BAB 3: UJI SEDIAAN OBAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

Pemeriksaan Mutu Jamu Obat Mencret yang Beredar di Apotik Kota Padang

LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4%

FARMAKOPE INDONESIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

Lampiran 1. Flowsheet Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat. Alat pencetak kapsul (batang besi) Alat pencetak kapsul yang dilapisi natrium alginat

BAB III METODOLOGI. Universitas Sumatera Utara

Konsep Dasar Pemberian Obat. Basyariah Lubis, SST, MKes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GEL. Pemerian Bahan. a. Glycerolum (gliserin)

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

Bentuk-bentuk Sediaan Obat. Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

Penetapan Potensi Antibiotik Secara Mikrobiologi. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB

PENGENALAN PERBEKALAN STERIL

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Moffat, dkk., (2004), uraian tentang tramadol adalah sebagai

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:661/MENKES/SK/VII/1994 TENTANG PERSYARATAN OBAT TRADISIONAL

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT)

Kentang. Dikupas, dicuci bersih, dipotong-potong. Diblender hingga halus. Residu. Filtrat. Endapan. Dibuang airnya. Pati

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel

10); Pengayak granul ukuran 12 dan 14 mesh; Almari pengenng; Stopwatch;

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid. (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang.

G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan.

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan.

PENYIMPANAN OBAT Tujuan penyimpanan Agar obat tidak menguap Agar khasiat obat tidak berubah Agar obat tetap dalam keadaan baik dan bersih Agar obat ti

M E M U T U S K A N. Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERSYARATAN OBAT TRADISIONAL.

Catatan : Jika ph H 2 O 2 yang digunakan < 4,5, maka ph tersebut harus dinaikkan menjadi 4,5 dengan penambahan NaOH 0,5 N.

Lampiran 1. Data pemberian obat kepada kelinci. Tanggal Pemberian obat ,750 1, ,650 1,500

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II. SEDIAAN INJEKSI RINGER LAKTAT R~en~L. Di susun oleh: : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak. kering akar kucing dengan kadar 20% (Phytochemindo), laktosa

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

Analisis Hayati PENETAPAN POTENSI ANTIBIOTIKA SECARA MIKROBIOLOGI. Oleh : Dr. Harmita

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian

PEMBAGIAN SEDIAAN CAIR PER ORAL : ORAL : TOPIKAL : PARENTERAL : KHUSUS :

Lampiran 1. Tatacara karakterisasi limbah tanaman jagung

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga bulan September 2013 di

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian bersifat eksperimental yaitu dilakukan pengujian pengaruh

MODUL I Pembuatan Larutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah

Penyimpanan Obat. Standar penyimpanan obat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

LEBIH DEKAT DENGAN OBAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sintetis dalam dosis atau kadar tertentu dapat dipergunakan untuk preventif

Siklus kelamin poliestrus (birahi) g jantan dan betina

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2013, Volume 5, Nomor 2 UJI KESERAGAMAN VOLUME SUSPENSI AMOKSISILIN YANG DIREKONSTITUSI APOTEK DI KOTA JAMBI.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

Lampiran 1. Tumbuhan dandang gendis dan simplisia

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia),

MATERIA MEDIKA INDONESIA

I. SYARAT-SYARAT PEMBAWA/PELARUT HARUS INERT SECARA FARMAKOLOGI DAPAT DITERIMA DAN DISERAP DENGAN BAIK OLEH TUBUH TIDAK TOKSIS DALAM JUMLAH YANG DISUN

METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan adalah alat permeasi in vitro Crane dan Wilson

METODE PENGUJIAN KADAR RESIDU ASPAL EMULSI DENGAN PENYULINGAN

III. METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung pada bulan Juni sampai Juli 2015.

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

BAB III METODE PENELITIAN

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 172 Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di

C ADALAH KADAR NITROGENGLISERIN DALAM mg/ml LARUTAN BAKU. Rs DAN Ru BERTURUT-TURUT ADALAH RESPONS PUNCAK LARUTAN UJI DAN LARUTAN BAKU.

