BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
Proses pengolahan merupakan metode yang digunakan untuk pengolahan masukan

Presentation Outline

BAB I PENDAHULUAN. dapat bersaing dalam mencapai tujuan. Sama halnya dengan sebuah organisasi

BAB II LANDASAN TEORI. diterjemahkan oleh Nuri, H (2005:16) yaitu Auditing adalah suatu proses sistematis

BAB II LANDASAN TEORI. Tunggal, A.W. (2008), Audit operasional merupakan audit atas operasi yang

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Arens, Elder dan Beasley yang diterjemahkan oleh Wibowo,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Peranan Pengendalian

Operasional. Disampaikan Oleh : Kristian Suhartadi WN, SE., MM

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pada perusahaan yang tergolong dalam perusahaan besar pimpinan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. dialihbahasakan oleh Amir Abadi Jusuf adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. aksesoris otomotif bermotor didasarkan oleh perkembangan dari jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu. Kadang-kadang jenis audit ini

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tujuan tertentu melalui tiga tahapan, yaitu input, proses, dan output. yang berfungsi dengan tujuan yang sama.

BAB IV. Audit Operasional Atas Fungsi Pengelolaan Persediaan Barang. Jadi Pada PT Aneka Medium Garment. IV.1. Survei Pendahuluan

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam suatu perusahaan baik itu perusahaan kecil maupun besar memerlukan

BAB II LANDASAN TEORI. II Pengertian Audit Operasional. melainkan untuk menvalidasikan efektivitas prosedur. II Tujuan Audit Operasional

BAB II BAHAN RUJUKAN

Keterbatasan yang dihadapi perusahaan, seperti:

AUDIT MANAJEMEN-CB SOAL-SOAL UAS

KONSEP DASAR AUDIT. Perencanaan, Pengorganisasian Pengarahan. Sumber Daya. Informasi. Tujuan Perusahaan. Teknologi Pengawasan dan Pengendalian

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas, persaingan usaha

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. diterjemahkan oleh Nuri, H (2005:16) mendifinisikan auditing yaitu:

II. TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN AUDIT VS INTERNAL AUDIT eka ananta sidharta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengantar Manajemen Produksi & Operasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, Indonesia dituntut untuk berperan serta

BAB II LANDASAN TEORI. ahli, Boynton, Ziegler dan Kell (2007) mendefinisikan sebagai berikut Operational

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mulyadi (2001:5) sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan cepat dan kondisi ekonomi yang tidak menentu. Hal ini tentu sangat

LAMPIRAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB II LANDASAN TEORI. Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi

Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA

AFLY YESSIE, SE, Msi

PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN. a. Pengertian dan Ruang Lingkup Audit Manajemen

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

1. Keandalan laporan keuangan 2. Kepatuhan terhadap hukum & peraturan yang ada. 3. Efektifitas & efisiensi operasi

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, Indonesia dituntut untuk berperan serta

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PROPOSISI PENELITIAN Pengertian dan Tujuan Audit Operasional

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

Jihen Ginting (Universitas Negeri Medan) Abstrak

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian pengendalian intern

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi akuntansi adalah suatu kesatuan aktivitas, data, dokumen

MANAJEMEN AUDIT. (disebut juga operational audit, functional audit, systems audit ) Dr. Imam Subaweh, SE., MM., Ak., CA.

BAB II LANDASAN TEORI. struktur organisasi, metode dan ukuran ukuran yang dikoordinasikan untuk

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah 1. Pengertian manajemen produksi 2. Ruang lingkup manajemen produksi 3. Fungsi dan tujuan manajemen produksi

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

TABEL 1 DAFTAR PERTANYAAN EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL

DAFTAR ISI CHARTER SATUAN PENGAWASAN INTERN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi Auditing menurut beberapa ahli: vol. 47) memberikan definisi auditing sebagai :

Pemahaman Pengendalian Internal

BAB II LANDASAN TEORI. membandingkan antara kenyataan yang ada dengan yang seharusnya ada. Pada dasarnya

BAB XIII MANAJEMEN OPERASI/PRODUKSI. PAB -Manajemen Operasi dan Persediaan. M.Judi Mukzam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara kenyataan yang ada dengan yang seharusnya ada. Setiap pemeriksaan

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Pengendalian Intern. Sistem menurut James A Hall (2007: 32). Sistem adalah kelompok dari dua

