GANGGUAN BIPOLAR PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

REFERAT Gangguan Afektif Bipolar

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik

BIPOLAR. oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz. Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ

Gangguan Mood/Suasana Perasaan

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

GANGGUAN MOOD. dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ

MOOD DISORDER. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A / YUNITA KURNIAWATI, S.Psi., M.Psi dita.lecture.ub.ac.id

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. disertai suatu perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas. 1. Gangguan afektif bipolar adalah salah satu gangguan mood yang

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

Gangguan Afektif Bipolar episode Manik dengan Gejala Psikotik Muhammad Hazim Afif b Amirudin

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

EARLY-ONSET BIPOLAR DISORDERS. Dr. Ika Widyawati, SpKJ(K)

BUNUH DIRI DAN GANGGUAN BIPOLAR

Gangguan Suasana Perasaan. Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ

KEHIDUPAN ACARA KHUSUS: GANGGUAN BIPOLAR DIBANDINGKAN DENGAN DEPRESI UNIPOLAR

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK

GANGGUAN MOOD (ALAM PERASAAN)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. penutupan rumah sakit jiwa dan cepatnya pengeluaran pasien tanpa

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Faktor-Faktor Pendulung..., Nisa Nur Fauziah, FPSI UI, 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Gangguan Bipolar. A. Definisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB 1. PENDAHULUAN. Stres adalah satu dari konsep-konsep sentral psikiatri, walaupun istilah ini

PTSD POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan

Keterangan; a. Medical Flight Test dapat dilakukan di Simulator atau Aircraft; b. Medical Flight Test hanya untuk Penerbang. flt

Definisi & Deskripsi Skizofrenia DSM-5. Gilbert Richard Sulivan Tapilatu FK UKI

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, keduanya saling berkaitan, individu

I. Definisi I. Epidemiologi I I. Etiologi 1. Genetik

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/-

PEDOMAN DIAGNOSTIK. Berdasarkan DSM-IV-TR, klasifikasi gangguan bipolar adalah sebagai berikut:

Gangguan Penyesuaian (Adjustment Disorder)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit

Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Demensia Delirium

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB II LANDASAN TEORI. dalam aktivitas yang biasa dilakukan (Davison et al., 2007). Depresi

5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

IPAP PTSD Tambahan. Pilihan penatalaksanaan: dengan obat, psikososial atau kedua-duanya.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham),

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

NORMAL, ABNORMAL, KLASIFIKASINYA DALAM PSIKOLOGI KLINIS

EATING DISORDERS. Silvia Erfan

DEPRESI. Oleh : dr. Moetrarsi, SKF, DTM&H, SpKJ

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA

LAMPIRAN LAMPIRAN A PANDUAN WAWANCARA

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

FAKTOR PSIKOLOGIS DAN PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN Pembimbing : dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM

DSM V : GANGGUAN BIPOLAR

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III. Dr. Tribowo Tuahta Ginting S, SpKJ SMF Psikiatri RSUP Persahabatan

Modul ke: Pedologi. Skizofrenia. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK

Strategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model

BAB I PENDAHULUAN. Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI Kesenjangan. tenaga non-medis seperti dukun maupun kyai, (Kurniawan, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kognitif tertentu dapat berkembang kemudian (Sadock, 2003).

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

Transkripsi:

GANGGUAN BIPOLAR I. PENDAHULUAN Gangguan bipolar merupakan suatu gangguan yang ditandai dengan perubahan mood antara rasa girang yang ekstrem dan depresi yang parah. Pera penderita gangguan bipolar tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan emosia sehingga menyebabkan kualitas hidup mereka rusak. Mereka sulit mempertahankan suatu hubungan, memiliki kinerja kerja yang buruk, dan sulit menjalankan fungsi sosial dengan baik. Walapun tidak bisa kembali normal, seorang penderita bipolar mampu mengusahakan agar dapat pulih. Coleman (2006) mengatakan pulih berarti kemampuan seseorang untuk mempertahankan kondisi stabil agar tidak terlalu tinggi ketiak manik atau terlalu rendah ketika memasuki episode depresi. Kelainan fundamental pada kelompok gangguan ini ialah perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya ke arah depresi dengan atau tanpa anxietas yang menyertainya, atau kea rah elasi (suasana perasaan yang meningkat). Perubahan suasana perasaan ini biasanya disertai dengan suatu perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas, dan kebanyakan gejala lainnyaadalah sekunder terhadap perubahan itu atau mudah dipahami hubungannya dengan perubahan tersebut. Sebagian besar dari gangguan ini cenderung berulang, dan timbulnya episode tersendiri sering berkaitan dengan peristiwa atau situasi yang menegangkan. Hubungan antara etiologi, gejala, proses biokimia yang mendasarinya, respon terhadap terapi dan akibat dari gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) belum cukup dipahami dengan baik untuk memungkinkan klasifikasinya disepakati secara universal. Kriteria utama untuk klasifikasi gangguan afektif dipilih berdasarkan alas an praktis, yaitu untuk memungkinkan gangguan klinis yang lazim ditemukan mudah diidentifikasi. Episode tunggal dibedakan dari gangguan bipolar dan gangguan yang multipel lainnya oleh karena sebagian besar dari pasien hanya mengalami satu episode penyakit dan keparahan ditonjolkan oleh karena implikasinya bagi

