BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dalam bahasa Arab disebut dengan Adab. Menurut para linguistik Arab klasik (Al-Badr, 1970:2), kata adab berarti az}-z}arfu pandai dan cantik, sedangkan menurut terminologi adalah hasil pemikiran para cerdik pandai dan ungkapan perasaan dengan bahasa yang membuat senang bagi pembacanya (Stopford Brook via As-sya>yib, 1964:17). Sehingga pembaca akan dapat berimajinasi dengan karaya sastra yang dibaca. Sedangkan menurut Nurgiyantoro (2013:2), sastra merupakan sebuah karya imajinatif yang menawarkan berbagai permasalahan manusia yang kemudian diungkapkan kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya. Sastra dapat dipandang lebih luas sehingga dapat menghasilkan karya sastra yang indah. Menurut Teeuw (1983:24), karya sastra merupakan sebuah keseluruhan yang mempunyai struktur yang konsisten dan koheren, di mana setiap bagian merupakan unsur esensial dan menempati tempat yang layak. Selanjutnya, Abrams (1999:102), menyatakan bahwa struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah. Di dalam karya sastra terdapat beberapa genre, yaitu prosa, puisi, dan drama (Kamil, 2009:9). Salah satu genre sastra adalah prosa. Prosa merupakan karya imajinatif, kreatif dan estetis. Selain itu, prosa dapat disebut juga fiksi (fiction). Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan atau cerita 1
2 khayalan. Hal ini disebabkan fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran faktual. Karya sastra yang termasuk prosa adalah cerpen (Abrams, 1999:94). Cerpen merupakan sebuah cerita yang membutuhkan waktu singkat untuk membacanya (Stanton, 2012:79). Panjang cerpen itu sendiri bervariasi. Ada cerpen pendek (short short story) yang berkisar lima ratus kata, ada cerpen yang panjangnya cukupan (middle short story), dan ada cerpen yang panjang (long short story,) yang terdiri dari puluhan atau ribuan kata (Nurgiyantoro, 2013:12). Cerpen dapat menggugah kepekaan realisme pembaca, pemahaman, emosi, kepekaan, dan moral secara stimulant (Stanton, 2012:88). Cerpen sebagai karya fiksi terdiri atas unsur-unsur yang membangunnya. Unsur-unsur tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat dan saling menguntungkan (Nurgiyantoro, 2013:29). Secara garis besar unsur-unsur dalam sebuah karya sastra, termasuk cerpen dibagi menjadi dua, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya itu sendiri, misalnya unsur-unsur dalam sebuah cerpen, yaitu tema, penokohan, plot, latar, sudut pandang (Nurgiyantoro, 2013:14). Cerpen Najmatu al-qamar merupakan salah satu cerpen dalam antologi cerpen Lauzah karya Abd as-satta>r H{utaitah. Dia salah satu jurnalis dan sastrawan dari Mesir. Cerpen tersebut menceritakan seorang gadis yang tinggal di sebuah rumah bersama keluarganya. Gadis tersebut menunggu kedatangan kekasihnya selama 10 tahun di setiap malam, tetapi kekasihnya tidak datang. Saat dia sekolah di Ibtidaiyyah sampai Tsanawiyyah dia diajari oleh seorang
3 mahasiswa. Dengan berjalannya waktu, gadis itu memiliki rasa cinta kepada mahasiswa itu begitupun sebaliknya, tetapi mahasiswa tersebut tidak berani mengungkapkan perasaannya. Suatu saat remaja tersebut merasa kecewa kepada mahasiswa yang merupakan menjadi kekasihnya, ketika dia dipinang oleh anak bibinya, kekasihnya tersebut tidak mencegah tetapi menghilang tanpa kabar. Sebagai karya sastra, cerpen Najmatu al-qamar merupakan sebuah struktur yang dibangun dari sejumlah unsur yang saling berkaitan dalam menghasilkan makna yang utuh. Dengan demikian, untuk dapat mengetahui unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam cerpen Najmatu al-qamar, penulis menggunakan teori struktural Robert Stanton. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah unsur-unsur intrinsik dalam cerpen Najmatu al-qamar karya Abd as-satta>r H{utaitah dan keterkaitan antarunsur di dalamnya. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan unsur-unsur intrinsik pada cerpen Najmatu al- Qamar karya Abd as-satta>r H{utaitah dan keterkaitan antarunsurnya. 1.4 Tinjauan Pustaka Antologi cerpen Lauzah karya Abd as-satta>r H{utaitah terdiri atas empat belas cerpen. Sejauh pengamatan penulis di beberapa perpustakaan digital dan di