BAB II LANDASAN TEORI

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

PENGENDALIAN INTERN 1

BAB IV PEMBAHASAN. Secara umum, penelitian ini bertujuan membantu perusahaan dalam

Sistem Informasi. Pertemuan 9

BAB II LANDASAN TEORI. Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of the American Accounting

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum memahami audit operasional yang akan dibahas pada skripsi ini,

BAB I PENDAHULUAN. seperti pada kasus PT Petral, anak perusahaan dari PT Pertamina, yang

BAB II LANDASAN TEORI. auditing. Berikut ini merupakan beberapa pengertian mengenai auditing yang

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah derasnya arus globalisasi, pengaruh perubahan di lingkungan bisnis

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN Pengertian Auditing dan jenis-jenis Audit. Mulyadi, (2002:9) menyatakan bahwa auditing adalah:

SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DALAM KERANGKA KERJA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

MANAJEMEN PRODUKSI. Drh. Isnardono MM LEMBAGA PELATIHAN KERJA MANAJEMEN WIRAUSAHA DAN PRODUKTIVITAS PBM TAHUN 2015

BAB IV PEMBAHASAN. Food Industries yang akan dibahas antara lain adalah: a) Tahapan audit yang dilakukan (survei pendahuluan dan evaluasi sistem

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Perencanaan Kegiatan Evaluasi Pengendalian Internal

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Pengendalian Internal. Pengertian pengendalian internal merupakan metode yang berguna bagi

ANALISIS DAN DESAIN SISTEM INFORMASI INVENTORY DI ASTI OFFSET

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit Operasional Berkembangnya dunia usaha, membuat pihak-pihak yang berkepentingan membutuhkan semua informasi yang akurat mengenai perkembangan usaha yang dijalaninya. Informasi tersebut terkait dengan fungsi-fungsi yang ada dalam perusahaan tersebut seperti fungsi penjualan & pemasaran, fungsi produksi, fungsi akuntansi & keuangan dan fungsi personalia. Maka diperlukan kegiatan audit untuk mengevaluasi jalannya kegiatan operasional fungsi-fungsi tersebut untuk memberikan keyakinan bahwa pelaksanaan fungsi tidak menyimpang dan mencapai tujuan yang telah ditentukan. Audit ini dimaksudkan untuk menilai pengelolaan fungsi tersebut dalam perusahaan apakah telah mencapai efektifitas, efisiensi dan keekonomisan. II.1.1 Pengertian Audit Operasional Penggunaan istilah audit operasional tidak seumum istilah audit keuangan dan sering digunakan bergantian dengan istilah audit manajemen dan audit kinerja. Banyak definisi dari audit operasional yang menyebutkan efisiensi, efektifitas dan ekonomis sehingga audit operasional dikenal juga dengan audit manajemen. Berikut beberapa definisi audit operasional antara lain yaitu: Boynton, Johnson dan Kell yang diterjemahkan oleh Ichsan, S.B. dan Herman, B. (2003) mendefinisikan, Audit operasional adalah suatu proses 8

sistematis yang mengevaluasi efektivitas, efisiensi, dan kehematan operasi organisasi yang berada dalam pengendalian manajemen serta melaporkan kepada orang-orang yang tepat hasil-hasil evaluasi tersebut beserta rekomendasi perbaikan (h. 498). Menurut Tunggal (2007) mendefinisikan, Pemeriksaan manajemen atau operasional merupakan suatu penilaiaan dari organisasi manajerial dan efisiensi dari suatu perusahaan, departemen, atau setiap entitas dan subentitas yang dapat diaudit. Penekanannya adalah untuk mencapai efisiensi yang lebih besar, efektivitas dan ekonomisasi dalam usaha dan organisasi yang lain (h. 24). Sedangkan, menurut AICPA yang dikutip oleh Bayangkara (2008) mendefinisikan, operational auditing sebagai a systematic review of an organization activities in relation to specified objective. The purpose of the engagement may be: (a) to assess performance, (b) to identify opportunities for improvement, and (c) to develop recommendation for improvement or further action (h. 3). Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa audit operasional adalah suatu proses sistematis yang mengevaluasi dan menilai efektifitas, efisiensi dan keekonomisan dari manajerial dan aktivitas organisasi untuk menilai kinerja, mengidentifikasi kesempatan perbaikan dan memberi rekomendasi untuk perbaikan. 9

