BAB 5 HASIL PENELITIAN Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 6 Tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua dokter gigi yang merawat pasien anak menyadari bahwa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Kesadaran masyarakat akan pentingnya merawat gigi masih kurang.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya (Turner et al, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung singkat dan dapat dikendalikan. Kecemasan berfungsi sebagai suatu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TRIAD OF CONCERN KELOMPOK 3.B. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Sumatera Utara. Jalan Alumni No. 2 Kampus USU Medan PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dan gelisah dengan sesuatu yang dialaminya (Candido et al. 2014).

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan suatu metode analitik-korelasi dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. orangtua dengan menggunakan rancangan cross-sectional (Notoadmojo, perawatan gigi dan mulut di RSGM UMY.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada remaja biasanya disebabkan dari beberapa faktor

DAFTAR GAMBAR. 2.1 Empat Faktor Utama Yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gambaran Klinis Karies Pada Daerah Occlusal...

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah metode observasional analitik dengan pendekatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Kesehatan Anak, Ilmu Psikiatri Anak dan Ilmu Psikologi. sampel terpenuhi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian kuantitatif. Menggunakan desain penelitian Metode

BAB III METODE PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI BANGSAL MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMAN 1 Kasihan memiliki jumlah siswa yang cukup banyak sehingga

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan desain

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan ekstraksi adalah prosedur yang menerapkan prinsip bedah, fisika, dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014 dengan menggunakan

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera utara

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner Children Fear Survey Schedule - Dental Subscale

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kecemasan yang tidak terjamin atas prosedur perawatan. 2 Menurut penelitian, 1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif.

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan crossectional yaitu penelitian non-eksperimental dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat awam pada umumnya cenderung memberi kesan bahwa

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sosial emosional. Masa remaja dimulai dari kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan

BAB III METODE PENELITIAN. correlative dengan menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu jenis

Rina Indah Agustina ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB III METODE PENELITIAN. Surakarta. Penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Pendekatan

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA TAHUN YANG AKAN MENJALANI KHITAN MASSAL DI PENDAPA AGUNG TAMANSISWA YOGYAKARTA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif dengan pendekatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observatif dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan mencakup bidang Obstetri dan Ginekologi.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010). Variabel bebas yang. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr Moewardi.

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober tahun 2014.

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya. Keluarga berfungsi tinggi untuk membantu dalam menjaga

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB 3 METODE PENELITIAN. cross-sectional untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. periodontal seperti gingiva, ligament periodontal dan tulang alveolar. 1 Penyakit

TUJUAN WAWANCARA MEDIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini,

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB III METODE PENELITIAN. antara faktor dengan efek (Notoatmodjo, 2007). Pada penelitian ini, peneliti

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalender atau 40 minggu atau 280 hari (Megasari, 2015). Kehamilan secara umum

Transkripsi:

32 BAB 5 HASIL PENELITIAN Dari Penelitian Analitik observasional dengan rancangan cross sectional yang dilakukan di Sekolah Dasar Pelangi kasih, Sekolah Dasar Theresia, dan Sekolah Dasar Negeri Pegangsaan 01 yang bertempat di Jakarta pada bulan November 2008, dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan dental anak berdasarkan usia dan jenis kelamin. Sebanyak 234 anak tahun ajaran 2007-2008 usia 6 dan 9 tahun mengikuti penelitian ini dan yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan adalah 200 anak. Hasil penelitian diolah menggunakan analisis Chi square. 5.1. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 6 Tahun Tabel 5.1. Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 6 Tahun Terhadap Lingkungan Perawatan Dental Tingkat Kecemasan Dental Variabel Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat rendah tinggi n n n n n 1. Disentuh orang asing 56 21 9 11 3 2. Dilihat orang lain 37 35 13 12 3 3. Membuka mulut 49 13 1 31 6 4. Mulutnya diperiksa orang lain 52 16 5 23 4 5. Dokter 64 19 6 6 5 6. Dokter gigi 56 26 8 5 5 7. Jarum suntik 28 24 16 20 12 8. Suara bor dokter gigi 64 11 11 11 3 9. Melihat dokter gigi mengebor 47 20 12 21 0 10. Dokter gigi mengebor 24 20 17 32 7 11. Orang meletakkan 74 13 4 7 2 Fakultas Kedokteran Gigi

