BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

Proses pengolahan merupakan metode yang digunakan untuk pengolahan masukan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. mengidentifikasikan adanya lima perspektif kualitas yang biasa digunakan

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Peranan Pengendalian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun

Analisis Dukungan Fungsi Produksi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan. No. Kategori Pertanyaan Y T. tujuan-tujuan jangka pendek?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan harus dapat memahami keinginan konsumen, sehingga perusahaan

Bab II. A. Landasan Teori 1. ISO ISO 9001 adalah suatau standar internasional untuk sistem menejemen

MUTU. Disusun: Ida Yustina

BAB XIII MANAJEMEN OPERASI/PRODUKSI. PAB -Manajemen Operasi dan Persediaan. M.Judi Mukzam

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO

Makalah Manajemen Operasional (Manajemen Kualitas)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Operasional. Disampaikan Oleh : Kristian Suhartadi WN, SE., MM

BAB II LANDASAN TEORI. Total Quality Management (TQM) merupakan suatu pendekatan yang

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto

BAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI

Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Setiap perusahaan mempunyai perencanaan dan tujuan akhir yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dengan hadirnya persaingan global di bidang bisnis sekarang ini, dunia

Bab I PENDAHULUAN. Total Quality Management (TQM) adalah sebuah pendekatan yang banyak

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN. Pemeriksaan Operasional merupakan suatu pemeriksaan atas kegiatan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. pengendalian atas kesempurnaan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan bisnis yang semakin meningkat secara ketat berdampak

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN DAN HUTANG USAHA PADA PT MITRA MAKMURJAYA MANDIRI

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI

Materi 14 EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA. deden08m.com 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era yang sudah maju pada saat ini manusia sangat memerlukan

BAB II BAHAN RUJUKAN

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB IV PEMBAHASAN. Secara umum, penelitian ini bertujuan membantu perusahaan dalam

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya konsumen yang semakin pintar dalam memilih produk. Hal ini

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ketat antar industri khususnya industri rumahan atau home industry.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah

Pengantar Manajemen Produksi & Operasi

Evaluasi sistem dan prosedur pembelian bahan baku. pada perusahaan j rot galery. di Klaten. Oleh : Riasti F BAB I PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN RANCANGAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Logistik

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pada perusahaan yang tergolong dalam perusahaan besar pimpinan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3 BAB III LANDASAN TEORI

PROSES PERUBAHAN DAN PENGOPERASIAN TQM

BAB II LANDASAN TEORI. mempunyai tujuan tertentu. Menurut Herlambang (2005:21), Data adalah faktafakta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Total Quality Management (TQM) sistematis terhadap perencanaan dan manajemen aktivitas. TQM dapat diterapkan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Produk

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab I Pendahuluan - 1. Bab I. Pendahuluan. Era globalisasi dewasa ini merupakan suatu isu yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perekonomian sekarang ini, perusahaan dituntut untuk

PENGARUH DESAIN RUMAH SEDERHANA TERHADAP PEMBELIAN KONSUMEN (Studi Pada Perum Perumnas Cabang BTP Makassar) MANDA HM STIE-YPUP Makassar

BAB I PENDAHULUAN. Manjemen rantai suplai merupakan suatu proses untuk mengintegrasi,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

Materi Minggu 10. Implementasi Strategik, Evaluasi dan Pengawasan

Bab V. Kesimpulan Dan Saran

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EMA503 - Manajemen Kualitas Materi #1 Genap 2104/2015. EMA503 - Manajemen Kualitas

SCM dalam E-Business. 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business

Program Peningkatan Kemampuan Pemasok secara Efektif Nike 1. Apa persoalan yang perlu diselesaikan?

