BAB III GAMBARAN UMUM ATAS PT MMS III.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan PT MMS didirikan di Jakarta berdasarkan Akta No.14 tanggal 4 Oktober 1989 dari Notaris Winnie Hadiprojo, SH., notaris pengganti dari Kartini Muljadi, SH,. Dan diperbaharui dengan akta No.84 tanggal 28 Maret 1990 dari Notaris Kartini Muljadi, S.H. Akta pendirian perusahaan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat Keputusan No. C2-1883.HT.01.01.Th.90 tanggal 30 Maret 1990 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.38 tanggal 11 Mei 1990, Tambahan No.1700. Anggaran Dasar perusahaan mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta No.33 tanggal 22 Desember 2004 dari Notaris Hendra Karyadi, S.H., mengenai perubahan modal ditempatkan dan disetor serta perubahan status Perusahaan menjadi perusahaan dalam rangka Penanaman Modal Asing (PMA). Akta perubahan ini telah dilaporkan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dan telah diterima sesuai Surat No.C-31058HT.01.04.TH.2004 tanggal 23 Desember 2004 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.54. Perubahan status perusahaan menjadi PMA telah disetujui oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal sesuai Surat No.128/V/PMA/2004 tanggal 22 Desember 2004. Sesuai pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan adalah menjalankan tugas sebagai pelaksana dari PT Jasa Marga (Persero) qq Menteri Pekerjaan Umum qq Pemerintah Republik Indonesia dalam penyelenggaraan proyek yang meliputi pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan jalan tol Tangerang - 30
Merak sesuai dengan hukum dan peraturan perundangan yang berlaku. III.2 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Setiap perusahaan memiliki struktur organisasi yang berbeda-beda tergantung pada tujuan dan operasi perusahaan. Struktur organisasi dibutuhkan sebagai alat untuk memperjelas tugas dan tanggung jawab karyawan. Dengan adanya struktur organisasi pada suatu perusahaan, maka setiap karyawan dapat mengetahui apa yang harus dikerjakannya, dan dapat mencegah timbulnya pelimpahan kesalahan kepada orang lain. Selain itu dapat menjalin komunikasi yang efektif yang dapat menunjang tercapainya tujuan perusahaan. Struktur organisasi PT MMS dapat dilihat di halaman berikutnya. 31
RUPS Board of Commissioners Direktur Utama Internal Audit Direktur 1 Direktur 2 Direktur 3 General Kepala Divisi Operasi Kepala Divisi Pemeliharaan Kepala Divisi Keuangan Kepala Divisi Kepegawaian & Administrasi Penerimaan Tol Perencanaan Pemeliharaan Akuntansi Sumber Daya Manusia Peralatan Tol Pelaksanaan Pemeliharaan Keuangan Sekertariat dan Umum Pelayanan Lalu Lintas dan Keamanan Treasury Hukum Gambar III.1 Struktur Organisasi PT MMS Sumber : PT MMS 32
PT MMS mempunyai deskripsi tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut: 1. RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) a. Mengangkat dan memberhentikan komisaris dan direktur atas kesepakatan hasil RUPS. b. Menerapkan kebijakan perusahaan baik itu tujuan maupun strategi perusahaan untuk jangka pendek dan panjang dalam mencapai tujuan perusahaan. c. Memeriksa dan melakukan evaluasi laporan direksi. 2. Board of Commissioner (Dewan Komisaris) a. Bertanggung jawab untuk mengawasi kebijakan yang diambil oleh direktur dalam melaksanakan operasional perusahaan. b. Berwenang dalam pengambilan keputusan yang menyangkut pelaksanaan kegiatan perusahaan. c. Memberikan saran dan pertimbangan-pertimbangan untuk keperluan pengambilan keputusan oleh Direktur. 3. Direktur Utama a. Bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan kegiatan perusahaan kepada Komisaris. b. Mewakili perusahaan di dalam dan di luar atas nama perusahaan. 4. Direktur 33
