BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS STRATEGI DAN PROGRAM PENINGKATAN DAYA SAING PADA INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI JAWA TENGAH DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kayu dan kedelai selama 4 tahun Alasan memilih Provinsi Jawa Timur

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menggambarkan atau

Fakultas Ekonomi Universitas Baturaja Sumatera Selatan ABSTRACT

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel

Analisis Sektor Unggulan dan Hubungannya dengan Ketenagakerjaan dan Kemiskinan di Provinsi Jambi. Oleh; Irmanelly Ahmad Soleh

4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Jenis dan Sumber Data

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Provinsi Lampung adalah data sekunder berupa PDRB tiap kabupaten/kota di

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN WAROPEN

IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Metode Pengumpulan Data

Rumus. 9. Jasa-Jasa 0,47 0,50 0,52 0,54 0,56 0,52 Non Basis. = Nilai produksi subsektor i pada provinsi. = Total PDRB Provinsi

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder rangkai waktu (Time

III. METODELOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari instansi

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi

BAB III METODE PENELITIAN. Balikpapan, Kota Bontang dan Kota Samarinda.

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tanaman pangan pada 21 kecamatan di wilayah Kabupaten

IDENTIFIKASI KOMODITAS UNGGULAN DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN PASAMAN

Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten Malang

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian, BPS, Gapkindo, ITS (International Trade Statistics), statistik FAO,

BAB I PENDAHULUAN. baru, dengan dilaksanakannya UU No. 5 tahun Pokok- pokok yang

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SANTAN KELAPA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KARAKTERISTIK DAN POTENSI EKONOMI DAERAH Oleh: Dr. H. Ardito Bhinadi, M.Si

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

III. METODE PENELITIAN. yang terdiri dari data time series tahunan ( ). Data sekunder diperoleh

BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Peranan Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa TimurTahun (Pendekatan Shift Share Esteban Marquillas)

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Economics Development Analysis Journal

IV. METODE PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan 1. Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Jawa Tengah

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series,

Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten Malang

METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI

DAFTAR ISI Silvia Sely Murthy, 2014 Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. subjek penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. akan tetapi untuk melengkapi data penelitian ini dibutuhkan suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi

3 METODOLOGI PENELITIAN

III.METODE PENELITIAN. rakyat setempat bahkan dapat menolong perekonomian daerah secara keseluruhan

III. METODE PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

ANALISIS SWOT LABORATORIUM IPS. CONTACT PERSON:

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN MERAUKE TAHUN Rizka Andani 1 Yundy Hafizrianda 2

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat,

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. ekonomi yang ada di Pulau Jawa. Selain mengetahui struktur juga untuk

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum, seperti yang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

PERAN SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR PADA SEBELUM DAN SETELAH PEMBERLAKUAN OTONOMI DAERAH. Gilang Wirakusuma, Hani Perwitasari, Irham

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA. Abstract

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN PANGAN KABUPATEN BANYUMAS. Oleh *) Rian Destiningsih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini, berfokus pada sektor basis, faktor

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti oleh penulis. Lokasi penelitian dilakukan di Swalayan surya pusat

3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. research) menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif

Analisis Potensi Dan Daya Saing Sektoral Di Kabupaten Situbondo (Analysis of Potential and Competitiveness Sectoral In Situbondo Regency)

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subjek Penelitian 1. Objek Penelitian Pada penelitian yang menggunakan data sekunder, objek penelitian menjelaskan data yang digunakan dalam penelitian. Objek penelitian merupakan titik fokus dari suatu penelitian. Titik fokus tersebut berupa garis besar yang nantinya akan diteliti dengan menggunakan teori yang relevan. Jadi, dengan kata lain, objek penelitian yaitu pokok persoalan yang akan diteliti dalam mendapatkan data agar lebih terarah. Maka peneliti merumuskan objek penelitian berupa nilai output untuk setiap jenis industri di Provinsi Jawa Tengah, nilai output untuk setiap jenis industri di Indonesia, nilai ekspor industri unggulan di Provinsi Jawa Tengah ke negara-negara ASEAN, nilai ekspor untuk setiap jenis industri di Indonesia ke negara-negara ASEAN, nilai ekspor untuk kawasan ASEAN. 2. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini yaitu, orang, lokasi penelitian, serta benda yang digunakan sebagai sasaran dari suatu penelitian. Subjek penelitian merupakan sumber informasi berupa 1