4 berbagai media, dalam antologi cerpen Lauzah karya Abd as-satta>r H{utaitah belum pernah dilakukan penelitian oleh pihak manapun. Adapun terkait dengan analisis struktural pada sebuah cerpen sudah banyak diteliti oleh mahasiswa Sastra Arab di Universitas Gadjah Mada. Beberapa contoh penelitian dengan menggunakan analisis struktural adalah Suistiarsy (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Unsur-Unsur Intrinsik Cerpen Qublatun Marhu>natun dalam Antologi Kullu A<min Wa Antum Bi Khairin Wa Qas}as}un Ukhra> karya Mah}mud Taimu>r. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang ada di dalam cerpen tersebut memiliki keterjalinan dan keterkaitan yang erat sehingga menghasilkan makna yang menyeluruh. Tema utama dalam cerpen tersebut cinta bertepuk sebelah tangan adalah hal yang biasa dalam kehidupan muda-mudi. Muflihah (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Unsur-Unsur Intrinsik Cerpen Lailatu al-qahri karya Laila al-us\man dalam Antologi Cerpen Modern Arabic Stories. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa unsurunsur yang ada di dalam cerpen tersebut memiliki keterjalinan dan keterkaitan yang erat sehingga menghasilkan makna yang menyeluruh. Tema utama dari cerpen tersebut adalah lemahnya kedudukan perempuan atau istri di ranah domestik sehingga tidak memiliki kekuatan untuk melawan dominasi suami. Marfuah (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Unsur-Unsur Intrinsik Cerpen Sukka>nu al-qas}ri dalam Antologi Cerpen Lam A rif Anna At}- T{awa>wi>sa Tat}i>ru karya Baha>' T{ahi>r. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang ada di dalam cerpen tersebut memiliki keterjalinan dan
5 keterkaitan yang erat sehingga menghasilkan makna yang menyeluruh. Tema utama dalam cerpen tersebut adalah perlunya keterbukaan pemerintah dalam hal kebijakan terhadap penduduk sekitar istana, sehingga setiap orang memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sekitarnya. Berdasarkan tinjuan pustaka, dapat disimpulkan bahwa penelitian cerpen Najmatu al-qamar dalam antologi Lauzah karya Abd Satta>r H{utaitah belum pernah diteliti dan layak untuk diteliti dengan menggunakan teori struktural Robert Stanton sehingga dapat menambah keilmuan Kesusastraan Arab. 1.5 Landasan Teori Teori struktural adalah suatu teori yang memandang bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur yang terdiri atas unsur-unsur intrinsik yang masingmasing mempunyai fungsi dan saling berkaitan (Teeuw, 1983:135). Teori ini digunakan bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, mendetail, dan mendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 2015:106). Teori struktural yang digunakan untuk menganalisis cerpen Najmatu al- Qamar karya Abd as-satta>r H{utaitah adalah teori struktural Robert Stanton. Menurut Robert Stanton (1965:11), struktur dalam karya sastra meliputi tiga kategori, yaitu fakta cerita (fact), tema cerita (theme), dan sarana-sarana sastra (literary devices). Fakta cerita terdiri dari karakter (characters), alur (plot), dan latar (setting). Karakter biasanya dipakai dalam dua konteks. Konteks pertama, karakter merujuk pada individu-individu yang muncul. Konteks kedua, karakter
