BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER. 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)

Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

Kata Pengantar. Jawaban dari setiap pernyataan tidak menunjukkan benar atau salah, melainkan hanya pendapat dan persepsi saudara/i belaka.

LAMPIRAN KUESIONER DATA UMUM RESPONDEN NOMOR PIN :

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecemasan sangat berkaitan dengan tidak pasti dan tidak berdaya,

Lembar Persetujuan Responden

PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Dengan hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Yantri Nim :

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

LAMPIRAN A. Cara Pengukuran Kecemasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN. akan melakukan penelitian dengan judul Gambaran Tingkat Kecemasan Wanita

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA

UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KUESIONER PENELITIAN

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang


BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN

Informed Consent. kecemasan dengan intensitas nyeri pada pasien nyeri punggung.

Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PERSTUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kembali kehidupan, masa pensiun dan penyesuaian diri dengan peran-peran sosial

LEMBAR PENGANTAR RESPONDEN

SUMMARY ABSTRAK. Kata kunci : Tingkat Kecemasan, Keluarga, Stroke

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. xiv

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Dengan hormat, Sehubungan dengan penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI/Skripsi) salah satu tugas pada :

LAMPIRAN 1 HUBUNGAN SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MUTASI PADA PNS DI KABUPATEN TAPANULI UTARA

BERDUKA DAN KEHILANGAN. Niken Andalasari

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

1. Bab II Landasan Teori

KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Meminimalisasi Kecemasan (Anxiety) Dengan Menumbuhkan Self Awareness Siswa Dalam Pembelajaran Matematika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Tehnik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebenarnya, secara linguistik kata yang lebih tepat adalah menocease yang

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja sama dengan ikatan saling berbagi dan kedekatan emosi dan

PROSES TERJADINYA MASALAH

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab II ini peneliti akan menjelaskan mengenai teori-teori yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

kepentingan, pengalaman masa lalu dan harapan (Robbins, 2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transfusi darah, prosedur invasif). (Potter & Perry, 2005). operasi dan prosedur-prosedur diagnostik yang besar, seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya

Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

KISI-KISI PERTANYAAN UNTUK RESPONDEN

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

ITEM KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. negara-negara maju penyebab kematian karena kanker menduduki urutan kedua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian

BAB III KERANGKA KONSEP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gangguan Ansietas, Fobia, dan Obsesif kompulsif

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN TEORI

2. Variabel terikat (dependent variable), yaitu koping orang tua yang. anaknya dirawat di RSUD kota Semarang

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan,

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. respon psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Sedang kan menurut

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi

BAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

KISI-KISI PERTANYAAN UNTUK RESPONDEN. tidur (initial insomnia)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan kekhawatiran, keprihatinan, rasa takut yang kadang kita alami, dalam tingkat yang berbeda-beda. Cemas sangat berkaitan dengan perasaan yang sangat tidak enak, khawatir, cemas, gelisah, tidak pasti dan tidak berdaya yang disertai satu atau lebih gejala badaniah (Stuart dan Sundeen, 2008). Kecemasan merupakan suatu respon stressor yang merupakan gangguan efek dan emosi. Efek adalah nada perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang menyertai suatu pikiran dan biasanya berlangsung lama dan disertai oleh banyak komponen fisiologi (Maramis, 2004). Cemas berbeda dengan takut, walaupun hampir sama tetapi terdapat perbedaan yang penting, yaitu : 1) Takut merupakan rasa tidak berani terhadap suatu objek yang konkrit. 2) Kecemasan menyerang pada tingkat lebih dalam dari pada takut, yaitu sampai pusat kepribadian (Carpenito, 2005). 12

b. Gejalakecemasan Gejala klinis kecemasan adalah : 1) Cemas, khawatir, takut akan pikirannya sendiri dan mudah tersinggung. 2) Tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah terkejut. 3) Gangguan pola tidur dan mimpi yang menyeramkan. 4) Takut sendiri atau takut banyak orang. 5) Gangguan konsentrasi atau daya ingat. 6) Keluhan somatik, seperti rasa sakit pada tulang dan otot pendengaran berdenging, berdebar-debar sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan dan sakit kepala (Hawari, 2008). c. Faktor- faktor yang mempengaruhi kecemasan Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan (Stuart dan Sundeen, 2008) adalah : 1) Faktor Psikologi Pengalaman masa kecil yang bernilai emosi yang tinggi, namun pada masa berikutnya ditekan dapat menimbulkan kecemasan. 2) Faktor Genetik Biasanya faktor genetik pada wanita lebih banyak dari pada pria dan lebih dari satu keluarga yang terkena. Gangguan panik

