32 BUDIDAYA KEMIRI DI LERENG PEGUNUNGAN GAWALISE DESA UWEMANJE KABUPATEN SIGI SULAWESI TENGAH Yusran 1), Erniwati 1), Sustri 1) 1 Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako Email: yusran _ysrn@yahoo.ca ABSTRAK Desa Uwemanje merupakan salah satu desa yang berada di lereng pegunungan Gawalise, yang memiliki topografi berbukit terjal di mana sebagian besar lahan memiliki tingkat kemiringan lereng lebih dari 40%. Olehnya itu, praktek pertanian termasuk agroforestri di desa ini sangat rawan terhadap erosi dan degradasi lahan lainnya sehingga berpotensi merusak hutan kawasan hutan sekitarnya. Permasalahan penting lainnya yang dijumpai di Desa ini adalah limbah cangkang biji kemiri yang tidak dimanfaatkan secara optimal. Metode Pendekatan yang Ditawarkan Untuk Mendukung Realisasi Program Pengabdian pada masyarakat ini adalah dalam bentuk pendidikan dan pelatihan bagi mitra dengan menggunakan metode penyuluhan dan pendampingan yang berupa bimbingan teknis dan pembinaan kelompok dalam pembibitan tanaman kemiri, pembuatan briket arang cangkang kemiri, serta teknik pembuatan terassering di lahan kemiri yang diakhiri dengan proses evaluasi atas keberhasilan program-program yang telah dilaksanakan. Hasil dicapai adalah telah dilakukan penyuluhan sebanyak empat kali dengan topik sebagai berikut; budidaya tanaman kemiri, teknik pembibitan kemiri, pengenalan pupuk hayati (jenis-jenis, manfaat dan cara apikasinya) serta cara pembuatan briket arang dari cangkang kemiri. Selain itu, juga dilakukan pelatihan pembuatan demplot pembibitan kemiri, pembuatan contoh terassering di bawah tegakan kemiri serta pembuatan briket arang dai cangkang kemiri. Perbaikan aspek manajemen kelompok tani juga dilakukan dengan pengesahan kembali anggota kelompok tani dan organisasinya. Keywords: Budidaya, Bibit, Kemiri, Terassering, Cangkang Kemiri, Briket Arang. 1. PENDAHULUAN Desa Uwemanje merupakan salah satu desa yang berada di lereng pegunungan Gawalise, yang memiliki topografi berbukit terjal dimana sebagian besar lahan memiliki tingkat kemiringan lereng lebih dari 40%, olehnya itu, praktek pertanian termasuk agroforestri di desa ini sangat rawan terhadap erosi dan degradasi lahan lainnya sehingga berpotensi merusak hutan kawasan hutan sekitarnya. Agroforestri tanaman kemiri merupakan pola agroforestri utama di desa ini. Masyarakat desa ini sering menemui kendala akan ketersediaan bibit tanaman kemiri yang berkualitas, karena teknik pembibitan yang diterapkan oleh masyarakat juga masih sederhana tanpa sentuhan teknologi, kadang hanya mengandalkan anakan alam dari tegakan kemiri atau hutan alam. Permasalahan penting lainnya yang dijumpai di Desa ini adalah limbah cangkang biji kemiri yang tidak dimanfaatkan secara optimal.desa ini merupakan salah satu desa yang berada dipinggiran Hutan lindung, dan merupakan salah satu desa penting di pegunungan tersebut. Oleh karena itu, dalam rangka usaha konservasi hutan dan perlindungan terhadap tanah dan air di areal agroforestri di desa Uwemanje, perlu adanya suatu kegiatan pertanaman yang berbasis konservasi. Dengan jumlah penduduk yang mayoritas bekerja sebagai petani, di tambah dengan kondisi topografi desa yang