6 merujuk pada percampuran dari berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral dari individu-individu tersebut (Stanton 1965:17). Fakta cerita selanjutnya, yaitu alur (plot). Alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita. Selain itu, alur merupakan tulang punggung cerita yang dapat membuktikan dirinya sendiri meskipun jarang diulas panjang lebar dalam sebuah analisis (Stanton 1965:14-15). Fakta cerita yang terakhir yaitu latar (setting). Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung (Stanton, 1965:18). Tema (theme) merupakan elemen yang relevan dengan setiap peristiwa dan detail sebuah cerita. Keberadaan tema membuat cerita lebih terfokus, menyatu, mengrucut, dan berdampak. Bagian awal dan akhir cerita akan menjadi pas, sesuai, dan memuaskan berkat keberadaan tema (Stanton, 1965:19). Tema dapat menggambarkan dan menelaah kejadian atau emosi yang dialami manusia seperti cinta, derita, pengkhiyanatan manusia terhadap dirinya sendiri, atau bahkan usia tua (Stanton, 1965:19). Adapun sarana sastra merupakan metode memilih dan menyusun detail cerita agar tercapai pola-pola yang bermakna (Stanton, 1965:23). Sarana sastra terdiri dari judul (tittle), sudut pandang (point of view), gaya (style and tone), simbolisme (symbolism), dan ironi (irony) (Stanton, 1965: 25-34). Akan tetapi sarana sastra yang akan diteliti dalam penelitian adalah judul (tittle) dan sudut pandang (point of view), karena kedua hal tersebut paling dominan dalam cerpen ini. Menurut Stanton (1965:25), judul selalu relevan terhadap karya yang
7 diampunya sehingga keduanya membentuk satu kesatuan. Pendapat ini dapat diterima ketika judul mengacu pada sang karakter utama atau satu latar tertentu. Akan tetapi, penting untuk selalu waspada bila judul tersebut mengacu pada satu detail yang tidak menonjol. Judul semacam tersebut menjadi petunjuk makna pada cerita yang bersangkutan. Sudut pandang (point of view), adalah pusat kesadaran tempat kita dapat memahami setiap peristiwa dalam cerita (Stanton, 1965:26). Sudut pandang terbagi menjadi empat tipe utama, yaitu (1) orang pertama utama yang bercerita dengan kata-katanya sendiri, (2) orang pertama-sampingan, yaitu cerita dituturkan oleh satu karakter bukan utama (sampingan), (3) orang ketiga terbatas, yaitu pengarang mengacu pada semua karakter dan memosisikannya sebagai orang ketiga tetapi hanya menggambarkan apa yang dapat dilihat, didengar, dan dipikirkan oleh satu orang karakter saja, dan (4) orang ketiga tidak terbatas, yaitu pengarang mengacu pada setiap karakter dan memosisikannya sebagai orang ketiga. Pengarang juga dapat membuat beberapa karakter melihat, mendengar atau berpikir atau saat ketika tidak ada satu karakter pun hadir (Stanton, 1965:26-27). 1.6 Metode Penelitian Metode merupakan cara-cara, strategi untuk memahami realitas, langkahlangkah sistemis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya (Ratna, 2011:34). Metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga lebih mudah untuk dipecahkan dan dipahami (Ratna, 2011:34). Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode struktural. Metode struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat,
8 seteliti, mendetail, dan mendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna yang menyeluruh (Teeuw, 2015:106). Adapun langkah yang akan dilakukan untuk menganalisis cerpen Najmatu al-qamar karya Abd as-satta>r H{utaitah adalah sebagai berikut: (1) menerjemahkan cerpen (2) mengidentifikasi dan mendeskripsikan unsur-unsur intrinsiknya, yaitu tokoh dan penokohan, alur, latar, tema, judul, sudut pandang, dan mencari hubungan antarunsurnya dalam keterkaitan makna, dan (3) menyimpulkan dan melaporkan hasil analisis dalam bentuk tulisan. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada penelitian cerpen Najmatu al-qamar karya Abd as-satta>r H{utaitah ini terdiri dari empat bab yang masing-masing terbagi atas sub-sub bab. Bab I berisi pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika penulisan, dan pedoman transliterasi. Bab II berisi biografi pengarang dan sinopsis cerpen Najmatu al-qamar karya Abd as-satta>r H{utaitah. Bab III berisi analisis cerpen Najmatu al-qamar karya Abd as-satta>r H{utaitah meliputi fakta cerita yang terdiri dari karakter, alur dan latar; tema, sedangkan sarana sastra meliputi judul dan sudut pandang, dan keterkaitan antar unsur. Bab IV berisi kesimpulan. 1.8 Pedoman Transliterasi Translitersi Huruf Arab ke Latin yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari buku pedoman transliterasi Arab-Latin yang diterbitkan berdasarkan
