BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan

BAB 5 Simpulan, Diskusi, Saran

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing

Alfikar Hakim, Rani Agias Fitri.

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Bradburn (1969 dalam Ryff, 1989) membedakan psychological

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. individu-individu yang memiliki perilaku seksual yang menyimpang. Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian Corrected item-total correlation semua angka diatas 0,300, karena

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

BAB II LANDASAN TEORI. sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis dalam satu

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN...i. KATA PENGANTAR.ii. ABSTRAK..v. DAFTAR ISI..vi. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR DIAGRAM.xi. DAFTAR LAMPIRAN..

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Manusia secara umum menyukai orang yang memiliki karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pembahasan pada bab metode penelitian ini meliputi: Identifikasi variabel

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai kewajiban untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. yang paling dinanti-nantikan. Pada pasangan yang sulit memiliki anak, segala

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk. membangun relasi sosial meningkat seiring bertambahnya

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa dimana peserta didik bergaul, belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. hukum suatu negara yang dibangun dengan tujuan untuk aktivitas religius. Gereja termasuk ke

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN Populasi, Sampel, dan Metodologi Pengambilan Sampel. atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

DAFTAR ISI Dina Meyraniza Sari,2013

Kesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS)

BAB I PENDAHULUAN. tetapi di dalam kehidupan rumah tangga sering terjadi berbagai konflik. Konflik

Paket 10 PSYCHOLOGICAL WELL BEING

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. Setelah kurang lebih lima hingga sepuluh tahun, HIV ini dapat berubah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Keadaan disabilitas yang adalah keterbatasan fisik, kecacatan baik fisik maupun mental, serta berkebutuhan

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah fakta-fakta dari objek penelitian realitas dan variabel-variabel

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan mengambil metode

Abstrak. Kata kunci : Attachment to God, Psychological Well Being, Early Adulthood

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENUTUP. orang lain, memiliki otonomi, dapat menguasai lingkungan, memiliki. tujuan dalam hidup serta memiliki pertumbuhan pribadi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

ABSTRAK. viii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. selayaknya mendapatkan perhatian utama baik dari pemerintah maupun. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

tersisih ", mengandung pengertian bahwa kaum gay pada akhirnya tetap

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional

Nomer : Jenis Kelamin : Kuliah di : Usia : Asal daerah : Tempat tinggal di Semarang : PETUNJUK PENGISIAN

LAMPIRAN A. Alat Ukur

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN FORGIVENESS TERHADAP PERISTIWA PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN

BAB 5. SIMPULAN, DISKUSI dan SARAN. Ha : Subjek dengan penerimaan diri tinggi akan lebih memilih coming out

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Menurut Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 tentang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. individu. Kegiatan bekerja dilakukan untuk berbagai alasan seperti; mencari uang,

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN...ii. KATA PENGANTAR...iii. DAFTAR ISI..vi. DAFTAR BAGAN.ix. DAFTAR TABEL...x. DAFTAR LAMPIRAN.xi BAB I PENDAHULUAN...

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. Data Yayasan Lupus Indonesi (YLI) menunjukkan bahwa jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita.

BAB III METODE PENELITIAN. kasus. Menurut Hagan dan Yin (dalam Berg, 2004), studi kasus dapat

Lampiran 1. Verbatim. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional. (2010), variabel adalah konstrak yang diukur

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat 6 agama yang diakui negara yaitu Islam, Kristen,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dian Lidriani, 2014

Bab 2. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. seksual umumnya dibahas seolah-olah hanya merupakan karakteristik individu,

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. potensi individu dimana individu dapat menerima kekurangan dan kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi serta restrukturisasi organisasi, begitu pula di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini untuk mendapatkan pekerjaan sangat sulit contohnya

BAB I PENDAHULUAN. narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan

BAB I PENDAHULUAN. dilalui seorang individu sepanjang rentang kehidupannya. Keunikan pada masa

PEMETAAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU PG PAUD SE KOTA PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam dan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan manusia,

berbeda saat ia berada di SMA, ia sadar bahwa ia merasakan ketertarikan dengan teman-teman perempuannya, informan merasa wanita itu perlu

ABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab II ini akan menjelaskan Psychological well-being, dimensidimensi

BAB 3. Metodologi Penelitian

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia menggunakan fungsi panca indera dan bagian-bagian tubuh lainnya, tetapi

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

Transkripsi:

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan masing-masing dimensi pada psychological well-being pada pria gay yang telah coming out di wilayah DKI Jakarta. Untuk korelasi antara anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan psychological well-being pada pria gay yang telah coming out secara umum menunjukkan hasil dengan nilai r=-0,321 (p<0,05), yang berarti terdapat hubungan yang negatif sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat maka semakin rendah kesejahteraan psikologis pria gay yang telah coming out, atau dengan kata lain Ho ditolak sedangkan Ha diterima. Berdasarkan hasil uji korelasi dapat disimpulkan bahwa hubungan antara anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi autonomy dalam psychological well-being pada pria gay yang telah coming out, mendapatkan hasil uji dengan nilai r=-0,454 (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang negatif, sehingga semakin tinggi kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat maka semakin rendah kemandirian pria gay yang telah coming out, atau semakin rendah kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat maka semakin tinggi kemandirian pria gay yang telah coming out. Hasil uji korelasi kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi environmental mastery pada pria gay yang telah coming out didapatkan hasil r=--0,105 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut atau dengan kata lain tinggi atau rendahnya kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat tidak berkaitan dengan penguasaan lingkungan seorang pria gay yang telah coming out. Hasil uji korelasi antara kecemasan dengan dimensi personal growth pada psychological well-being menunjukkan nilai r=-0,243 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut, atau dengan kata lain tinggi atau rendahnya kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat tidak akan berkaitan langsung dengan pertumbuhan personal pria gay yang telah coming out. Hasil 47

48 uji korelasi kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi positive relation with others dalam psychological well-being pada pria gay yang telah coming out menunjukan hasil r=-0,390 (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang negatif antara kedua variabel tersebut, sehingga dapat dikatakan semakin tinggi kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat maka semakin rendah kualitas hubungan seorang pria gay yang telah coming out dengan orang lain, begitu juga jika semakin rendah kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat maka semakin tinggi kualitas hubungan seorang pria gay yang telah coming out dengan orang lain. Hasil uji korelasi antara kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi purpose in life pada pria gay yang telah coming out menunjukan hasil dengan nilai r=-0,178 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara kedua variabel tersebut, atau dengan kata lain tinggi atau rendahnya kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat tidak akan berkaitan dengan tujuan hidup pria gay yang telah coming out. Hasil korelasi antara kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi self-acceptance pada pria gay yang telah coming out menunjukan nilai r=-0,246 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara kedua variabel tersebut, atau dengan kata lain tinggi atau rendahnya kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat tidak akan berkaitan langsung dengan rasa penerimaan diri pada pria gay yang telah coming out. 5.2 Diskusi Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan koefisien korelasi yang sedang dengan nilai r=-0,321 (p<0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan yang sedang dan negatif antara anxiety (s-anxiety) dalam menghadapi respon dari orang orang terdekat dengan psychological well-being pada pria gay yang telah coming out, atau dengan kata lain semakin tinggi kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat maka semakin rendah tingkat psychological well-being pria gay yang telah coming out. Begitupun sebaliknya, jika semakin rendah kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat, maka semakin tinggi tingkat psychological well-being pada pria gay yang telah coming out. Kenyataannya hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Bradburn (1969) yang menyatakan bahwa tinggi atau

