BAB I PENDAHULUAN. dalam makanan terdapat komposisi seperti karbohidrat, lemak dan protein.

dokumen-dokumen yang mirip
VI PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Contohnya adalah tren untuk makan sambil hang-out

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Seperti halnya pada skala nasional, pertumbuhan ekonomi provinsi DI. Yogyakarta juga mengalami pertumbuhan positif.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambar 1.1 Suasana Little White Cafe

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat krisis ekonomi berlangsung di Indonesia, UKM merupakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bisnis di era modern seperti sekarang ini berkembang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tentunya hal ini juga tidak lepas dari kemajuan ekonomi di negara-negara

(Diferentiated Marketing)

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cafe merupakan suatu tipe restoran yang biasa menyediakan tempat duduk di dalam dan

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS STRATEGI BISNIS KELUARGA PADA KEDAI KOPI MASSA KOK TONG DI PEMATANGSIANTAR DALAM MENINGKATKAN LOYALITAS

BAB I PENDAHULUAN. GAMBAR 1.1 Ganesha Mocktail Cafe Bandung Sumber: Dokumen Ganesha Mocktail Cafe, 2017.

BAB 1 PENDAHULUAN. harus dihadapi dengan kesiapan yang matang dari berbagai faktor-faktor

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

SIMPULAN. pemaparan model bisnis dan strategi pengembangan bisnis yang akan dijalankan

BAB 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki kota ini, kota perjuangan, kota kebudayaan, kota pelajar, kota pariwisata dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan tempat wisata di Lampung merupakan daya tarik tersendiri bagi

BAB 1 PENDAHULUAN Persaingan Industri Jasa Restoran di Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB II PROMOSI RUMAH MAKAN DAPUR KERATON Sejarah Rumah Makan Dapur Keraton

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kepuasan kepada para konsumen, Sehingga perusahaan harus lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia usaha kuliner. Banyak para pengusaha berpikir kreatif dan inovatif

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan komunikasi yang sebelumnya menuntut peralatan yang begitu. dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Membicarakan komunikasi dalam pemasaran berarti membicarakan. bagaimana pengaruh komunikasi dalam pemasaran dan bagaimana

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini pariwisata merupakan salah satu kebutuhan sekunder yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Industri Kuliner di Yogyakarta. dibanding tahun sebelumnya (Hermawan,2013).

BAB I PENDAHULUAN. digunakan adalah bumbu impor. Kuliner asing tersebut dapat menjadi

BAB 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, hanya perusahaan yang berorientasi pada konsumen yang berhasil menarik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PEND AHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jika berbicara tentang Aceh tentunya salah satu khas dan terkenal yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku konsumen dalam melakukan keputusan pembelian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI. menyajikan simpulan dan implikasi atas permasalahan mengenai kesadaran UKM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini sangat sulit ditebak. Ini disebabkan oleh terjadinya perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan karena memiliki peran yang besar dalam kegiatan perekonomian

diarahkan untuk memenuhi tujuan tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menawarkan berbagai kelebihan dan keunikan dari masing-masing produk

Strategi Pemasaran Pada Usaha Kuliner Warung Pasta Margonda Raya Depok Dengan Analisis SWOT NPM :

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan kalangan muda Kota Padang senang berkumpul, berinteraksi dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlomba-lomba mempromosikan beragam paket menarik sebagai kunci untuk

BAB I PENDAHULUAN. sampai besar seperti cafe, rumah makan maupun restoran. Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III DATA PROYEK 3.1. Data Proyek Data Umum Proyek : Perancangan Interior House Of Vegan

BAB I PENDAHULUAN. Restoran Hatsu Tei Bogor memiliki strategi tersendiri dalam. memperkenalkan produk, mengajak pegunjung untuk datang dan menikmati

