PENGEMBANGAN KAWASAN AGRIBISNIS PERBERASAN PROPINSI JAWA TENGAH SEBAGAI UPAYA MENJAGA KEDAULATAN PANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN KAWASAN AGRIBISNIS PERBERASAN PROPINSI JAWA TENGAH SEBAGAI UPAYA MENJAGA KEDAULATAN PANGAN

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF BERAS SOLOK ORGANIK Mardianto 1, Edi Firnando 2

PENGEMBANGAN KAWASAN AGRIBISNIS JAGUNG DAN MANGGA DI KABUPATEN BLORA Development of Corn and Mango Agribusiness Region in Blora District

BAB IV METODE PENELITIAN

Volume 12, Nomor 1, Hal ISSN Januari - Juni 2010

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Daya Saing Komoditas Kelapa di Kabupaten Flores Timur

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITI PADI SAWAH DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ABSTRACT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

VIII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEUNTUNGAN DAN DAYA SAING RUMPUT LAUT

ANALISIS DAYA SAING AGRIBISNIS BAWANG MERAH DI KABUPATEN PROBOLINGGO

Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal PENGEMBANGAN AGRIBISNIS CABAI MERAH (Capsicum annuum L) DI KABUPATEN MAGELANG

IV METODOLOGI PENELITIAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

DAMPAK KEBIJAKAN PEMBATASAN IMPOR BAWANG MERAH TERHADAP USAHATANI BAWANG MERAH DI KABUPATEN PROBOLINGGO

ANALISIS DAYA SAING APEL JAWA TIMUR (Studi Kasus Apel Batu, Nongkojajar dan Poncokusumo)

VII. ANALISIS DAYA SAING USAHATANI JAGUNG

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

3.5 Teknik Pengumpulan data Pembatasan Masalah Definisi Operasional Metode Analisis Data

EFISIENSI DAN DAYA SAING USAHATANI HORTIKULTURA

KERANGKA PEMIKIRAN. berupa derasnya arus liberalisasi perdagangan, otonomi daerah serta makin

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KELAPA DI KABUPATEN FLORES TIMUR

III. METODE PENELITIAN

DAYA SAING KEDELAI DI KECAMATAN GANDING KABUPATEN SUMENEP

EMBRYO VOL. 7 NO. 2 DESEMBER 2010 ISSN

III. METODE PENELITIAN

DAYA SAING JAGUNG, KETELA POHON, DAN KETELA RAMBAT PRODUKSI LAHAN KERING DI KECAMATAN KUBU, KABUPATEN KARANGASEM PROVINSI BALI

VI. ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA USAHATANI JAMBU BIJI

METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHATANI JAGUNG DAN PADI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROPINSI SULAWESI UTARA ZULKIFLI MANTAU

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

sesuaian harga yang diterima dengan cost yang dikeluarkan. Apalagi saat ini,

KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN DAMPAK KEBIJAKAN PENGURANGAN SUBSIDI INPUT TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS KENTANG DI KOTA BATU

III KERANGKA PEMIKIRAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Harga Gula Domestik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF JERUK SIAM DI SENTRA PRODUKSI

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP JERUK SIAM

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor Penting yang Memengaruhi Dayasaing Suatu Komoditas

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 12 No. 2, Agustus 2007 Hal: namun sering harganya melambung tinggi, sehingga tidak terjangkau oleh nelayan. Pe

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang. jagung per musim tanam yang, diukur dalam satuan ton.

Oleh: Tobari dan Budi Dharmawan Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto (Diterima: 11 September 2004, disetujui: 21 September 2004)

DAYA SAING USAHA TERNAK SAPI RAKYAT PADA KELOMPOK TANI DAN NON KELOMPOK TANI (suatu survey di Kelurahan Eka Jaya)

VI. ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN SIAM DEDDY FISH FARM

ANALYSIS ON COMPETITIVENESS OF ARABICA COFFEE IN NORTH TAPANULI (Case Study: Bahal Batu III Village, Siborong-borong Subdistrict)

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil analisis, maka pada penelitian ini

ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KENTANG

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

METODOLOGI PENELITIAN

.SIMULASI KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP DAYA SAING TEMBAKAU MADURA. Kustiawati Ningsih

IV METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. A. Metode Dasar Penelitian

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian.

