4. Hasil dan Pembahasan

dokumen-dokumen yang mirip
Bab IV Pembahasan. Gambar IV 1 alat pirolisator sederhana

Bab IV Pembahasan. Pembuatan Asap cair

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

Bab III Metodologi III.1 Alat dan Bahan III.1.1 Alat yang digunakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

Bab III Metodologi Penelitian

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Tinjauan Pustaka. 2.1 Asap Cair Cara Pembuatan Asap Cair

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. Hasil dan Pembahasan

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris

BAB 3 METODE PENELITIAN

4. Hasil dan Pembahasan

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

5013 Sintesis dietil 2,6-dimetil-4-fenil-1,4-dihidropiridin-3,5- dikarboksilat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 Hasil dan pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

4. Hasil dan Pembahasan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

3 Metodologi Penelitian

Noda tidak naik Minyak 35 - Noda tidak naik Minyak 39 - Noda tidak naik Minyak 43

4. Hasil dan Pembahasan

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

3 Metodologi Penelitian

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DALAM FRAKSI NON-POLAR DARI TANAMAN PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk)

5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

4002 Sintesis benzil dari benzoin

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus April 2013, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

3 Percobaan. Garis Besar Pengerjaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

Senyawa 1 C7H8O2 Spektrum IR senyawa C7H8O2. Spektrum 13 C NMR senyawa C7H8O2

5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

4013 Sintesis benzalasetofenon dari benzaldehida dan asetofenon

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan

DR. Harrizul Rivai, M.S. Lektor Kepala Kimia Analitik Fakultas Farmasi Universitas Andalas. 28/03/2013 Harrizul Rivai

Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography)

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK : Identifikasi Gugus Fungsional Senyawa Organik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4010 Sintesis p-metoksiasetofenon dari anisol

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

5001 Nitrasi fenol menjadi 2-nitrofenol dan 4-nitrofenol

Karakterisasi Asap Cair dari Daun dan Kulit Buah Pisang (Musa paradisiacal) SKRIPSI. Angga Nugraha

BAB III METODE PENELITIAN

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Penentuan struktur senyawa organik

Lampiran 1 Bagan alir lingkup kerja penelitian

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. blender, ukuran partikel yang digunakan adalah ±40 mesh, atau 0,4 mm.

4. Hasil dan Pembahasan

Bab III Metodologi Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Desain dan Sintesis Amina Sekunder

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah disintesis tiga cairan ionik

Transkripsi:

4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Asap Cair Asap cair dari kecubung dibuat dengan teknik pirolisis, yaitu dekomposisi secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya. Alat yang digunakan untuk membuat asap cair diberi nama pirolisator yang terdiri dari bunsen, kaleng pemanasan, pipa gelas dengan kondensor yang menyatu dan botol penampungan. Rangkaian alat yang digunakan untuk membuat asap cair dari kecubung terlihat pada Gambar 4.1. Gambar 4. 1 Alat pirolisator Pada pembuatan asap cair dengan metode pirolisis, api tidak langsung kontak dengan kecubung. Walau tidak langsung menyentuh api, kecubung dalam kaleng mengeluarkan asap. Karena kaleng tertutup rapat, asap terperangkap dalam kaleng. Lama-kelamaan asap dalam kaleng semakin tebal akibatnya asap terdorong ke pipa kondensor. Asap dalam bentuk gas berubah wujud menjadi cair. Cairan asap dialirkan ke bawah kondensor yang telah disediakan tempat penampungan di bagian ujung kondensor berupa botol. Asap cair baru dihasilkan pada menit ke-10, setelah nyala api menjadi berwarna biru. Sebelum asap mencair, pada botol penampungan terlebih dahulu dihasilkan asap putih. Dan beberapa menit kemudian asap cair menetes karena terjadi proses kondensasi. Kondisi alat pada saat asap mulai mencair adalah pada suhu pemanasan 280 o C (dengan cara mengukur suhu kaleng bagian bawah), suhu kaleng bagian atas 70 o C dan suhu leher kondensor mencapai 42 o C. Pada menit ke-45, proses pencairan asap berhenti, walaupun proses pemanasan terus dilakukan. Indikator yang menunjukan proses pembuatan asap cair telah selesai adalah 20