33 instrumen dalam mulutmu 12. Tersedak 35 40 17 5 3 13. Pergi ke rumah sakit 53 30 6 6 5 14. Orang berseragam 71 11 8 8 2 putih 15. Suster membersihkan gigimu 62 17 12 6 3 Fakultas Kedokteran Gigi

34 15. Suster membersihkan gigimu 14. Orang berseragam putih 13. Pergi ke rumah sakit 12. Tersedak 11. Orang meletakkan instrumen dalam mulutmu 10. Dokter gigi mengebor 9. Melihat dokter gigi mengebor 8. Suara bor dokter gigi 7. Jarum suntik 6. Dokter gigi 5. Dokter 4. Mulutnya diperiksa orang lain 3. Membuka mulut 2. Dilihat orang lain 1. Disentuh orang asing 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Gambar 5.1. Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 6 Tahun Terhadap Lingkungan Perawatan Dental Fakultas Kedokteran Gigi

35 Gambar 5.1. menunjukkan tingkat kecemasan dental anak usia 6 tahun terhadap 15 variabel. Persentase terbesar dari 15 variabel untuk tingkat kecemasan dental sangat tinggi terdapat pada variabel 7 (jarum suntik) dengan jumlah 12% (12 orang), kriteria kecemasan dental tinggi ialah variabel 10 (dokter gigi mengebor) dengan jumlah 32% (32 orang), kriteria sedang ialah variabel 10 (dokter gigi mengebor) dan variabel 12 (tersedak) dengan jumlah 17% (17 orang), kriteria kecemasan dental rendah ialah variabel 12 (tersedak) dengan jumlah 40% (40 orang) sedangkan persentase terbesar untuk tingkat kecemasan dental sangat rendah terdapat pada variabel 11 (orang meletakkan instrumen dalam mulutmu) dengan jumlah 74% (74 orang). 5.2. Distribusi Frekuensi Tingkat kecemasan Dental Anak Usia 9 Tahun Tabel 5.2. Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 9 Tahun Terhadap Lingkungan Perawatan Dental Tingkat Kecemasan Dental Variabel Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat rendah tinggi n n n n n 1. Disentuh orang asing 7 30 51 10 2 2. Dilihat orang lain 15 29 51 4 1 3. Membuka mulut 12 8 22 55 3 4. Mulutnya diperiksa orang lain 19 9 19 49 4 5. Dokter 33 41 14 8 4 6. Dokter gigi 47 34 9 7 3 7. Jarum suntik 37 24 14 15 10 8. Suara bor dokter gigi 47 34 9 6 4 9. Melihat dokter gigi mengebor 44 23 22 8 3 10. Dokter gigi mengebor 30 38 10 16 6 Fakultas Kedokteran Gigi

36 11. Orang meletakkan 81 8 4 4 3 instrumen dalam mulutmu 12. Tersedak 15 67 10 6 2 13. Pergi ke rumah sakit 53 33 7 4 3 14. Orang berseragam 48 31 13 6 2 putih 15. Suster membersihkan gigimu 80 8 7 5 0 Fakultas Kedokteran Gigi

37 15. Suster membersihkan gigimu 14. Orang berseragam putih 13. Pergi ke rumah sakit 12. Tersedak 11. Orang meletakkan instrumen dalam mulutmu 10. Dokter gigi mengebor 9. Melihat dokter gigi mengebor 8. Suara bor dokter gigi 7. Jarum suntik 6. Dokter gigi 5. Dokter 4. Mulutnya diperiksa orang lain 3. Membuka mulut 2. Dilihat orang lain 1. Disentuh orang asing 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Gambar 5.2. Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 9 Tahun Terhadap Lingkungan Perawatan Dental Fakultas Kedokteran Gigi