SIKLUS PRODUKSI. A. Definisi Siklus Produksi

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN I-1

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI

Mendefinisikan dan menggambarkan proses bisnis dan hubungan mereka dengan sistem informasi. Menjelaskan sistem informasi yang mendukung fungsi bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan dunia saat ini, kehidupan manusia di

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dari penjualan produk tersebut. Perusahaan harus memperhatikan nilai

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan untuk terus berkembang agar dapat bertahan dalam kancah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGANTAR DAN DEFINISI MUTU

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pengawasan Kualitas (Quality Control) 1.1.1 Kualitas Produk Ekspor Goetsch dalam Yamit (2004) membuat definisi kualitas yang lebih luas cakupannya, yaitu kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Pendekatan yang dikemukakan Goetsch Davis ini menegaskan bahwa kualitas bukan hanya menekankan pada aspek hasil akhir, yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas lingkungan. Sangatlah mustahil menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tanpa melalui manusia dan proses yang berkualitas. Perusahaan jasa dan pelayanan lebih menekankan pada kualitas proses, karena konsumen biasanya terlibat langsung dalam proses tersebut. Sedangkan perusahaan yang menghasilkan produk lebih menekankan pada hasil, karena konsumen umumnya tidak terlibat secara langsung dalam prosesnya. Untuk itu diperlukan sistem manajemen kualitas yang dapat memberikan jaminan kepada pihak

konsumen bahwa produk tersebut dihasilkan oleh proses yang berkualitas. David dalam Yamit (2004) mengidentifikasikan lima pendekatan perspektif kualitas yang dapat digunakan oleh para praktisi bisnis, yaitu: 1. Transcendental Approach Kualitas dalam pendekatan ini adalah sesuatu yang dapat dirasakan, tetapi sulit didefinisikan dan dioperasionalkan maupun diukur. Perspektif ini umumnya diterapkan dalam karya seni seperti seni musik, seni tari, seni drama dan seni rupa. Untuk produk dan jasa pelayanan, perusahaan dapat mempromosikan dengan menggunakan pernyataan-pernyataan seperti kelembutan dan kehalusan kulit (sabun mandi), kecantikan wajah (kosmetik), pelayanan prima (bank) dan tempat berbelanja yang nyaman (mall). Definisi seperti ini sangat sulit untuk dijadikan sebagai dasar perencanaaan dalam manajemen kualitas. 2. Product-based Approach Kualitas dalam pendekatan ini adalah suatu karakteristik atau atribut yang dapat diukur. Perbedaan kualitas mencerminkan adanya perbedaan atribut yang dimiliki produk secara objektif, tetapi pendekatan ini tidak dapat menjelaskan perbedaan dalam selera dan preferensi individual.

3. User-based Approach Kualitas dalam pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang memandangnya, dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang atau cocok dengan selera (fitnes for used) merupakan produk yang berkualitas paling tinggi. Pandangan yang subjektif ini mengakibatkan konsumen yang berbeada memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda pula, sehingga kualitas bagi seseorang adalah kepuasan maksimum yang dapat dirasakannya. 4. Manufacturing-based Approach Kualitas dalam pendekatan ini adalah bersifat supply-based atau dari sudut pandang produsen yang mendefinisikan kualitas sebagai sesuatu yang sesuai dengan persyaratannya (conformance quality) dan prosedur. Pendekatan ini berfokus pada kesesuaian spesifikasi yang ditetapkan perusahaan secara internal. Oleh karena itu, yang menentukan kualitas adalah standar-standar yang ditetapkan perusahaan, dan bukan konsumen yang menggunakannya. 5. Value-based Approach

Kualitas dalam pendekatan ini adalah memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Kualitas didefinisikan sebagai affordable excellence. Oleh karena itu kualitas dalam pandangan ini bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai. Produk yang paling bernilai adalah produk yang paling tepat beli. Meskipun sulit mendefinisikan kualitas dengan tepat dan tidak ada definisi kualitas yang dapat diterima secara universal, dari perspektif Garvin tersebut dapat bermanfaat dalam mengatasi konflik-konflik yang sering timbul diantara para manajer dalam departemen fungsional yang berbeda. Misalnya, departemen pemasaran lebih menekankan pada aspek keistimewaan, pelayanan, dan fokus pada pelanggan. Departemen perekayasaan lebih menekankan pada aspek spesifikasi dan pada pendekatan product-based. Sedangkan departemen produksi lebih menekankan pada aspek spesifikasi dan proses. Menghadapi konflik seperti ini sebaiknya pihak perusahaan menggunakan perpaduan antara beberapa perspektif kualitas dan secara aktif selalu melakukan perbaikan yang berkelanjutan atau melakukan perbaikan secara terus menerus (Yamit, 2004 : 8-10). 1.1.2 Manajemen Kualitas