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

II. METODOLOGI 2.1 Persiapan Wadah dan Ikan Uji 2.2 Persiapan Pakan Uji

BAB III METODE PENELITIAN

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik

KATA PENGANTAR. Ilham Niawan

Aspirin merupakan salah satu obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang

DESAIN SEDIAAN FARMASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan Coba Fakultas Kedokteran

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obat analgesik antipiretik serta obat anti inflamasi nonsteroid (AINS)

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). Sedangkan ibuprofen berkhasiat

Transkripsi:

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 FARMASI BAB 3: UJI SEDIAAN OBAT Nora Susanti, M.Sc, Apk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016

BAB III UJI SEDIAAN OBAT Sebelum dilepas ke masyarakat, semua sediaan obat harus melalaui tahapan uji untuk memastikan keamanan, keamanan dan akseptabilitas sediaan tersebut. Beberapa uji diuraikan berikut ini. 3.1 Uji Disolusi Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sedian tablet dan kapsul, kecuali pada etiket yang dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Persyaratan disolusi tidak berlaku untuk kapsul gelatin lunak kecuali bila dinyatakan dalam masing-masing monografi. Bila pada etiket dinyatakan bahwa sediaan bersalut enterik, sedangkan dalam masing-masing monografi, uji disolusi atau uji waktu hancur tidak secara khusus dinyatakan untuk sediaan bersalut enterik, maka digunakan cara pengujian untuk sediaan lepas lambat seperti yang tertera pada uji obat, kecuali di nyatakan lain dalam masing-masing monografi. Media disolusi Gunakan pelarut seperti yang tertara dalam masing-masing monografi. Bila media disolusi adalah suatu larutan dapar, atar ph larutan sedemikian hingga ph larutan 0,05 satuan ph yang tertera pada masing-massing monografi. Catatan : Gas terlarut dapat membentuk gelembung yang dapat merubah hasil pengujian. Oleh karena itu gas terlarut harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum pengijian dimulai. Waktu Bila dalam spesifikasi hanya terdapat satu waktu, pengujian dapat diakhiri dalam waktu yang lebih singkat bila persyaratan jumlah minimum yang terlarut telah dipenuhi. Bila dinyatakan dua waktu atau lebih, cuplikan dapat diambil hanya pada waktu yang ditentukan dengan toleransi ± 2%. Prosedur untuk Kapsul, tablet tidak bersalut dan tablet bersalut bukan enterik. 1

Masukkan sejumlah volume media disolusi seperti yang tertera dalam masing-masing monografi kedalam wadah, pasang alat, biarkan media disolusi hingga suhu 37 0 ± 0,5 0, dan angkat termometer. Masukkan 1 tablet, atau 1 kapsul kedalam alat, hilangkan gelembuung udara dari permukaan sediaan yang diuji dan segera jalankan alat pada laju kecepatan yang tertera dalam massing-masig monografi. Dalam interval waktu yang ditetapkan atau pada tiap waktu yang dinyatakan, ambil cuplikan pada daerah pertengahan antara permukaan media disolusi dan bagian atas dari keranjang berputar atau daun dari alat dayung, tidak kurang 1 cm dari dinding wadah. Lakukan penetapan seperti yang tertera dalam masing-masing monografi. Lanjutkan pengujian terhadap bentuk sediaan tambahan. Bila cangkang kapsul menggangu penetapan, keluarkan isi tidak kurang dari 6 kapsul sesempurna mungkin, larutkan cangkang kapsul dalam sejumlah volume media disolusi seperti yang dintayakan. Lakukan penetapan seperti yang tertera pad amasing-masing monografi. Buat koreksi seperlunya. Faktor koreksi lebih besar 25% dari kadar pada etiket tidak dapat diterima. Interpretasi Kecuali jika dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif yang terlarut dari sediaan yang diuji sesuai dengan tabel penerimaan. Lanjutkan pengujian sampai tiga tahap kecuali bila hasil pengujian memenuhi tahap S1 atau S2. Harga Q adalah jumlah zat aktif yang terlarut seperti yang tertera pada amsing-masing monogarafi, dinyatakan dalam persentase kadar pada etiket, angka 5% dan 15% dalam tabel adalah persentase kadar pada etiket, dengan demikian mempunyai arti yang sama dengan Q. Tabel Penerimaan Tahap Jumlah yang Diuji Kriteria Penerimaan S1 6 Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 5% S2 6 Rata-rata dari 12 unit (S1+S2) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q dan tidak satu unit sediaan yang lebih kecil dari Q-15% S3 12 Rata-rata dari 24 unit (S1+S2+S3) adlah sama dengan atau lebih dari dua unit sediaan yang lebih kecil dari Q-15% dan tidak satu unit pun yang lebih kecil dari Q- 25% 2