33 berbukit-bukit serta berbatasan langsung dengan kawasan konservasi penting hutan lindung, desa ini sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai areal percontohan teknik budidaya tanaman kemiri dengan penerapan teknologi mikoriza dan pemanfaatan limbah cangkang kemiri sebagai briket arang. Dengan demikian, program Pengabdian pada masyakarat ini diharapkan dapat memotivasi dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat tani di desa ini dalam hal pembuatan teknik budidaya tanaman yang benar, pembuatan briket arang dari cangkang biji kemiri, serta selalu memperhatikan kaidah-kaidah konservasi, mengingat sebagian besar areal penanaman memiliki tingkat kemiringan lereng lebih dari 40%. 2. METODE PELAKSANAAN Metode pendekatan yang dilakukan pada Mitra melalui program IbM ini yaitu Metode Penyuluhan dan Metode Pelatihan dan Pembinaan. Metode pelaksanaannya adalah sebagai berikut: Metode Penyuluhan Kegiatan penyuluhan ini dilakukan dengan pendekatan partisipatif peserta sebagai sasaran yang dilibatkan dari awal sampai akhir kegiatan dalam program ini. Dalam kegiatan ini melibatkan 10 orang anggota yang ada pada Kelompok Tani tersebut untuk masing-masing Mitra. Kegiatan penyuluhan ini meliputi : berkaitan dengan budidaya kemiri (Krisnawati dkk, 2011). berkaitan dengan pembibitan tanaman kemiri(krisnawati dkk, 2011). berkaitan dengan pembuatan arang (Ariyanti, 2003). berkaitan dengan mikoriza (Rao dan Subha, 1994). Penyampaian teori-teori tentang konservasi tanah dan air. Pengenalan jenis limbah tanaman dan manfaatnya. Pengenalan alat dan bahan yang akan digunakan. Cara pembuatan wadah pembuatan alat pencetak arang cangkang kemiri. Cara pembuatan arang cangkang kemiri. Cara perbanyakan inokulum mikoriza (Rao dan Subha, 1994). Selain dari materi-materi di atas yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan, juga dijelaskan mengenai aspek pemanfaatan limbah yang ramah lingkungan sehubungan dengan pembuatan dan penggunaan arang dari cangkang kemiri serta aplikasi teknologi mikoriza dalam usaha pembibitan tanaman kemiri, yaitu: Teknik pembuatan dan Manfaat penggunaan arang tempurung kelapa sebagai medium tumbuh yang bersifat ramah lingkungan (Ariyanti, 2003). Manfaat dan Aplikasi mikoriza dalam mendukung pertumbuhan tanaman (Rao dan Subha, 1994). Metode Pelatihan dan Pembinaan Kegiatan pelatihan dan pembinaan ini dilakukan dengan cara penerapan langsung di lapangan materi-materi yang telah didapatkan yang terdiri dari cara pembuatan alat pencetak pembuatan arang dan cara pembuatan arang dari cangkang kemiri, pemilihan benih kemiri yang layak untuk dibibitkan, teknik pembibitan tanaman kemiri serta aplikasi teknologi mikoriza. Evaluasi terhadap pelaksanaan program IbM ini bertujuan untuk melihat sejauh mana penguasaan materi oleh peserta juga untuk melihat respon dan tanggapan peserta terhadap kegiatan program IbM ini. Hal ini dapat dilihat dari kualitas bibit tanaman kemiri yang dihasilkan yang dicirikan oleh daya tumbuh dan vigor bibit yang tinggi
34 serta produyk briket arang cangkang kemiri yang memiliki nilai jual tinggi. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil-hasil yang telah dicapai dalam kegiatan IbM ini adalah sebagai berikut: a. Survey lokasi Pembibitan Kemiri Survey dilakukan dengan tujuan untuk bertemu dengan ketua dan anggota kelompok tani yang terlibat dalam program IbM ini. Lokasi Pembibitan kemiri oleh Kelompok Tani desa Uwemanje seperti dalam gambar 1. Materi yang disuluhkan dalam kegiatan pengabdian ini terbagi atas beberapa topik seperti telah disebutkan di atas. Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan sebanyak tiga kali, pada waktu yang berbeda. Tujuan daripada kegiatan penyuluhan ini adalah terjadinya Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani anggota kelompok tani dalam hal budidaya tanaman kemiri, teknik pembibitan kemiri, teknologi pupuk hayati (mikoriza) yang diindikasikan dengan terbentuknya model pembibitan kemiri yang berteknologi serta cara pembuatan briket arang dari cangkang kemiri. Selain itu, terjadi juga peningkatan jumlah anggota kelompok tani yang terlibat dalam program tersebut. Dokumentasi kegiatan penyuluhan dan diskusi dengan kelompok tani sebagai berikut: Gambar 1. Lokasi Pembibitan Kemiri Kelompok Tani di Desa Uwemanje b. Penyuluhan Penyuluhan dilakukan sebanyak empat kali dengan topik yang berbeda yaitu ; 1. Penyuluhan tentang pengenalan Budidaya Tanaman Kemiri sekaligus praktek pembuatan contoh teras bangku di bawah tegakan kemiri. 2. Penyuluhan tentang pembibitan kemiri. 3. Penyuluhan tentang manfaat dan aplikasi pupuk mikoriza dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman kemiri. 4. Penyuluhan tentang cara pembuatan briket arang dari cangkang kemiri Gambar 2. Pertemuan dan Diskusi dengan Ketua Kelompok Tani Gambar 3. Penyuluhan Yang Dihadiri oleh ketua dan anggota kelompok tani serta mahasiswa yang terlibat dalam program IbM Kegiatan program penyuluhan melibatkan semua anggota kelompok tani sasaran di desa Uwemanje Kecamatan Kinovaro Kabupaten Sigi. Peserta penyuluhan mendengarkan dengan baik semua penjelasan materi yang disampaikan oleh tim pengabdi.
35 Gambar 4. Contoh Benih Kemiri yang Berkualitas c. Pelatihan dan Pendampingan Kelompok tani Pelatihan dan pendampingan dilakukan sebanyak dua kali dengan topik yaitu: a. Pelatihan pembuatan media tanam, pencampuran mikoriza, dan arang serta pengisian polybag sebagai wadah penanaman semai kemiri. Selain itu, Pemilihan benih kemiri yang berkualitas di lapangan, perlakuan terhadap benih serta penanaman benih kemiri dalam polybag serta pelaksanaan perlakuan penelitian mahasiswa yang terlibat dalam program IbM ini. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas bibit kemiri yang dihasilkan adalah dengan pemanfaatan mikoriza dan arang cangkang kemiri sebagai salah satu pupuk hayati yang ramah lingkungan. Mikoriza merupakan salah satu alternatif teknologi untuk membantu pertumbuhan, meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman. Proses pendampingan ini dilakukan sejak awal dari proses pemilihan benih kemiri di lapangan sampai pada tahapan aplikasi pupuk mikoriza dan arang pada bibit kemiri. Menurut Santoso (2007), penggunaan mikoriza untuk kegiatan budi daya hutan, selain memicu pertumbuhan tanaman, juga sebagai upaya pelestarian keragaman hayati. Mikoriza sebagai bentuk asosiasi antara akar tanaman dengan jamur pembentuk mikoriza. Hasil dari pelaksanaan program IbM ini adalah meningkatnya jumlah bibit kemiri yang ditanam oleh kelompok tani ini, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pula pendapatan kelompok tani tersebut. Bibit kemiri yang telah diberi perlakuan-perlakuan tersebut dipelihara selama lima bulan sehingga berlangsung sampai bulan Agustus 2015. Program IbM ini juga melibatkan satu orang mahasiswa dalam penelitian tugas akhir(skripsi) dengan Judul skripsi sesuai topik diatas yaitu: Pengaruh perbandingan tanah dan arang cangkang kemiri terhadap pertumbuhan bibit kemiri (Aleurites moluccana Wild). Gambar 5. Bibit Kemiri Umur 2 (Dua) Minggu Di Bedeng Tabur Sebelum disapih kedalam Polibag. Gambar 6. Bibit Kemiri Umur 2 (Dua) Minggu Di Bedeng Tabur Sebelum disapih kedalam Polibag. Gambar 7. Diskusi dengan Salah satu Ketua Kelompok Tani Tentang Bibit Berkualitas Umur 1 Bulan Di Bedeng Tabur dan siap dipindahkan ke polibag