penetesan asap cair sudah berhenti, suhu leher kondensor menurun dari 42 o C menjadi 24 o C dan suhu kaleng atas menjadi 54 o C. Asap cair yang dihasilkan berwarna coklat dan masih mengandung tar, bau asap masih tercium sangat kuat pada asap cair tersebut. Gambar asap cair yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 4.2. Gambar 4. 2 Asap cair hasil pirolisis Setelah disimpan selama dua minggu, tar mengendap. Pada asap cair tersebut selain mengendap, tar menempel pada dinding kaca botol. Hasil dekantasi dari asap cair kemudian disaring menggunakan kertas saring menghasilkan asap cair yang bebas dari tar. volume asap cair yang dihasilkan sebanyak 80 ml untuk asap cair daun kecubung. Sedangkan untuk asap cair bunga kecubung dihasilkan asap cair sebanyak 30 ml. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.3. Gambar 4. 3 Asap cair hasil dekantasi dan penyaringan Asap cair larut sempurna dalam metanol. Dalam kloroform asap cair membentuk dua fasa dan dalam aseton tidak larut dan warnanya keruh. Pada penelitian ini, dari 38,873 g bunga kecubung dihasilkan asap cair sebanyak 30 ml. Sedangkan dari 40,931 g daun kecubung dihasilkan 80 ml asap cair. Jadi untuk 1 kg bunga kecubung asap cair yang dihasilkan adalah 771,66 x 10-3 ml atau 0,7717 l. dan untuk 1 kg 21

daun kecubung asap cair yang dihasilkan adalah 1954,5 x 10-3 ml atau 1,95 l. Maka rendemen asap cair yang dihasilkan adalah 0,77 ml dalam 1 g bunga kecubung dan 1,95 ml dalam 1 g daun kecubung. Rendemen yang diperoleh untuk bunga kecubung lebih kecil dibandingkan dengan daun kecubung. Hal ini dapat diakibatkan oleh beberapa faktor. Faktor yang paling berpengaruh adalah suhu pemanasan, proses pendinginan dan ukuran partikel kecubung. Untuk memperoleh produk asap cair atau cuka kayu dengan rendemen tinggi, pemanasan sebaiknya dilakukan sampai 400 o C. Pada penelitian ini pemanasan dengan menggunakan bunsen, suhu maksimum hanya 280 o C yang mengakibatkan rendemen yang diperoleh sangat kecil. Asap cair yang dihasilkan dari pirolisis didinginkan supaya menjadi cairan. Produk asap cair ini juga dipengaruhi oleh teknik pendinginan asap. Rendemen cuka kayu atau asap cair akan tinggi jika teknik pendinginan dengan media air yang disirkulasikan (30-45%). Pada penelitian ini, sirkulasi air dilakukan dengan mengalirkan air ledeng ke dalam pipa kondensor. Ukuran partikel kecubung pada penelitian ini relatif besar-besar, sehingga luas permukaannya menjadi lebih kecil dan berakibat pada rendahnya rendemen yang dihasilkan. 4.2 Pemurnian Asap Cair Setelah dilakukan destilasi, warna asap cair berubah dari warna coklat menjadi kuning. Walaupun baunya tidak sehebat asap cair yang dihasilkan langsung dari pirolisis. Destilat mulai menetes pada suhu 88 o C, suhu naik terus hingga konstan pada suhu 97 o C. Gambar destilat hasil destilasi asap cair tertera pada Gambar 4.4. Gambar 4. 4 Hasil destilasi asap cair Residu dari hasil destilasi barwarna hitam pekat (Gambar 4.5), hal ini berarti bahwa bahwa asap cair yang dihasilkan langsung dari pirolisis masih mengandung tar yang bebahaya bagi kesehatan. 22