terapi dan penyediaan pelayanan yang berbeda tingkatannya. Pembedaan antara kelas keparahan yang berbeda masih merupakan maslaah; ketiga kelas yaitu ringan, sedang, dan berat ditentukan di sini oleh karena banyak klinisi menginginkannya. Istilah mania dan depresi berat digunakan dalam klasifikasi ini untuk menunjukkan kedua ujung yang berlawanan dalam spectrum afektif; hipomania digunakan untuk menunjukkan suatu keadaan pertengahan tanpa waham, halusinasi atau kekacauan menyeluruh dari aktivitas normal, yang sering (meskipun tidak semata-mata) dijumpai pada pasien yang berkembang ke arah mania atau dalam penyembuhan dari mania. Menurut DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV), dua gangguan mood utama adalah gangguan depresif berat dan gangguan bipolar I. kedua gangguan ini sseringkali dinamakan ganggaun afektif tetapi patologi utama dalam gangguan ini adalah mood, yaitu keadaan emosional internal yang meresap dari seseorang, dan bukan afek yaitu ekspresif eksternal dari ini emosional saat itu. Pasien yang menderita hanya episode depresif dikatakan mengalami gangguan depresif berat. Pasien dengan episode manik dan depresif dan pasien dengan manik saja dikatakan menderita gangguan bipolar I. gangguan bipolar II ditandai oleh adanya episode depresfi berat yang berganti-ganti dengan episode hipomania, yaitu episode gejala manik yang tidak memenuhi kriteria lengkap untuk episode manik yang ditemukan pada gangguan bipolar I. Suasana perasaan/mood mungkin normal, meninggi, atau terdepresi. Orang normal mengalami berbagai macam mood dan memiliki ekspresi afektif yang sama luasnya; mereka adalah suatu kelompok kondisi klinis yang ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat. Pasien dengan mood meninggi (elevated) (yaitu mania), menunjukkan sikap meluap-luap, gagasan yang meloncat-loncat (flight of ideas), penurunan kebutuhan tidur, peninggian harga diri,dan gagasan kebesaran. Pasien dengan mood terdepresi (yaitu depresi), merasakan hilangnya energy dan minat, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, dan pikiran tentang kematian atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain adalah perubahan tingkat aktivitas, kemampuan kognitif, pembicaraan, dan fungsi vegetatif (seperti tidur,

II. nafsu makan, aktivitas seksual, dan irama biologis lainnya). Perubahan ini hampir selalu menyebabkan gangguan fungsi interpersonal, sosial, dan pekerjaan. EPIDEMIOLOGI Gangguan mood merupakan gangguan mental yang paling umum dalam populasi dewasa dengan beberapa bukti yang mengarah pada peningkatan prevalensinya. Diproyeksikan bahwa pada tahun 2020, depresi mayor merupakan gangguan yang paling banyak, juga dari segi beban pada kesejahteraan manusia yang paling besar. Sementara itu, bukti yang muncul menunjukkan bahwa gangguan bipolar mulai lebih sering terdapat daripada yang diduga sebelumnya, dalam lingkup gangguan spectrum bipolar. Laporan gangguan mood yang tersedi dari studi klinis tidak dapat mencerminkan data yang ada di populasi, karena bias seleksi, yaitu individu yang datang mencari pengobatan. Penelitian epidemiologi untuk gangguan bipolar masih terbatas. Prevalensi sepanjang hidup dilaporkan antara 0,5-1,6% dari berbagai penelitian. Sedangkan prevalensi spektrum gangguan bipolar diperkirakan 3-6% pada berbagai negara dan kultur. Onset gangguan antara 18-44 tahun dan pada umumnya risiko menurun setelah umur 50 tahun. Nampaknya tidak terdapat perbedaan prevalensi menurut jenis kelamin pada berbagai studi di berbagai negara dan berbagai kultur. Korelasi dengan status ekonomi, ras, etnis, status marital dan tempat tinggal ruralurban mendapatkan hasil yang bervariasi dan belum dapat disimpulkan. Komorbiditas pada gangguan bipolar menunjukkan hubungan yang sangat tinggi dengan berbagai gangguan psikiatrik lain, bahkan gangguan bipolar murni tanpa komorbiditas sangat jarang. Ada bukti yang kuat bahwa gangguan mood adalah familial, walaupun tidak ada data hingga kini menunjukkan gen tertentu yang bertanggung jawab untuk gangguan mood atau depresi mayor. Individu dengan gangguan mood mempunyai risiko lebih tinggi untuk bunuh diri. Banyak studi menunjukkan bahwa 90% dari korban bunuh diri mempunyai gangguan psikiatrik saat melakukan bunuh diri. Kira-kira 60% dari semua bunuh diri yang terjadi berkait dengan gangguan mood, baik itu percobaan

(attempt) maupun berhasil (completion). Walaupun demikian banyak pula individu dengan gangguan mood tidak pernah melakukan percobaan bunuh diri. III. ETIOLOGI Menurut teori stress-vulnerability model, ada beberapa resiko atau factor penyebab gangguan jiwa bipolar, yaitu: 1. Genetika dan riwayat keluarga. Penderita bipolar lebih sering dijumpai pada penderita yang mempunyai saudara atau orang tua dengan gangguan bipolar. Riwayat pada keluarga dengan penyakit bipolar bukan berarti anak atau saudara akan pasti menderita gangguan bipolar. Penelitian menunjukkan bahwa pada orang orang dengan riwayat keluarga penderita bipolar maka kemungkinannya terkena bipolar akan sedikit lebih besar dibandingkan masyarakat pada umumnya. Artinya ada factor predisposisi terhadap gangguan bipolar. Hanya saja, tanpa adanya factor pemicu, maka yang bersangkutan tidak akan terkena gangguan bipolar. Faktor predisposisi gangguan bipolar bisa terjadi juga karena anak meniru cara bereaksi yang salah dari orang tuanya yang menderita gangguan bipolar. 2. Kerentanan psikologis (psychological vulnerability). Kepribadian dan cara seseorang menghadapi masalah hidup kemungkinan juga berperanan dalam mendorong munculnya gangguan bipolar.. 3. Lingkungan yang menekan (stressful) dan kejadian dalam hidup (live events). Riwayat pelecehan, pengalaman hidup yang menekan. 4. Gangguan neurotransmitter di otak. 5. Gangguan keseimbangan hormonal. 6. Factor biologis. Ada beberapa perubahan kimia di otak yang diduga terkait dengan gangguan bipolar. Hal ini menunjukkan adanya factor biologis dalam masalah gangguan bipolar. IV. KLASIFIKASI V. GAMBARAN KLINIS