2 orang yang menjadi sumber penelitian yang berguna dalam memberikan infomasi baik mengenai kondisi maupun situasi dari penelitian. Selaras dengan pengertian subjek penelitian tersebut, peneliti mendeskripsikan subjek dalam penelitian ini yaitu sektor industri pengolahan unggulan di Provinsi Jawa Tengah yang merupakan titik fokus pengamatan ataupun sumber informasi pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti. B. Jenis Data Jenis data dalam penelitian ini yaitu deksriptif kuantitatif, dimana penelitian ini melihat seberapa siap industri unggulan di Provinsi Jawa Tengah dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, dan merumuskan strategi dan program dalam peningkatan daya saing industri unggulan di Provinsi Jawa Tengah dalam menghadapi MEA. Maksud dari penelitian deskriptif kuantitatif yaitu pada penelitian ini menggunakan data sekunder maupun data primer. Data sekunder adalah data yang dikelola oleh badan pengumpul data yang dipublikasikan kepada masyarakat yang membutuhkan data atau dengan kata lain, data yang didapat dan dikumpulkan dari penelitian telah terdapat sumber-sumbernya. Sedangkan untuk data primer merupakan data yang didapatkan dan dikumpulkan langsung dari lapangan oleh seseorang yang melakukan penelitian. Dari penelitian ini, data sekunder yang akan digunakan yaitu sebagai berikut; (1) Nilai output untuk setiap jenis industri di Provinsi Jawa Tengah;

3 (2) Nilai output untuk setiap jenis industri di Indonesia, nilai ekspor industri unggulan di Provinsi Jawa Tengah ke negara-negara ASEAN; (3) Nilai ekspor untuk setiap jenis industri di Indonesia ke negara-negara ASEAN; (4) Nilai ekspor untuk kawasan ASEAN. Dalam penelitian ini membutuhkan data berupa time series dari tahun 2010 2014. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah, BPS Indonesia, dan UN Comtrade Database. Sedangkan untuk data primer sebagai indikator mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam meningkatkan daya saing industri unggulan di Provinsi Jawa Tengah, diperoleh dari hasil observasi dengan pengamatan langsung oleh peneliti. C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini, diartikan sebagai perolehan data maupun informasi yang digunakan sebagai bagian dari proses penelitian. Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data menggunakan berbagai metode yaitu, metode review literatur dan metode observasi. Menurut Hasan dalam Irmawati (2015), review literatur merupakan pengumpulan data dengan cara menggunakan sebagian atau seluruh data yang telah ada. Sedangkan observasi yaitu cara pengumpulan data dengan mengamati secara langsung kepada objek yang diteliti. Dapat juga dijelaskan bahwa, review literatur merupakan metode dengan cara mengumpulkan data dari berbagai sumber seperti contoh data sekunder yang bisa didapatkan dari internet, laporan yang dipublikasikan oleh pemerintah, buku, penelitianpenelitian seperti jurnal, ataupun sumber lain. Sementara untuk metode

4 observasi berguna dalam pengumpulan data primer yang berkaitan dengan faktor eksternal maupun internal seperti kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman pada daya saing sektor industri unggulan di Provinsi Jawa Tengah. Dalam penelitian ini data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah, BPS Indonsia, Un Comtrade Database, serta berbagai sumber yang relevan. D. Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan subjek dari penelitian ataupun yang menjadi titik fokus pada penelitian. Untuk mencegah terjadinya kesalahpahaman pengertian dalam penelitian ini, maka akan dijelaskan mengenai definisi masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: 1. Nilai produksi industri (output) Nilai produksi industri (output) didefinisikan sebagai nilai keluaran atau output yang diperoleh dari hasil proses kegiatan industri dalam bentuk barang yang dilihat dari kode Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KLBI) dua digit selama satu tahun. Nilai Output b,t = Produksit x Hargat Keterangan : Output b,t = Ouput/nilai produksi bruto atas dasar harga berlaku pada tahun ke-t