II.1.2 Tujuan Audit Operasional Menurut Tunggal (2006) menyatakan, beberapa tujuan dari audit operasional adalah: 1. Objek dari audit operasional mengungkapkan kekurangan dan ketidakberesandalam setiap unsuryang diuji oleh auditor operasional dan untuk menunjukkan perbaikan apa yang dimungkinkan untuk memperoleh hasil yang terbaik dari operasi yang bersangkutan. 2. Untuk membantu manajemen mencapai administrasi operasi yang paling efisien. 3. Untuk mengusulkan kepada manajemen cara-cara dan alat-alat untuk mencapai tujuan apabila manajemen organisasi sendiri kurang pengetahuan tentang pengelolaan yang efisien. 4. Audit operasional bertujuan untuk mencapai efisiensi dan pengelolaan. 5. Untuk membantu manajemen, auditor operasional berhubungan dengan setiap fase dari aktivitas usaha yang dapat merupakan dasar pelayanan kepada manajemen. 6. Untuk membantu manajemen pada setiap tingkat dalam pelaksanaan yang efektif dan efisien dari tujuan tanggung jawab mereka (h. 12). Sementara itu, menurut Bayangkara (2008), Audit manajemen bertujuan untuk mengidentifikasi kegiatan, program dan aktivitas yang masih memerlukan perbaikan, sehingga dengan rekomendasi yang diberikan nantinya dapat dicapai perbaikan atas penegelolaan berbagai program dan aktivitas pada perusahaan tersebut (h. 3). 10

Mengacu pada pernyataan Bayangkara tersebut, ada tiga hal penting yang harus dicapai perusahaan dalam meningkatkan kemampuan bersaingnya dengan melakukan audit operasional atau manajemen, yaitu: a. Efisiensi berkaitan dengan bagaimana perusahaan melakukan operasinya, sehingga dicapai optimalisasi penggunaan sumber daya yang dimiliki. b. Efektivitas merupakan tingkat keberhasilan suatu perusahaan untuk mencapai tujuannya. c. Ekonomis berhubungan dengan bagaimana perusahaan dalam mendapatkan sumber daya yang akan digunakan dalam setiap aktivitas. II.1.3 Jenis-jenis Audit Operasional Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf, A.A. (2003) menyatakan, Audit operasional dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: a. Fungsional (Functional) Audit fungsional berkaitan dengan sebuah fungsi atau lebih dalam suatu organisasi. Keunggulan audit fungsional adalah memungkinkan adanya spesialisasi oleh auditor. Auditor dapat lebih efisien memakai seluruh waktu mereka untuk memeriksa dalam bidang itu. Kelemahan audit fungsional adalah tidak dievaluasinya fungsi yang saling berkaitan dalam organisasi. b. Organisasional (Organizational) Audit operasional atas suatu organisasi menyangkut keseluruhan unit organisasi, seperti departemen, cabang atau anak perusahaan. Penekanan dalam suatu unit organisasi adalah seberapa efisien dan efektif 11

fungsi-fungsi saling berinteraksi. Rencana organisasi dan metode-metode untuk mengkoordinasikan aktivitas yang ada, sangat penting dalam audit jenis ini. c. Penugasan Khusus (Special Assignment) Penugasan audit opersional khusus timbul atas permintaan manajemen. Ada banyak variasi dalam audit jenis itu. Contoh-contohnya mencakup penentuan penyebab tidak efektifnya system PDE, penyelidikan kemungkinan kecurangan dalam suatu divisi, dan membuat rekomendasi untuk mengurangi biaya produksi suatu barang (h. 767). II.2 Pengendalian Internal II.2.1 Pengertian Pengendalian Internal Definisi pengendalian internal menurut Laporan COSO yang dikutip oleh Boynton, Johnson dan Kell yang diterjemahkan oleh Ichsan, S.B. dan Herman, B. (2003) mendefinisikan, Pengendalian internal (internal control) adalah suatu proses, yang dilaksanakan oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas, yang dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan dengan pencapaian tujuan dalam kategori berikut: keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku dan efektivitas & efisiensi operasi (h. 373). II.2.2 Komponen Pengendalian Internal Berdasarkan Laporan COSO dan AU 319, Consideration of internal control in the financial statement audit (SAS 78) yang dikutip oleh Boynton, 12