memiliki komponen genetik yang sama dan terdapat lebih banyak daripada wanita. 3) Faktor Umur Umur kurang dari 20 tahun digolongkan umur muda, Umur antara 20 sampai 35 tahun tergolong umur menengah, dan umur di atas 35 tahun tergolong umur tua. Umur muda lebih mudah menderita kecemasan dari pada umur yang sudah tua (Soewandi, 2003). 4) Tingkat Ekonomi Salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya kecemasan adalah stress psikososial termasuk kemiskinan dan status ekonomi tinggi pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut tidak mudah mengalami stres dan kecemasan (Prawirohusodo, 2001). 5) Tingkat Pendidikan Status pendidikan yang rendah akan menyebabkan seseorang mengalami stress dan kecemasan, hal ini disebabkan karena kurangnya informasi yang didapat orang tersebut. d. Klasifikasi tingkat Kecemasan Manifestasi cemas dapat meliputi aspek fisik, emosi, kognitif, dan tingkah laku. Respon terhadap ancaman dapat berkisar dari kecemasan ringan, sedang, berat dan panik (Stuart & Sundeen, 2008).

1) Kecemasan Ringan Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Gejala adanya kecemasan ringan dapat berupa rasa tegang di otot dan kelelahan, terutama di otot-otot dada, leher dan punggung. Dalam persiapannya untuk berjuang, menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan menimbulkan nyeri dan spasme di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari kelompok agonis dan antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan mudah dapat dilihat pada jari-jari tangan. 2) Kecemasan Sedang Kecemasan sedang merupakan tahap persepsi pada lingkungan yang semakin menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal-hal yang lebih penting pada saat ini dan mengesampingkan hal yang lain. Gejala yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar,mudah lupa, marah dan menangis.

3) Kecemasan Berat Kecemasan berat tahap persepsi pada lingkungan menjadi sangat menurun. Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal yang lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan.gejala yang muncul pada kecemasan berat diantaranya yaitu mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi. 4) Kecemasan Sangat Berat atau Panik Kecemasan sangat berat atau panik ditandai dengan persepsi individu yang sudah sangat sempit sehingga tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pangarahan dan tuntunan, Keadaan ini terjadi karena peningkatan aktifitas motoriktidak sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu lama dapat terjadi kelelahan yang sangat berat bahkan kematian. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi.

e. Cara Ukur Kecemasan Untuk mengukur sejauh mana derajat kecemasan seseorang, dapat digunakan alat ukur yang disebut HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety) yang terdiri dari 14 kelompok gejala yangmasingmasing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik (Hawari, 2008). Masing-masing kelompok gejala diberi angka atau skor antara 0-4 dengan penilaian sebagai berikut: 1) Nilai 0 : tidak ada gejala (keluhan) 2) Nilai 1 : gejala ringan (1 dari gejala yang ada) 3) Nilai 2 : gejala sedang (separuh dari gejala yang ada) 4) Nilai 3 : gejala berat (lebih dari separuh gejala yang ada 5) Nilai 4 : gejala berat sekali (semua gejala ada) Hal-hal yang dilihat dalam HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety) sebagai berikut : 1. Perasaan meliputi rasa cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri dan mudah tersinggung. 2. Ketegangan meliputi rasa tegang, lesu, tidak bisa istirahat dengan tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar dan gelisah. 3. Ketakutan meliputi takut pada gelap, pada orang asing, ditinggal sendiri, pada binatang besar, pada keramaian lalu lintas dan pada kerumunan banyak orang.