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PRODUKSI KAKAO DI JAWA TIMUR

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KEDELAI VS PENGUSAHAAN KEDELAI DI KABUPATEN LAMONGAN, JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Empiris Tentang Jeruk

IV. METODE PENELITIAN

PENGANTAR AGRIBISNIS

III METODE PENELITIAN. Daya saing adalah suatu konsep yang menyatakan kemampuan suatu produsen

ANALISIS DAYA SAING USAHATANI KOPI ROBUSTA (COFFEA CANEPHORA) DI KABUPATEN REJANG LEBONG

ANALISIS DAYA SAING USAHA PEMBESARAN IKAN NILA PETANI PEMODAL KECIL DI KABUPATEN MUSI RAWAS

I. PENDAHULUAN. pengekspor jagung (net exporter), namun situasi ini secara drastis berubah setelah

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

ANALISIS DAYA SAING USAHATANI KELAPA SAWIT DI KABUPATEN MUKOMUKO (STUDI KASUS DESA BUMI MULYA)

IV. METODE PENELITIAN

DAFTAR TABEL. 1. Produksi manggis di Pulau Sumatera tahun Produksi manggis kabupaten di Provinsi Lampung tahun

ANALISIS DAYASAING USAHATANI JAGUNG DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROPINSI SULAWESI UTARA

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Jl. Veteran Malang Telp (0341)

ANALISIS DAYA SAING DAN STRUKTUR PROTEKSI KOMODITAS PALAWIJA

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHATANI PALA (STUDI KASUS: KABUPATEN BOGOR DAN SUKABUMI)

VI. ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan.

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 3. No 2 Desember 2009)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

VIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF SERTA IMPLIKASI KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA KOMODITAS JAGUNG DI KABUPATEN BENGKAYANG

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

DAMPAK KEBIJAKAN KREDIT DAN SUBSIDI PUPUK TERHADAP KEUNTUNGAN USAHATANI PADI. I Made Tamba Ni Luh Pastini

PENETAPAN KINERJA ( PK ) TAHUN 2013 (REVISI) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR

ANALISIS KINERJA DAN PROSPEK SWASEMBADA KEDELAI DI INDONESIA. Muhammad Firdaus Dosen STIE Mandala Jember

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Tingkat Keuntungan Usahatani Padi Sawah sebagai Dampak dari adanya Subsidi Pupuk di Kabupaten Tabanan

ANALISIS DAYA SAING USAHATANI TEBU DI PROPINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

1. Pengembangan Komoditas Unggulan 2. Pengembangan Kawasan dan Sentra Produksi 3. Pengembangan Mutu Produk 4. Pengembangan Perbenihan

3 KERANGKA PEMIKIRAN

(The analysis of profitability, comparative advantage, competitive advantage and import policy impact on beef cattle fattening in west java)

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

ANALISIS PRIVAT DAN SOSIAL USAHA TANI PADI DI KABUPATEN GROBOGAN

Transkripsi:

PENGEMBANGAN KAWASAN AGRIBISNIS PERBERASAN PROPINSI JAWA TENGAH SEBAGAI UPAYA MENJAGA KEDAULATAN PANGAN Ernoiz Antriyandarti 1*, Susi Wuri Ani 2, Minar Ferichani 3 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta *ernoiz_a@yahoo.com ABSTRAK Central Java has been known as center of agricultural product producer in Java. As in entire agricultural areas in this world, there are many problems faced by agribusiness actor in order to develop these commodities. The Purpose of agribusiness development of are to (1) stimulate the growth of regional investment potential by involving all actors of agribusiness, government, farmers / agribusiness groups and private, (2) facilitate the need of farmers and agribusiness group with the private sector and government through mutual cooperation and interdependence, (3) formulate a joint work program between the groups in the central areas of agribusiness with other relevant parties on the joint regional development. The study aims to determine the comparative advantages of rice commodity in Central Java and formulate the development efforts of rice commodity. This study uses a Policy Analysis Matrix (PAM) to analyze the comparative advantage of rice commodity in terms of the resources used to produce these commodities, the resulting output, the prevailing economic policies and market distortions that occur. The results showed that rice farming is profitable and there are any transfers of farmers to the community. Rice farmers do not get the price protection product. Overall rice farming has not received adequate protection. Keywords: Agribusiness, Development, Rice, Policy, Analysis Matrix PENDAHULUAN Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta jiwa mengakibatkan permintaan pangan utama, yaitu beras di pasar dalam negeri dan pasar global mengalami peningkatan signifikan. Serbuan beras impor pun tak terbendung lagi guna memenuhi permintaan domestik. Peningkatan permintaan komoditas beras tersebut merupakan kesempatan bagi bidang agribisnis perberasan untuk mengembangkan usahanya. Dengan demikian produksi dalam negeri dapat mencukupi kebutuhan pangan domestik tanpa harus impor dari luar negeri. Sehingga Indonesia dapat menjadi Negara yang mandiri dalam pemenuhan kebutuhan pangan, tidak bergantung pada pangan impor. Propinsi Jawa Tengah terdiri dari 35 kabupaten/kotamadya yang mempunyai karakteristik dan agroklimat yang berbeda. Sehingga tidak semua wilayah sesuai untuk pengembangan agribisnis komoditas tertentu, dalam hal ini komoditas padi. Pemilihan lokasi didasarkan pada persyaratan sebagai berikut: 1. Agroklimat yang sesuai 2. Sumberdaya manusia (pelaku agribisnis) memadai 3. Ketersediaan lahan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan agribisnis secara permanen 519