Pada dasarnya Manjemen Kualitas (Quality Mangement) atau Manajemen Kualitas Terpadu (Total Quality Management = TQM) didefinisikan sebagai cara meningkatkan performasi secara terus menerus (continuous performance improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia. ISO 8402 (Quality Vocabulary) : Manajemen Kualitas sebagai semua aktifitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan kebijaksanaan kualitas, tujuan-tujuan dan tanggung jawab, serta mengimplementasikannya melalui alat-alat seperti perencanaan kualitas (quality planning), pengendalian kualitas (quality control), jaminan kualitas (quality assurance), dan peningkatan kualitas (quality improvement). Tanggung jawab untuk manajemen kualitas ada pada semua level dari manajemen, tetapi harus dikendalikan oleh manajemen puncak (top management) dan implementasinya harus melibatkan semua anggota organisasi. Dari definisi tenang manajemen kualitas di atas, ISO 8402 (Quality Vocabulary) juga mengemukakan beberapa definisi tentang perencanaan kualitas (quality planning), pengendalian kualitas (quality control), jaminan kualitas (quality assurance), dan peningkatan kualitas (quality improvement), sebagai berikut (Gaspersz, 2001 : 5-6) :

1. Perencanaan kualitas (quality planning) adalah penetapan dan pengembangan tujuan dan kebutuhan untuk kualitas serta penerapan sistem kualitas. 2. Pengendalian kualitas (quality control) adalah teknik-teknik dan aktivitas operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan kualitas. 3. Jaminan kualitas (quality assurance) adalah semua tindakan terencana dan sistematik yang diimplementasikan dan didemonstrasikan guna memberikan kepercayaan yang cukup bahwa produk akan memuaskan kebutuhan untuk kualitas tertentu. 4. Peningkatan kualitas (quality improvement) adalah tindakan-tindakan yang diambil guna meningkatkan nilai produk untuk pelanggan melalui peningkatan efektivitas dan efisiensi dari proses dan aktivitas melalui struktur organisasi. 1.1.3 Pengaruh Kualitas Selain sebagai elemen penting dalam operasi, kualitas juga memiliki pengaruh lain. Ada tiga alasan lain pentingnya kualitas (Heizer, 2005 : 254): 1. Reputasi perusahaan. Suatu organisasi menyadari bahwa reputasi akan mengikuti kualitas-apakah itu baik atau buruk. Kualitas akan muncul sebagai persepsi tentang produk baru perusahaan,

kebiasaan karyawan, dan hubungan pemasok. Promosi diri tidak akan dapat menggantikan produk yang berkualitas. 2. Keandalan produk. Pengadilan terus-menerus berusaha menangkap organisasi yang memiliki desain, memproduksi, atau mengedarkan produk atau jasa yang penggunaannya mengakibatkan kerusakan atau kecelakaan. Peraturan seperti Consumer Product Safety Act membuat standar produk dan cara melarang produk yang tidak dapat memenuhi standar tersebut. 3. Keterlibatan global. Di masa teknologi seperti sekarang, kualitas menjadi suatu perhatian internasional, sebagaimana halnya MO. Bagi perusahaan dan negara yang ingin bersaing secara efektif pada ekonomi global, maka produk mereka harus memenuhi harapan kualitas, desain dan harga global. Produk yang rendah mutunya mengurangi keuntungan perusahaan dan neraca pembayaran negara. 1.1.4 Quality Control Pengawasan kualitas menentukan komponen-komponen mana yang rusak dan menjaga agar bahan-bahan untuk produksi mendatang jangan sampai rusak. Pengawasan kualitas merupakan alat bagi management untuk memperbaiki kualitas produk bila diperlukan, mempertahankan kualitas yang sudah tinggi dan mengurangi jumlah bahan yang rusak.