VI. VII. DIAGNOSIS Kriteria diagnosa gangguan bipolar American Psychiatric Association telah mengeluarkan kriteria untuk menegakkan diagnose depresi yang tertuang dalam Diagnostic and Statistical manual of Mental Disorders (DSM). Gangguan bipolar tipe I. Setidaknya mempunyai satu fase (episode) mania atau satu episode campuran. Penderita bipolar mungkin mengalami depresi berat (major depression) namun mungkin juga tidak karena gejala gangguan bipolar bervariasi antara satu orang dengan lainnya. Ada beberapa sub-kategori tergantung tanda dan gejalanya. Gangguan bipolar tipe II. Setidaknya mempunyai satu fase (episode) depresi dan satu episode hipomania (namun tidak mania penuh atau campuran/ mixed episode). Ada beberapa sub-kategori tergantung tanda dan gejalanya. Gangguan jiwa bipolar tipe II mempunyai gejala yang mengganggu atau membuat sipenderita mengalami kesulitan dalam beberapa area kehidupannya, seperti dalam hal kerja dan hubungan social. Gangguan cyclothymic. Penderita mengalami beberapa episode hipomania dan episode depresi, namun tidak pernah mengalami episode mania (full manic) atau depresi berat (major depression) atau episode campuran. Diagnosa cyclothymic disorder ditegakkan bila penyakit berlangsung selama 2 tahun atau lebih (setahun pada anak anak dan remaja). Selama masa itu, gejala tidak pernah hilang setidaknya selama 2 bulan. Gejala menimbulkan kesulitan atau gangguan dalam kehidupan yang bersangkutan, misalnya dalam masalah sekolah atau hubungan social. DIAGNOSA BANDING VIII. PENATALAKSANAAN IX. PROGNOSIS

X. KESIMPULAN PPDGJ III F31 GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi).

Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental lain (adanya stress tidak esensial untuk penegakan diagnosis). Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif Tidak termasuk: gangguan bipolar, episode manik tunggal F31.0 gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik Untuk menegakkan diagnosis pasti: (a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania (F30.0); dan (b) Harus ada sekurang-kurangnya episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau. F31.1 gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik Untuk menegakkan diagnosis pasti: (a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik (F30.1); dan (b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau F31.2 gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik Untuk menegakkan diagnosis pasti: (a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik (F30.2); dan

(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau F31.3 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang Untuk menegakkan diagnosis pasti: (a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan (F32.0) ataupun sedang (F32.1); dan (b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau F31.4 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik Untuk menegakkan diagnosis pasti: (a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2); dan (b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau F31.5 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikotik Untuk menegakkan diagnosis pasti: (a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3); dan (b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau F31.6 gangguan afektif bipolar, episode kini campuran Untuk menegakkan diagnosis pasti: (a) Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanik, dan depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala mania/hipomania dan depresi sama-sama mencolok selama masa terbesar

dari episode penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung sekurangkurangnya 2 minggu); dan (b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau F31.7 gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau dan ditambah sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran). F31.8 gangguan afektif bipolar lainnya F31.9 gangguan afektif bipolar ytt MARAMIS Epidemiologi Gangguan mood merupakan gangguan mental yang paling umum dalam populasi dewasa dengan beberapa bukti yang mengarah pada peningkatan prevalensinya. Diproyeksikan bahwa pada tahun 2020, depresi mayor merupakan gangguan yang paling banyak, juga dari segi beban pada kesejahteraan manusia yang paling besar. Sementara itu, bukti yang muncul menunjukkan bahwa gangguan bipolar mulai lebih sering terdapat daripada yang diduga sebelumnya, dalam lingkup gangguan spectrum bipolar. Laporan gangguan mood yang tersedi dari studi klinis tidak dapat mencerminkan data yang ada di populasi, karena bias seleksi, yaitu individu yang datang mencari pengobatan. Penelitian epidemiologi untuk gangguan bipolar masih terbatas. Prevalensi sepanjang hidup dilaporkan antara 0,5-1,6% dari berbagai penelitian. Sedangkan