4. Fasilitas pendukung lainnya, seperti ketersediaan air dan infrastuktur pendukung kegiatan agribisnis. Tujuan pengembangan kawasan agribisnis perberasan adalah sebagai berikut: 1. Merangsang pertumbuhan investasi regional potensial dengan melibatkan semua pelaku agribisnis, baik pemerintah, petani/kelompok agribisnis beras dan swasta 2. Menjembatani dan mendekatkan keperluan petani dan kelompok usaha agribisnis dengan pihak swasta dan pemerintah melalui kerjasama saling menguntungkan dan saling ketergantungan 3. Merumuskan program kerja bersama antara kelompok usaha agribisnis di daerah sentra dengan pihak lain yang berkaitan pada suatu kawasan pengembangan secara bersama, terpadu dan tersinergi. Adapun penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menentukan keunggulan komparatif komoditas padi di Jawa Tengah 2. Merumuskan upaya pengembangan komoditas padi Agribisnis menurut Soeharjo (1987) adalah bisnis pertanian yang mencakup semua kegiatan, mulai dari pengadaan sarana produksi pertanian sampai tata niaga produk pertanian yang dihasilkan usahatani atau hasil olahannya. Berdasarkan konsep tersebut, agribisnis digambarkan sebagai sistem yang terdiri dari beberapa subsistem, yaitu: 1. Subsistem pembuatan dan penyaluran berbagai sarana produksi pertanian (farm supplies) yaitu bibit, benih, pupuk, obat-obatan, alat pertanian, mesin pertanian, bahan bakar dan kredit. Pelaku-pelaku kegiatan adalah perusahaan swasta, koperasi, lembaga pemerintah, bank atau perorangan. 2. Subsistem kegiatan produksi dalam usahatani yang menghasilkan bermacam produk pertanian (bahan pangan, hasil perkebunan, daging, telur, ikan dan lain-lain). Usahatani mencakup semua bentuk organisasi produksi, mulai dari yang berskala kecil sampai ke yang berskala besar termasuk juga budidaya pertanian yang menggunakan lahan secara intensif. Pelaku-pelaku kegiatan ini adalah petani, pengusaha swasta dan lembaga pemerintah. Teknologi yang digunakan bervariasi mulai dari yang tradisional sampai yang canggih, sehingga corak usahataninya pun berbeda-beda. 3. Subsistem pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan penyaluran produk pertanian yang dihasilkan usahatani atau hasil olahannya ke konsumen. Pelaku-pelaku kegiatan ini terdiri dari perorangan, pengusaha swasta, lembaga pemerintah dan koperasi. Menurut UU No. 24/1992 tentang Penataan Ruang, kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan. Hartono, et.al. (2003) membuat rencana pengembangan agribisnis hortikultura Kabupaten Karanganyar dengan menentukan keunggulan komparatif dan kompetitif komoditas unggulan di Kabupaten Karanganyar. Hasil dari kajian tersebut menunjukkan bahwa komoditas melon, pisang, jeruk, durian, kubis dan agave memiliki keunggulan komparatif dan dapat dikembangkan lebih lanjut. Sedangkan komoditas jahe dan kunir tidak memiliki keunggulan komparatif karena harga produknya tidak dilindungi dan harga input luar terlalu mahal karena diproteksi. 520