Pemurnian asap cair bertujuan memisahkan tar dari asap cair, sehingga asap cair menjadi lebih aman bila digunakan sebagai pengawet. Dari hasil distilasi diperoleh residu berupa tar yang sangat kental dan hitam. Residu yang dihasilkan terlihat pada Gambar 4.5. Gambar 4. 5 Residu hasil distilasi asap cair 4.3 Karakterisasi Asap Cair 4.3.1 Spektrofotometri Inframerah Pada spektrum FTIR dari asap cair bunga dan daun kecubung terdapat gugus O-H, indikasinya adalah adanya vibrasi ulur O-H pada serapan dengan bilangan gelombang 3441,01 cm -1 dan vibrasi tekuk O-H terjadi pada serapan dengan bilangan gelombang 1409,49 cm -1. Serapan gugus O-H yang muncul memiliki pita serapan yang melebar. Dengan melebarnya pita serapan 3441,01 cm -1 untuk bunga kecubung dan 3442,94 cm -1 untuk daun kecubung menunjukan adanya ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen yang ada dalam asap cair bisa terjadi karena adanya ikatan hidrogen antar molekul atau intra molekul dan telah diketahui bahwa asap cair yang dihasilkan berupa campuran beberapa senyawa bukan senyawa murni. Serapan pada bilangan gelombang 1639,49 cm -1 baik itu pada bunga kecubung ataupun pada daun kecubung menunjukan adanya gugus karbonil, walaupun secara umum serapan dari vibrasi ulur C = O muncul pada daerah antara 1640 1820 cm -1. Serapan gugus karbonil berada diluar range 1640 1820 cm -1 karena diakibatkan adanya interaksi antara molekul yang mempengaruhi pergeseran frekuensi vibrasi. Dari spektrum inframerah dapat disimpulkan adanya gugus fungsi berdasarkan serapan pada bilangan gelombang tertentu. Bilangan gelombang untuk beberapa gugus fungsi berbeda, tergantung pada jenis vibrasinya. Serapan untuk beberapa gugus fungsi disajikan pada Tabel 4. 1. 23

Tabel 4. 1 Serapan bilangan gelombang Panjang Gelombang Bilangan Gelombang Ikatan yang menyebabkan absorpsi 2,7 3,3 µm 3750 3000 cm -1 Regang O-H, N-H 3,0 3,4 µm 3300 2900 cm -1 -C=, C-H, C=C-H, Ar-H, regang C-H 3,3 3,7 µm 3000 2700 cm -1 -CH 3, -CH 2 -, C-H 4,2 4,9 µm 2400 2100 cm -1 Regang C=C, C=N 5,3 6,1 µm 1900 1600 cm -1 Regang C=O (asam, aldehida, keton, amida, ester, anhidrida) 5,9 6,2 µm 1675 1500 cm -1 Regang C=C (alifatik dan aromatik), C=N 6,8 7,7 µm 1475 1300 cm -1 Lentur C-H 10,0 15,5 µm 1000 650 cm -1 Lentur C=C,Ar-H (luar bidang) Faktor yang berpengaruh pada vibrasi ulur C = O adalah keadaan fisik, pengaruh elektronik dan massa gugus-gugus yang bertetangga, konyugasi, ikatan hidrogen baik intramolekul ataupun antar molekul, serta regangan cincin. Karena asap cair bersifat campuran, kemungkinan besar gugus karbonil yang ada dalam asap cair dipengaruhi oleh konyugasi, gugus yang bertetangga ataupun adanya ikatan hidrogen. Sehingga untuk memperjelas adanya gugus karbonil dalam asap cair diperlukan data pendukung seperti data NMR atau analisis kimia lainnya. Selain adanya gugus O H dan gugus karbonil, asap cair juga mengandung gugus eter (C O) dengan serapan terjadi pada spektrum IR bunga kecubung di daerah 1274,95 cm -1. Sedangkan pada spektrum IR daun kecubung tidak ditemukan adanya puncak yang menunjukan adanya gugus eter (C O) Asap cair hasil distilasi mempunyai gugus fungsi yang sama dengan asap cair hasil pirolisis langsung, yaitu adanya serapan gugus O H pada 3441,01 cm -1 baik untuk untuk spektrum IR bunga kecubung maupun daun kecubung, gugus karbonil pada 1639,49 cm -1 pada spektrum IR bunga kecubung dan 1635,54 cm -1 pada spektrum daun kecubung. 24