a. Menentukan kebijakan perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan dengan persetujuan Direktur Utama. b. Mengawasi jalannya operasional perusahaan. 5. General a. Mengawasi pelaksanaan kegiatan perusahaan yang dilakukan manajer yang berada di bawah General. b. Menjalankan kebijakan yang dibuat oleh perusahaan. c. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan perusahaan kepada Direktur. 6. Internal Audit a. Membantu Direksi dalam mengawasi jalannya seluruh unit organisasi sesuai dengan prosedur peraturan kebijakan Direksi. b. Memberikan pertimbangan kepada Direksi untuk pemutusan kasus-kasus kecurangan yang ditemukan dalam unit-unit organisasi. c. Membantu segenap unit organisasi dalam memperbaiki dan meluruskan kegiatan yang tidak sesuai dengan peraturan serta kebijakan yang berlaku. d. Memberikan saran kepada Direktur Utama sehubungan dengan fungsinya sebagai pengawas intern. 7. Kepala Divisi Operasi a. Bertanggung jawab kepada General. b. Melakukan control terhadap seluruh kegiatan operasional perusahaan. c. Mengambil kebijakan dan tindakan dalam melaksanakan kegiatan operasional 34
perusahaan. Kepala Divisi Operasi membawahi : 1. Manajer Penerimaan Tol a. Bertanggung jawab kepada Kepala Divisi Operasi. b. Mengambil kebijakan dan tindakan tertentu untuk meningkatkan penerimaan tol. 2. Manajer Peralatan Tol a. Bertanggung jawab kepada Kepala Divisi Operasi. b. Mengambil kebijakan dan tindakan tertentu dalam mengatur dan menyediakan peralatan tol untuk kegiatan operasional perusahaan. 3. Manajer Pelayanan Lalu Lintas dan Keamanan a. Bertanggung jawab kepada Kepala Divisi Operasi. b. Mengambil kebijakan dan tindakan untuk meningkatkan pelayanan lalu lintas jalan tol. c. Menjaga keamanan dan keselamatan dalam seluruh kegiatan operasional perusahaan. 8. Kepala Divisi Pemeliharaan a. Membuat dan menyesuaikan sistem pemeliharaan yang ada. b. Bertanggung jawab terhadap keadaan darurat pemeliharaan. c. Berpartisipasi dalam pengembangan proyek. 35
d. Bertanggung jawab terhadap sistem keamanan pemeliharaan. Kepala Divisi Pemeliharaan membawahi : 1. Manajer Perencanaan Pemeliharaan a. Bertanggung jawab kepada Kepala Divisi Pemeliharaan. b. Menyiapkan data-data serta bahan-bahan dalam menyusun perencanaan operasi dan pemeliharan. 2. Manajer Pelaksanaan Pemeliharaan a. Bertanggung jawab kepada Kepala Divisi Pemeliharaan. b. Melaksanakan, mengendalikan dan mengkoordinasikan semua kegiatan pemeliharaan. 9. Kepala Divisi Keuangan a. Melaksanakan sistem akuntansi bagi perusahaan yang mampu menghasilkan laporan keuangan bulanan dalam bentuk perhitungan laba/rugi. Daftar perincian biaya dan perincian keuangan lainnya yang diminta oleh komisaris. b. Melaksanakan pengawasan dalam arti luas, atas seluruh asset perusahaan, pendapatan, maupun biaya dari kegiatan perusahaan. Kepala Divisi Keuangan membawahi : 1. Manajer Akuntansi a. Menyelenggarakan pembukuan dan mencatat transaksi-transaksi umum yang terjadi ke dalam jurnal. 36
b. Mengecek kebenaran pencatatan bukti-bukti transaksi yang ada. c. Menyusun laporan keuangan pada setiap akhir periode tertentu. d. Menyelenggarakan pembukuan dan mencatat biaya-biaya yang terjadi di perusahaan. e. Mengecek kebenaran dari pengalokasian biaya. 2. Manajer Keuangan a. Bertanggung jawab membuat anggaran keuangan perusahaan. b. Membuat laporan dan perbandingan terhadap yang direncanakan dan realisasi keuangannya. c. Menetapkan rencana substantif dan rencana keuangan perusahaan untuk jangka waktu tertentu. d. Menyiapkan dan melaporkan laporan kinerja pada setiap akhir bulan kepada Kepala Divisi Keuangan. e. Merencanakan besarnya laba yang akan diperoleh dan biaya yang harus dikeluarkan pada periode berjalan. 3. Manajer Treasury a. Bertanggung jawab kepada Kepala Divisi Keuangan. b. Mengatur serta mengawasi kegiatan penerimaan dan pengeluaran kas sesuai dengan kebijakan keuangan perusahaan. c. Mengawasi serta mengkoordinir tugas kasir. d. Menyetor uang kas yang berasal dari pendapatan yang diterima melalui kasir ke Bank. 37