49 rendahnya psychological well-being berkaitan erat dengan kecemasan, kesehatan, dan juga afek-afek negatif seseorang. Hasil uji korelasi pada anxiety (s-anxiety) dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi autonomy, menunjukkan hasil koefisien korelasi yang sedang dengan nilai r=-0,454 (p<0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan atau korelasi yang sedang dan negatif antara kedua variabel tersebut, yang artinya semakin tinggi tingkat kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat maka semakin rendah rasa kemandirian seorang pria gay yang telah coming out untuk mengemukakan pendapat dalam publik. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Corrigan & Matthews (2003) yang menyatakan bahwa banyak anggota masyarakat mungkin lebih memilih untuk menghindari pria gay yang telah coming out. Pengalaman dari diacuhkannya mereka dalam lingkungan sosial yang akhirnya memberikan efek negatif terhadap self-esteem bagi mereka yang telah mengakui orientasi seksualnya. Kemudian juga akan berpengaruh dalam kemandirian pria gay untuk menyampaikan pendapat di khalayak publik. Selain itu, untuk hasil uji korelasi antara anxiety (s-anxiety) dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi environmental mastery pada pria gay yang telah coming out menunjukan nilai r=-0,105 (p>0,05), atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan antara anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi environmental mastery dalam psychological well-being pada pria gay yang telah coming out. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tinggi atau rendahnya anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat tidak akan berkaitan dengan dimensi environmental mastery pada pria gay yang telah coming out. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Corrigan & Matthew (2003) yang menyatakan bahwa salah satu keuntungan dalam melakukan coming out yakni meningkatkan keterikatan dengan lembaga tempat kita bekerja, sekolah atau lainnya (seperti lebih aktif atau rajin mengikuti kegiatan di institusi tersebut). Jadi dengan kata lain jika seorang pria gay telah coming out maka individu tersebut dapat mengelola lingkungannya dengan baik jadi tidak terkait dengan kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat terhadap individu itu sendiri.

50 Hasil uji korelasi antara anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi personal growth pada psychological well-being pada pria gay yang telah coming out menunjukkan nilai r = -0,243 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut, atau dengan kata lain tinggi atau rendahnya anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat tidak akan berkaitan dengan dimensi personal growth dalam psychological well-being pada pria gay yang telah coming out. Corrigan & Matthews (2003) mengemukakan bahwa salah satu keuntungan dari melakukan coming out yakni dapat meningkatkan self esteem. Sehingga dengan meningkatnya self esteem kemudian dapat membuat individu tersebut sadar akan pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri. Sementara itu, untuk uji korelasi antara anxiety (s-anxiety) dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi positive relation with others dalam psychological well-being pada pria gay yang telah coming out didapatkan hasil r=-0,390 (p<0,05). Pada hasil uji korelasi yang peneliti lakukan menunjukan adanya hubungan yang negatif antara kedua variabel tersebut, sehingga dapat dikatakan semakin tinggi tingkat kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat, maka semakin rendah kualitas hubungan seorang pria gay yang telah coming out dengan orang lain disekitarnya. Begitupun sebaliknya, semakin rendah kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat maka semakin tinggi kualitas hubungan seorang pria gay yang telah coming out dengan orang lain. Seperti yang dikemukakan Corrigan & Matthews (2003) yang menyatakan bahwa salah satu keuntungan dalam melakukan coming out yakni dapat memfasilitasi hubungan interpersonal. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dikemukakan oleh Beals & Peplau, 2001 (dalam Corrigan & Matthewss, 2003) yang menyatakan bahwa kaum minoritas yang mendeklarasikan dirinya dapat mengurangi stress yang membawa individu tersebut kepada hubungan yang lebih baik dengan orang lain. Hasil uji korelasi antara anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi purpose in life dalam psychological well-being pada pria gay yang telah coming out ditemukan nilai r=-0,178 (p>0,05) yang berarti Ho diterima sedangkan Ha ditolak, atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut yang berarti tinggi atau rendahnya kecemasan dalam menghadapi respon dari orang