4. Gangguan tidur yaitu sukar tidur, terbangun tengah malam, Tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi-mimpi, mimpi buruk dan mimpi menakutkan. 5. Gangguan kecerdasan meliputi sukar konsentrasi, daya ingat menurun dan daya ingat buruk. 6. Gangguan depresi (murung) yaitu hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, bangun dini hari dan perasaan berubahubah sepanjang hari 7. Gejala somatik atau fisik (otot) yaitu sakit dan nyeri di otot-otot, kaku, kedutan otot dan suara tidak stabil. 8. Gejala pendengaran, meliputi telinga berdering, penglihatan kabur, muka merah atau pusat, merasa lemas dan perasaan ditusuk-tusuk. 9. Gejala kardiovaskular, meliputi denyut jantung cepat, berdebardebar, nyeri di dada, denyut nadi mengeras, rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan dan detak jantung menghilang berhenti sekejap. 10. Gejala respiratorik (pernapasan) meliputi rasa tertekan atau sempit di dada, rasa tercekik, sering menarik nafas dan nafas pendek/sesak. 11. Gejala gastrointesial, meliputi sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, Perasan terbakar di perut terasa penuh atau kembung, mual, muntah, buang air besar lembek dan sukar buang air besar. 12. Gejala urogenital meliputi sering buang air kecil, tidak dapat menahan air seni, tidak datang bulan (tidak ada haid), darah haid

berlebihan, darah haid amat sedikit, masa haid berkepanjangan, masa haid amat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, menjadi dingin, ejakulasi dini dan ereksi melemah. 13. Gejala autonom meliputi mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, kepala pusing, kepala terasa berat, kepala terasa sakit dan bulu-bulu berdiri. 14. Tingkah laku meliputi gelisah, tidak tenang, jadi gemetar, kulit kering, muka tegang, otot tegang atau mengeras, nafas pendek dan cepat dan muka merah. 2. Pembedahan a. Pengertian Pembedahan atau operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh (Smeltzer dan Bare, 2005). Pre operatif adalah fase dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi atau pembedahan dibuat dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi (Smeltzer dan Bare, 2005). b. Klasifikasi Pembedahan Pembedahan dapat diklasifikasikan dalam beberapa macam yaitu menurut berbagai alasan, tingkat urgensinya, lokasi pembedahan dan luas jangkauan pembedahan (Smeltzer & Bare, 2005).

1) Klasifikasi pembedahan berdasarkan berbagai alasan Berdasarkan alasan diagnostik, seperti ketika dilakukan biopsi atau laparotomi eksplorasi. Kuratif seperti ketika mengekssi massa tumor atau mengangkat apendiks yang mengalami inflamasi. Reparatif seperti ketika harus memperbaiki luka multipel. Rekonstruktif atau kosmetik seperti ketika melakukan perbaikan wajah. 2) Klasifikasi pembedahan berdasarkan tingkat urgensinya Berdasarkan tingkat kedaruratan pasien membutuhkan perhatian segera, gangguan yang mungkin mengancam jiwa. Indikasi untuk pembedahan yaitu tanpa ditunda. Contoh perdarahan hebat, obstruksi kandung kemih atau usus, fraktur tulang tengkorak, luka tembak atau tusuk, luka bakar sangat luas. Berdasarkan tingkat urgen pasien membutuhkan perhatian segera. Indikasi untuk pembedahan yaitu dalam 24 30 jam. Berdasarkan tingkat yang diperlukan, pasien harus menjalani pembedahan. Indikasi untuk pembedahan yaitu direncanakan dalam beberapa minggu atau bulan. Contoh hiperplasia prostat tanpa obstruksi kandung kemih gangguan tiroid, katarak. Berdasarkan tingkat elektif, pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi untuk pembedahan yaitu: tidak dilakukan pembedahan karena tidak terlalu

membahayakan. Contoh : perbaikan eskar, hernia sederhana, perbaikan vaginal. Dan berdasarkan tingkat pilihan, keputusan terletak pada pasien. Indikasi untuk pembedahan yaitu pilihan pribadi. Contoh bedah kosmetik. 3) Klasifikasi pembedahan berdasarkan lokasi pembedahan Berdasarkan lokasi pembedahan internal, tindakan pembedahan pada tubuh bagian dalam jaringan perut tidak kelihatan, tetapi dapat menyebabkan komplikasi perlengketan. Sedangkan berdasarkan lokasi pembedahan eksternal, tindakan pembedahan pada tubuh bagian luar jaringan perut akan kelihatan. 4) Klasifikasi pembedahan berdasarkan luas jangkauan pembedahan Bedah minor atau kecil, yaitu suatu tindakan pembedahan sederhana yang tidak mengancam kehidupan dan dapat dilakukan di ruang praktek dokter ahli bedah, klinik, unit rawat inap bedah, unit poliklinik bedah, dan sebagian besar menggunakan anastesi lokal. Sedangkan bedah mayor atau besar, yaitu suatu tindakan pembedahan dapat mengancam kehidupan dilakukan di kamar bedah dan biasanya menggunakan anastesi umum.