Segala proses produksi direncanakan dan dilaksanakan dengan baik, barang akhir mungkin saja karena satu dan lain hal, tidak sesuai dengan standar-standar yang telah ditentukan. Bagian pemeriksaan, yang merupakan bagian daripada bagian pengawasan kualitas bertanggung jawab atas dipeliharanya kualitas produk sesuai dengan standar-standar. Agar dapat mengurangi kerugian karena kerusakan-kerusakan, pemeriksa tidak terbatas pada pemeriksaan terakhir saja, sebab macam pemeriksa ini negatif karena hanya menunjukkan barang-barang mana saja yang tidak memenuhi syarat-syarat. Barang yang sudah rusak hanya dapat dibuang atau dikerjakan kembali. Oleh karena itu biasanya perlu diadakan pemeriksaan barang yang sedang diproses, biasanya dilakukan setelah proses di mana sukar mempertahahankan kualitas barang. Pemeriksa fase ini menentukan komponen-komponen yang buruk dan mengusulkan agar diadakan pengerjaan kembali agar kualitas dapat dipenuhi. Ini akan meminimumkan ongkos-ongkos karena tak perlu pengerjaan kembali barang-barang yang sudah rusak. Pada pokoknya pengawasan kualitas menentukan ukuran, cat dan persyaratan fungsional lain produk dan menspesifikasikannya untuk maksud-maksud produksi sedang pemeriksaan mengecek apakah barang-barang yang diproduksikan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan oleh bagian pengawasan kualitas. Pemeriksaan dilakukan

dengan menggunakan berbagai alat seperti mikrometer, gajet-gajet dan lain-lain untuk ketepatannya (Reksohadiprodjo, 1982 : 187). 1.1.5 Macam- macam Pengawasan Kualitas Selain pembagian pengawasan kualitas secara disentralisir dan kemungkinan didesentralisir, pengawasan proses terakhir dan diproses, maka pembagian lain ialah pengawasan kualitas pada proses produksi continuous dan pada proses produksi intermittent (berdasar pesanan, job). Pada pokoknya pengawasan kualitas pada ke dua proses itu sama : ada penentuan standar-standar kualitas, ada pemeriksanya, tujuannya agar pemeriksaan ongkosnya rendah dan menghemat. Bedanya karena yang satu berdasarkan pesanan, maka setiap waktu perlu ditentukan standar untuk pesanan tertentu. Pada proses produksi yang continuous pengawasan kualitasnya dapat dilaksanakan dengan tehnik statistis, sampling dan sebagainya (Reksohadiprodjo, 1982 : 191). Ada 4 macam-macam pengawasan kualitas, yaitu: 1. Flow Control Flow control dijumpai pada produksi teruus-menerus di mana pabrik merupakan tempat mesin yang besar dan berfungsi tunggal untuk memproduksikan jumlah tertentu setiap jamnya. Besarnya produksi ini ditentukan dalam fase perencanaan, jauh sebelum proses dijalanankan, sedangkan tugas flow control pada pokoknya

ialah menjamin agar besarnya atau aliran produksi ini tetap. Oleh karena itu flow control mengatur schedule-schedule pengiriman bahan masuk dalam proses produksi dengan schedule pengiriman keluar bahan yang telah diproses itu, juga mengatur sekaligus besarnya produksi (Reksohadiprodjo, 1983 : 254). Flow control atau pengawasan arus adalah pengawasan produksi yang dilakukan terhadap arus pekerjaan sehingga dapat menjamin kelancaran proses pengerjaan. Pada pengawasan ini dibutuhkan suatu tingkat hasil yang agak tetap/konstan. Oleh karena itu flow control ini dijalankan pada produksi yang terus menerus, dimana bahan-bahan yang digunakan dalam proses mempunyai arus yang relatif tetap, dan jenis mesin yang digunakan adalah mesin khusus, serta hasil produksinya mempunyai bentuk dan jenis yang sama dalam jangka waktu tertentu (Assauri, 1978 : 156). 2. Order Control Order Control atau pengawasan pengerjaan pesanan adalah pengawasan produksi yang dilakukan terhadap produk yang dikerjakan, sehingga produk yang dikerjakan itu dapat sesuai dengan keinginan si pemesan baik mengenai bentuk, jenis dan kualitasnya. Pada pengawasan ini, tiap-tiap produk pemesanan