prevalensi spektrum gangguan bipolar diperkirakan 3-6% pada berbagai negara dan kultur. Onset gangguan antara 18-44 tahun dan pada umumnya risiko menurun setelah umur 50 tahun. Nampaknya tidak terdapat perbedaan prevalensi menurut jenis kelamin pada berbagai studi di berbagai negara dan berbagai kultur. Korelasi dengan status ekonomi, ras, etnis, status marital dan tempat tinggal ruralurban mendapatkan hasil yang bervariasi dan belum dapat disimpulkan. Komorbiditas pada gangguan bipolar menunjukkan hubungan yang sangat tinggi dengan berbagai gangguan psikiatrik lain, bahkan gangguan bipolar murni tanpa komorbiditas sangat jarang. Ada bukti yang kuat bahwa gangguan mood adalah familial, walaupun tidak ada data hingga kini menunjukkan gen tertentu yang bertanggung jawab untuk gangguan mood atau depresi mayor. Individu dengan gangguan mood mempunyai risiko lebih tinggi untuk bunuh diri. Banyak studi menunjukkan bahwa 90% dari korban bunuh diri mempunyai gangguan psikiatrik saat melakukan bunuh diri. Kira-kira 60% dari semua bunuh diri yang terjadi berkait dengan gangguan mood, baik itu percobaan (attempt) maupun berhasil (completion). Walaupun demikian banyak pula individu dengan gangguan mood tidak pernah melakukan percobaan bunuh diri. Gangguan bipolar Perdebatan tentang subtype berpusat pada unipolar (hanya episode mania atau hanya episode depresi) dan bipolar (dimana pada seorang didapatkan kedua episode mania dan depresi); spektrum bipolar dan bipolar II, dimana Kraepelin percaya bahwa mania dapat terjadi sepanjang kontinuitas dari keparahan; keadaan nerotik atau psikotik, depresi psikotik digunakan untuk keadaan episode depresi dengan gejala psikotik dan episode depresi berat baik dengan atau tanpa gejala psikotik; dan endogen atau reaktif, depresi endogen (melankolia) disebabkan karena faktor biologi internal individu dan reaktif yang disebabkan karena faktor lingkungan eksternal. Depresi endogen diasumsikan mempunyai abnormalitas

biologi yang lebih besar, respons pada terapi somatik lebih baik, lebih banyak faktor familial dan kurang angka kejadian stres kehidupannya, lebih kurang gangguan kepribadian dan lebih episodik perjalanan penyakitnya. Gangguan bipolar I bercirikan episode manik dan depresi mayor sedangkan gangguan bipolar II bercirikan keadaan hipomanik dan episode depresi mayor. Membedakan hipomania dengan keadaan mood normal pada DSM-IV-TR dibatasi waktu 4 hari tanpa perubahan fungsi individu. Tidak jelas apakah bipolar II adalah varian dari bipolar I, varian dari gangguan depresi mayor, perjalanan penyakit dari kontinuitas antara gangguan bipolar I dan gangguan bipolar mayor atau gangguan ketiga yang berbeda. Walaupun kurang literatur yang menulis, namun nampaknya gangguan siklotimik secara familial berhubungan dengan gangguan bipolar I dan II. Gangguan bipolar I mensyaratkan adanya periode yang jelas dari perasaan yang abnormal minimal 1 minggu, gejala mania yang jelas dan lengkap sekeras gejala depresi pada periode lainnya. Gangguan bipolar II dimana terdapat syndrome depresi yang nyata tetapi hanya ada episode hipomanik. Kontroversi tentang keadaan unipolar dan bipolar belum berakhir, Hagop Akiskal et al. (2003) mendukung adanya spektrum luas dari bipolar. Spektrum ini mulai dari bipolar I, bipolar II hingga cyclothymia dan bercampur dengan hipertimik pada populasi normal. Temperamen hipertimik dicirikan dengan jovialitas, sosiabilitas, optimisme, percaya diri dan suka berpetualang. Ada bukti-bukti yang menguat bahwa paling tidak ada subgroup yang juga penting dari pasien dengan gangguan kepribadian perbatasan (borderline personality disorder) yang seharusnya masuk juga dalam spektrum dari gangguan bipolar ringan (soft bipolar disorders). KAPLAN Diagnosis Gangguan bipolar I

DSM-IV-TR berisi daftar kriteria terpisah episode manik. Kriteria DSM-IV-TR membutuhkan adanya suatu periode mood abnormal yang khas dan bertahan sedikitnya selama 1 minggu dan mencakup diagnosis gangguan bipolar I yang terpisah untuk satu episode manik dan jenis episode berulang khusus, berdasarkan gejala episode terkini. Sebutan gangguan bipolar I sinonim dengan yang dikenal sebagai gangguan bipolar yaitu suatu sindrom dengan seluruh gejala mania terjadi selama perjalanan gangguan ini. DSM-IV-TR merumuskan kriteria diagnostik gangguan bipolar II; gangguan ini ditandai dengan episode depresif dan episode hipomanik selama perjalanan gangguan, tetapi episode gejala lir-manik tidak benar-benar memenuhi kriteria seluruh sindrom manik. DSM-IV-TR secara spesifik menyatakan bahwa episode manik yang dengan jelas dicetuskan terapi antidepresan (contohnya, famakoterapi, terapi elektrokonvulsiff [ECT] tidak menunjukkan adanya gangguan bipolar I. Gangguan bipolar I, episode manik tunggal Menurut DSM-IV-TR, pasien harus mengalami episode manik yang pertama untuk memenuhi kriteria diagnostik gangguan bipolar I, episode manik tunggal. Persyaratan ini berdasarkan fakta bahwa pasien yang mengalami episode pertama gangguan bipolar I depresi tidak dapat dibedakan dengan pasien dengan gangguan depresif berat. Gangguan bipolar I, berulang Persoalan mengenai penentuan akhir suatu episode depresi juga diterapkan untuk menentukan akhir suatu episode mania. Dalam DSM-IV-TR, episode dianggap terpisah jika dipisahkan selama setidaknya 2 bulan tanpa gejala mania atau hipomania yang bermakna. DSM-IV-TR menentukan kriteria diagnostik gangguan bipolar I berulang berdasarkan gejala episode terkini: gangguan bipolar I, episode kini manik; gangguan bipolar I, episode terkini hipomanik; gangguan bipolar I, episode terkini depresi; gangguan bipolar I, episode terkini campuran; gangguan bipolar I, episode terkini tidak tergolongkan,