5 Produksit = Jumlah produksi pada tahun ke-t 2. Nilai Ekspor Industri Istilah industri berkaitan dengan kegiatan ekonomi baik dalam pengolahan barang mentah, barang setengah jadi, ataupun barang jadi. Kata industri atau sering disebut sebagai kegiatan manufaktur. Padahal, arti dari industri sendiri sangatlah luas, baik itu mengenai kegiatan manusia di bidang ekonomi yang bersifat produktif ataupun komersial. Hal yang melatarbelakangi jumlah dan juga macam industri yang berbeda-beda setiap negaranya atau daerahnya adalah ekonomi yang luas. Nilai Ekspor=Volume Industri Kurs (US$) Keterangan: Volume ekspor industri : Jumlah total industri yang diekspor dalam satuan tahun Kurs : Harga berlaku di pasar dunia diukur dalam satuan US$ E. Analisis Data 1. Analisis Static Location Quotient (SLQ) Menurut Warpani (1980), analisis Static Location Quotient (SLQ) merupakan analisis permulaan untuk mengetahui keunggulan suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu. Analisis ini menunjukkan komparasi antara kemampuan sektor di wilayah yang akan dianalisis

6 dengan sektor yang sama pada wilayah dengan level yang lebih tinggi. Secara matematis dapat dirumuskan pengukuran untuk nilai SLQ yaitu: Keterangan: SLQ = Yxj/Yj Yxi/Yi SLQ Yxj Yj Yxi Yi = Nilai SLQ = Nilai output industri x di Provinsi Jawa Tengah = Nilai jumlah output industri di Provinsi Jawa Tengah = Nilai output industri x di Indonesia = Nilai jumlah output industri di Indonesia Terdapat tiga kemungkinan nilai dari koefisien SLQ yang berkisar antara nol sampai dengan positif tak terhingga yaitu: a. Nilai dari koefisien SLQ kurang dari satu menunjukkan bahwa sektor tersebut tidak mempunyai keunggulan komparatif. b. Nilai dari koefisien SLQ sama dengan satu menjelaskan bahwa sektor tersebut mempunyai keunggulan relatif yang sama dengan rata-rata semua wilayah. c. Nilai koefisien SLQ yang nilainya lebih besar dari satu menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki keunggulan komparatif yang nilainya lebih tinggi dari rata-rata wilayahnya. Kelebihan dari analisis ini terletak pada kesederhanaannya yang mampu menjelaskan struktur perekonomian pada suatu provinsi yang dikomaparasikan pada level yang lebih tinggi yakni, nasional. Namun

7 analisis ini tidak terlepas dari kelemahan yaitu hasil yang didapat dari analisis ini bersifat statis, artinya hanya menyampaikan gambaran umum untuk satu waktu. Dengan demikian, sektor unggulan pada tahun ini, belum tentu menjadi sektor unggulan pada waktu mendatang, begitu pula sebaliknya. 2. Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) mampu memberikan solusi pada kelemahan yang terjadi pada analisis SLQ dengan cara, membandingkan laju pertumbuhan suatu sektor provinsi dengan laju pertumbuhan sektor tersebut di level yang lebih tinggi lagi yakni nasional. Analisis DLQ merupakan modifikasi dari SLQ dengan mengakomodasi faktor pertumbuhan subsektor dari waktu ke waktu, Kuncoro (2015). Secaa matematis, dapat dirumuskan alat untuk menghitung nilai DLQ dengan rumus sebagai berikut: Keterangan: DLQxj = [ (1+gxj)/(1+gj) (1+Gxi)/(1+Gi) ]t = IPPIxj IPPIxi Dengan: g (G) = ( Yt Y0 ) 1 t -1 DLQxj : Indeks potensi pada industri x untuk Provinsi Jawa Tengah