4.3.2 spektrofotometri UV-Vis Dari hasil pengukuran dengan menggunakan spektroskopi UV-Vis didapatkan suatu kurva hubungan antara Absorban dengan panjang gelombang. Kurva UV Vis hasil pengukuran destilat bunga kecubung, menunjukan adanya gugus fenol seperti yang ditunjukan pada spektrum hasil pengukuran dengan menggunakan FTIR. Gugus tersebut ditunjukan pada panjang gelombang 228 nm. Dari kurva tersebut terlihat adanya dua puncak yaitu pada panjang gelombang 228 nm dengan tinggi puncak berada pada 1,8108 dan pada panjang gelombang 268 nm dengan tinggi puncak berada pada absorban 0,6677. Hal itu menunjukan bahwa pada panjang gelombang 228 nm kandungan karbonilnya lebih besar dibandingkan dengan kadungan karbonil pada panjang gelombang 268 nm. Spektrum UV-Vis dari asap cair bunga kecubung dapat dilihat pada Gambar 4.6. Gambar 4. 6 Spektrum UV Vis Bunga Kecubung Tabel 4. 2 Puncak Spektrum UV/Vis Bunga Kecubung Panjang Gelombang Absorban 228 nm 0.8108 268 nm 0.6677 25

Spektrum UV-Vis dari asap cair daun kecubung menunjukan hasil yang relatif sama dengan spektrum UV-Vis dari asap cair bunga kecubung. Puncak yang dihasilkan yaitu berada pada panjang gelombang 228 nm dan 268 nm. Pada panjang gelombang 272 nm menunjukan hal yang sama yaitu menunjukan adanya gugus benzen tersubstitusi dengan ikatan R=OH. Puncak yang dihasilkan pun menunjukan hal yang sama yaitu kandungan karbonil pada panjang gelombang 228 nm lebih besar dibandingkan dengan kandungan karbonil pada panjang gelombang 272 nm. Spektrum UV-Vis dari daun kecubung dapat dilihat pada Gambar 4.7. Gambar 4. 7 Spektrum UV Vis Daun Kecubung Tabel 4. 3 Puncak spektrum UV/Vis Daun Kecubung Panjang Gelombang Absorban 228 nm 0.8885 272 nm 0.6200 Dari kedua pengukuran tersebut dapat diketahui bahwa asap cair dari daun dan bunga kecubung mengandung gugus karbonil dan gugus OH yang merupakan gugus dari senyawa fenolik. 4.3.3 GC (Kromatografi Gas) Karakterisasi asap cair dengan menggunakan gas kromatografi bertujuan untuk mengetahui senyawa kimia yang terdapat pada asap cair terutama senyawa fenol dan turunannya. Dalam kromatografi Gas komponen-komponen terdistribusi dalam fasa yaitu fasa diam dan fasa 26