harus dipisahkan dari produk pesanan yang lain, dimana tiap-tiap pesanan mempunyai nomor pesanannya sendiri. Oleh karena itu, Order control ini dijalankan pada produksi dengan proses yang terputus-putus, dimana jenis mesin yang digunakan adalah mesin serba guna dan barang yang diproduksi mempunyai jenis dan bentuk yang berubah-ubah sesuai dengan pesanan. Dalam menjalankan order control ini, pengkoordinasian arus pekerjaan dilakukan berdasarkan pesanan yang diterima. Jadi semua informasi, instruksi dan laporan disediakan untuk setiap pesanan atau berdasarkan pesanan itu, dan demikian juga kebutuhan bahan-bahan, mesin-mesin dan peralatan. Setiap order yang diterima dari konsumen haruslah diadakan penelitian dan pertimbangan terlebih dahulu, agar semua pesanan yang diterima dapat diselesaikan sesuai dengan jumlah mutu/kualitas dan waktu yang telah ditentukan. Apabila pesanan yang diterima merupakan pesanan yang sudah pernah dikerjakan, maka untuk pesanan ini dapat dipergunakan keterangan dari pesanan yang pernah dikerjakan tersebut. Sebaliknya jika pesanan yang diterima sama sekali baru, maka perlu dikemukakan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam pesanan tersebut (Assauri, 1978 : 156-157)

3. Block Control Block Control dipakai pada perusahaan-perusahaan yang memproduksikan bermacam-macam produk tetapi produk-produk tersebut diproses melalui fasilitas produksi yang sama dan macammacam produk mempengaruhi waktu pemrosesan, misalnya saja : pabrik kapal terbang, pabrik sepatu. Hakekat daripada Block Control ialah kita (bagian pengawas produksi) mengirimkan pesanan-pesanan kepada pabrik dalam blok-blok. Blok pesanan adalah suatu kumpulan pesanan-pesanan yang beban kerjanya apabila dijumlah merupakan pekerjaan hampir sehari penuh atau harus diselesaikan sebagai keseluruhan. Misalnya kita kirim block pesanan 50. Bagian I akan memproses blok 50, selanjutnya kita kirim blok 51 bila blok 50 sudah dikerjakan oleh bagian I, sedang bagian II mengerjakan blok 50, dan seterusnya. Oleh karena blok-blok harus dikerjakan secara beruntutan, maka mandor harus menyelesaikan segala pesanan yang termasuk dalam blok yang diawasinya. Suatu beban kerja akan membuat sibuk yang satu, dan juga kemudian bagian lainnya. Demikian maka proses pengawasannyapun relatif mudah. Apabila suatu bagian telah menyelesaikan tugas, bloknya maka mandor harus melaporkan hasil kerja itu pada bagian pengawasan

produksi. Akibatnya bagian pengawasan produksi dapat menempatkan pengawasannya pada akhir proses bagian tertentu. Selanjutnya pengawas produksi dapat mengetahui sudah berada dimanakah fase pemrosesan blok tertentu (Reksohadiprodjo, 1983 : 261-262). 4. Load Control Load Control biasanya dijalankan pada perusahaan-perusahaan yang memerlukan pengawasan hanya pada mesin-mesin tertentu saja. Load Control adalah semata-mata: 1. Pembuatan schedule-schedule bagi mesin-mesin yang penting, 2. Pengalokasian waktu dan pembebanan mesin untuk mengerjakan pesanan tertentu. Misalnya: a. Mesin giling baja bekerja sebagai mesin kunci. b. Industri Penjilidan Majalah Tempo, Basis mesin kuncinya adalah mesin cetaknya Di sini hanya bekerja mesin yang mendominir operasi keseluruhannya. Mesin besar ini tak boleh bekerja di bawah kapasitas. Oleh karena itu proses selanjutnyalah, yakin apabila kurang kapasitasnya, yang perlu ditambah.

Schedule jelas hanya pada mesin ini; schedule untuk kegiatan selanjutnya hanya mengikuti schedule untuk mesin besar itu. Berikut yang perlu diperhatikan di sini adalah: 1. Komponen-komponen harus dipisahkan untuk setiap pesanan. Oleh karena itu bahan-bahan diproses dalam kelompokkelompok yang sesuai dengan tugas mesin utama; 2. Bahwa perlu memperhatikan/memberi tanda pada bahan-bahan, sebab bahan-bahan itu hampir sama bentuknya. Schedule dibuat terpisah untuk bahan-bahan sebab kita harus berganti operasi (menyetel kembali mesin utama agar memenuhi kebutuhan). Mengenai pemberian perintah pada pengawasan jenis ini hampir sama dengan proses produksi terus menerus, tetapi perlu disesuaikan dengan pesanan yakni yang diminta. Biasanya ada S.O.P (Standart Operating Procedure) untuk masing-masing jenis pekerjaan yang diperlukan untuk membuat pesanan-pesanan tertentu. Yang dipergunakan sebagai dasar memulai pekerjaan adalah daftar produk-produk yang perlu dibuat (disebut PRODUCTION ORDER) sedang biasanya tidak dicantumkan harus selesai sebab tergantung pada kapasitas kerja mesin-mesin utama.