Saptana, et.al. (2005) melakukan studi pemantapan model pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura Sumatera (KAHS) dengan meneliti aspek peta permintaan, aspek perdagangan, aspek pemetaan produksi, rancang bangun pengembangan agribisnis sayuran/hortikultura dan pemantapan model kelembagaan di tingkat petani. Dari hasil studi tersebut diketahui bahwa sebaran besarnya permintaan konsumen rumah tangga sejalan dengan sebaran jumlah penduduk suatu wilayah. Permintaan komoditas sayuran untuk rumah tangga di Sumatera pada tahun 2002 terbesar adalah kentang, cabe merah, kubis dan tomat. Peta perdagangan sayuran asal Kawasan Agribisnis Hortikultura Sumatera (KAHS) sebagian besar ditujukan ke luar daerah (60-70%) dan sekitar 30-40% ditujukan untuk pasar masingmasing Propinsi penghasil sayuran. Distribusi ke luar daerah ditujukan ke Jakarta serta ekspor ke Singapura dan Malaysia. Pengembangan komoditas sayuran diarahkan pada daerah sentra produksi yang berdekatan dengan daerah pusat konsumsi yang dapat diprioritaskan di daerah sentra produksi Sumatera Utara (Karo, Simalungun dan Deli Serdang). Pengembangan komoditas sayuran pada daerah sentra produksi yang memiliki aksesibilitas yang baik ke daerah-daerah pusat konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun institusi dapat diimplementasikan di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu dan Jambi. Untuk pengembangan daerah sentra produksi sayuran dataran rendah (cabai merah dan tomat) hanya cocok untuk memenuhi kebutuhan local. Untuk daerah tujuan pasar utama yang merupakan wilayah agroekosistem dataran rendah hanya layak memproduksi sayuran berdaun lebar baik untuk kebutuhan local maupun ekspor ke Singapura dan Malaysia. Dalam pengembangan kawasan agribisnis suatu komoditas, faktor usahatani berpengaruh terhadap pendapatan bersih petani selaku pelaku agribisnis, demikian hasil penelitian dari Kahana (2008) yang melakukan studi pengembangan agribisnis cabai merah di kawasan agropolitan Kabupaten Malang. Sementara itu, di bidang peternakan, Kasim, et. al (2011) melakukan studi pengembangan sapi perah di Kabupaten Enrekang dengan menganalisis keseluruhan variabel yang telah diidentifikasi, dan memformulasi alternatif strategi yang sesuai untuk diterapkan dalam pengembangan peternakan sapi perah di Kabupaten Enrekang. Analisis data yang digunakan adalah analisis SWOT. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa strategi yang digunakan dalam pengembangan usaha sapi perah di Kabupaten Enrekang yaitu dengan meningkatkan populasi sapi perah, pemperdayaan kredit usaha, optimalisasi lahan, penerapan teknologi untuk memudahkan dalam pengembangan usaha sapi perah, kemitraan usaha, memperbaiki manajemen pemeliharaan sapi perah, penataan kawasan dan meningkatkan teknologi. Sedangkan untuk prioritas strategi yang terlebih dahulu dilaksanakan dalam pengembangan usaha sapi perah di Kabupaten Enrekang yaitu meningkatkan populasi sapi perah, pemberdayaan kredit usaha dan optimalisasi lahan. Muhammad (2003) membuat gagasan pengembangan agribisnis ternak kerbau di Sumatera Barat dengan strategi pendekatan, yaitu (1) dalam pengembangan kawasan agribisnis Kerbau perah akan diarahkan menjadi usaha yang dapat menyediakan bibit Kerbau perah dan kerbau bakalan dengan mengembangkan dan mengoptimal-kan seluruh potensi daerah secara efektif dan efisien, (2) memantapkan penyediaan rnakanan ternak yang mandiri melalui usaba penanaman hijauan makanan ternak (hijauan dan leguminosa), 521