38 Gambar 5.2. menunjukkan tingkat kecemasan dental anak usia 9 tahun terhadap 15 variabel. Persentase terbesar dari 15 variabel untuk tingkat kecemasan dental sangat tinggi terdapat pada variabel 7 yaitu jarum suntik dengan jumlah 10% (10 orang), kriteria kecemasan dental tinggi ialah variabel 3 (membuka mulut) dengan jumlah 55% (55 orang), kriteria kecemasan dental sedang ialah variabel 1 (disentuh orang asing) dan variabel 2 (dilihat orang lain) dengan jumlah 51% (51 orang), kriteria rendah ialah variabel 12 (tersedak) dengan jumlah 67% (67 orang) sedangkan persentase terbesar untuk tingkat kecemasan dental sangat rendah terdapat pada variabel 11 (orang meletakkan instrumen dalam mulutmu) dengan jumlah 81% (81 orang). 5.3. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 6 Tahun dan 9 Tahun Tabel 5.3. Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 6 Tahun dan 9 Tahun Tingkat Kecemasan Dental 6 Tahun 9 Tahun (orang) % (orang) % Rendah 83 83% 76 76% Tinggi 17 17% 24 24% Total 100 100 % 100 100 % Fakultas Kedokteran Gigi

39 90% 80% 70% 60% 83% 76% Frekuens 50% 40% Kecemasan Dental Rendah Kecemasan Dental Tinggi 30% 20% 10% 17% 24% 0% 6 Tahun 9 Tahun Gambar 5.3. Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 6 Tahun dan 9 Tahun Pada gambar 5.3. dapat dilihat persentase anak usia 6 tahun yang memiliki tingkat kecemasan dental rendah 83% (83 orang), tingkat kecemasan dental tinggi 17% (17 orang). Sementara itu pada anak usia 9 tahun yang memiliki tingkat kecemasan dental rendah 76% (76 orang), tinggi 24% (24 orang). 5.4. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 6 Tahun berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5.4. Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 6 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin Tingkat Kecemasan Dental Laki - laki Perempuan (orang) % (orang) % Rendah 38 93% 45 77% Tinggi 3 7% 14 23% Total 41 100% 59 100% Fakultas Kedokteran Gigi

40 100% 90% 93% 80% 77% Frekuens 70% 60% 50% 40% Kecemasan Dental Rendah Kecemasan Dental Tinggi 30% 20% 23% 10% 0% Laki-laki 7% Perempuan Gambar 5.4. Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 6 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin Gambar 5.4. menunjukkan tingkat kecemasan dental tinggi pada anak laki-laki usia 6 tahun ialah 7% (3 orang) dan kecemasan dental rendah 93% (38 orang). Sedangkan pada anak perempuan usia 6 tahun yang memiliki tingkat kecemasan dental tinggi ialah 23% (14 orang) dan kecemasan dental rendah 77% (45 orang). 5.5. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 9 Tahun berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5.5. Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 9 Tahun berdasarkan Jenis Kelamin Tingkat Kecemasan Dental Laki - laki Perempuan (orang) % (orang) % Rendah 35 69% 41 84% Tinggi 16 31% 8 16% Total 51 100% 49 100% Fakultas Kedokteran Gigi