Pengawasan atas kemajuan yang dicapai berdasarkan pada laporan bagian tentang jumlah-jumlah yang dapat diselesaikan setiap proses, biasanya dilakukan setiap hari. Bila tidak dapat selesai pada hari itu maka pekerjaan harus diselesaikan pada hari berikutnya. Caranya dapat macam-macam, mungkin dengan mengirimkan kartu atau dengan telepon. Pengawasan terhadap bahan dilakukan oleh bagian bahan, sedang angkutan bahan antara mesin dilakukan dengan truk-truk kecil bukan dengan dan berjalan, sebab operasi mungkin berhenti pada suatu tempat (Reksohadiprodjo, 1983 : 264-265). 1.2 Gugus Mutu Gugus Mutu adalah suatu kelompok yang terdiri dari empat sampai sepuluh relawan yang bekerja di bawah supervisor atau mandor yang sama yang melakukan pertemuan sekali seminggu, satu jam setiap kali, di bawah kepemimpinan supervisornya, untuk mengidentifikasi, menganalisis dan memecahkan persoalan-persoalan mereka sendiri yang berkaitan dengan pekerjaan. Dibalik definisi yang kelihatan sederhana ini tersembunyi sebuah konsep, dan pendekatan untuk masalah organisasi yang sangat luas, yang sangat canggih dan ampuh.

Gugus Mutu telah terbukti berhasil di semua benua di dunia ini, di segala jenis industri dan di semua fungsi bisnis, mulai dari penjualan sampai produksi, dari akunting sampai perekayasaan. Satu-satunya prasyarat administratif untuk menyelenggarakan program Gugus Mutu adalah bahwa terdapat cukup banyak orang yang bekerja di bawah seorang supervisor atau mandor untuk melakukan kegiatan ini. Persyaratan harus bekerja di bawah orang yang sama ini seringkali diabaikan. Namun demikian, agar program seperti ini berhasil dalam segala hal asal jangan dalam jangka pendek, diperlukan sejumlah besar pengetahuan, keahlian dan sumber daya, dan ini disediakan dalam sekumpulan bhan dimana buku ini merupakan bahan yang pertama. Bagi banyak perusahaan, pendekatan ini merupakan bagian dari filosofi manajemen sejak awal. Perusahaan lain pentingnya pendekatan ini berkembang dengan semakin jelasnya implikasi dan potensinya. Namun bagi perusahaan yang lain lagi, seperti telah dikemukakan sebelumnya, pendekatan ini hanya digunakan sebagai taktik rayuan jangka pendek saja. Filosofi yang mendasari Gugus Mutu adalah bahwa, dalam kondisi yang tepat, kebanyakan orang dalam organisasi akan memilih untuk menggunakan kemampuan dan pengalaman guna memecahkan masalah pekerjaan. Filosofi ini dikenal sebagai teori Y dari McGregor, dan Gugus Mutu merupakan mekanisme yang ideal untuk membuat serangkaian asumsi yang ada dalam Teori Y menjadi kenyataan.