Johnson dan Kell yang diterjemahkan oleh Ichsan, S.B. dan Herman, B. (2003), mengidentifikasikan lima komponen pengendalian internal yang saling berhubungan sebagai berikut: a. Lingkungan Pengendalian (Control Environment) b. Penilaian Resiko (Risk Assessment) c. Aktivitas Pengendalian (Control Activities) d. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication) e. Pemantauan (Monitoring) (h. 374). II.3 Fungsi Produksi Salah satu fungsi terpenting dalam perusahaan industri adalah fungsi produksi, karena fungsi produksi meliputi semua kegiatan yang berhubungan dengan menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang atau jasa. II.3.1 Pengertian Produksi dan Fungsi Produksi Pengertian produksi sering digunakan pada perusahaan yang menghasilkan barang atau jasa, tetapi arti itu merupakan pengertian produksi secara umum dan luas. Berikut beberapa pendapat pengertian produksi adalah: Menurut Reksohadiprodjo dan Gitosudarmo (2000) menyatakan Pada hakikatnya produksi itu merupakan penciptaan atau penambahan faedah bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor produksi sehingga lebih bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan manusia (h. 1). Sedangkan, menurut Herjanto (2003) menyatakan, Kegiatan produksi dan operasi merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan 13

penciptaan/pembuatan barang, jasa atau kombinasi, melalui proses transformasi dari masukan sumber daya produksi menjadi keluaran yang diinginkan (h. 3). Jadi produksi merupakan kegiatan atau proses penciptaan dengan menambah faedah bentuk, waktu dan tempat dengan mentransformasi masukan (input) berupa faktor-faktor produksi menjadi keluaran (output) yang diinginkan sehingga lebih bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Menurut Reksohadiprodjo dan Gitosudarmo (2000) menyatakan, fungsi produksi merupakan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan barangbarang dan jasa-jasa yang dihasilkan. Dengan demikian barang-barang dan jasajasa itu merupakan hasil pengkombinasian faktor produksi bahan mentah,tenaga kerja, modal dan teknologi (h. 1). Menurut Assauri (2004), Secara umum fungsi produksi terkait dengan pertanggungjawaban dalam kegiatan mentransformasikan masukan (inputs) menjadi keluaran (outputs) berupa barang atau jasa yang akan dapat memberikan hasil pendapatan bagi perusahaan. (h. 22). II.3.2 Proses Produksi A Pengertian Proses Produksi Pada hakikatnya proses produksi adalah usaha manusia yang membawa benda ke dalam suatu keadaan sehingga dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan lebih baik. Menurut Assauri (2004) menyatakan Proses produksi dapat diartikan sebagai cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan 14

suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan dan dana) yang ada (h. 75). B Jenis-jenis Proses Produksi Proses produksi adalah proses perubahan masukan mnjadi keluaran. Macam barang atau jasa yang dikerjakan banyak sekali sehingga macam proses yang ada juga banyak sekali. Menurut Subagyo (2000) menyatakan, jenis proses produksi dibagi menjadi: 1. Proses produksi terus-menerus Proses produksi terus-menerus atau continous adalah proses produksi yang tidak pernah berganti macam barang yang dikerjakan. Proses produksi continous biasanya juga disebut sebagai proses produksi yang berfokuskan pada produk atau product focus. Karena biasanyaa setiap produk disediakan fasilitas produk tersendiri yang meletakkannya disesuaikan dengan urutan proses pembuatan produk itu. 2. Proses produksi terputus-putus Proses produksi terputus-putus atau intermittent digunakan untuk pabrik yang mengerjakan barang bermacam-macam dengan jumlah setiap macam hanya sedikit. Dikatakan proses produksi terputus-putus karena perubahan proses produksi setiap saat terputus apabila terjadi perubahan macam barang yang dikerjakan. Oleh karena itu, tidak mungkin menurutkan letak mesin sesuai dengan urutan proses pembuatan barang. Proses produksi terputusputus biasanya disebut juga sebagai proses produksi yang berfokus pada proses atau process focus. 15