3. Kecemasan Pasien Pre-Operasi a. Pengertian Tindakan pembedahan akan menimbulkan ketakutan dan kecemasan pada pasien walaupun respon individu terhadap tindakan tersebut berbeda-beda. Beberapa pasien menyatakan takut dan menolak dilakukan tindakan pembedahan, tetapi klien mengatakan tidak tahu yang menjadi penyebabnya, namun ada juga beberapa pasien yang menyatakan ketakutannya dengan jelas dan spesifik (Long, 2006). Segala bentuk prosedur pembedahan selalu dilalui dengan reaksi emosional klien baik tersembunyi atau jelas, normal dan abnormal (Smeltzer & Bare, 2005). Kecemasan pasien pre operasi merupakan suatu respon antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dianggap pasien sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh bahkan kehidupannya. Kecemasan sangat mempengaruhi fungsi tubuh pada tindakan operasi, oleh karena itu perawat perlu mengidentifikasi kecemasan yang dialami pasien. Kecemasan dan reaksi ini bisa didasarkan pada banyak faktor yang meliputi ketidaknyamanan dan perubahan-perubahan yang diantisipasi baik fisik, finansial, psikologi, spiritual, sosial dan akhir dari pembedahan tersebut.

b. Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Pre Operasi Terdapat beberapa teori yang dapat menyebabkan terjadinya kecemasan berhubungan dengan pre operasi dilihat dari faktor : 1) Predisposisi a) Teori Psikoanalisa Kecemasan terjadi karena adanya konflik yang emosional antara individu dan super ego dalam emosional elemen kepribadian (Freud dalam Lestari, 2005) b) Teori Interpersonal Kecemasan terjadi karena adanya rasa takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan, yaitu dengan tindakan pembedahan pasien merasa cemas (Stuart & Sundeen, 2008). c) Teori Behaviour Mengatasi kecemasan merupakan produk frustasi, dikaitkan dengan tindakan pembedahan, tindakan ini sebagai sesuatu yang mengganggu dan diinginkan pada pencapaian yang diinginkan (Smeltzer & Bare, 2005). d) Teori Fisiologis Operasi merupakan stressor pada tubuh yang memicu pada neuroendokrin. Respon terdiri dari syaraf simpatik dan

respon hormonal yang bertugas melindungi menjaga tubuh dari ancaman cedera. 2) Presipitasi Kecemasan adalah keadaan yang tidak dapat dihindari pada kehidupan manusia dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman ansietas seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal. Ada 2 faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien pre operasi : a) Faktor Eksternal 1) Ancaman integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar (penyakit, trauma fisik, pembedahan yang akan dilakukan). 2) Ancaman sistem diri antara lain : ancaman terhadap identitas diri, harga diri, dan hubungan interpersonal, kehilangan serta perubahan status atau peran (Stuart & Sundeen, 2008) b) Faktor Internal Kemampuan individu dalam merespon terhadap penyebab kecemasan ditentukan oleh : 1) Potensi stressor Stressor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam

kehidupan seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi (Smeltzer &Bare, 2005). 2) Maturitas Individu yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu yang matur mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan (Hambly, 2005). 3) Pendidikan dan status ekonomi Tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan. Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berpikir rasional dan menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan masalah yang baru (Stuart & Sundeen, 2008). 4) Keadaan fisik Seseorang yang mengalami gangguan fisik seperti cedera, operasi akan mudah mengalami kelelahan fisik sehingga lebih mudah mengalami kecemasan. Di samping itu orang yang mengalami kelelahan fisik lebih mudah mengalami kecemasan (Oswari, 2009).

5) Tipe kepribadian Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami gangguan kecemasan daripada orang dengan kepribadian B. Adapun ciri-ciri orang dengan kepribadian A adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna, merasa diburu-buru waktu, mudah gelisah, tidak dapat tenang, mudah tersinggung, otot-otot mudah tegang. Sedangkan orang dengan kepribadian B mempunyai ciri-ciri yang berlawanan dengan tipe kepribadian A. Karena tipe kepribadian B adalah orang yang penyabar, tenang, teliti, dan rutinitas (Stuart & Sundeen, 2008). 6) Lingkungan dan situasi Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih mudah mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di lingkungan yang biasa dia tempati (Hambly, 2005). 7) Umur Seseorang yang mempunyai umur lebih muda ternyata lebih mudah mengalami ganggan kecemasan daripada seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya (Varcoralis, 2003).