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pusat pembangunan sekaligus pusat pertumbuhan ekonomi nasional telah berkembang begitu pesat terutama pada industri restoran. Data di atas menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan atau permintaan pihak pemberi tugas. Tahapan perencanaan yang. kebudayaan Indonesia serta pengaruh asing.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin maju dan berkembang berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. bersifat unik, karena pariwisata bersifat multidimensi baik fisik, sosial,

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan di masyarakat akan mempengaruhi pengetahuan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Profil Perusahaan Sejarah Perusahaan 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam bidang ritel yang saat ini tumbuh dan berkembang pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. manusia semata. Pangan saat ini menjadi sebuah gaya hidup baru di kalangan

BAB I PENDAHULUAN. kepuasaan pelanggan untuk memaksimalkan laba dan menjaga. keberlangsungan perusahaanya. Hal ini juga untuk memberikan kepuasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. pasar domestik maupun di pasar internasional atau global. Fenomena ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi yang penuh persaingan, konsumen dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. CV Teroka Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang distribusi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tanda bahwa bisnis kuliner berkembang pesat. Bisnis kuliner melalui subindustri

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan atau pelaku bisnis adalah mempertahankan pelanggannya. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. kota Bandung di akhir pekan dan hari libur. Hal ini dapat dilihat dari pusat perbelanjaan

VII. DIMENSI KUALITAS PRODUK DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kudapan sekali-pun dapat ditemukan hampir di setiap pelosok kota ini. Selain

BAB I PENDAHULUAN. diciptakannya dapat dipertahankan selamanya. Hal ini bukanlah tugas yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berbagai perubahan perilaku masyarakat, terutama di perkotaan. Salah satu perubahan

BAB I PENDAHULUAN. bidang,baik jumlah maupun waktunya. Bidang usaha yang dapat digeluti

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat ditandai dengan adanya berbagai usaha dilakukan untuk mendapatkan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan industri jasa restoran di Indonesia saat ini bisa dikatakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan merupakan hal yang wajib dipenuhi oleh setiap orang. Makanan menjadi sumber energi untuk melakukan segala aktivitas, karena dalam makanan terdapat komposisi seperti karbohidrat, lemak dan protein. Ketiga komposisi tersebut wajib dipenuhi secara seimbang agar tubuh tetap sehat dan berenergi. Oleh karena itu, maka tidak mengherankan jika bisnis makanan atau bisnis kuliner berkembang dan menjamur di berbagai tempat. Bisnis makanan atau bisnis kuliner merupakan salah satu contoh bisnis yang tidak pernah mati. Adapun bisnis tersebut dari tahun ke tahun terus bertambah, mulai dari bisnis makanan lokal, makanan Asia dan makanan Barat. Selain itu, adanya kemudahan yang diperoleh masyarakat pada saat menikmati makanan juga menjadi hal yang mampu menjadikan bisnis tersebut laris di masyarakat. Salah satu kemudahan yang ditawarkan kepada masyarakat adalah adanya sistem Delivery Order bagi konsumen yang ingin menghemat tenaga dan biaya atau sistem Drive Thrue, dimana konsumen yang ingin memesan tidak perlu memarkirkan kendaraan pribadinya. Adanya kedua sistem diatas, menjadikan tempat makan tersebut ramai dikunjungi oleh banyak orang. 1