3. Proses Intermediate Dalam kenyataannya, kedua macam proses produksi di atas tidak sepenuhnya berlaku. Biasanya merupakan campuran dari keduanya. Hal ini disebabkan, macam barang yang dikerjakan memang berbeda, tetapi macamnya tidak terlalu banyak dan jumlah barang setiap macam agak banyak. Proses produksi yang memiliki unsur continous dan ada pula unsur intermittent-nya. Proses seperti ini biasanya disebut sebagai proses intermediate. Arus barang biasanya campuran, tetapi untuk beberapa kelompok barang sebagian arusnya sama (h. 8). II.3.3 Perencanaan dan Pengendalian Produksi Dalam melaksanakan fungsi produksinya, perusahaan industri akan melalui tahap-tahap produksi yaitu tahap perencanaan, tahap proses dan tahap pengawasan produksi. A Pengertian Perencanaan dan Pengendalian Produksi Menurut Assauri (2004) menyatakan, Perencanaan dan pengawasan produksi adalah penentuan dan penetapan kegiatan-kegiatan produksi yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan pabrik tersebut, dan mengawasi kegiatan pelaksanaan dari proses dan hasil produksi, agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai (h. 125). B Perencanaan Produksi Menurut Assauri (2004) menyatakan, Tujuan perencanan produksi ini adalah: 16

1. Untuk mencapai tingkat/level keuntungan (profit) yang tertentu. 2. Untuk menguasai pasar tertentu, sehingga hasil atau output perusahaan ini tetap mempunyai pangsa pasar (market share) tertentu. 3. Untuk mengusahakan supaya perusahaan pabrik ini dapat bekerja pada tingkat efisiensi tertentu. 4. Untuk mengusahakan dan mempertahankan supaya pekerjaan dan kesempatan kerja yang sudah ada tetap pada tingkatnya dan berkembang. 5. Untuk menggunakan sebaik-baiknya (efisien) fasilitas yang sudah ada pada perusahaan yang bersangkutan. Perencanaan produksi yang terdapat dalam suatu perusahaan dapat dibedakan menurut jangka waktu yang tercakup, yaitu: 1. Perencanaan produksi jangka pendek (perencanaan operasional) adalah penentuan kegiatan produksi yang akan dilakukan dalam jangka waktu satu tahun mendatang atau kurang, dengan tujuan untuk mengatur penggunaan tenaga kerja, persediaan bahan dan fasilitas produksi yang dimiliki perusahaan pabrik. 2. Perencanaan produksi jangka panjang adalah penentuan tingkat kegiatan produksi lebih daripada satu tahun, dan biasanya sampai dengan lima tahun mendatang, dengan tujuan untuk mengatur pertambahan kapasitas peralatan atau mesin-mesin, ekspansi pabrik dan pegembangan produk (product development) (h.130) C Pengawasan Produksi Berdasarkan pernyataan Assauri (2004) menyatakan, maka pengawasan produksi yang dilakukan hendaknya mempunyai fungsi sebagai berikut: 17

1. Routing Routing adalah fungsi yang menentukan dan mengatur urutan kegiatan pengerjaan yang logis, sistematis dan ekonomis, melalui urutan mana bahan-bahan dipersiapkan untuk diproses menjadi barang jadi. 2. Loading dan Scheduling Loading merupakan penentuan dan pengaturan muatan kerja (work load) pada masing-masing pusat pekerjaan (work centre) sehingga dapat ditentukan berapa lama waktu yang ditentukan pada setiap operasi tanpa adanya penundaan atau kelambatan waktu (time delay). Scheduling merupakan pengoordinasian tentang waktu dalam kegiatan berproduksi sehingga dapat diadakan pengalokasian bahan-bahan pembantu serta perlengkapan kepada fasilitas-fasilitas atau bagian-bagian pengolahan dalam pabrik pada waktu yang telah ditentukan. 3. Dispatching Dispatching meliputi pelaksanaan dari semua rencana dan pengaturan dalam bidang routing dan scheduling. 4. Follow Up Follow Up merupakan fungsi penelitian dan pengecekan terhadap semua aspek yang mempengaruhi kelancaran kegiatan pengerjaan atau produksi (h. 149-151). 18

Menurut Assauri (2004) menyatakan, maka ada dua jenis utama dari pengawasan produksi yaitu: 1. Pengawasan arus (flow control) Flow control atau pengawasan arus adalah pengawasan produksi yang dilakukan terhadap arus pekerjaan sehingga dapat menjamin kelancaran proses pengerjaan. 2. Pengawasan pengerjaan pesanan (order control) Order control atau pengawasan pengerjaan pesanan adalah pengawasan produksi yang dilakukan terhadap produk yang dikerjakan, sehingga produk yang dikerjakan itu dapat sesuai dengan keinginan si pemesan baik mengenai bentuk, jeni dan kualitasnya (h. 152). Pada perusahaan manufaktur, biasanya terdapat bagian PPC (Production Planning and Control) yang merupaka perantara bagian pemasaran dan bagian produksi. Pada beberapa perusahaan, bagian ini diperluas menjadi PPIC (Production Planning and Inventory Control). Tugas PPC terdiri dari: 1. Mengadakan perencanaan produksi 2. Menentukkan jalannya proses produksi untuk produk-produk tertentu 3. Menentukkan kapan suatu produk mulai diproduksi dan kapan produk tersebut selesai 4. Menentukan bahwa suatu produk boleh mulai diproduksi, memberikan perintah untuk memulai suatu pengerjaan produk. 19