mengingat harga konsentrat yang mahal, (3) bantuan yang diberikan Pemerintah bersifat langsung mempakan kredit yang harus dikembalikan oleh peternak dan nantinya dapat dipakai oleh peternak lain sesuai dengan gilirannya. Dalam pengembangannya terdapat 4 pola meliputi (1) farming system, yaitu suatu pendekatan terpadu dengan pemahaman utub sistem, dimana semua komponen yang saling terkait untuk tercapainya nilai tambah biologis maupun ekonomis, (2) pemberdayaan petani, suatu pendekatan kemandirian kelompok dan hamparan kelompok yang mengantarkan para anggota untuk mencapai skala ekonomimandiri dan keberadaan ekonomi yang dinamis, (3) pemberdayaan wilayah, suatu pendekatan agroekosistem dalam keterpaduan wilayah secara spesifik, (4) pendekatan komoditas, suatu pendekatan kegiatan ekonomi dinamis yangmencakup kegiatan produksi pengolahan dan pemasaran. Penyusunan desain pengembangan kawasan agribisnis perberasan ini akan memberikan arah dan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan agribisnis perberasan di Propinsi Jawa Tengah. Oleh karena itu, perlu diketahui permasalahanpermasalahan yang terjadi dalam kegiatan agribisnis perberasan. Penerapan kebijakan yang berpijak pada kondisi faktual akan mempercepat gerak pembangunan daerah di sector pertanian, khususnya pengembangan agribisnis perberasan di Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut dapat disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana keunggulan komparatif komoditas padi di Jawa Tengah? 2. Bagaimana upaya pengembangan komoditas padi? METODE PENELITIAN Alur penelitian ini mengadopsi metode pengembangan kawasan agribisnis yang dilakukan oleh Hartono, et.al (2003), yang menunjukkan bahwa produktivitas pertanian ditentukan oleh potensi lahan yang dicirikan oleh (a) kondisi agroekologi yang unsurnya lahan, air, dan klimat, (b) kondisi sosial ekonomi petani baik lahan, modal, tenaga kerja maupun kemampuan manajerial, (c) harga input yang ditentukan oleh pasar input yaitu apakah berasal dari domestic atau luar, (d) harga output yang ditentukan oleh pasar output baik lokal, regional, nasional atau internasional. Faktor lain adalah peran pemerintah dalam penyediaan barang publik (prasarana, informasi, teknologi dan penyuluhan), pengaturan (subsidi, tarif dan perizinan), dan pengawasan (sertifikasi, standardisasi). Faktor-faktor tersebut menentukan keunggulan komparatif dan kompetitif komoditas sekaligus keuntungan finansial dan sosialnya. Lokasi penelitian ditentukan dengan metode purposive sampling yaitu pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Purposive menunjukkan bahwa cara ini digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu (Siagian, dan Sugiarto, 2000). Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Grobogan dengan teknik wawancara kepada 30 petani padi. Policy Analysis Matrix (PAM) digunakan untuk menganalisis keunggulan komparatif suatu komoditas ditinjau dari sisi sumberdaya yang digunakan untuk menghasilkan komoditas tersebut, output yang dihasilkan, 522

kebijakan ekonomi yang berlaku dan distorsi pasar yang terjadi (Monke dan Pearson, 1995). HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan input tradeable atau input yang dapat diperdagangkan secara internasional hampir sama dengan input non-tradeable atau input domestik. Pupuk pabrik (Urea, SP-36, KCL, ZA), pestisida dan sebagian peralatan usahatani merupakan input tradeable yang digunakan dalam usahatani padi, sedangkan input lainnya merupakan input non-tradeable. Baik secara privat maupun sosial usahatani padi menguntungkan, yang ditunjukkan oleh R/C sebesar 1,58 untuk privat dan 2,62 untuk sosial. Dengan demikian usahatani padi menguntungkan bagi petani yang mengusahakan dan bagi masyarakat secara keseluruhan atau dengan kata lain tidak ada pihak dalam yang dirugikan dengan adanya usahatani padi. Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa keuntungan sosial usahatani padi lebih besar daripada keuntungan privat serta terdapat transfer tidak langsung dari petani kepada masyarakat. PCR sebesar 0,56 menunjukkan bahwa input non-tradeable telah digunakan secara efisien dan memberikan nilai tambah bagi petani. DRCR sebesar 0,53 menunjukkan bahwa permintaan beras dalam negeri lebih menguntungkan dipenuhi dari produksi dalam negeri dari pada impor sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Person (1976). OT negatif (- 1249552) menunjukkan bahwa petani menerima harga lebih rendah dari yang seharusnya. NPCO lebih kecil satu (0,63) menunjukkan bahwa usahatani padi belum mendapatkan perlindungan harga produk. Dengan nilai NT negatif (-1310732) dan EPC kurang dari satu (0,59) dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan usahatani padi belum mendapatkan perlindungan yang cukup. Tabel 1. Indikator Keunggulan Usahatani Padi Di Propinsi Jawa Tengah 2012 Keterangan Penerimaan Biaya Keuntungan Tradeable Non-tradeable Harga Privat 3137500 1343625 1010447 1783427 Harga Sosial 4387052 1329322 963571 2094159 Dampak Kebijakan (1249552) 14303 46876 (1310732) Keuntungan Privat = 1783427 Keuntungan Sosial = 2094159 Private Cost Ratio (PCR) = 1010447/(3137500-1343625) = 0,56 Domestic Resource Cost Ratio (DRCR) = 963571/(4387052-1329322) = 0,53 Output Transfer (OT) =3137500 4387052 = (1249552) Nominal Protection Coefficient Output (NPCO) = 3137500/4387052 = 0,63 Factor Transfer (FT) = 46876 Input Tansfer = 14303 Nominal Protection Coefficient Input (NPCI) = 1343625/1329322 = 1,04 Net Transfer (NT) = (1310732) Effective Protection Coefficient (EPC) = (3137500-1343625)/(4387052-1329322) = 0,59 Sumber: Analisis Data Primer, 2012 523