2 Di samping kedua hal diatas, hal lainnya yang menjadikan bisnis makanan berkembang, yaitu adanya konsumen yang menjadi petualang makanan. Petualang ini biasa disebut dengan wisata kuliner, dimana dengan petualangannya dapat berujung pada merekomendasikan tempat makan tersebut pada orang terdekat. Berdasarkan pada tabloid peluang usaha, menjadi petualang makanan memberikan pengalaman tersendiri bagi sebagian kalangan (2012). Di sisi lain, terdapat dua kunci utama yang menjadikan bisnis makanan tersebut dapat terus bertahan di masyarakat. Bambang Irwanto, seorang pelaku usaha dan sekaligus trainer dalam hal penjualan secara online, menyatakan kedua kunci utama yaitu rasa dan marketing yang berkualitas. Kunci pertama adalah memberikan cita rasa terbaik pada produk makanan atau minuman yang ditawarkan, karena cita rasa merupakan harapan bagi seseorang ketika menikmati makanan atau minuman, serta dengan memberikan cita rasa yang baik, maka konsumen dapat kembali lagi. Sedangkan kunci utama kedua adalah memberikan marketing yang berkualitas dan baik, dimana dengan melakukan kegiatan tersebut menjadikan produk yang dijual oleh tempat makan itu dapat dipercaya oleh banyak orang. Ada beberapa macam jenis makanan, yaitu makanan lokal, makanan Asia dan makanan Barat. Masing-masing jenis makanan tersebut memiliki nilai pangsa pasar yang berbeda-beda. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh AC Nielsen kepada sekitar 500 responden aktif pengguna internet mengenai bisnis makanan, menyatakan bahwa bisnis tersebut di Indonesia

3 memiliki nilai pangsa pasar yang tidak seimbang. Pangsa pasar terbesar dimiliki oleh bisnis makanan lokal, yaitu sebesar 59%. Makanan lokal menjadi pilihan makanan utama bagi kebanyakan responden. Hal ini dikarenakan oleh makanan lokal terbuat dari rempah-rempah alami dan memiliki cita rasa khas dan masih tetap enak meski makanan disimpan dalam waktu yang lama (Winarno, 2004). Sedangkan pangsa pasar terbesar kedua dihasilkan oleh makanan Asia, yaitu sebesar 30%. Makanan Asia terbagi ke dalam tiga jenis pasar, yaitu Makanan Cina atau Chinesse Food memiliki pangsa pasar sebesar 17%, makanan Jepang sebesar 12% dan sisanya dimiliki oleh makanan India. Terdapat beberapa faktor yang menjadikan makanan Asia juga termasuk menu pilihan utama bagi kebanyakan responden. Seperti pada Chinesse Food, faktor-faktor yang mendasari adalah adanya penggunaan teknik memasak yang beragam, sehingga dapat memberikan cita rasa seperti makanan lokal. Sedangkan pada makanan Jepang, penggunaan bahan baku yang segar dalam teknik memasak, dimana dapat memberikan cita rasa tersendiri bagi penikmatnya (Hong Qiu, 2002). Di samping kedua pangsa pasar diatas, adapun pangsa pasar lain dimiliki oleh makanan Barat. Berdasarkan hasil survei, pangsa pasar makanan Barat merupakan yang terkecil diantara pangsa pasar makanan lokal dan makanan Asia. Makanan Barat hanya memiliki pangsa pasar sebesar 7%, dimana nilai tersebut didominasi oleh makanan Italia yang memiliki pangsa pasar sebesar 4%, makanan Amerika sebesar 2% dan makanan Perancis

4 sebesar 1%. Hasil pangsa pasar yang kecil ini diasumsikan bahwa masyarakat memiliki pandangannya tersendiri terhadap makanan Barat, yaitu makanan yang mengandung banyak lemak serta tergolong makanan kelas modern karena penyajiannya yang terlihat elegan (Nadesul, 2008). Dengan melihat adanya ceruk pangsa pasar makanan Barat yang tergolong paling rendah diantara pangsa pasar lainnya, memberikan peluang kepada penulis untuk membuka bisnis makanan Barat, dikarenakan belum terlalu banyak pesaing pada bisnis yang sama. Menurut Abdul Kholek, seorang pengamat dan Dosen Sosiologi pada salah satu Universitas di Jakarta, menjelaskan bahwa makanan Barat berkaitan dengan gaya hidup, dimana adanya fenomena perubahan gaya hidup yang seiring berjalannya waktu semakin berkembang dan adanya rasa puas diri yang timbul dari diri seseorang. Seperti contohnya, adanya expansi pada usaha makanan yang dimanifestasikan ke dalam tempat makan cepat saji. Akibatnya, banyak generasi muda masa kini lebih merasa gaul ketika mereka duduk menghabiskan waktu di tempat makan cepat saji dibandingkan dengan tempat makan lainnya. Fenomena lain yang terjadi adalah adanya rasa puas diri ketika mereka telah mengunjungi tempat makan yang berlabel lebih modern (2012). Di samping penjelasan oleh Abdul Kholek, penjelasan lainnya berasal dari Dr. Rudi Lukman, salah seorang Dokter yang bekerja pada Rumah Sakit swasta di Malang, Jawa Timur. Menurutnya, makanan Barat merupakan makanan yang memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan

5 makanan lainnya, seperti bumbu yang digunakan, cara penyajian serta rasa dari makanan tersebut. Sedangkan berdasarkan pada pangsa pasar makanan Barat yang memiliki angka kecil, menurutnya adalah bahwa hal tersebut dikarenakan oleh adanya pandangan masyarakat mengenai makanan Barat, dimana makanan Barat diidentikan dengan makanan junk food yang tidak sehat, sehingga hal tersebut berdampak negatif pada makanan tersebut. Di samping itu pula, adanya tren untuk lebih mencintai produk dalam negeri dibandingkan dengan produk dari negara lain, seperti contohnya dalam makanan, masyarakat diminta untuk menggunakan bahan-bahan atau rempahrempah dalam negeri dibandingkan dengan rempah-rempah yang berasal dari negara lain. Adapun penjelasan lainnya berasal dari hasil kuisioner yang dibagikan kepada 90 orang, dimana pertanyaan yang diajukan adalah pendapat mereka mengenai makanan Barat. 40 responden atau sekitar 44 persen menyatakan bahwa makanan Barat tergolong dalam makanan yang tidak sehat. Sedangkan, 26 responden atau 29 persen menjawab bahwa makanan Barat merupakan makanan yang memiliki harga jual tinggi. Sementara itu, dua orang atau dua persen mengatakan bahwa makanan Barat memiliki rasa yang tidak enak. Sedangkan sisanya 22 responden atau 24 persen memilih untuk menjawab lain-lain dengan jawaban yang bervariasi, seperti makanan Barat termasuk dalam makanan yang praktis, makanan yang memiliki ragam variasi, makanan berlemak, makanan unik dan juga makanan yang memiliki cita rasa berbeda dari makanan lainnya.

6 Di samping penjelasaan diatas, penjelasan dan pernyataan lain mengenai makanan Barat dijelaskan oleh Anne Ahira dalam tulisan singkatnya. Makanan Barat merupakan makanan yang dikenal dengan makanan tidak sehat, dimana makanan tersebut tidak memiliki kandungan gizi yang baik dan seimbang. Dalam hal ini, makanan Barat biasanya mengandung lemak yang tinggi. Kandungan itulah yang dapat menyebabkan penyakit, seperti jantung, darah tinggi dan stroke. Oleh karena itu, berdasarkan pada tantangan permasalahan yang ada mengenai makanan Barat, adanya edukasi pada makanan tersebut sangat dibutuhkan dengan tujuan untuk memberikan asumsi positif kepada masyarakat mengenai makanan Barat. Edukasi merupakan komunikasi yang dibangun oleh pelaku usaha untuk menjadi pembeda dari bisnis lainnya. Edukasi sangat penting dalam membangun sebuah brand, karena dengan adanya edukasi yang baik dan menarik, dapat menjadikan brand tersebut dikenal di masyarakat. Edukasi juga merupakan sebuah proses mengajak seseorang untuk mengenal lebih sebuah brand atau produk yang ditawarkan. Edukasi biasanya berkaitan dengan identitas perusahaan (Wasesa dan Macnamara, 2010, p.151) Ipan Pranashakti, seorang praktisi yang bergerak di bidang online marketing, menjelaskan bahwa tujuan dari adanya edukasi akan sebuah brand adalah membuat konsumen mengenal lebih dalam akan produk yang ditawarkan. Edukasi yang kurang baik dapat memberikan dampak negatif bagi penerimanya (2008). Selain itu, edukasi juga mampu mengembangkan sayap