Gangguan bipolar II Kriteria diagnostik gangguan bipolar II menentukan keparahan, frekuensi, serta lama gejala hipomanik tertentu. Kriteria diagnostik episode hipomanik disusun terpisah dengan kriteria gangguan bipolar. Kriteria ditetapkan untuk menurunkan diagnosis berlebihan episode hipomanik serta penggolongan yang tidak benar untuk pasien dengan gangguan depresif berat sebagai gangguan bipolar II. Secara klinis, psikiater mungkin merasa sulit membedakan eutimia dengan hipomania pada pasien depresi kronis selama beberapa bulan atau tahun. Seperti pada gangguan bipolar I, episode hipomanik yang dicetuskan antidepresan tidak bersifat diagnostik untuk gangguan bipolar II. Gambaran klinis Dua pola gejala dasar di dalam gangguan mood adalah gejala yang terdapat pada depresi dan mania. Episode depresif dapat terjadi pada gangguan depresif berat dan gangguan bipolar I. Pada banyak studi, para peneliti berupaya mencari perbedaan yang dapat diandalkan antara gangguan bipolar I episode depresif dan episode gangguan depresif berat, tetapi perbedaan tersebut sukar ditentukan. Pada suatu situasi klinis, hanya riwayat pasien, riwayat keluarga, dan perjalanan gangguan masa mendatang yang dapat membantu membedakan kedua keadaan tersebut. Sejumlah pasien dengan gangguan bipolar I memiliki keadaan campuran dengan ciri manik dan depresif, serta beberapa dari mereka tampaknya mengalami episode singkat beberapa menit sampai beberapa jam episode depresi selama episode manik. Gangguan bipolar I Perjalanan gangguan. Riwayat alami gangguan bipolar I sedemikian rupa sehingga sering berguna untuk menggambarkan gangguan pasien dan membuatnya tetap up to date seiring berkembangnya terapi. Walaupun gangguan siklotimik kadang-kadang

didiagnosis belakangan pada pasien dengan gangguan bipolar I, tidak ada cirri kepribadian yang teridentifikasi yang dikaitkan dengan gangguan bipolar I. Gangguan bipolar I sering dimulai dengan depresi (75% pada perempuan, 67% pada laki-laki) dan merupakan gangguan berulang. Sebagian besar pasien mengalami episode depresif dan manik, walaupun 10-20% hanya megalami episode manik. Episode manik khususnya memiliki awitan cepat (jam atau hari) tetapi dapat berkembang selama beberapa minggu. Episode manik yang tidak diobati dapat bertahan selama 3 bulan; sehingga klinisi sebaiknya tidak menghentikan obat sebelum waktu tersebut. Sembilan puluh persen orang yang memiliki satu episode manik cenderung mengalaminya lagi. Ketika gangguan berkeembang, waktu antarepisode sering berkurang. Meskipun demikian, setelah sekitar lima episode interval antarepisode sering menjadi stabil antara 6 sampai 9 bulan. Lima hingga 15 persen orang dengan gangguan bipolar memiliki empat episode atau lebih tiap tahun dan dapat diklasifikasikan sebagai siklus cepat. Gangguan bipolar I pada anak dan orang tua Gangguan bipolar I dapat terjadi baik pada orang tua atau orang yang sangat muda. Insiden gangguan bipolar I pada anak dan remaja sekitar 1 persen dan awitan bisa terjadi sedini 8 tahun. Diagnosis yang salah yang biasa ditegakkan adalah skizifrenia dan gangguan defian oposisional. Gangguan bipolar I dengan awitan yang sedemikian dini berkaitan dengan prognosis buruk. Gejala manik lazim terdapat padaorang lanjut usia walaupun kisaran penyebabnya luas dan mencakup keadaan medis nonpsikiatri, demensia, delirium, serta gangguan bipolar I. Data yang tersedia saat ini menunjukkan bahwa awitan gangguan bipolar I yang sesungguhnya pada orang lanjut usia relative tidak lazim. Prognosis Pasien dengan gangguan bipolar I memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan pasien dengan gangguan depresif berat. Sekitar 40 sampai 50 persen pasien gangguan bipolar I dapat mengalami episode manik kedua dalam 2 tahun

sejak episode pertama. Walaupun profilaksis litium (Eskalith) memperbaiki perjalanan gangguan serta prognosis gangguan bipolar I, kemungkinan hanya 50-60% pasien memperoleh kendali bermakna gejalanya terhadap litium. Satu studi pemantauan lanjutan 4 tahun pada pasien dengan gangguan bipolar I menemukan bahwa status pekerjaan pramorbid yang buruk, ketergantungan alkohol, ciri psikotik, ciri depresif, ciri depresif antarepisode, serta jenis kelamin laki-laki merupakan faktor yang membuat prognosis buruk. Lama episode manik yang singkat, awitan pada usia lanjut, sedikit pikiran bunuh diri, serta sedikit masalah medis atau psikiatri yang juga timbul bersamaan merupakan faktor yang membuat prognosis baik. Sekitar 7 persen pasien dengan gangguan bipolar I tidak kambuh; 45 persen memiliki lebih dari satu episode dan 40 persen memiliki gangguan kronik. Pasien dapat memiliki 2 samapi 30 episode manik walaupun rata-rata jumlahnya sekitar sembilan.sekitar 40 persen pasien memiliki lebih dari sepuluh episode. Pada pemantauan lanjutan jangka panjang, 15 persen pasien dengan gangguan bipolar I membaik, 45 persen membaik tetapi mengalami kekambuhan beberapa kali, 30 persen dalam remisi sebagian, dan 10 persen sakit kronis. Sepertiga pasien dengan gangguan bipolar I memiliki gejala kronik dan bukti adanya penurunan sosial yang bermakna. Gangguan bipolar II Perjalanan gangguan dan prognosis gangguan bipolar II baru akan mulai dipelajari. Meskipun demikian, data pendahuluan menunjukkan bahwa diagnosisnya stabil, seperti yang ditunjukkan oleh kemungkinan tinggi bahwa pasien dengan gangguan bipolar II akan memiliki diagnosis yang sama sampai lima tahun kemudian. Dengan demikian, data menunjukkan bahwa gangguan bipolar II adalah penyakit kronik yang memerlukan strategi terapi jangka panjang.