41 90% 80% 70% 60% 69% 84% Frekuens 50% 40% 30% 31% Kecemasan Dental Rendah Kecemasan Dental Tinggi 20% 16% 10% 0% Laki-laki Perempuan Gambar 5.5. Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 9 Tahun berdasarkan Jenis Kelamin Gambar 5.5. menunjukkan tingkat kecemasan dental tinggi pada anak laki-laki usia 9 tahun ialah 31% (16 orang) dan kecemasan dental rendah 69% (35 orang). Sedangkan pada anak perempuan usia 9 tahun yang memiliki tingkat kecemasan dental tinggi ialah 16% (8 orang) dan kecemasan dental rendah 84% (41 orang). 5.6 Tingkat Kecemasan Dental Berdasarkan Usia Tabel 5.6. Hasil Uji Chi-square Tingkat Kecemasan Dental Berdasarkan Usia Tingkat Kecemasan Usia (tahun) Rendah Tinggi 6 83 17 9 76 24 χ² p 1,503 0,220 Dari tabel 5.6. didapat bahwa hasil analisis bivariat antara usia dengan tingkat kecemasan dental dengan menggunakan uji Chi-Square (α = 0,05 dan df = Fakultas Kedokteran Gigi

42 1) adalah dengan nilai p > 0,05. Secara statistik dapat disimpulkan ada perbedaan tingkat kecemasan dental antara anak usia 6 dan 9 tahun namun tidak bermakna. 5.7. Tingkat Kecemasan Dental Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5.7. Hasil Uji Chi-square Tingkat Kecemasan Dental Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Usia 6 Tahun Usia Tingkat Kecemasan (tahun) Rendah Tinggi Laki laki 38 3 Perempuan 45 14 χ² p 4.618 0,032 Dari tabel 5.7. didapat bahwa hasil analisis bivariat tingkat kecemasan dental antara anak laki laki dan anak perempuan usia 6 tahun dengan menggunakan uji Chi-Square (α = 0,05 dan df = 1) dengan nilai p < 0,05. Secara statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara anak laki laki dengan anak perempuan usia 6 tahun dalam tingkat kecemasan dentalnya. Hal ini menandakan pada usia 6 tahun, anak perempuan memiliki tingkat kecemasan dental yang lebih tinggi dibandingan anak laki laki. 5.8. Tingkat Kecemasan Dental Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5.8. Hasil Uji Chi-square Tingkat Kecemasan Dental Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Usia 9 Tahun Tingkat Kecemasan Usia (tahun) Rendah Tinggi Laki laki 35 16 Perempuan 41 8 χ² p 3.102 0,078 Fakultas Kedokteran Gigi

43 Dari tabel 5.8. didapat bahwa hasil analisis bivariat tingkat kecemasan dental antara anak laki laki dan anak perempuan usia 9 tahun dengan menggunakan uji Chi-Square (α = 0,05 dan df = 1) dengan nilai p > 0,05. Secara statistik dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara tingkat kecemasan dental anak laki laki dengan anak perempuan usia 9 tahun dimana anak laki laki memiliki tingkat kecemasan dental yang lebih tinggi daripada anak perempuan namun perbedaanya tidak signifikan. Fakultas Kedokteran Gigi

44 BAB 6 PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan kriteria inklusi anak yang bersekolah. Hal ini bertujuan agar anak mampu memahami pertanyaan dengan lebih baik dibandingkan anak yang tidak bersekolah. Selain itu memudahkan peneliti dalam mengambil sampel penelitian serta mampu melakukan peninjauan ulang jika dibutuhkan. Peneliti juga memasukkan anak yang sudah pernah mendapat perawatan dental. Hal ini karena kuesioner dirancang untuk anak yang telah mendapatkan perawatan dan memungkinkan peneliti mendeteksi variabel - variabel kecemasan dental. Dalam penelitian ini, peneliti memberi penjelasan langsung pada tiap anak menggunakan bantuan foto dan audiovisual tentang berbagai jenis perawatan dental untuk membantu anak mengingat kembali pengalamannya ke dokter gigi. Hal ini terutama dikhususkan untuk anak usia 6 tahun dimana kemampuan kognitifnya baru mulai mengalami perkembangan dan rentang perhatian yang masih terbatas. 23 Selain itu, peneliti menggunakan teknik wawancara untuk memperoleh ketepatan tinggi atau menghindari bias seperti bila diisi sendiri anak dan orang tuanya. Hal ini disebabkan karena ada kemungkinan orang tua menjawab apa yang baik tentang anaknya bukan keadaan yang sebenarnya. Selain itu, peneliti juga mampu menjelaskan bila ada hal hal yang tidak dimengerti oleh anak. Hal yang terpenting ialah peneliti mengetahui bahwa anak sungguhsungguh mengerti dan mengisi dengan benar. Peneliti mengambil sampel anak usia 6 tahun karena pada usia ini anak memasuki periode middle childhood dan awal dari mixed dentition. Kemudian usia 9 tahun karena anak memasuki tahap pra-remaja. 9, 28 Peneliti berharap melihat apakah ada perbedaan dalam tingkat kecemasan dentalnya. Penelitian ini menggunakan kuesioner CFSS-DS karena alat ini memiliki tingkat reliabilitas dan validitas yang tinggi dan telah teruji, sederhana dan mudah digunakan, mampu membedakan antara anak yang takut dan tidak takut terhadap dental, dan telah banyak digunakan dalam standar pengukuran Internasional. 1, 5 Fakultas Kedokteran Gigi