8) Jenis kelamin Gangguan panik merupakan suatu gangguan cemas yang ditandai oleh kecemasan yang spontan dan episodik. Gangguan ini lebih sering dialami wanita daripada pria (Varcoralis, 2003) 4. Dukungan Keluarga Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri atas 2 orang atau lebih, adanya ikatan persaudaraan atau pertalian darah, hidup dalam satu rumah tangga berinteraksi satu sama lain, mempertahankan satu kebudayaan (Effendy, 2006).Faktor- faktor yang mempengaruhi a. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga Faktor- faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah sebagai berikut (Stanley, 2007): 1) Kebutuhan fisik Kebutuhan fisik dapat mempengaruhi dukungan keluarga. Adapun kebutuhan fisik meliputi sandang, pangan dan papan. Apabila seseorang tidak tercukupi kebutuhan fisiknya maka seseorang tersebut kurang mendapat dukungan keluarga. 2) Kebutuhan sosial Dengan aktualisasi diri yang baik maka seseorang lebih kenal oleh masyarakat daripada orang yang tidak pernah bersosialisasi di masyarakat. Orang yang mempunyai aktualisasi

diri yang baik cenderung selalu ingin mendapatkan pengakuan di dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu pengakuan sangat diperlukan untuk memberikan penghargaan. 3) Kebutuhan psikis Dalam kebutuhan psikis pasien pre operasi di dalamnya termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, perasaan religius, tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Apalagi jika orang tersebut sedang menghadapi masalah baik ringan maupun berat, maka orang tersebut akan cenderung mencari dukungan sosial dari orang-orang sekitar sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan dan dicintai. b. Klasifikasi dukungan keluarga Mengklasifikasikan dukungan keluarga dalam 4 kategori yaitu (Cohen & Syme, 2005) : 1) Dukungan informasi, yaitu memberikan penjelasan tentang situasi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi individu. Dukungan ini, meliputi memberikan nasehat, petunjuk, masukan atau penjelasan bagaimana seseorang bersikap. 2) Dukungan emosional, yang meliputi ekspresi empati misalnya mendengarkan, bersikap terbuka, menunjukkan sikap percaya terhadap apa yang dikeluhkan, mau memahami, ekspresi kasih sayang dan perhatian. Dukungan emosional akan membuat si

penerima merasa berharga, nyaman, aman, terjamin, dan disayangi. 3) Dukungan instrumental adalah bantuan yang diberikan secara langsung, bersifat fasilitas atau materi misalnya menyediakan fasilitas yang diperlukan, meminjamkan uang, memberikan makanan, permainan atau bantuan yang lain. 4) Dukungan appraisal atau penilaian, dukungan ini bisa terbentuk penilaian yang positif, penguatan (pembenaran) untuk melakukan sesuatu, umpan balik atau menunjukkan perbandingan sosial yang membuka wawasan seseorang yang sedang dalam keadaan stres. Dukungan sosial merupakan transaksi interpersonal yang melibatkan aspek-aspek informasi, perhatian, emosi, penilaian dan bantuan instrumental (Sheridan & Radmacher, 2003). Ciri-ciri setiap aspek tersebut oleh (Smet, 2004), dijelaskan sebagai berikut ; 1) Informasi dapat berupa saran-saran, nasihat dan petunjuk yang dapat dipergunakan oleh korban dalam mencari jalan keluar untuk pemecahan masalahnya. 2) Perhatian emosi berupa kehangatan, kepedulian dan dapat empati yang meyakinkan korban, bahwa dirinya diperhatikan orang lain. 3) Penilaian berupa penghargaan positif, dorongan untuk maju atau persetujuan terhadap gagasan atau perasaan individu lain.