36 Gambar 8. Penyiraman Bibit yang baru tumbuh di bedeng tabor. Gambar. 12. Pencampuran Pupuk Hayati Mikoriza dan Tanah Gambar 9. Pengisian media tumbuh ke dalam polibag. Gambar. 13. Pengisian tanah kedalam polibag Gambar 10. Polibag yang telah diisi media tumbuh. Gambar 14. Aktivitas Mahasiswa yang terlibat dalam Magang dan Penelitian dalam program IbM. Gambar 11. Pupuk hayati Mikoriza Gambar 15. Pemasangan Paranet Sebagai Naungan Bibit Kemiri
37 Gambar 16. Pembuatan tempat polibag dengan batas Bambu b. Pelatihan pembuatan briket arang dari cangkang kemiri serta pelaksanaan perlakuan penelitian mahasiswa yang terlibat dalam program IbM ini. Program IbM ini juga melibatkan satu orang mahasiswa dalam penelitian tugas akhir(skripsi) dengan Judul skripsi sesuai topik diatas yaitu: Pengaruh Ukuran cetakan terhadap kualitas briket arang cangkang kemiri. Dokuemtasi kegiatan pelatihan pembuatan briket arang dari cangkang kemiri sebagai berikut: Gambar 17. Bibit Kemiri yang baru dipindahkan ke dalam polibag Gambar 20. Proses pembakaran cangkang kemiri menjadi arang Gambar 18. Bibit Kemiri Yang Berumur 1,5 Bulan Di Persemaian Gambar 21. Proses penyiapan perekat yang digunakan sebagai campuran pembuatan briket arang cangkang kemiri Gambar 19. Pembuatan Contoh Teras Individu Dibawah Tegakan Kemiri
38 briket arang dari cangkang kemiri dapat meningkatkan pengetahuan maupun keterampilan anggota kelompok tani yang terlibat dalam pelaksanaan IbM. Teknik pembibitan kemiri dengan penerapan teknologi mikoriza maupun pembuatan briket arang cangkang kemiri telah diadopsi oleh kelompok tani dalam usaha usaha mereka. Selain itu, para anggota kelompok tani juga dapat menerapkan cara pembuatan terassring individu dibawah tegakan kemiri dalam rangka konservasi tanah dan air. Gambar 22. Proses pencampuran serbuk arang dan perekat serta contoh briket arang cangkang kemiri yang telah jadi. 4. KESIMPULAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan IbM dirumuskan kesimpulan bahwa pelaksanaan penyuluhan, pelatihan dan pendampingan kelompok tani dalam pembibitan kemiri maupun pembuatan 4.2. Saran Pelaksanaan program IbM ini baru dilakukan secara terbatas pada dua kelompok tani, sehingga disarankan perlu dilanjutkan program untuk kelompok tani lain yang terdapat di Desa Uwemanje, selain itu perlu pembinaan secara berkelanjutan terhadap kedua kelompok tani tersebut, tidak hanya terhadap pelaksanaan pembibitan tetapi juga sampai tahap penanaman penanaman di lapangan. REFERENSI Ariyanti, 2003. Teknik Pembuatan Arang. Diktat Mata Kuliah Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako. Palu. Krisnawati, H., Kallio, M., dan Kanninen, M. 2011. Aleurites moluccana Willd Ekologi, Silvikultur dan Produktivitas. Centre for International Foretsry Research (CIFOR). Bogor. Rao, N. S., Subha. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Edisi Kedua. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.