dental. 6 Alasan ini didukung dengan pendapat yang menyatakan bahwa kecemasan 45 Pada penelitian ini, digunakan kuesiner CFSS-DS yang telah dimodifikasi urutan dari 15 variabelnya. Hal ini bertujuan agar pertanyaan dimulai dari variabel umum baru kemudian masuk ke pertanyaan yang spesifik dalam lingkungan praktik dental. Sistematika pertanyaan yang runtun diharapkan dapat membimbing pola pikir anak dan memperlancar wawancara. Dalam melakukan pengolahan data ini digunakan uji nonparametrik Chi Square dengan program statistik. Tujuan dari uji ini diharapkan dapat diketahui apakah terdapat perbedaan tingkat kecemasan dental yang bermakna antara usia 6 dan 9 tahun dan jenis kelamin. Adapun syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan uji Chi Square adalah memiliki 2 kelompok kategorik (nominal atau ordinal) tidak berpasangan, sebaran datanya tidak normal, dan sel yang mempunyai nilai expected kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel. 34 Hal menarik yang terlihat, variabel yang paling ditakuti anak usia 6 dan 9 tahun sama yaitu variabel 7 (jarum suntik) sebesar 12% (12 orang) untuk anak 6 tahun dan 10% (10 orang) untuk anak 9 tahun. Hasil ini sesuai dengan literatur yang menyatakan disuntik merupakan prosedur invasif yang dapat menimbulkan rasa sakit sedangkan rasa sakit merupakan pencetus dari kecemasan dan ketakutan dental yang tinggi secara signifikan terkait dengan prosedur dental yang invasif seperti jarum suntik. Hal ini diperjelas oleh Kleinknecht dan Lenz yang menyatakan bahwa perawatan invasif tersebut erat kaitannya dengan darah dan perasaan takut akan luka pada tubuh yang tipikal muncul pada anak anak. 7 Selain itu penelitian Locker, Lindell, Dempster, dan Shapiro (1999) menunjukkan bahwa 74,8% pasien dengan pengalaman dental menyakitkan erat kaitannya dengan kecemasan dental dan tentunya disuntik merupakan hal yang menyakitkan. 7 Bila diamati, variabel yang paling tidak ditakuti anak usia 6 dan 9 tahun juga sama yaitu variabel 11 (orang meletakkan instrumen dalam mulutmu). Jumlah anak yang menjawab tidak takut sama sekali untuk variabel ini pada usia 6 tahun ialah 74% (74 orang) dan 81% (81 orang) untuk anak usia 9 tahun. Hal ini disebabkan karena variabel tersebut bukan merupakan prosedur yang invasif. Fakultas Kedokteran Gigi