bergerak. Pada kromatografi gas fasa bergeraknya adalah gas N 2 dan fasa diamnya berupa zat padat (silikagel). Asap cair hasil destilasi diinjeksikan pada alat GC yang sudah diatur sesuai kondisi. Senyawa dalam destilat akan menguap dan dibawa oleh gas pembawa menuju kolom. Zat terlarut akan teradsorpsi pada bagian atas kolom dari fasa diam, kemudian akan merambat dengan laju rambatan masing-masing komponen yang sesuai dengan tetapan partisi (Kd) masing-masing komponen. Komponen-komponen tersebut terelusi sesuai dengan urutan makin besarnya nilai koefisien partisi menuju ke detektor. Detektor mencatat sederetan sinyal yang timbul akibat perubahan konsentrasi dan perbedaan laju elusi. Sinyal akan tampak sebagai kurva antara waktu terhadap komposisi aliran gas pembawa. Waktu retensi untuk standar fenol adalah 6,218 menit dan pelarut (metanol) pada 2,304 menit. Waktu retensi adalah waktu yang diperlukan oleh zat terlarut untuk bergerak dari awal injeksi ke detektor. Dari kromatogram GC asap cair bunga kecubung terlihat adanya beberapa puncak retensi yang menunjukan jumlah komponen yang terkandung dalam asap cair daun kecubung. diperoleh beberapa puncak dengan waktu retensi yang berbeda. Puncak yang tinggi muncul dengan waktu retensi 2.194; 3,570; 6.930 dan 8,036. Adanya puncak 6,930 menit munujukan adanya fenol pada asap cair destilasi. Gambar puncak dengan waktu retensi yang berbedabeda dapat dilihat pada Gambar 4.8. Gambar 4. 8 Kromatografi Gas Bunga Kecubung Pada kromatogram GC asap cair daun kecubung menunjukan puncak retensi yang lebih sedikit dibandingkan dengan puncak retensi pada bunga kecubung. Hal ini menunjukan jumlah komponen pada asap cair daun kecubung lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah komponen pada asap cair bunga kecubung. Pada asap cair bunga kecubung terdapat 25 puncak retensi yang menunjukan adanya 25 komponen yang terkandung dalam asap cair bunga kecubung sedangkan pada asap cair daun kecubung hanya terdapat 14 puncak retensi yang menunjukan adanya 14 komponen yang terkandung dalam asap cair daun kecubung. Adanya perbedaan tersebut dikarenakan kandungan lignin, selulosa dan metabolisme dari 27

bunga dan daun kecubung yang berbeda. Kromatogram GC dari asap cair daun kecubung dapat dilihat pada Gambar 4.9. Gambar 4. 9 Kromatografi Gas Daun Kecubung 4.3.4 GC/MS Dalam spektroskopi massa, molekul-molekul organik ditembak dengan berkas elektron dan diubah menjadi ion-ion bermuatan positip. Ion bermuatan positif ini akan terdeteksi dengan alat ini. Hasil yang diberikan dapat dilihat pada Gambar 4.10 dan Gambar 4.11. Gambar 4. 10 Kromatogram GC/MS Bunga Kecubung 28

Gambar 4. 11 Kromatogram GC/MS Daun Kecubung Tabel 4. 4 Hasil analisis GC/MS Bunga Kecubung WAKTU RETENSI NAMA SENYAWA KOMPOSISI (%) 4,054 Asam Karbamat, garam amonium 40,73 4,255 Oxirane (CAS) Apoxyethane 16.75 47,994 Asam asetat 6,95 49,549 Disiloxane, 2,58 30,179 2-Tridecanone (CAS) 2,54 41,251 Benzene 2,64 43,196 Benzoxazole 2,29 40,865 1-(4-cyanophenyl)-3-phenyl-2- propyne-1-ol 1,81 49,122 Cyclotrisiloxane 1,69 43,788 Prosta-5,10,13-trien-1-oic acid 1,66 Berdasarkan perbandingan m/e (m adalah massa molekul dan e muatan molekul) terhadap kelimpahannya. Pada spektogram GC/MS, beberapa gugus fungsi yang telah diketahui dengan infra merah menjadi lebih jelas dan strukturnya bisa diketahui dengan inframerah 29

menjadi lebih jelas, karena masing-masing komponen zat yang ada dalam asap cair diketahui massa molekulnya. Sehingga senyawa yang ada dalam asap cair menjadi lebih jelas dan strukturnya bisa diketahui. Zat yang terdapat dalam asap cair hasil analisis GC/MS tertulis pada Tabel 4. 5 dan Tabel 4. 6. Tabel 4. 5 Hasil analisis GC/MS Daun Kecubung WAKTU RETENSI NAMA SENYAWA KOMPOSISI (%) 47,971 2,6,10,14,18,22-tetracosahexaene, 2,6,10,15,19,23-hexamethyl 43,22 3,988 Methane 8,33 3,784 Carbamic acid 4,32 30,170 2-heptadecanone 3,13 53,502 Cholest-5-en-3-ol 3,80 39,857 1,2-benzenedicarboxylic acid 2,95 26,366 Benzene 2,10 30,738 Alpha-D-Allopyranoside 2,07 30