8 gxj : Pertumbuhan nilai keluaran (output) industri x untuk Provinsi Jawa Tengah gj : Jumlah rata-rata pertumbuhan nilai keluaran (output) untuk seluruh industri Provinsi Jawa Tengah Gxi : Pertumbuhan nilai keluaran (output) industri x di Indonesia Gi : Jumlah rata-rata pertumbuhan nilai keluaran (output) untuk seluruh industri di Indonesia T : Selisih antara tahun akhir 2014 dan tahun awal 2010 Yt : Nilai keluaran (output) untuk tahun 2014 Y0 : Nilai keluaran (output) pada tahun 2010 IPPIxj : Indeks potensi pengembangan industri x untuk Provinsi Jawa Tengah IPPIxi : Indeks potensi pengembangan industri x untuk Indonesia Terdapat tiga kemungkinan nilai dari koefisien DLQ yang dapat diartikan yaitu; apabila koefisien DLQ lebih dari satu, artinya potensi pertumbuhan industri x di Provinsi Jawa Tengah lebih maju jika dibandingkan dengan industri x di Indonesia. Namun, apabila koefisien DLQ kurang dari satu, maka potensi pertumbuhan untuk industri x di Provinsi Jawa Tengah kurang maju jika dibandingkan dengan industri x di Indonesia.

9 3. Analisis Gabungan SLQ dan DLQ Dari penjelasan mengenai analisis SLQ dan DLQ kemudian peneliti dapat mengidentifikasi industri unggulan di Provinsi Jawa Tengah. Gabungan koefisien SLQ dan DLQ akan menjadi pedoman untuk menentukan apakah suatu industri termasuk ke dalam kriteria unggulan, prospektif, andalan, maupun tertinggal. Untuk menentukan kriteria unggulan digunakan matriks sebagai berikut: SLQ DLQ SLQ > 1 SLQ < 1 DLQ > 1 Industri Unggulan Industri Andalan DLQ < 1 Industri Prospektif Industri Tertinggal Sumber : Kuncoro (2012) GAMBAR 3.1. Matriks Analisis Kombinasi SLQ dan DLQ 4. Analisis Shift Share Analisis Shift Share adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui sektor ekonomi yang termasuk ke dalam bagian dari sektor yang mempunyai keunggulan kompetitif atau dengan kata lain, sektor yang mampu berkompetisi dengan sektor sejenis di wilayah lain. Analisis ini bertujuan untuk menentukan kinerja maupun produktifitas pada ekonomi regional dengan membandingkan ke level yang lebih tinggi.

10 Terdapat Keunggulan pokok pada analisis ini, yaitu mampu membaca perkembangan produksi maupun kesempatan kerja pada suatu daerah dengan menggunakan dua kurun waktu data. Data tersebut dapat berupa PDRB, PDB, serta penyerapan tenaga kerja pada setiap sektor. Nilai keunggulan kompetitif dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Keterangan : Kxj = Yxj ( rxj - rxi ) Dengan rxj = { (Yxj Y xj] } 100 Y xj rxi = { Yxi Y xi } 100 Y xi Cxj : Nilai keunggulan kompetitif Yxj : Nilai keluaran (output) industri x di Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 Y*xj : Nilai keluaran (output) industri x di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 Yxi : Nilai keluaran (output) industri x d Indonesia tahun 2014 Y*xi : Nilai keluaran (output) industri x di Indonesia tahun 2010 rij : Perkembangan industri x di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2010 2014 rx i : Perkembangan industri x di Indonesia dari tahun 2010-2014 Terdapat dua ketentuan pada penilaian keunggulan kompetitif yaitu; (1) apabila nilai Cxj menunjukkan angka positif, artinya terdapat keunggulan kompetitif pada komoditas tersebut; (2) Apabila nilai Cxj