5. Melaksanakan follow up tugas yang dilakukan, termasuk pengumpulan laporan kemajuan pengerjaan produk dan analisanya. Tugas dari PPIC adalah: 1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan. 2. Menjaga agar pembentukan persediaan tidak terlalu besar atau berlebihlebihan. 3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari, karena akan meningkatkan biaya pemesanan. II.3.4 Tujuan dan Ruang Lingkup Manajemen Produksi Manajemen produksi merupakan kegiatan yang mengatur konversi masukan (inputs) menjadi keluaran (outputs) yang berupa barang atau jasa. Menurut Herjanto (2003) menyatakan, Manajemen produksi dan operasi sebagai suatu proses yang secara berkesinambungan dan efektif menggunakan fungsi-fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumber daya secara efisien dalam rangka mencapai tujuan (h. 2). A Tujuan Manajemen Produksi Menurut Reksohadiprodjo dan Gitosudarmo (2000) menyatakan Tujuan manajemen produksi adalah memproduksikan atau mengatur produksi barangbarang dan jasa-jasa dalam jumlah, kualita, harga waktu serta tempat tertentu sesuai kebutuhan konsumen (h. 2). B Ruang Lingkup Manajemen Produksi Sementara itu, menurut Reksohadiprodjo dan Gitosudarmo (2000) menyatakan, ruang lingkup manajemen produksi yaitu: 20

1. Fungsi Manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengawasan. 2. Fungsi Operatif a) Disain, yaitu penelitian dan pengembangan produk, luas dan pola produksi, penentuan lokasi pabrik, penentuan letak fasilitas fisik dalam pabrik, pengendalian bahan, lingkungan kerja, persoalan standar. b) Proses, yaitu pengaturan persediaan, perencanaan dan pengawasan produksi, pemeliharaan dan penggantian. c) Pengawasan (khusus), yaitu pengawasan kuantita, pengawasan kualita dan pengawasan biaya produksi (h. 2). Sementara itu, menurut Assauri (2004) menyatakan maka ruang lingkup manajemen produksi dan operasi akan mencakup perancangan atau penyiapan sistem produksi dan operasi, serta pengoperasian sistem produksi dan operasi. Pembahasan dalam perancangan atau desain hasil dari produksi dan operasi meliputi: 1. Seleksi dan rancangan atau desain hasil produksi (produk), dilakukan dengan penelitian atau riset, serta usaha pengembangan produk yang sudah ada, penyeleksian dan pengambilan keputusan produk yang akan dihasilkan, dan bagaimana desain dari produk itu yang menunjukkan spesifikasinya. 2. Seleksi dan perancangan proses dan peralatan, dilakukan dengan penyeleksian dan pemilihan jenis proses yang digunakan, menentukkan teknologi dan peralatan, serta penentuan bangunan dan lingkungan kerja. 3. Pemilihan lokasi dan site perusahaan dan unit produksi, dalam menentukkannya perlu mempertimbangkan faktor jarak, kelancaran dan 21

biaya pengangkutan dari sumber-sumber bahan dan masukan (inputs), serta biaya pengangkutan dari barang jadi ke pasar. 4. Rancangan tata letak (lay-out) dan arus kerja atau proses, perlu dipertimbangkan factor kelancaran arus kerja, optimalisasi pergerakan waktu dalam proses, kemungkinan kerusakan yang terjadi karena pergerakan dalam proses. 5. Rancangan tugas pekerjaan, dilakukan dengan penyusunan rancangan tugas pekerjaan yang harus memperhatikan kelengkapan tugas pekerjaan yang terkait dengan variabel tugas dalam strukstur teknologi dan mutu atau kualitas suasana kerja yang ditentukkan oleh variabel manusianya. 6. Strategi produksi dan operasi serta pemilihan kapasitas, dalam strategi harus mencakup maksud adan tujuan produksi dan operasi, serta misi dan kebijakan-kebijakan dasar untuk proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan mutu atau kualitas. Pembahasan dalam pengoperasian sistem produksi dan operasi akan mencakup: 1. Penyusunan rencana produksi dan operasi, di dalam rencana harus tercakup penetapan target produksi, scheduling, routing, dispatching dan follow-up. 2. Perencanaan dan pengendalian persediaan dan pengadaan bahan, dilakukan untuk kelancaran tersedianya bahan atau masukan bagi proses produksi yang di dalamnya mencakup maksud dan tujuan persediaan, model perencanaan dan pengendalian persediaan, pengadaan dan pembelian bahan, perencanaan kebutuhan bahan (Material Requirement Planning) dan perencanaan kebutuhan distribusi (Distribution Requirement Planning). 22