3.2 Uji Waktu Hancur Tablet Dan Kapsul Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet atau kapsul digunakan sebagai tablet isap atau dikunyah atau dirancang untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap dalam jangka waktu tertentu atau melepaskan obat dalam dua perodeberbeda atau lebih dengan jarak waktu yang jelas diantara pelepasan tersebut. Tetapkan jenis sediaan yang akan diuji dari etiket serta dari pengamatan dan gunakan prosedur yang tepat untuk 6 unit sediaan atau lebih. Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna. Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan yang tertinggal pada kasa alat uji merupakan masa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas, kecuali bagian dari penyalut atau cangkang kapsul yang tidak larut. Prosedur Tablet tidak Berslaut Masukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang, masukkan satu takaran pada tiap tabung dan jalankan alat gunakan air bersuhu 37 0 ±2 0 sebagai media kecuali dinyatakan menggunakan cairan lain dalam masing-masing monografi. Pada batas akhir waktu seperti yang tertera dalam monografi, angkat keranjang dan amati semua tablet: semua tablet harus hancur sempurna. Tablet bersalut bukan enterik Masukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang, bila tablet mempunyai penyalut luar yang dapat larut, celupkan keranjang dalam air pada suhu kamar selama 5 menit. Kemudian masukkan cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan cairan lambang buatan LP bersuhu 37 0 ± 2 0 sebgai media. Setelah alat dijalankan selama 30 menit, angkat keranjang dan amati semua tablet. Bila tablet tidak hancur sempurna, ganti dengan cairan usus buatan LP bersuhu 37 0 ± 2 0 dan teruskan waktu pengujian hingga waktu keseluruhan termasuk pencelupan kedalam air dan cairan lambung buatan LP adalah sama dengan batas waktu yang dinyatakan dalam masing-masing monografi ditambahkan 30 menit, angkat keranjang dan 3

amati semua tablet. Semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna. Gambar 3.1 Alat desintegrator (sumber dari Google image) 3.3 Uji Keseragaman Kesediaan Keseragaman keseediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode, yaitu keragamana bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan dalam bab ini digunakan untuk sediaan yang mengandung suatu zat aktif dan sediaan mengandung dua atau lebih zat aktif. Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada prosuk kapsul lunak berisi cairan, atau pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih, dari bobot, satuan sediaan. Keseragaman dari zat katif lain, jika ada dalam jumlah kecil, ditetapkan dengan persyaratan keseragaman kandungan. Persyaratan dalam keseragaman bobot dapat diterapkan dalam sediaan padat (termasuk sediaan padat steril) tanpa mengandung zat aktif atau inaktif yang ditambahkan. Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan dlam sediaan padat (termasuk dalam sediaan padat steri), dengan atau tanpa bahan inaktif atau zat aktif yang ditambahkan, yang 4