46 Kendati demikian terdapat keistimewaan yaitu perbedaan urutan kecemasan dental anak mulai dari kriteria sangat tinggi sampai sangat rendah. Pada anak usia 6 tahun yaitu jarum suntik, dokter gigi mengebor, dokter gigi mengebor dan tersedak, tersedak, dan orang meletakkan instrumen dalam mulutmu. Berbeda dengan anak usia 6 tahun, pada usia 9 tahun urutannya tingkat kecemasan dental dari sangat tinggi sampai sangat rendah yaitu jarum suntik, membuka mulut, disentuh orang asing dan dilihat orang lain, tersedak, orang meletakkan instrumen dalam mulutmu. Berdasarkan kriteria tinggi dan rendah, prevalensi anak usia 6 tahun yang memiliki kecemasan dental tinggi adalah sebesar 17% (17orang), dan dengan kriteria kecemasan dental rendah adalah sebesar 83% (83 orang). Pada anak usia 9 tahun yang memiliki kecemasan dental tinggi adalah sebesar 24% (24 orang), dan dengan kriteria rendah yaitu 76% (76 orang). Bila ditinjau dari aspek usia maka terlihat anak 9 tahun memiliki tingkat kecemasan dental yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak usia 6 tahun. Namun perbedaannya tidak signifikan yakni sebesar 7% (7 orang). Hal ini dapat terjadi karena pengaruh yang kuat dari tahap sosial emosional anak. Pada usia 9 tahun anak berada dalam periode integrasi emosional dimana beberapa sifat emosional dalam dirinya masih labil seperti memiliki tingkat kecemasan yang tinggi bila dibandingkan dengan usia lain. Semua tuntutan dan kebinggungan dari usia sebelumnya terintegrasi dalam usaha pencapaian jati diri yang stabil. 29 Hal ini sejalan dengan pendapat Winner (1982) yang mengemukakan bahwa ada indikasi bertambahnya ketakutan dental anak seiring meningkatnya usia, khususnya setelah usia 7-8 tahun. Ia menyatakan hal ini berkaitan dengan perkembangan fisiologis dan psikologis. Penelitian yang dilakukan Ollendick, Matson, dan Helsel (1985) juga menemukan tingginya angka takut akan bahaya pada remaja dibandingkan anak yang lebih muda. 18 Sementara literatur menyatakan bahwa anak usia 9 tahun merupakan tahap perubahan pra remaja. 9 Oleh karena itu, tampak bahwa anak yang lebih tua merasakan dan memproses pengalaman dental berbeda dengan anak yang lebih muda. 19 Situasi yang menyebabkan kecemasan biasanya hilang dengan cepat pada tahap akhir perkembangan. 29 Hal ini juga didukung oleh penelitian Herbertt dan Innes yang menemukan anak umur 8-9 Fakultas Kedokteran Gigi