3. Pemeliharaan atau perawatan (maintenance) mesin dan peralatan, di dalamnya mencakup penting dan peranan kegiatan pemeliharaan atau perawatan mesin dan peralatan, mecam-macam kegiatan pemeliharaan, syarat-syarat terlaksananya kegiatan pemeliharaan atau perawatan yang efektif dan efisien, serta proses kegiatan pemeliharaan atau perawatan mesin dan peralatan. 4. Pengendaliaan mutu, mencakup maksud dan tujuan, proses kegiatan, peran pengendaliaan proses dan produk, teknik dan peralatan serta pengendaliaan mutu secara spesifik. 5. Manajemen tenaga kerja (sumber daya manusia), mencakup pengelolaan tenaga kerja, desain dan tugas pekerjaan, dan pengukuran kerja (work measurement) (h. 17-19). II.3.5 Fungsi Manajemen Produksi Menurut Reksohadiprodjo dan Gitosudarmo (2000) menyatakan Fungsi manajemen produksi yaitu: 1. Perencanaan dalam Produksi Tujuan berproduksi adalah menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa sesuai kehendak konsumen dalam hal jumlah, kualita, harga serta waktu. Untuk itu, perencanaan memegang peranan penting dalam menentukan tujuantujuan itu sendiri, agar tujuan itu diintegrasikan, dan pengawasan. 2. Organisasi Produksi dan Personalia Produksi Pengorganisasian dalam produksi merupakan proses menciptakan hubungan-hubungan antara komponen-komponen organisasi dalam 23

produksi yaitu pekerjaan yang harus dilakukan, orang yang harus melakukan pekerjaan tersebut dan alat-alat yang dipergunakan untuk menjalankan pekerjaan. Hirarki operasional hendaknya diisi dengan personalia yang memenuhi persyartan-persyaratan tertentu dan perlu juga dimotivasi agar instruksi-instruksi berproduksi dapat diterima secara terbuka. 3. Pengarahan dan Koordinasi Kegiatan Produksi Program dan organisasi yang efektif belum cukup menjamin pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik, tapi instruksi-instruksi perlu didasari motivasi baik moneter dan non moneter agar segera dilaksanakan. Koordinasi berproduksi selain sistem produksinya yang memungkinkan hal itu, prosedurnya dibuat hitam di atas putih dan aspek kemanusiaannya diperhatikan. 4. Pengawasan Kegiatan Produksi Rencana-rencana merupakan standar untuk pengawasan dan organisasi produksi berfungsi sebagai wadah pelaksanaan tugas, pengarahan merupakan segi memulai kegiatan. Dengan demikian pengawasan mengatur agar kegiatan-kegiatan produksi sesuai apa yang direncanakan (h. 8-9). II.4 II.4.1 Audit Operasional atas Fungsi Produksi Pengertian Audit Produksi Menurut Bayangkara (2008) menyatakan, Audit produksi dan operasi melakukan penilaian secara komprehensif terhadap keseluruhan fungsi produksi 24

dan operasi untuk menentukan apakah fungsi ini telah berjalan dengan memuaskan (ekonomis, efektif dan efisien) (h. 177). II.4.2 Tujuan dan Manfaat Audit atas Fungsi Produksi A Tujuan Audit atas Fungsi Produksi Menurut Bayangkara (2008) menyatakan Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan audit produksi dan operasi adalah untuk mengetahui: 1. Apakah produk yang dihasilkan telah mencerminkan kebutuhan pelanggan (pasar). 2. Apakah strategi serta rencana produksi dan operasi sudah secara cermat menghubungkan antara kebutuhan untuk memuaskan pelanggan dengan ketersediaan sumber daya serta fasilitas yang dimiliki perusahaan. 3. Apakah strategi, rencana produksi dan operasi telah mempertimbangkan kelemahan-kelemahan internal, ancaman lingkungan eksternal serta peluang yang dimiliki perusahaan. 4. Apakah proses transformasi telah berjalan secara efektif dan efisien. 5. Apakah penempatan fasilitas produksi dan operasi telah mendukung berjalannnya proses secara ekonomis, efektif dan efisien. 6. Apakah pemeliharaan dan perbaikan fasilitas produksi dan operasi telah berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dalam mendukung dihasilkannya produk yang sesuai dengan kuantitas, kualitas, dan waktu yang telah ditetapkan. 25