telah dibuat dari larutan asli yang dikeringkan dengan cara pembekuan dalam wadah akhir pada etiket yang dicantumkan pada penyiapan ini. Persyaratan keseragaman kandungan dapat diterapkan pada semua sediaan. Uji keseragaman kandungan diperlukan pada tablet bersalut, termasuk pada tablet bersalut selpaut, untuk sistem transdermal, untuk sediaan sispensi dalam wadah dosis tunggal atau dalam kapsul lunak, dan untuk inhalasi bertekanan dengan dosis terukur. Uji keseragaman kandungan diperlukan untuk sediaan padat (termasuk sediaan padat steril) yang mengandung bahan inaktif atau aktif yang ditambahkan, kecuali bagi uji keseragam bobot dapat diterapkan untuk situasi khusus seperti yang ada di atas. Keseragaman Bobot Untuk penetapan keseragaman kesediaan dengan cara keseragaman bobot, pilih tidak kurang dari 30 satuan, dan lakukukan sebagai berikut untuk kesediaan yang dimaksud. Catatan contoh lain dari satuan uji dapat diambil dari bets yang sama untuk penetapan kadar. Tablet Tidak Bersalut Timbang saksama 10 tablet, satu per satu dan hitung bobot rata-rata. Dari hasil penetapan kadar, yang diperoleh seperti yang tertera dalam masing-masing monografi, hitung jumlah zat aktif dari masing-masing dari 10 tablet dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen. Kapsul Keras Timbang seksama 10 kapsul, satu per satu beri identitas tiap kapsul. Keluarkan isi kapsul dengan cara yang sesuai. Timbang seksama cangkang kapsul kosong, dan hitung bobot netto dari isi tiap kapsul dengan dengan cara mengurangkan bobot cangkang kapsul dari masingmasing bobot kapsul. Dari hasil penetapan kadar, seperti tertera pada masing-masing monografi, hitunglah jumlah zat aktif dari tiap kapsul dengan anggapan bahwa zat aktif terdistribusi secara homogen. Kapsul Lunak Tetapkan bobot netto isi tiap kapsul sebagai berikut. Timbang seksama 10 kapsul utuh satu per satu untuk memperoleh bobot kapsul, beri identitas tiap kapsul. Kemudian buka 5

kapsul dengan alat pemotong yang bersih yang sesuai seperti gunting atau pisau yang tajam, dan keluarkan isi dan cuci dengan pelarut yang sesuai. Biarkan sisa pelarut menguap dari cangkang kapsul pada suhu kamar pada waktu lebih kurang 30 menit, lakukan pencegahan pada penarikan dam kehilangan lembab. Timbang cangkang kapsul, isi hitung netto isi kapsul. Dari hasil penetapan kadar yang tertera pada pada masing-masing monografi, hitung jumlah zat aktif dalam tiap kapsul, dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen. Keseragaman Kandungan Untuk penetapan keseragaman kesedian dengan penetapan kadar tiap satuan, pilih tidak kurang dari 30 satuan dan lakukan sebagai berikut untuk bentuk sediaan yang dimaksud. Tablet tidak bersalut dan bersalut, kapsul keras dan lunak, supositoria, sistem transdermal, suspensi dalam wadah dosis tunggal, inhalasi bertekanan dengan dosis terukur, sediaan inhalasi dalam wadah dosis tunggal dan sediaan padat (termasuk sediaan padat steril) dalam wadah dosis tunggal. Tetapkan kadar 10 satuan satu per satu seperti penetapan kadar dalam masing-masing monografi, kecuali dinyatakan lain dalam keseragaman kandungan. Jika jumlah zat aktif dalam satuan dosis tunggal kurang dari yang dibutuhkan dalam penetapan kadar, atur derajat pengenceran dari larutan atau volume alikot sehingga kadar zat aktif dalam larutan akhir lebig kurang sama seperti yang tertera pada prosedur penetapan kadar, atau jika penetapan kadar dilakukan secara titrasi, gunakan titran yang lebih encer, bila perlu digunkaan volume titran yang memadai seperti yang tertera pada tirtimetri, pada prosedur dalam uji dan penetapan kadardalam ketentuan dan persyaratan umum. Jika dilakukan modifikasi seperti ini dalam prosedur penetapan kadar dalam masing-msing monografi, buat perubahan ynga sesuai dalam rumus perhitungan dan faktor titrasi. Bila prosedur khusus disebutkan untuk uji keseragaman kandungan dalam masingmasing monografi, lakukan koreksi seperlunya terhadap hasil uji yang diperoleh sebagai berikut: 6