7 bisnis, menciptakan brand awareness dan membuat posisi perusahaan tersebut kuat dalam jangka panjang (Irawan, 2003, p.186). Ada tiga proses untuk mengedukasi pasar. Pertama, menjadikan proses memasarkan suatu barang sebagai hal yang menarik, dimana seorang pemasar harus terus melihat celah, karena celah mampu menjadikan produk yang ditawarkan sukses dan berhasil dikenal di masyarakat. Kedua, selalu mengamati pasar yang ada, dimana pasar dapat menentukan target dari produk yang ditawarkan. Ketiga, adalah dengan melakukan kampanye marketing, sehingga dapat menciptakan pengalaman tersendiri bagi penikmatnya (Soeprajitno, 2012, p.38). Di samping penjelasan mengenai makanan Barat dan perlunya edukasi pada makanan tersebut, penjelasan lainnya adalah mengenai lokasi. Lokasi yang dituju dari pembuatan model bisnis ini adalah Lippo Village, Tangerang. Lippo Village merupakan kawasan hunian yang didirikan oleh PT. Tunggal Reksakencana pada bulan Oktober 1990. Seiring berjalannya waktu, terdapat berbagai macam penambahan fasilitas, seperti fasilitas pendidikan, perkantoran, pusat perbelanjaan, fasilitas kesehatan dan pusat kuliner (Sumber: Annual Report Lippo Village, 2011). Adanya fasilitas-fasilitas yang tersedia pada kawasan tersebut memberikan ide kepada penulis untuk menjadikan kawasan Lippo Village sebagai pilihan lokasi yang tepat untuk usaha. Salah satu fasilitas yang paling dikenal adalah Benton Junction, dimana merupakan pusat kuliner yang tersedia di Kawasan Lippo Village.

8 Dekatnya lokasi Benton Junction dengan fasilitas pendidikan dan perkantoran, menjadikan tempat tersebut selalu ramai dikunjungi baik oleh pelajar, mahasiswa, karyawan maupun penghuni Lippo Village itu sendiri. Benton Junction adalah merupakan sebuah tempat makan bernuansa alam terbuka, dimana biasa disebut dengan Alfresco Dining. Benton Junction menjadi pilihan penulis dalam pembuatan model bisnis ini, karena seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa lokasinya yang terletak berdekatan dengan kampus dan perkantoran, serta banyaknya expatriat disana menjadikan tempat tersebut terlihat tidak pernah sepi, terutama ketika pada saat jam makan siang dan jam menjelang malam hari. Selain itu, udara segar baik siang maupun malam hari, pohon-pohon rindang, lampu hias, live music dan acara Bazzar setiap Weekend, serta TV Screen yang disediakan oleh pihak Benton Junction menambah keuntungan bagi pelaku usaha dan sekaligus memberikan kenyamanan bagi pengunjung Benton Junction. Hal ini menjadikan penulis memilih Benton Junction sebagai tempat yang cocok untuk pembuatan model bisnis ini (Kompas, 2007). Berdasarkan pada data-data yang sudah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa lokasi Lippo Village merupakan lokasi yang cocok untuk membuat model bisnis tersebut, karena kotanya yang terlihat mandiri dan bersih. Di samping itu, adanya fasilitas yang tersedia di dalamnya menjadi pendukung dalam pembuatan model bisnis tersebut, seperti salah satu fasilitas yang terkenal dan digunakan oleh penulis untuk membuat model bisnis ini, yaitu fasilitas Benton Junction, dimana merupakan sebuah tempat makan