7. Apakah setiap bagian yang terlibat dalam proses produksi dan operasi telah melaksanakan aktivitasnya sesuai dngan ketentuan serta aturan yang telah ditetapkan dalam perusahaan (h.178). B Manfaat Audit atas Fungsi Produksi Menurut Bayangkara (2008) menyatakan Secara rinci, audit ini dapat memberikan manfaat: 1. Dapat memberikan gambaran kepada pihak yang berkepentingan tentang ketaatan dan kemampuan fungsi produksi dan operasi dalam menerapkan kebijakan serta strategi yang telah ditetapkan. 2. Dapat memberikan informasi tentang usaha-usaha perbaikan proses produksi dan operasi yang telah dilakukan perusahaan serta hambatan-hambatan yang dihadapi. 3. Dapat menentukkan area permasalahan yang masih dihadapi dalam mencapai tujuan produksi dan operasi serta tujuan perusahaan secara keseluruhan. 4. Dapat menilai kekuatan dan kelemahan strategi produksi dan operasi serta kebutuhan perbaikannya dalam meningkatkan kontribusi fungsi ini terhadap pencapaian tujuan perusahaan (h. 178). II.4.3 Ruang Lingkup Audit Operasional atas Fungsi Produksi Menurut Assauri (2004) menyatakan maka ruang lingkup audit operasional atas fungsi produksi dapat ditentukan sebagai berikut: 1. Audit mengenai tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan operasional/produksi yang ditetapkan perusahaan. 26

2. Audit mengenai desain sistem operasi/produksi, yang mencakup pemilihan lokasi, pengaturan tata letak, keadaan bangunan dan saranan penunjang, teknologi yang digunakan, proses manufacturing yang dijalankan, keadaan mesin dan peralatan. 3. Audit mengenai penerapan sistem operasi/produksi yang mencakup perencanaan program produksi, pembeliaan, pengadaan bahan, pelaksanaan produksi, persediaan, pengiriman barang jadi serta pergudangan, biaya serta pemeliharaan peralatan (h. 254). II.4.4 Tahap-tahap Audit atas Fungsi Produksi Menurut Bayangkara (2008) menyatakan, Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan auditor dalam melakukan audit terhadap fungsi produksi, yaitu: 1. Audit Pendahuluan (Plemininary Survey) Pada tahap ini, auditor melakukan overview terhadap perusahaan secara umum, setelah itu auditor dapat memperkirakan kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi di fungsi produksi dan operasi sehingga dapat dirumuskan ke dalam bentuk tujuan audit sementara (tentative audit objective). 2. Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen (Review and Testing of Management Control System) Pada tahapan ini, auditor melakukan review dan pengujian terhadap beberapa perubahan yang terjadi dalam perusahaan sejak audit terakhir. Dengan menghubungkan permasalahan yang dirumuskan dalam bentuk tujuan audit sementara dan ketersediaan data serta akses untuk 27

mendapatkannya, auditor dapat menetapkan tujuan audit sesungguhnya (definitive audit objective). 3. Audit Terinci (Detail Examination) Pada tahap ini, auditor melakukan audit yang lebih dalam dan pengembangan temuan terhadap fasilitas prosedur, catatan-catatan dokumen yang berkaitan dengan produksi dan operasi. 4. Pelaporan (Report) Hasil dari tahap audit sebelumnya yang telah diringkaskan dalam kertas kerja audit (KKA) merupakan dasar dalam membuat kesimpulan audit dan rumusan rekomendasi. Laporan audit terdiri dari informasi latar belakang, kesimpulan audit dan ringkasan temuan audit, rumusan rekomendasi dan ruang lingkup audit. 5. Melakukan tindak lanjut Tindak lanjut yang dilakukan merupakan komitmen manajemen untuk menjadikan organisasinya menjadi lebih baik dari sebelumnya (h. 179-180). 28