51 terdekat tidak akan berkaitan dengan tujuan hidup pria gay yang telah coming out. Menurut Corrigan & Matthews (2003), sebagai kelompok, kaum minoritas (dalam hal ini gay) menganggap coming out sebagai suatu keuntungan bagi kebutuhan politis dan sosio-ekonomis dalam kelompoknya sendiri. Hal tersebut berkaitan dengan yang dikemukakan Kates & Belk, 2001 (dalam Corrigan & Matthew, 2003) bahwa terdapat sebuah fenomena sosial yang memfasilitasi individu untuk coming out adalah dengan adanya sebuah kelompok yang membela dan mendukung dimana kelompok tersebut didirikan oleh mereka yang sudah coming out. Pada kaum minoritas seperti gay, kelompok ini biasanya mengadopsi nama kelompok yang sudah pernah ada sebelumnya dan menjadi sebuah sumber di komunitas. Kelompok-kelompok seperti ini menyediakan beberapa jasa termasuk dukungan untuk mereka yang baru saja coming out, hiburan dan bertukar pengalaman yang dapat membantu membangun kebersamaan anggota dalam sebuah kebudayaan yang berbeda, dan pembelaan bagi harga diri para gay kedepannya. Sehingga pria gay merasa tidak sendiri dan akhirnya lebih berani dalam menjalani hidup karena mereka merasa ada yang mendukung, sehingga tinggi rendahnya kecemasan dengan dimensi purpose in life dalam psychological well-being di atas tidak akan berkaitan. Hasil uji korelasi antara anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi self-acceptance dalam psychological well-being pada pria gay yang telah coming out menunjukkan nilai r=-0,246 (p>0,05) yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi self-acceptance dalam psychological well-being pada pria gay yang telah coming out. Dengan kata lain, tinggi atau rendahnya kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat tidak akan berkaitan dengan penerimaan diri pada pria gay yang telah coming out. Menurut Kadushin, 2000 (dalam Corrigan & Matthews, 2003) keluarga memberikan dukungan yang lebih kepada mereka yang telah coming out. Sehingga dengan adanya dukungan dari keluarga membuat penerimaan diri pria gay yang telah coming out menjadi lebih besar. Penelitian yang dilakukan peneliti tidak sepenuhnya berjalan dengan lancar dan mudah, ada beberapa hal yang menjadi halangan sehingga menjadi kelemahan dalam melakukan penelitian ini. Kelemahan tersebut termasuk waktu, jumlah responden, target

52 domisili, serta usia responden. Selain itu, karena waktu yang sempit, jumlah responden yang didapatkan peneliti menjadi terbilang kurang banyak, selain faktor waktu, untuk beberapa responden masih merasa hal ini terlalu sensitif sehingga responden enggan untuk membantu mengisi kuesioner yang peneliti berikan. Selain itu, pembahasan mengenai penelitian ini masih belum luas, sehingga untuk memberikan teori yang lugas belum dapat terpenuhi. Selain itu penyebaran pria gay yang telah coming out di DKI Jakarta masih terhitung sedikit dan masih banyak juga yang belum coming out secara penuh, sehingga penolakan dalam mengisi kuesioner kerap kali terjadi. Selain itu juga yang menjadi kelemahan dalam penelitian ini adalah pemilihan usia responden yang cukup terbatas, pemilihan rentan usia 20 hingga 30 tahun masih kurang luas dalam melakukan penelitian ini. 5.3 Saran 5.3.1 Saran Teoritis Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, masih banyak kekurangan serta kelemahan yang peneliti sadari, sehingga ada beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan demi kelancaran penelitian-penelitian selanjutnya yang akan dilakukan oleh peneliti yang akan datang, beberapa diantaranya yakni: 1. Pilih responden yang dapat ditemukan secara luas dan mudah, jangan terfokus pada usia atau daerah tertentu. Sebaiknya pilih daerah yang memang sudah menjadi satu kesatuan seperti Jabodetabek, sehingga jangkauan responden yang akan didapatkan akan lebih banyak dan luas. 2. Sebaiknya diadakan survei lapangan yang lebih teliti lagi dalam menentukan target responden, pastikan bahwa akan ada banyak responden yang nantinya akan membantu mengisi kuesioner yang peneliti selanjutnya akan sebarkan. 3. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan menggunakan metode penelitian yang bervariasi, agar lebih menguatkan hasil yang peneliti selanjutnya dapatkan, seperti menggabungkan dua metode penelitian yakni kualitatif dan kuantitatif.