1. Buat campuran contoh dari sejumlah satuan sedian yang cukup untuk memberi contoh yang tercantum dalam penentapan kadar dalam masing-masing monografi ditambah jumlah yang dibutuhkan untuk prosedur khusus dalam uji keseragaman kandungan dalam monografi dengan menggerus halis tablet atau mencampur isi kapsul atau suspensi atau bahan padat dalam wadah dosis tunggal untuk memperoleh campuran homogen. Jika tidak diperoleh campuran homogen dengan cara ini, gunakan pelarut yang sesuai atau prosedur lain untuk membuat larutan berisi semua zat aktif dan gunakan sejumlah alikot yang sesuai dari larutan ini untuk prosedur yang tertera. 2. Lakukan penetapan kadar secara terpisah, ukur saksama jumlah campurann contoh dari kapsul atau tablet atau suspensi atau inhalasi atau bahan padat dalam wadah dosis tunggal keduanya: a. Seperti yang tertera pada dalam penetapan kadar b. Menggunakan prosedur khusus yang tertera dalam keseragaman kandungan dalam monografi. 3. Hitung bobot zat aktif setara dengan rata-rata satu satuan sedian dengan : a. Menggunakan hasil uji yang diperoleh pada prosedur penetapan kadar dan b. Menggunakan hasil uji yang diperoleh dari prosedur khusus. 4. Hitung faktor koreksi F, dengan rumus F = A P A adalah bobot zat aktif setara dengan satuan sedian rata-rata diperoleh dari penetapan kadar, P adalah bobot zat aktif setara dengan satu satuan sediaan ratarata yang diperoleh dari prosedur khusus. Jika (100[A P]) A > 10 Penggunaan faktor koreksi tidak absah. 7

5. Koreksi yang absah dapat digunakan hanya jika F tidak kurang dari 1,03 juga tidak lebih dari 1,10 atau tidak kurang dari 0,9 juga tidak lebbih dari 0,97 atau jika F antara 0,97 dan 1,03 tidak diperlukan koreksi. 6. Jika F terletak antara 1,03 dan 1,10 atau antara 0,9 dan 0,97, hitung bobot zat aktif dalam tiap satuan sedian dengan mengalikan tiap bobot yang diperoleh menggunakan prosedur khusus dengan F. Kriteria Gunakan kriteria sebagai berikut kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi. Jika harga rata-rata dari harga batas (limit) yang tertera pada defennisi potensi dalam tiap monografi adalah 100 persen atau kurang. Tablet bersalut atau tidak bersalut, supositoria, suspensi dalam wadah dosis tunggal, dan bahan padat steril untuk parental. Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan keseragaman monografi, persyaratan dalam keseragaman dosis dipenuhi, jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10 satuan sediaan seperti yang ditetapkan dari cara keseragaman bobot atau keseragaman kandungan terletak antara 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0 %. Jika 1 satuan terletak diluar rentang 85,0% hingga 115,0% seperti yang tertera pada etiketdan tidak ada satuan terletak antara 75,0% hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket, atau jika simpangan baku relatif lebih besar dari 6 % atau jika kedua kondisi tidak dipenuhi, lakukan uji 20 satuan tambahan. Persyratan terpenuhi jika tidak lebih dari 1 satuan dari 30 terletak diluar rentang 85.0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif dari 30 satuan sediaan tidak lebih dari 7,8%. 3.4 Uji Volume Terpindahkan Uji berikut dirancang sebagai jaminan bahwa larutan oral dan suspensi yang dikemas dalam wadah dosis ganda, dengan volume yang tertera pada etiket tidak lebih dari 250 ml, yang tersedia dalam bentuk sediaan cair yang dikonstitusi dari bentuk padat dengan 8