9 bernuansa alam atau Alfresco Dining yang dilengkapi dengan pepohonan rindang, lampu hias pada malam hari serta live music setiap weekend. Serta, kecilnya nilai pangsa pasar makanan Barat dibandingkan dengan pangsa pasar makanan lainnya, seperti makanan lokal atau makanan Asia memberikan peluang kepada penulis untuk masuk sebagai pelaku usaha dan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai makanan Barat, sehingga diharapkan dapat memberikan asumsi positif kepada masyarakat mengenai makanan Barat itu sendiri. Dalam hal ini, konsep pembuatan model bisnis ini akan dibalut dengan edukasi yang menarik agar dapat meyakinkan masyarakat mengenai definisi makanan Barat. 1.2. Tujuan dan Manfaat Tujuan dari pembuatan model bisnis ini adalah pertama, memberikan pengenalan kepada masyarakat akan makanan Barat yang bukan merupakan makanan cepat saji. Kedua, menawarkan produk kuliner makanan Barat yang dibalut dengan nuansa Alfresco Dining. Ketiga, memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai produk makanan Barat. Keempat, memberikan kepuasan kepada konsumen melalui produk-produk yang ditawarkan oleh model bisnis. Kelima, memberikan pengetahuan akan pentingnya edukasi pada sebuah bisnis untuk meningkatkan brand awareness. Sementara itu, terdapat dua manfaat dari pembuatan model bisnis ini, yaitu pertama, meningkatkan brand awaraness perusahaan di mata konsumen

10 yang berkunjung ke Benton Junction dan menciptakan loyalitas dari konsumen terhadap produk-produk yang ditawarkan oleh bisnis tersebut. 1.3. Ruang Lingkup Ruang lingkup dari pembuatan model bisnis ini terbagi ke dalam dua ruang lingkup. Pertama, ruang lingkup mengenai produk yang ditawarkan, dimana merupakan sebuah tempat makan bernuansa Alfresco Dining yang menjual menu makanan Barat beserta dengan minuman yang telah melalui proses perhitungan kalori di dalamnya. Kedua, ruang lingkup mengenai target dan pasar yang dituju, dimana pasar yang dituju adalah pelajar atau mahasiswa, pekerja kantoran, kalangan ekspatriat dan penghuni apartemen atau perumahan Lippo Village. Sedangkan berdasarkan target usia, konsumen yang akan ditargetkan dalam pembuatan model bisnis ini berusia 16 tahun hingga 46 tahun ke atas. Alasannya adalah bahwa konsumen pada periode umur tersebut masih banyak yang ingin berwisata kuliner. 1.4. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada pembuatan model bisnis ini terbagi ke dalam lima bab, yaitu: BAB I. PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang dari pembuatan model bisnis, tujuan dan manfaat, ruang lingkup, serta sistematika penulisan pada model bisnis.

11 BAB II. LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang teori-teori yang digunakan dalam pembuatan model bisnis ini, diantaranya teori 9 Building Blocks Model, teori Marketing, teori PESTEL, teori yang berhubungan dengan Desain, Warna, Brand, Logo dan Tagline. Serta beberapa teori pendukung lainnya, seperti teori Ergonomi, Perekrutan dan Laporan Keuangan. BAB III. PROFIL PERUSAHAAN Bab ini berisi tentang metodologi yang dipakai, gambaran umum dari perusahaan, seperti nama, visi dan misi, produk yang dijual, fasilitas-fasilitas yang diberikan serta struktur organisasi model bisnis tersebut. BAB IV. RENCANA BISNIS DAN PROTOTYPE Bab ini berisi tentang analisa situasi dan lingkungan bisnis, strategistrategi yang digunakan untuk memasarkan model bisnis, laporan keuangan serta hasil prototype, seperti desain exterior dan interior dari konsep model bisnis ini, desain menu makanan dan minuman dan desain contoh edukasi marketing yang digunakan.

12 BAB V. KESIMPULAN Bab ini merupakan bab penutup, berisi tentang kesimpulan dari pembahasan secara menyeluruh dan rencana pengembangan dari model bisnis tersebut.