9 keputusan bersama Menteri Agama dan Pendidikan dan Kebudayaan RI no: 158 th.1987 dan nomor 0543/b/u/1987. 1. Konsonan Konsonan dalam bahasa Arab dilambangkan dengan menggunakan huruf hijaiyah tetapi dalam transliterasi ini ada yang dilambangkan dengan tanda, dan sebagian yang lain dengan huruf dan tanda. Berikut daftar huruf Arab dan transliterasinya. Huruf Arab ا Nama Alif Huruf Latin tidak dilambangkan ب Ba B ت Ta T ث S a S ج Jim J ح H{a Ḥ خ Kha Kh د Dal D ذ Żal Ż ر Ra R ز Za Z س Sin S ش Syin Sy ص S{ad Ṣ ض D{ad Ḍ ط T{a Ṭ Nama Tidak dilambangkan Be Te Es (dengan titik di atas) Je Ha (dengan titik dibawah) Ka dan Ha De Zet (dengan titik di atas) Er Zet Es Es dan Ye Es (dengan titik di bawah) De (dengan titik di bawah) Te (dengan titik di bawah)
10 Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama ظ Z{a Ẓ Zet (dengan titik di bawah) ع Ain Koma terbalik ke atas Gain G غ Fa F ف Qaf Q ق Kaf K ك Lam L ل Mim M م Nun N ن Wawu W و Ha H ه ' Hamzah ء Ya Y ي Ge Ef Ki Ka El Em En We Ha Apostrof, tetapi lambang ini tidak dipergunakan untuk hamzah di awal kata Ye 2. Vokal Vokal bahasa Arab, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong, dan vokal panjang. Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnua berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut. Vokal tunggal Diftong Vokal Panjang Tanda Latin Tanda Latin Tanda Latin _ A...ي Ai...ا...ى A< I...و Au...ي I< _ U...و U<
11 : Sa >atun ساعة 3. Ta> Marbu>t}ah Transliterasi ta> marbu>t}ah ada dua, yaitu ta> marbu>t}ah hidup dan ta> marbu>t}ah mati. Ta> marbu>t}ah hidup atau mendapatkan harakat fath}ah, kasrah, atau d}ammah transliterasinya adalah /t/. Adapun ta> marbu>tah mati atau mendapatkan harakat sukun transliterasinya adalah /h/. Apabila ada kata yang berakhir dengan ta> marbu>t}ah diikuti oleh yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah maka ta> marbu>t}ah tersebut ditransliterasikan /h/. : al-madi>nah al-munawwarah املدينة املنو رة : al-madi>natul Munawarah 4. Syaddah Syaddah atau tasydi>d dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda syaddah atau tasydi>d. Dalam transliterasi, tanda syaddah itu dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah tersebut. : nazzala نز ل
12 5. Kata Sandang Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf al. kata sandang tersebut dalam tranliterasi dibedakan menjadi kata sandang yang diikuti huruf syamsiyyah dan huruf qamariyyah. Kata sandang yang diikuti huruf syamsiyyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya yaitu /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang tersebut. : asy-syamsu الش مش Adapun kata sandang yang diikuti huruf qamariyyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungan dengan tanda sempang (-). : al-qamar القمر 6. Hamzah Hamzah yang ditransliterasikan dengan apostrof hanya berlaku untuk hamzah yang terletak di tengah dan belakang. Hamzah yang terletak di depan tidak dilambangkan dengan apostrof karena dalam tulisan Arab berupa alif. : syai'un شيء : inna إن
13 7. Penulisan Kata Pada dasarnya setiap kata ditulis terpisah, tetapi ada kata kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka dalam transliterasi ini, penulisan kata tersebut bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu bisa dipisah perkata dan bisa pula diragukan. - Wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīn : وإن هللا هلو خري الر ازقني - innallāha lahuwa khairur-rāziqīn 8. Huruf Kapital Meskipun dalam sistem tulisan Arab, huruf kapital tidak dikenal dalam transliterasi ini, huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital seperti yang berlaku dalam EYD, di antaranya huruf kapital digunakan untuk menulis huruf awal, nama diri, dan permulaan kalimat. : Wa ma> Muh}ammadun illa> rasūl و ما حممد إال رسول