PPDGJ III F31 GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental lain (adanya stress tidak esensial untuk penegakan diagnosis). Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif Tidak termasuk: gangguan bipolar, episode manik tunggal F31.0 gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik Untuk menegakkan diagnosis pasti: (c) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania (F30.0); dan (d) Harus ada sekurang-kurangnya episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau. F31.1 gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik

Untuk menegakkan diagnosis pasti: (c) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik (F30.1); dan (d) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau F31.2 gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik Untuk menegakkan diagnosis pasti: (c) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik (F30.2); dan (d) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau F31.3 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang Untuk menegakkan diagnosis pasti: (c) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan (F32.0) ataupun sedang (F32.1); dan (d) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau F31.4 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik Untuk menegakkan diagnosis pasti: (c) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2); dan (d) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau F31.5 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikotik Untuk menegakkan diagnosis pasti:

(c) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3); dan (d) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau F31.6 gangguan afektif bipolar, episode kini campuran Untuk menegakkan diagnosis pasti: (c) Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanik, dan depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala mania/hipomania dan depresi sama-sama mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung sekurangkurangnya 2 minggu); dan (d) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau F31.7 gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau dan ditambah sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran). F31.8 gangguan afektif bipolar lainnya F31.9 gangguan afektif bipolar ytt MARAMIS Epidemiologi

Gangguan mood merupakan gangguan mental yang paling umum dalam populasi dewasa dengan beberapa bukti yang mengarah pada peningkatan prevalensinya. Diproyeksikan bahwa pada tahun 2020, depresi mayor merupakan gangguan yang paling banyak, juga dari segi beban pada kesejahteraan manusia yang paling besar. Sementara itu, bukti yang muncul menunjukkan bahwa gangguan bipolar mulai lebih sering terdapat daripada yang diduga sebelumnya, dalam lingkup gangguan spectrum bipolar. Laporan gangguan mood yang tersedi dari studi klinis tidak dapat mencerminkan data yang ada di populasi, karena bias seleksi, yaitu individu yang datang mencari pengobatan. Penelitian epidemiologi untuk gangguan bipolar masih terbatas. Prevalensi sepanjang hidup dilaporkan antara 0,5-1,6% dari berbagai penelitian. Sedangkan prevalensi spektrum gangguan bipolar diperkirakan 3-6% pada berbagai negara dan kultur. Onset gangguan antara 18-44 tahun dan pada umumnya risiko menurun setelah umur 50 tahun. Nampaknya tidak terdapat perbedaan prevalensi menurut jenis kelamin pada berbagai studi di berbagai negara dan berbagai kultur. Korelasi dengan status ekonomi, ras, etnis, status marital dan tempat tinggal ruralurban mendapatkan hasil yang bervariasi dan belum dapat disimpulkan. Komorbiditas pada gangguan bipolar menunjukkan hubungan yang sangat tinggi dengan berbagai gangguan psikiatrik lain, bahkan gangguan bipolar murni tanpa komorbiditas sangat jarang. Ada bukti yang kuat bahwa gangguan mood adalah familial, walaupun tidak ada data hingga kini menunjukkan gen tertentu yang bertanggung jawab untuk gangguan mood atau depresi mayor. Individu dengan gangguan mood mempunyai risiko lebih tinggi untuk bunuh diri. Banyak studi menunjukkan bahwa 90% dari korban bunuh diri mempunyai gangguan psikiatrik saat melakukan bunuh diri. Kira-kira 60% dari semua bunuh diri yang terjadi berkait dengan gangguan mood, baik itu percobaan (attempt) maupun berhasil (completion). Walaupun demikian banyak pula individu dengan gangguan mood tidak pernah melakukan percobaan bunuh diri.