53 Hal ini juga bertujuan untuk memberikan kepastian data bagi responden yang akan peneliti selanjutnya gunakan. 4. Hal yang paling penting adalah, gunakan serta manfaatkan waktu dengan sangat baik. Hindari prokrastinasi dalam segala hal. Prioritaskan waktu deadline agar tidak terjadi keterlambatan dalam melakukan penelitian. 5. Pada penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan agar meneliti beberapa variabel lain yang berhubungan dengan responden penelitian ini yang dapat membahas lebih dalam mengenai anxiety, psychological well-being, dan pria gay yang telah coming out, seperti: a. Gambaran attachment dengan keluarga pada pria gay yang telah coming out. b. Pengaruh anxiety terhadap social trauma pada pria gay di Jabodetabek. c. Pengaruh psychological well-being terhadap kesiapan menikah pada homoseksual yang sudah memiliki pasangan di Indonesia. 5.3.2 Saran Praktis Beberapa hal juga ingin peneliti sampaikan demi kepentingan pribadi peneliti maupun pembaca dari hasil penelitian ini, selain itu juga untuk pria gay yang telah coming out yang memiliki tingkat kecemasan yang tinggi: 1. Saran untuk pria gay yang memiliki tingkat kecemasan tinggi: a. Gay merupakan sebuah orientasi seksual dan bukan merupakan sebuah penyakit, sebaiknya pria maupun wanita yang memiliki orientasi homoseksual tidak menjadikan hal ini sebuah alasan untuk menarik diri dari lingkungan sekitar. Jadikan hal ini menjadi sebuah dorongan untuk lebih maju dan berkembang sehingga hasil yang akan diraih menjadi sebuah bukti nyata bahwa gay tetap sama dengan heteroseksual, gay juga bisa sukses dan berkembang sama halnya dengan heteroseksual. b. Pada saat coming out sebaiknya tingkatkan kepercayaan diri, jangan terlalu terbawa perasaan dengan apa yang akan dikatakan lawan bicara. Terima dengan lapang dada dan tidak perlu terlalu dipikirkan. Fokuskan

54 pikiran pada masa yang akan datang. Ambil saran dan masukan yang positif dan buang jauh-jauh perkataan yang negatif. Ingat, tujuan mendeklarasikan diri yakni agar lebih lega dan tidak ada yang perlu ditutup-tutupi lagi, jadi biarkan orang lain berkata apa, jalani hidup masing-masing. c. Tingkatkan hubungan dengan komunitas atau mungkin kelompokkelompok tertentu demi membangun hubungan yang lebih positif dengan lingkungan sosial, selain itu ikuti banyak kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi dan berdiskusi, seperti kegiatan diskusi panel, cerdas cermat, debat, dan sebagainya. 2. Saran untuk masyarakat luas: a. Jangan menganggap homoseksual merupakan suatu hal yang harus dihindari atau malah dihina. Semua itu hanya masalah orientasi seksual, selain itu semua manusia sama derajatnya di mata Tuhan, tidak ada yang berbeda kecuali taat atau tidaknya seorang individu kepada Tuhannya. b. Sebaiknya masyarakat tidak memandang sebelah mata terhadap pria gay, tidak ada seorangpun yang ingin menjadi seperti itu, mereka tidak pernah meminta untuk dijadikan seorang gay dan sama halnya seperti heteroseksual, gay juga memiliki kriteria atau tipe tersendiri untuk dijadikan pasangan, bukan berarti setiap pria gay melihat pria lain di lingkungan sekitar kemudian mereka langsung menyukai pria tersebut. c. Berikan dukungan bagi para pria gay yang masih menyembunyikan jati diri mereka yang sebenarnya, karena dengan mereka menyembunyikan diri membuat tingkat kecemasan semakin meningkat sehingga terdapat halangan dalam menjalani hidup yang lebih tenteram ke depannya. Tidak perlu ragu untuk menanyakan orientasi seksual seseorang agar mereka mengakuinya, lakukan dengan cara yang baik dan benar tanpa ada unsur paksaan dan penghakiman. Kemudian rangkul para pria gay agar mereka merasa tidak diasingkan dari masyarakat.