah : 1. Memberikan pretest (T 1 ) untuk mengukur hasil belajar siswa sebelum subjek dikenakan perlakuan X. 2. Memberikan perlakuan dengan menerapkan model kooperatif tipe two stay two stray.
10 3. Melakukan observasi untuk melihat aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. 4. Memberikan postest (T 2 ) untuk mengukur hasil belajar siswa setelah subjek dikenakan perlakuan X. 5. Mengolah data hasil observasi hasil belajar siswa pada ranah afektif dan psikomotor 6. Membandingkan hasil pretest dan posttest untuk melihat peningkatan yang timbul. Jika sekiranya ada, itu sebagai akibat dari digunakannya perlakuan X. J. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Laboratorium (Percontohan) UPI tahun ajaran 2007/2008, sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA-3 tahun ajaran 2007/2008 di SMA tersebut.