e. Mengendalikan uang yang keluar dan masuk dari kas perusahaan. 10. Kepala Divisi Kepegawaian & Administrasi a. Bertanggung jawab kepada General. b. Melaksanakan fungsi eksekutif dalam bagian personalia. c. Mengurus masalah yang berkaitan dengan administrasi kepegawaian dan administrasi secara keseluruhan sesuai dengan kebijakan perusahaan. Kepala Divisi Kepegawaian & Administrasi membawahi : 1 Manajer Sumber Daya Manusia a. Bertugas dan bertanggung jawab terhadap administrasi pegawai perusahaan baik itu penerimaan, pelatihan, maupun pemberhentian pegawai. b. Menjaga semua kerahasiaan data atau informasi kepegawaian. c. Memperhatikan kesejahteraan dan pembinaan pegawai. d. Mengadakan perencanaan personalia. e. Bertugas untuk mewakili perusahaan dalam Departemen Tenaga Kerja dan pihak-pihak luar perusahaan lainnya yang terkait. 2 Manajer Sekertariat dan Umum a. Melaksanakan kegiatan administrasi di personalia dengan berpedoman kepada objektivitas dan kebijakan yang telah digariskan serta mengikuti sistem dan prosedur operasional yang telah ditetapkan. b. Menjamin kelancaran operasional administrasi melalui perencanaan, pelaksanaan, pendistribusian serta pengawasan yang efektif dan efisien. 38
c. Membuat, mengembangkan dan melaksanakan sistem dan prosedur yang telah ditetapkan dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan guna mendukung kegiatan dalam lingkup internal dan eksternal departemen. 3 Manajer Hukum a. Mengerjakan tugas-tugas yang meliputi aspek legal (hukum). b. Melakukan seluruh tugas kepersonaliaan. III.3 Kebijakan Akuntansi dan Pajak Perusahaan Informasi dari suatu perusahaan, terutama informasi mengenai keuangan dibutuhkan oleh berbagai macam pihak yang berkepentingan diluar perusahaan, diantaranya kreditur, calon investor, kantor pajak dan lain sebagainya. Selain itu manajemen perusahaan sebagai pihak intern juga memerlukan informasi keuangan sebagai alat untuk mengetahui, mengawasi dan mengambil berbagai macam keputusan untuk menjalankan perusahaan. Perusahaan dalam melaksanakan operasinya juga melakukan pembukuan atas transaksi-transaksi usaha yang dilakukannya. PT MMS menyusun laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas yang digunakan sebagai dasar untuk penghitungan besarnya Penghasilan Kena Pajak. Dalam penyusunan laporan keuangan, PT MMS mengikuti prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Tetapi dalam melaksanakan dan memenuhi kewajiban perpajakannya, ada beberapa kebijakan akuntansi perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan yang disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. 39
Berikut ini akan diuraikan mengenai kebijakan akuntansi dan pajak yang dianut oleh PT MMS dalam penyusunan laporan keuangan : a. Dasar penyajian laporan keuangan Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Dasar pengukuran laporan keuangan adalah konsep akrual, kecuali untuk laporan arus kas dan konsep biaya perolehan (historical cost), kecuali beberapa akun tertentu yang disusun berdasarkan pengukuran lain sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut. Laporan arus kas disusun dengan menggunakan metode langsung (direct method) dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. b. Transaksi dan saldo dalam mata uang asing Transaksi dalam mata uang selain rupiah dicatat berdasarkan kurs yang berlaku pada saat transaksi dilakukan. Pada tanggal neraca, aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dijabarkan ke dalam Rupiah berdasarkan kurs tengah nilai