11 menunjukkan angka negatif yang artinya tidak terdapat keunggulan kompetitif pada komidtas tersebut. 5. Analisis RCA Menurut Tambunan (2001), Metode RCA merupakan metode untuk mengetahui komoditas apa yang mempunyai keunggulan atau yang memiliki tingkat daya saing ekspor di suatu daerah terhadap dunia. Indeks RCA didapatkan dari perbandingan pangsa ekspor suatu atau sekelompok komoditas di negara dengan pangsa ekspor komoditas di seluruh dunia. Apabila nilai RCA tersebut menunjukkan pangsa ekspor yang besar, artinya pada produksi maupun ekspor komoditas terdapat keunggulan komparatif.semakin tinggi nilai RCA, maka semakin tinggi pula daya saing pada komoditas tersebut. Nilai RCA dapat diukur menggunakan rumus : Dimana: RCA : Nilai RCA RCA = Xxj/Xxi Xj/Xi Xxj : Nilai ekspor untuk industri x di negara j Xj : Nilai total ekspor untuk negara j Xxi : Nilai ekspor untuk industri x dunia Xi : Nilai total ekspor dunia Nilai RCA berkisar dari nol sampai dengan positif tak terhingga. Apabila nilai RCA lebih dari satu, artinya, terdapat daya saing pada komoditas. Namun, jika nilai RCA kurang dari satu, artinya, tidak

12 terdapat daya saing pada komoditas tersebut. Semakin besar indeks RCA, maka akan semakin tangguh. Selanjutnya, dari nilai RCA akan didapat indeks RCA. Indeks RCA adalah rasio RCA tahun ke (t) dibanding dengan RCA pada tahun ke (t-1). Apabila indeks RCA lebih dari satu, maka terjadi peningkatan daya saing pada komoditas tersebut. Sebaliknya, jika indeks RCA kurang dari satu, maka terjadi penurunan daya saing pada komoditas tersebut. 6. Analisis SWOT Balanced Scorecard Menurut Rangkuti (2011), analisis ini memuat tentang isu strategis, penyusunan formulasi strategi, tema strategi serta pemetaan strategi, serta program strategis. Langkah pertama yang dilakukan yaitu identifikasi formula strategi agar dapat menjadi tema strategis. Langkah selanjutnya, mengelompokkan strategi tersebut ke dalam isu strategis yang sudah dilakukukan dalam kegiatan analisis SWOT. Hasil pengelompokkan isu tersebut, akan terbentuk tema strategis. Dalam menentukan tema strategis, harus berpedoman pada visi dan misi dengan metode brainstorming. Selanjutnya menentukan sasaran strategis dan program strategisnya. Dalam menentukan tema strategis yang akan menjadi pedoman untuk tahun yang akan datang, dibutuhkan analisis SWOT yang komprehensif yaitu dengan cara menentukan faktor-faktor kekuatan dan kelemahan yang bersifat internal, dan juga peluang serta ancaman yang bersifat eksternal.

13 Dalam menyusun formula strategis pada analisis SWOT yaitu dengan cara menggabungkan berbagai macam indikator yang terdapat dalam kekuatan, kelemahan, peluang, maupun ancaman. Setelah itu dapat dirumuskan program strategisnya. Untuk menggabungkannya digunakan TOWS Matriks sebagai berikut: Internal Strengths Weaknesses Opport SO WO Strategy Eksternal Strategy Threaths ST Stategy WT Strategy Sumber: Rangkuti (2011) GAMBAR 3.2. TOWS Matriks Keterangan: a. S-O strategies merupakan strategi yang disusun dengan menggunakan semua kekuatan dalam merebut peluang. b. W-O strategies merupakan strategi yang disusun dengan cara meminimalkan kelemahan dalam pemanfaatan peluang yang ada. c. S-T strategies merupakan stategi yang disusun dengan menggunakan semua kekuatan dalam mengatasi ancaman.

14 d. W-T strategies merupakan strategi yang disusun dengan meminimalkan kelemahan dalam menghindari ancaman.

15