Gangguan bipolar Perdebatan tentang subtype berpusat pada unipolar (hanya episode mania atau hanya episode depresi) dan bipolar (dimana pada seorang didapatkan kedua episode mania dan depresi); spektrum bipolar dan bipolar II, dimana Kraepelin percaya bahwa mania dapat terjadi sepanjang kontinuitas dari keparahan; keadaan nerotik atau psikotik, depresi psikotik digunakan untuk keadaan episode depresi dengan gejala psikotik dan episode depresi berat baik dengan atau tanpa gejala psikotik; dan endogen atau reaktif, depresi endogen (melankolia) disebabkan karena faktor biologi internal individu dan reaktif yang disebabkan karena faktor lingkungan eksternal. Depresi endogen diasumsikan mempunyai abnormalitas biologi yang lebih besar, respons pada terapi somatik lebih baik, lebih banyak faktor familial dan kurang angka kejadian stres kehidupannya, lebih kurang gangguan kepribadian dan lebih episodik perjalanan penyakitnya. Gangguan bipolar I bercirikan episode manik dan depresi mayor sedangkan gangguan bipolar II bercirikan keadaan hipomanik dan episode depresi mayor. Membedakan hipomania dengan keadaan mood normal pada DSM-IV-TR dibatasi waktu 4 hari tanpa perubahan fungsi individu. Tidak jelas apakah bipolar II adalah varian dari bipolar I, varian dari gangguan depresi mayor, perjalanan penyakit dari kontinuitas antara gangguan bipolar I dan gangguan bipolar mayor atau gangguan ketiga yang berbeda. Walaupun kurang literatur yang menulis, namun nampaknya gangguan siklotimik secara familial berhubungan dengan gangguan bipolar I dan II. Gangguan bipolar I mensyaratkan adanya periode yang jelas dari perasaan yang abnormal minimal 1 minggu, gejala mania yang jelas dan lengkap sekeras gejala depresi pada periode lainnya. Gangguan bipolar II dimana terdapat syndrome depresi yang nyata tetapi hanya ada episode hipomanik. Kontroversi tentang keadaan unipolar dan bipolar belum berakhir, Hagop Akiskal et al. (2003) mendukung adanya spektrum luas dari bipolar. Spektrum ini mulai dari bipolar I, bipolar II hingga cyclothymia dan bercampur dengan hipertimik pada populasi normal. Temperamen hipertimik dicirikan dengan jovialitas, sosiabilitas, optimisme, percaya diri dan suka berpetualang. Ada bukti-bukti yang

menguat bahwa paling tidak ada subgroup yang juga penting dari pasien dengan gangguan kepribadian perbatasan (borderline personality disorder) yang seharusnya masuk juga dalam spektrum dari gangguan bipolar ringan (soft bipolar disorders). KAPLAN Diagnosis Gangguan bipolar I DSM-IV-TR berisi daftar kriteria terpisah episode manik. Kriteria DSM-IV-TR membutuhkan adanya suatu periode mood abnormal yang khas dan bertahan sedikitnya selama 1 minggu dan mencakup diagnosis gangguan bipolar I yang terpisah untuk satu episode manik dan jenis episode berulang khusus, berdasarkan gejala episode terkini. Sebutan gangguan bipolar I sinonim dengan yang dikenal sebagai gangguan bipolar yaitu suatu sindrom dengan seluruh gejala mania terjadi selama perjalanan gangguan ini. DSM-IV-TR merumuskan kriteria diagnostik gangguan bipolar II; gangguan ini ditandai dengan episode depresif dan episode hipomanik selama perjalanan gangguan, tetapi episode gejala lir-manik tidak benar-benar memenuhi kriteria seluruh sindrom manik. DSM-IV-TR secara spesifik menyatakan bahwa episode manik yang dengan jelas dicetuskan terapi antidepresan (contohnya, famakoterapi, terapi elektrokonvulsiff [ECT] tidak menunjukkan adanya gangguan bipolar I. Gangguan bipolar I, episode manik tunggal Menurut DSM-IV-TR, pasien harus mengalami episode manik yang pertama untuk memenuhi kriteria diagnostik gangguan bipolar I, episode manik tunggal. Persyaratan ini berdasarkan fakta bahwa pasien yang mengalami episode pertama

gangguan bipolar I depresi tidak dapat dibedakan dengan pasien dengan gangguan depresif berat. Gangguan bipolar I, berulang Persoalan mengenai penentuan akhir suatu episode depresi juga diterapkan untuk menentukan akhir suatu episode mania. Dalam DSM-IV-TR, episode dianggap terpisah jika dipisahkan selama setidaknya 2 bulan tanpa gejala mania atau hipomania yang bermakna. DSM-IV-TR menentukan kriteria diagnostik gangguan bipolar I berulang berdasarkan gejala episode terkini: gangguan bipolar I, episode kini manik; gangguan bipolar I, episode terkini hipomanik; gangguan bipolar I, episode terkini depresi; gangguan bipolar I, episode terkini campuran; gangguan bipolar I, episode terkini tidak tergolongkan, Gangguan bipolar II Kriteria diagnostik gangguan bipolar II menentukan keparahan, frekuensi, serta lama gejala hipomanik tertentu. Kriteria diagnostik episode hipomanik disusun terpisah dengan kriteria gangguan bipolar. Kriteria ditetapkan untuk menurunkan diagnosis berlebihan episode hipomanik serta penggolongan yang tidak benar untuk pasien dengan gangguan depresif berat sebagai gangguan bipolar II. Secara klinis, psikiater mungkin merasa sulit membedakan eutimia dengan hipomania pada pasien depresi kronis selama beberapa bulan atau tahun. Seperti pada gangguan bipolar I, episode hipomanik yang dicetuskan antidepresan tidak bersifat diagnostik untuk gangguan bipolar II. Gambaran klinis Dua pola gejala dasar di dalam gangguan mood adalah gejala yang terdapat pada depresi dan mania. Episode depresif dapat terjadi pada gangguan depresif berat dan gangguan bipolar I. Pada banyak studi, para peneliti berupaya mencari perbedaan yang dapat diandalkan antara gangguan bipolar I episode depresif dan episode gangguan depresif berat, tetapi perbedaan tersebut sukar ditentukan. Pada suatu situasi klinis, hanya riwayat pasien, riwayat keluarga, dan perjalanan gangguan masa mendatang yang dapat membantu membedakan kedua keadaan