tukar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia pada tanggal tersebut. Laba atau rugi kurs yang terjadi dikreditkan atau dibebankan pada operasi tahun berjalan. c. Penggunaan estimasi Penyusunan laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, mensyaratkan manajemen untuk memakai estimasi-estimasi dan asumsi-asumsi yang mempengaruhi jumlah yang dilaporkan. Sehubungan dengan ketidakpastian yang melekat dalam pembuatan estimasi, hasil sebenarnya yang dilaporkan dalam periode mendatang mungkin didasarkan atas jumlah-jumlah yang berbeda dari estimasi tersebut. 40
d. Setara kas Deposito berjangka dengan jangka waktu kurang dari 3 (tiga) bulan dan tidak dijaminkan atas hutang diklasifikasikan sebagai Setara Kas. e. Biaya dibayar di muka Biaya dibayar di muka dibebankan pada operasi selama masa manfaat masingmasing biaya. f. Aktiva tetap Aktiva tetap termasuk hak pengelolaan jalan tol dinyatakan berdasarkan biaya perolehan, kecuali aktiva tetap tertentu yang dinilai kembali berdasarkan peraturan pemerintah, dikurangi akumulasi amortisasi dan penyusutan. Aktiva tetap tertentu telah dinilai kembali berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh penilai independen sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku. Peningkatan nilai aktiva tetap karena penilaian kembali dikreditkan pada selisih penilaian kembali aktiva tetap dalam akun ekuitas. Amortisasi dan depresiasi dihitung dengan metode garis lurus berdasarkan taksiran umur ekonomis aktiva atau masa konsensi (mana yang lebih pendek), sebagai berikut : Tahun Peralatan tol dan peralatan kantor 5 Kendaraan dan tiket tol 3-5 Perbaikan sewa dan prasarana bangunan 3-5 Hak pengelolaan jalan tol : Tahap I 41
Pintas ciujung 29 Tangerang Balaraja Timur 27 Balaraja Timur Balaraja Barat 27 Balaraja Barat Ciujung 27 Tahap II Serang By-pass 28 Ciujung Serang Timur 28 Serang Timur Cilegon Timur 27 Cilegon Timur Gerem 26 Penurunan nilai aktiva tetap dibebankan pada beban usaha tahun berjalan apabila terdapat peristiwa atau perubahan yang mengidentifikasikan bahwa nilai tercatat aktiva tersebut tidak dapat dipulihkan kembali. Biaya pemeliharaan dan perbaikan dibebankan pada laporan laba rugi pada saat terjadinya; pemugaran dan penambahan dalam jumlah signifikan yang memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam PSAK No. 16, Aktiva Tetap dan Aktiva Lainlain, dikapitalisasi. Aktiva tetap yang sudah tidak digunakan lagi atau yang dijual, nilai tercatat dan akumulasi penyusutannya dikeluarkan dari kelompok aktiva tetap yang bersangkutan dan laba rugi yang terjadi dibukukan dalam laporan laba rugi tahun yang bersangkutan. Aktiva dalam penyelesaian dinyatakan sebesar biaya perolehan. Akumulasi biaya perolehan akan dipindahkan ke masing-masing aktiva tetap yang bersangkutan pada saat aktiva tersebut selesai dikerjakan dan siap digunakan. g. Biaya pelapisan ulang 42
Pengeluaran yang terjadi setelah perolehan jalan tol, sehubungan dengan pelapisan ulang atau yang sejenisnya yang memiliki manfaat lebih dari setahun dicatat sebagai beban ditangguhkan (deffered charges) dan diamortisasi dengan menggunakan metode garis lurus selama 3 (tiga) tahun. h. Pengakuan pendapatan dan beban Pendapatan jalan tol diakui pada saat penjualan karcis tol atau penyerahan jasa. Beban diakui pada saat terjadinya atau sesuai dengan periode manfaatnya. i. Imbalan kerja Berdasarkan PSAK No. 24 (Revisi 2004), penyisihan imbalan kerja ditentukan dengan menggunakan metode penghitungan Projected Unit Credit. Keuntungan dan kerugian akturial diakui sebagai pendapatan atau biaya bila akumulasi keuntungan dan kerugian akturial yang belum diakui pada pelaporan tahun sebelumnya melebihi 10% dari nilai kini kewajiban imbalan pasti atau nilai wajar aktiva program pada