penambahan bahan pembawa tertentu dengan volume yang ditentukan, jika dipindahkan dari wadah asli, akan memberikan volume sediaan yang tertera pada etiket. Untuk menetapkan volume terpindahkan, pilih tidak kurang dari 30 wadah, dan selanjutnya ikuti prosedur berikut untuk bentuk sediaan tersebut. Larutan oral, suspensi oral, dan sirup dalam wadah dosis ganda, kocok isi 10 wadah satu persatu. Serbuk dalam wadah dosis ganda yang mencantumkan penandaan volume untuk larutan oral atau suspensi oral yang dihasilkan bila serbuk dikonstitusi dengan sejumlah pembawa seperti tertera pada etiket, konstitusi 10 wadah dengan volume pembawa seperti tertera pada etiket diukur secara saksama, dan campur. Prosedur Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi, secara hati-hati untuk menghindarkann pembentukan gelembung udara pada waktu penuangan dan diamkan selama tidak lebih dari 30 menit. Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran: volume rata-rata larutan, suspensi atau sirup yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100%, dan tidak satu pun volume wadah yang kurang dari 95% dari volume yang dinyatakan pada etiket. Jika A adalah volume rata-rata kurang dari 100% dari yang tertera pada etiket akan tetapi tidak ada satu wadahpun volumenya kurang dari 95% dari volume yang tertera pada etiket, atau B tidak lebih dari satu wadah volume kurang dari 95% tetapi tidak kurang dari 90% dari volume yang tertera pada etiket, lakukan pengujian terhadap 20 wadah tambahan. Volume rata-rata larutan, suspensi, atau sirup yang diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari 100% dari volume yang tertera pada etiket, dan tidak lebih dari satu dari 30 wadah volume kurang dari 95%, tetapi tidak kurang dari 90% seperti yang tertera pada etiket. 9

3.5 Uji Pirogen Uji pirogen dimaksudkan untuk membatasi resiko reaksi demam pada tingkat yang dapat diterima oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi. Pengujian meliputi pengukuran kenaikan suhu kelenci setelah mnyuntikkan larutan uji secara intravena dan ditujukan untuk sediaan yang dapat ditoleransi dengan uji kelinci dnegan dosis penyuntikan tidak lebih dari 10 ml per kilogram bobot badan dalam jangka waktu yang tidak lebih dari 10 menit. Untuk sediaan yang pperlu penyiapan pendahuluan atau cara pemberiannya perlu kondisi khusus ikuti petunjuk tambahan yang tertera pada masing-masing monografi. Alat dan pengencer Alat suntik, jarum dan alat kaca dibebaspirogenkan dengan pemanasan pada suhu 250 C selama tidak kurang dari 30 menit atau dengan cara lain yang sesuai. Perlakukan semua pengencer dan larutan untuk pencuci dan pembilas alat atau alat suntik dengan cara sedemikian rupa yang dapat menjamin alat tersebut steril dan bebas pirogen. Lakukan uji pirogen terhadap pengencer dan larutan pencuci dan pembilas secara berkala. Apabila digunakan injeksi Natrium Klorida sebagai pengencer, gunakan larutan yang mengandung natrium klorida P 0,9%. Rekaman suhu Gunakan alat pengukur suhu yang teliti, seperti termometer klinik atau termistor atau alat sejenis yang telah dikalibrasi untuk menjamin ketelitian skala kurang lebih 0,1 dan telah diuji bahwa pembacaan suhu maksimum tercapai kurang dari 5 menit. Masukkan alat pengukur suhu kedalam anus kelinci dengan kedalaman tidak kurang dari 7,5 cm dan sesudah jangka waktu tidak kurang dari yang telah ditetapkan sebelumnya, rekam suhu tubuh kelinci. Hewan uji Gunakan kelinci dewasa yang sehat. Tempatkan kelinci satu ekor dalam satu kandang dalam ruangan dengan suhu yang seragam antara 20 23 C danbebas dari gangguan yang menimbulkan kegelisahan. Beda suhu tidak boleh berbeda ± 3 dari suhu yang telah ditetapkan. Untuk kelinci yang belum pernah digunakan untuk uji pirogen, adaptasikan kelinci tidak lebih dari 7 hari dengan uji pendahuluan yang meliputi semua tahap pengujian yang 10