4) Bantuan instrumental berupa dukungan materi seperti benda atau barang yang dibutuhkan oleh korban dan bantuan finansial untuk biaya pengobatan, pemulihan maupun biaya hidup sehari-hari selama korban belum dapat menolong dirinya sendiri. c. Dampak dukungan keluarga Dukungan keluarga merupakan bantuan atau dukungan yang diterima individu dari orang-orang tertentu dalam kehidupannya. Diharapkan dengan adanya dukungan keluarga maka seseorang akan merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai. Dengan pemberian dukungan sosial yang bermakna maka seseorang akan mengatasi rasa cemasnya terhadap pembedahan yang akan dijalaninya (Suhita, 2005). Dukungan sosial dapat memberikan kenyamanan fisik dan psikologis kepada individu dapat dilihat dari bagaimana dukungan keluarga mempengaruhi kejadian dan efek dari keadaan kecemasan. Lieberman (2002) mengemukakan bahwa secara teoritis dukungan sosial dapat menurunkan munculnya kejadian yang dapat mengakibatkan kecemasan. Apabila kejadian tersebut muncul, interaksi dengan orang lain dapat memodifikasi atau mengubah persepsi individu pada kejadian tersebut dan oleh karena itu akan mengurangi potensi munculnya kecemasan. Dukungan sosial juga dapat mengubah hubungan antara respon individu pada kejadian yang dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan itu sendiri mempengaruhi strategi untuk mengatasi

kecemasan dan dengan begitu memodifikasi hubungan antara kejadian yang menimbulkan kecemasan dan efeknya. Pada derajat dimana kejadian yang menimbulkan kecemasan mengganggu kepercayaan diri dan dukungan sosial dapat memodifikasi efek itu. Sarafino (2008) mengemukakan 2 model untuk menjelaskan bagaimana dukungan sosial dapat mempengaruhi kejadian dan efek dari keadaan kecemasan, yaitu : 1) Model efek langsung Model ini melibatkan jaringan sosial yang besar dan memiliki efek positif pada kesejahteraan. Model ini berfokus pada hubungan dan jaringan sosial dasar. Model ini juga dideskripsikan sebagai instruktur dari dukungan sosial yang meliputi faktor status perkawinan, keanggotaan dalam suatu kelompok, peran sosial dan keikutsertaan dalam kegiatan keagamaan. 2) Model buffering Model ini berfokus pada aspek dari dukungan sosial yang berperilaku sebagai buffer dalam mempertahankan diri dari efek negatif dari kecemasan. Model ini mengacu pada sumber daya interpersonal yang akan melindungi individu dari efek negatif kecemasan dengan memberikan kebutuhan khusus yang disebabkan oleh kejadian yang mengakibatkan kecemasan. Model ini bekerja dengan mengerahkan kembali hal-hal yang menimbulkan kecemasan atau mengatur keadaan emosional yang disebabkan oleh

hal-hal tersebut. Model ini berfokus pada fungsi dukungan sosial yang melibatkan kualitas hubungan sosial yang ada. Dukungan sosial ternyata tidak hanya memberikan efek positif dalam mempengaruhi kejadian dari efek kecemasan. Beberapa contoh efek negatif yang timbul dari dukungan sosial, antara lain (Safarino, 2008) : 1) Dukungan yang tersedia tidak dianggap sebagai sesuatu yang membantu. Hal ini dapat terjadi karena dukungan yang diberikan tidak cukup, individu merasa tidak perlu dibantu atau terlalu khawatir secara emosional sehingga tidak memperhatikan dukungan yang diberikan. 2) Dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan individu. 3) Sumber dukungan memberikan contoh buruk pada individu seperti melakukan atau menyarankan perilaku tidak sehat. 4) Terlalu menjaga atau tidak mendukung individu dalam melakukan sesuatu yang diinginkannya. Keadaan ini dapat mengganggu program rehabilitasi yang seharusnya dilakukan oleh individu dan menyebabkan individu menjadi tergantung pada orang lain.

B. Kerangka Teori Tindakan operasi Masalah pada pasien a. Takut tidak bangun lagi/mati b. Takut nyeri c. Takut efek anestesi d. Ancaman kecacatam e. Pikiran keganasan Dukungan keluarga: a. Informasi b. Emosional c. Instrumen d. Appraisal Respon psikologi: kecemasan 2.1. Kerangka Teori Sumber : Smeltzer & Bare (2002), Stuart & Sundeen (2008), dan Cohen & Syme (2005). C. Kerangka Konsep Dukungan keluarga Ringan Tindakan operasi Respon kecemasan Tingkat kecemasan Sedang Kurang Gambar 2.2. Kerangka konsep

D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan teori dan kerangka konsep penelitian, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ha: Ada pengaruh dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di Ruang Rawat Inap RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.