47 tahun paling banyak mengalami kecemasan dental dan paling tidak kooperatif selama perawatan dental. 14 Bila dilihat dari aspek sosial, kita dapat melihat bahwa anak usia 9 tahun suka bergaul dalam kelompok, berdiskusi, dan memiliki perasaan empati yang kuat. 29 Akibatnya kecemasan dental dari teman sebaya dan orang tua dapat cepat dirasakan olehnya. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan ketakutan dental didapatkan melalui pembelajaran sosial dari saudara kandung, kenalan, dan teman. Anak dapat belajar dari cerita teman sebayanya yang dibesar - besarkan serta juga merefleksikan kecemasan dental orang tuanya. 17, 20. Selain itu, seiring bertambahnya usia, anak yang lebih tua tentunya memiliki risiko yang lebih besar untuk menerima perawatan restoratif yang lebih ekstensif dibandingkan anak yang lebih muda. 18 Hal ini juga salah satu hal yang dapat menyebabkan anak usia 9 tahun lebih cemas terhadap perawatan dental dibandingkan usia 6 tahun. Klinberg dan Raadal menyebutkan kecenderungan dari temperamen ialah sifat malu, yang ditemukan pada 10% populasi anak. Sifat ini mengakibatkan anak sulit beradaptasi dalam situasi baru. Hal ini tampak jelas saat bertemu orang asing. Pada situasi ini, anak yang pemalu dihalangi atau bahkan canggung, dengan perasaan ketegangan dan sedih serta cenderung keluar dari interaksi sosial. Kecenderungan temprament lainnya ialah emosi negatif seperti menangis, takut, marah dan temper tantrum. Dua kecenderungan temperamen tesebut yaitu malu dan emosi negatif telah diasosiasikan dengan rasa cemas dan takut terhadap perawatan dental. 17 Alasan ini sejalan dengan teori yang menyatakan anak usia 9 tahun memiliki karakteristik sensitif terhadap kritik dan mudah malu. 29 Hal ini sesuai dengan penelitian Locker, Lindell, Dempster, dan Shapiro (1999) yang menyatakan bahwa populasi yang menderita kecemasan dental sebanyak 13,3% terkait dengan pengalaman yang memalukan. 7 Sharma juga menyatakan bahwa secara neurologis, rongga mulut ialah salah satu regio yang paling sensitif dari tubuh manusia dan sumber perasaan aman. Hal ini disebabkan oleh banyaknya reseptor pengecapan rasa, sentuhan, temperatur dan persepsi sakit. Akibatnya seseorang mungkin malu dan takut menunjukkan status kesehatan mulutnya. 21 Fakultas Kedokteran Gigi

48 Hasil penelitian memperlihatkan pada usia 6 tahun anak perempuan memiliki perbedaan tingkat kecemasan dental yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan anak laki laki. Perbedaannya yang terjadi besar yakni sebesar 16%. Pendapat ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Liddell dan Murray bahwa tingkat kecemasan dental anak perempuan lebih besar dibandingkan anak laki laki. 18 Lindell dan Locker (1977) juga menyatakan bahwa perbedaan ini disebabkan karena persepsi bahwa perempuan memiliki kontrol yang lebih lemah dalam prosedur dental. 35 Selain itu ada penelitian yang menyatakan bahwa perempuan memiliki rasa takut yang lebih besar pada stimuli yang spesifik seperti jarum suntik dan bur dibandingkan laki laki sedangkan kita tahu jarum suntik dan bur adalah 2 hal yang erat kaitan dengan kerja dokter gigi. Penelitian juga menyatakan bahwa perempuan memiliki ambang rasa sakit yang lebih rendah dibandingkan laki laki sehingga toleransi terhadap rasa sakit juga rendah. Penemuan Pierce dan Kirkpatrick (1992) yang diterbitkan dalam jurnal psikologi juga menambahkan bahwa wanita lebih terbuka dalam mengekspresikan ketakutan dibandingkan laki laki. 36 Uniknya hal ini terjadi bertentangan pada anak usia 9 tahun dimana tingkat kecemasan dental anak laki laki lebih tinggi dibandingkan anak perempuan. Hal ini dapat dijelaskan oleh adanya perbedaan kematangan fisiologis dan emosional dari anak perempuan yang lebih tinggi dibandingkan anak laki laki pada usia tersebut. Dimana anak laki laki usia 9 tahun baru mulai belajar mandiri sehingga proses kemandirian itu anak banyak merasakan perasaan tidak aman. 30 Kematangan emosional akan meningkatkan kemampuan mengevaluasi dan menangani ketakutan. Anak yang secara mentalnya bertumbuh memiliki kemampuan untuk konsentrasi pada tujuan, menahan sakit dan memotivasi dirinya sesuai tuntuan lingkungan. 10 Adapun kelemahan kelemahan yang terdapat dalam penelitian ini ialah tidak mengikutsertakan pemeriksaan fisiologis untuk mendeteksi curah jantung, tekanan nadi, konduksi kulit, ketegangan otot, tekanan darah, saliva sekresi yang merupakan ciri ciri meningkatnya kecemasan dental. Fakultas Kedokteran Gigi