tanggal tersebut, mana yang lebih tinggi. Keuntungan dan kerugian ini diakui dengan metode garis lurus selama rata-rata sisa masa kerja karyawan. Biaya jasa lalu yang berasal dari pengenalan program manfaat pasti atau perubahan kewajiban imbalan pasti dari program yang berlaku diharuskan untuk diamortisasi sampai imbalan kerja tersebut telah menjadi hak. j. Manfaat atau beban pajak Beban pajak kini ditetapkan berdasarkan taksiran laba kena pajak tahun berjalan. Aktiva dan kewajiban pajak tangguhan diakui atas perbedaan temporer antara aktiva dan kewajiban untuk tujuan komersial dan untuk tujuan perpajakan pada setiap tanggal pelaporan. Manfaat pajak di masa mendatang, seperti saldo rugi fiskal yang 43
belum digunakan, diakui sejauh besar kemungkinan realisasi atas manfaat pajak tersebut. Aktiva dan kewajiban pajak tangguhan diukur pada tarif pajak yang diharapkan akan digunakan pada periode ketika aktiva direalisasi atau ketika kewajiban dilunasi berdasarkan tarif pajak (dan peraturan perpajakan) yang berlaku atau secara substansial telah diberlakukan pada tanggal neraca. Perubahan terhadap kewajiban perpajakan diakui pada saat Surat Ketetapan Pajak (SKP) diterima atau, jika perusahaan mengajukan keberatan, pada saat keputusan atas keberatan tersebut telah ditetapkan. III.4 Laporan Keuangan Perusahaan Dalam praktek akuntansi, laporan keuangan merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang terjadi selama periode yang bersangkutan. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Untuk dapat melakukan penelitian diperlukan suatu objek penelitian. Oleh karena itu, yang dijadikan objek penelitian dalam skripsi ini adalah laporan keuangan PT MMS yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi serta data lain yang berkaitan dengan kegiatan perpajakan di perusahaan. Sebelum membahas tentang pelaksanaan dan perencanaan Pajak Penghasilan pada PT MMS, terlebih dahulu akan disajikan laporan keuangan perusahaan per 31 Desember 2006 yang merupakan hasil akhir dari suatu proses akuntansi. 44
Tabel III.1 PT MMS Neraca Pada Tanggal 31 Desember 2006 (Dalam Rupiah) AKTIVA AKTIVA LANCAR Kas dan bank Rp. 8.898.812.683,- Bank escrow Rp. 2.090.004.083,- Aktiva lain-lain Rp. 82.356.438,- Perlengkapan tol Rp. 53.452.837,- Uang muka Rp. 153.618.500,- Biaya dibayar dimuka Rp. 3.042.969.692,- Jumlah Aktiva Lancar Rp. 14.321.214.233,- AKTIVA TIDAK LANCAR Aktiva pajak tangguhan bersih Rp. 56.147.825.486,- Aktiva tetap setelah dikurangi Akumulasi Penyusutan sebesar Rp.427.360.237.154 Pada tahun 2006 Rp. 700.903.157.874,- Aktiva lain-lain Rp. 11.394.356.671,- Jumlah Aktiva Tidak Lancar Rp. 768.445.340.031,- JUMLAH AKTIVA Rp. 782.766.554.264,- 45
KEWAJIBAN DAN EKUITAS KEWAJIBAN LANCAR Hutang usaha Rp. 11.806.463.554,- Hutang pajak Rp. 323.936.277,- Biaya masih harus dibayar Rp. 3.314.543.583,- Hutang lain-lain Rp. 3.974.182.837,- Hutang bank jangka panjang jatuh tempo dalam satu tahun Rp. 10.000.000.000,- Jumlah Kewajiban Lancar Rp. 29.419.126.251,- KEWAJBAN TIDAK LANCAR Hutang bank jangka panjang Setelah dikurangi bagian jatuh tempo dalam satu tahun Rp. 350.000.000.000,- Hutang subordinasi Rp. 64.150.972.222,- Kewajiban imbalan kerja Rp. 1.610.261.688,- Jumlah Kewajiban Tidak Lancar Rp. 415.761.233.910,- Jumlah Kewajiban Rp. 445.180.360.161,- EKUITAS Modal saham nilai nominal Rp100 per saham Modal dasar 2.091.000.000 Saham Modal ditempatkan dan disetor 46
1.444.060.773 saham Rp. 144.406.077.300,- Tambahan modal disetor Rp. 455.895.678.529,- Selisih penilaian kembali Aktiva tetap Rp. 330.915.302.720,- Defisit Rp. (593.630.864.446),- Jumlah Ekuitas Bersih Rp. 337.586.194.103,- JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS Rp. 782.766.554.264,- Sumber : Laporan Keuangan PT MMS Tahun 2006 47