tertera pada Prosedur, kecuali penyuntikan. Kelinci tidak boleh digunkan untuk uji pirogen lebih dari sekali dalam waktu 48 jam atau sebelum 2 minggu setelah digunakan untuk uji pirogen bila menunjukkan kenaikan suhu maksimum 0,60 atau lebih, atau bila setelah digunakan untuk melakukan uji sediaan uji yang mengandung pirogen. Prosedur Lakukan pengujian dalam ruang terpisah yang khusus untuk uji pirogen dan dengan kondisi lingkungan yang sama dengan ruang pemeliharaan, bebas dari keributan yang menyebabkan kegelisahan. Kelinci tidak diberi makan selama waktu pengujian, minum dibolehkan pada setiap saat, tetapi dibatasi pada saat pengujian. Apabila pengujian menggunakan termisor; masukkan kelinci kedalam kotak penyekap sedemikian rupa sehingga kelinci tertahan dengan letak leher yang longgar sehingga dapat duduk dengan bebas. Tidak lebih dari 30 menit sebelum penyuntikan larutan uji, tentukan suhu awal masing-masing kelinci yang merupakan dasar untuk menentukan kenaikkan suhu. Beda suhu tiap kelinci dalam satu kelompok tidak boleh lebih dari 1 dan suhu awal setiap kelinci tidak boleh lebih dari 39,8. Kecuali dinyatakan lain pada masing-masing monografi, suntikan 10 ml per kg bobot badan, melalui vena tepi telinga3 ekor kelinci dan penyuntikan dilakukan dalam waktu 10 menit. Larutan uji berupa sediaan yang bila perlu dikonstitusi seperti yang tertera pada etiket maupun bahan ujiyang diperlakukan seperti yang tertera pada masing-masing monografi dan disuntikkan dengan dosis seperti yang tertera. Untuk uji pirogen alat atau perangkat injeksi, gunakan sebagai larutan uji hasil cucian atau bilasan dari permukaan alat yang berhubungan langsung dengan sediaan parenteral, tempat penyuntikan atau jaringan tubuh pasien. Semua larutan harus bebasa dai kontaminasi. Hangatkan larutan pada suhu 37 ± 2 C sebelum penyuntikan. Rekam suhu berturut-turut antara jam ke-1 dan jam ke-3 setelah penyuntikan dengan selang waktu 30 menit. 11

Penafsiran hasil Setiap penurunan suhu dianggap nol. Sediaan memenuhi syarat apabila tidak seekor kelincipun menunjukkan kenaikan suhu 0,5 atau lebih. Jika ada kelinci yang menunjukkan kenaikan suhu 0,5 atau lebih lanjutkan pengujian dengan menggunakan 5 ekor kelinci. Jika tidak lebihd ari 3 ekor dari 8 ekor kelinci masing-masing menunjukkan kenaikan suhu maksimum 0,5 atau lebih dan jumlah kenaikan suhu maksimum 8 ekor kelinci tidak lebih dari 3,3 maka sediaannya dinyatakan memenuhi syarat bebas pirogen. 12