Perangkat asumsi McGregor lainnya, yang dipandangnya lebih produktif baik dalam segi bisnis maupun dalam segi kemanusiaan daripada yang pertama, dinamakan Teori Y. Keenam asumsi ini adalah: 1. Upaya fisik dan mental dalam bekerja sama wajarnya seperti bermain atau beristirahat. McGregor menjelaskan: Manusia umumnya tidak dengan sendirinya membenci pekerjaan. Tergantung pada keadaan, kerja dapat menjadi sumber kepuasan (dan akan dengan sukarela dilakukan) atau sumber hukuman (dan akan dihindari jika mungkin). 2. Pengawasan ekstern dan ancaman hukuman bukanlah satu-satunya cara untuk memaksa orang mencapai sasaran organisasi. Orang akan melakukan pengarahan dan pengendalian pribadi demi mencapai sasaran yang ia sepakati. 3. Komitmen terhadap sasaran tergantung pada imbalan yang terkait dengan pencapaiannya. Imbalan yang dimaksud tidak hanya dalam bentuk materi. McGroger melihat kebutuhan akan aktualisasi diri sebagai kebutuhan yang paling belum terpuaskan dari para pekerja pada umumnya. 4. Rata-rata manusia belajar, dalam kondisiyang tepat, tidak hanya untuk menerima tetapi juga untuk mencari tanggungjawab. McGroger menjelaskan: Penghindaran tanggungjawab, ketiadaan ambisi serta penekanan pada rasa aman umumnya merupakan akibat dari pengalaman, bukan merupakan karakteristik kodrat manusia.

5. Kemampuan untuk melakukan imajinasi tingkat tinggi, memecahkan masalah organisasi secara kreatif dan cerdik tersebar secara luas, tidak sempit, di seluruh populasi. 6. Dalam kondisi kehidupan industri modern, potensi intelektual manusia rata-rata hanya sebagian saja termanfaatkan. Secara sangat umum, Gugus Mutu dapat membantu mengubah kultur suatu organisasi sehingga tercapai kesadaran akan pentingnya pencapaian tujuan perusahaan, terwujudnya komitmen yang luas di kalangan para karyawan, tercapainya komunikasi dua arah yang tulus, tercapainya suasana di mana kemampuan para karyawan mendapatkan kesempatan untuk berkembang ke tingkat efektivitas yang tinggi, serta tercapainya peningkatan yang nyata dalam prestasi operasional dan hasil perusahaan (Robson, 1989 : 3-5). 1.3 Perencanaan dan Pengawasan Produksi 1.3.1 Routing Routing adalah fungsi yang menentukan dan mengatur urutan kegiatan pengerjaan yang logis, sistimatis dan ekonomis, melalui urutan mana bahan-bahan dipersiapkan untuk diproses menjadi barang jadi. Dalam routing ini diatur aliran bahan-bahan dalam proses produksi dan para pekerja yang diperlukan pada urutan-urutan yang dilalui, sehingga menjadi barang jadi (Assauri, 1978 : 152).

Routing merupakan bagian yang penting bagi pengawasan produksi karena routing menentukan bagaimana suatu produk dibuat dan berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengerjakan setiap kegiatan memproduksikan produk tersebut. Fungsi Routing dan Master Route Sheet: Apabila suatu barang akan dibuat, apakah itu untuk persediaan atau untuk memenuhi pesanan, maka perlulah dibuat master route sheet. Kartu ini harus mencakup data tentang: 1. Banyaknya serta identifikasi pesanan. 2. Tanda serta identifikasi komponen. 3. Banyaknya satuan barang yang dibuat (serta jumlah yang ditolerir ditolak). 4. Bila membuatnya itu dalam lot, berapa banyak yang dibuat setiap lot. 5. Data operasional : a. Daftar kegiatan/komponen. b. Mesin yang akan dipakai pada setiap kegiatan. c. Urut-urutan kegiatan yang sifatnya tetap. 6. Derajat penyelesaian barang.

Dalam routing titik berat ada pada penentukan data operasional di atas. Tujuannya ialah menemukan urut-urutan kegiatan yang paling baik di dalam memproduksikan barang. Routing tergantung pada methode memproduksikan barang-barang. Di dalam perusahaan yang proses produksinya terus menerus, routing ditentukan lebih dahulu sedang lay-out proses produksi di dasarkan pada routing. Sebaliknya pada proses produksi yang terputus-putus maka layout proses ditentukan terlebih dahulu, sedang routing untuk tiap-tiap pekerjaan menyusul. Perlu diperhatikan bahwa dalam proses produksi yang terus menerus routing tidaklah begitu berperanan karena perusahaan memproduksikan barang yang sama dan routingnyapun sama; jadi sekali routing untuk produk tersebut ditentukan (kecuali jika berubah) routingnya tetap sama. Pada proses produksi yang melayani pesanan khusus routing harus dibuat untuk setiap pesanan (Reksohadiprodjo, 1983 : 188-189, 196-197). 1.3.2 Scheduling Scheduling adalah alat dimana segala fasilitas perusahaan diintegrasikan ke dalam unit waktu sebagai ukuran, dengan kata lain menentukan kapan produk diproduksikan. Fungsi scheduling:

Scheduling merupakan bagian fungsi pengawasan produksi yang menentukan waktu kapan setiap kegiatan yang dicantumkan dalam route sheet harus dilaksanakan pada mesin tertentu agar tanggal pengirim dapat dipenuhi. Berdasarkan tanggal penyelesaian barang ini seksi scheduling bekerja kemuka menentukan tanggal mulai setiap kegiatan. Hendaknya diingat bahwa fungsi-fungsi routing dan scheduling merupakan fase perencanaan sehingga proses produksi berjalan (Reksohadiprodjo, 1983 : 198-199, 213). 1.3.3 Dispatching Dispatching meliputi pelaksanaan diri semua rencana dan pengaturan dalam bidang routing dan scheduling. Sebagian besar kegiatan dalam dispatching ini terdiri dari penyampaian perintah kepada bagian pengolahan yang dilakukan sesuai dengan schedule dan urutan pekerjaan yang telah dilakukan. Fungsi Dispatching: Dengan demikian fungsi dispatching memulai produksi barangbarang, yaknidengan memberikanotoritas memulai berproduksi dalam rangka routing yang ada pada waktu yang telah ditentukan. Fungsi tersebut adalah (Reksohadiprodjo, 1983 : 214-215, 218): 1. Menggerakkan bahan dari gudang ke proses pertama dan dari proses ke proses (move order);

2. Memberikan perintah kepada bagian peralatan untuk mengeluarkan alat-alat sebelum produksi dimulai, dengan tool order; 3. Mengeluarkan perintah mengerjakan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan dengan berdasarkan gambar beban mesin, route sheet dan kertas-kertas yang dipergunakan untuk melihat kemajuan; 4. Mengeluarkan perintah mengadakan pemeriksaan setelah kegiatan selesai untuk menentukan baik buruknya hasil; 5. Mencatat waktu mulai dan selesainya pekerjaan dan menghitung lama waktu pengerjaan; 6. Mencatat dan melaporkan waktu menganggur mesin-mesin dan orang yang melayani mesin. 1.3.4 Follow-up Dengan selesainya dispatching maka proses produksi dapat dimulai. Tetapi ini tidak berarti bahwa produksi dapat diselesaikan tepat pada waktunya dan oleh karena itu perlu follow-up. Follow-up merupakan usaha pengecekan terhadap kemajuan pesanan yang diproses, mulai dari permulaan proses sampai dengan terjadinya barang akhir. Follow-up terhadap bahan mentah perlu kita bicarakan tersendiri karena ini dilakukan oleh bagian pembelian dengan meneliti salinansalinan formulir-formulir pembelian apakah sesuai dengan pengiriman.

Pada tanggal sebelum pengiriman-pengiriman perlu diadakan follow-up dengan mengirimkan formulir kapan dia akan mengadakan pengiriman, menunggu jawaban tepat pada waktunya, terlambat, atau bagaimana pengiriman itu?. Apabila bagian penjualan/pengiriman tak mendapatkan kepastian maka perlu memberitahukan pada bagian pengawasan produksi untuk menschedule produksi (Reksohadiprodjo, 1983 : 231-232). Follow-up merupakan fungsi penelitian dan pengecekan terhadap semua aspek yang mempengaruhi kelancaran kegiatan pengerjaan atau produksi. Follow-up ini mencakup usaha-usaha untuk mendapatkan bahan baku yang tidak tersedia tetapi dibutuhkan, mencari supplier mana yang paling baik untuk mendapatkan bahan-bahan baku tersebut, juga meneliti mesin-mesin dan peralatan yang diperlukan serta mengenai penjualan apakah hasilnya baik dan mengenai cara-cara dan syarat-syarat. Kesemuanya ini dilakukan dengan tujuan agar hal-hal tersebut tidak mengganggu kelancaran didalam produksi (Assauri, 1978 : 154).