tersebut. Sejumlah pasien dengan gangguan bipolar I memiliki keadaan campuran dengan ciri manik dan depresif, serta beberapa dari mereka tampaknya mengalami episode singkat beberapa menit sampai beberapa jam episode depresi selama episode manik. Gangguan bipolar I Perjalanan gangguan. Riwayat alami gangguan bipolar I sedemikian rupa sehingga sering berguna untuk menggambarkan gangguan pasien dan membuatnya tetap up to date seiring berkembangnya terapi. Walaupun gangguan siklotimik kadang-kadang didiagnosis belakangan pada pasien dengan gangguan bipolar I, tidak ada cirri kepribadian yang teridentifikasi yang dikaitkan dengan gangguan bipolar I. Gangguan bipolar I sering dimulai dengan depresi (75% pada perempuan, 67% pada laki-laki) dan merupakan gangguan berulang. Sebagian besar pasien mengalami episode depresif dan manik, walaupun 10-20% hanya megalami episode manik. Episode manik khususnya memiliki awitan cepat (jam atau hari) tetapi dapat berkembang selama beberapa minggu. Episode manik yang tidak diobati dapat bertahan selama 3 bulan; sehingga klinisi sebaiknya tidak menghentikan obat sebelum waktu tersebut. Sembilan puluh persen orang yang memiliki satu episode manik cenderung mengalaminya lagi. Ketika gangguan berkeembang, waktu antarepisode sering berkurang. Meskipun demikian, setelah sekitar lima episode interval antarepisode sering menjadi stabil antara 6 sampai 9 bulan. Lima hingga 15 persen orang dengan gangguan bipolar memiliki empat episode atau lebih tiap tahun dan dapat diklasifikasikan sebagai siklus cepat. Gangguan bipolar I pada anak dan orang tua Gangguan bipolar I dapat terjadi baik pada orang tua atau orang yang sangat muda. Insiden gangguan bipolar I pada anak dan remaja sekitar 1 persen dan

awitan bisa terjadi sedini 8 tahun. Diagnosis yang salah yang biasa ditegakkan adalah skizifrenia dan gangguan defian oposisional. Gangguan bipolar I dengan awitan yang sedemikian dini berkaitan dengan prognosis buruk. Gejala manik lazim terdapat padaorang lanjut usia walaupun kisaran penyebabnya luas dan mencakup keadaan medis nonpsikiatri, demensia, delirium, serta gangguan bipolar I. Data yang tersedia saat ini menunjukkan bahwa awitan gangguan bipolar I yang sesungguhnya pada orang lanjut usia relative tidak lazim. Prognosis Pasien dengan gangguan bipolar I memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan pasien dengan gangguan depresif berat. Sekitar 40 sampai 50 persen pasien gangguan bipolar I dapat mengalami episode manik kedua dalam 2 tahun sejak episode pertama. Walaupun profilaksis litium (Eskalith) memperbaiki perjalanan gangguan serta prognosis gangguan bipolar I, kemungkinan hanya 50-60% pasien memperoleh kendali bermakna gejalanya terhadap litium. Satu studi pemantauan lanjutan 4 tahun pada pasien dengan gangguan bipolar I menemukan bahwa status pekerjaan pramorbid yang buruk, ketergantungan alkohol, ciri psikotik, ciri depresif, ciri depresif antarepisode, serta jenis kelamin laki-laki merupakan faktor yang membuat prognosis buruk. Lama episode manik yang singkat, awitan pada usia lanjut, sedikit pikiran bunuh diri, serta sedikit masalah medis atau psikiatri yang juga timbul bersamaan merupakan faktor yang membuat prognosis baik. Sekitar 7 persen pasien dengan gangguan bipolar I tidak kambuh; 45 persen memiliki lebih dari satu episode dan 40 persen memiliki gangguan kronik. Pasien dapat memiliki 2 samapi 30 episode manik walaupun rata-rata jumlahnya sekitar sembilan.sekitar 40 persen pasien memiliki lebih dari sepuluh episode. Pada pemantauan lanjutan jangka panjang, 15 persen pasien dengan gangguan bipolar I membaik, 45 persen membaik tetapi mengalami kekambuhan beberapa kali, 30 persen dalam remisi sebagian, dan 10 persen sakit kronis. Sepertiga pasien dengan

gangguan bipolar I memiliki gejala kronik dan bukti adanya penurunan sosial yang bermakna. Gangguan bipolar II Perjalanan gangguan dan prognosis gangguan bipolar II baru akan mulai dipelajari. Meskipun demikian, data pendahuluan menunjukkan bahwa diagnosisnya stabil, seperti yang ditunjukkan oleh kemungkinan tinggi bahwa pasien dengan gangguan bipolar II akan memiliki diagnosis yang sama sampai lima tahun kemudian. Dengan demikian, data menunjukkan bahwa gangguan bipolar II adalah penyakit kronik yang memerlukan strategi terapi jangka panjang.

http://penelitian.unair.ac.id/artikel_dosen_kelainan%20neurokimiawi%20otak% 20pada%20Gangguan%20Bipolar_4076_3284 http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/bipolar-disorder.pdf http://ajp.psychiatryonline.org/article.aspx?articleid=1151599 (AJP)

http://penelitian.unair.ac.id/artikel_dosen_kelainan%20neurokimiawi%20otak% 20pada%20Gangguan%20Bipolar_4076_3284 http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/bipolar-disorder.pdf http://ajp.psychiatryonline.org/article.aspx?articleid=1151599 (AJP)