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Secara privat usahatani padi menguntungkan dan menunjukkan adanya transfer dari petani kepada masyarakat. Input non-tradeable telah digunakan secara efisien dan memberikan nilai tambah bagi petani. Permintaan beras dalam negeri lebih menguntungkan dipenuhi dari produksi dalam negeri dari pada impor. Petani menerima harga lebih rendah dari yang seharusnya. Usahatani padi belum mendapatkan perlindungan harga produk. Petani membayar input tradeable dan non-tradeable lebih mahal dari yang seharusnya. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa usahatani padi belum mendapatkan perlindungan yang cukup. Beras Propinsi Jawa Tengah mempunyai keunggulan komparatif dan dapat dikembangkan lebih lanjut melalui penambahan modal (benih, pupuk, pestisida) dan pemeliharaan yang lebih intensif. Melalui upaya ini diharapkan produktivitas padi meningkat dan biaya per kesatuan padi dapat ditekan. Dalam mengembangkan agribisnis perberasan perlu adanya perlindungan harga input dan output, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan petani. Jika usahatani padi semakin menguntungkan, dapat meningkatkan kinerja petani padi yang berkorelasi positif terhadap produksi beras, sehingga pasokan beras ke pasar juga meningkat. Peningkatan produksi beras dalam negeri akan berpengaruh positif terhadap kesediaan beras domestik, sehingga tidak perlu impor beras untuk memenuhi kebutuhan beras domestik. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa permintaan beras dalam negeri lebih menguntungkan dipenuhi dari produksi dalam negeri dari pada impor. Pengembangan agribisnis perberasan mutlak diperlukan guna menjaga kedaulatan pangan. Referensi Anonim. 2005. Tabel Input-Output Indonesia. BPS. Jakarta. Boediono.1992. Ekonomi Internasional. BPFE. Yogyakarta. Hartono, Slamet dan Tim Peneliti. 2003. Laporan Rencana Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura Kabupaten Karanganyar. Dinas Pertanian Karangayar dan Magister Manajemen Agribisnis UGM. Yogyakarta. Kahana, BP. 2008. Strategi Pengembangan Agribisnis Cabai Merah Di Kawasan Agropolitan Kabupaten Malang. Tesis. Magister Agribisnis Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang. Monke EA, dan Pearson, SR. 1995. The Policy Analysis Matrix for Agricultural Development. Cornell University Press. Ithica and London. Muhammad, Zulbardi. Gagasan Pengembangan Potensi Ternak Kerbau Melalui Pembuatan Dadih sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Masyarakat 524

Peternak Di Surnatera Barat. Animal Production, 2003 Vol. 5 (23) : 93 98 Pearson, SR.1976. Net Social Profitability, Domestic Resource Costs and Effective Rate of Protection. Journal of Development Studies, Juli 1976 Vol 2 (4). Saptana, E Ariningsih, Saktyanu KD, Sri Wahyuni, Valeriana Darwis. Kebijakan Pengembangan Hortikultura Di Kawasan Agribisnis Hortikultura Sumatera. Analisis Kebijakan Pertanian, Maret 2005 Vol 3 (1): 51-67. Saptana, E Ariningsih, Saktyanu KD, Sri Wahyuni, Valeriana Darwis. 2005. Pemantapan Model Pengembangan Kawasan Agribisnis Sayuran Sumatera. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Siagian, Dergibson dan Sugiarto, 2000. Metode Statistika Untuk Bisnis dan Ekonomi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. S.N. Kasim, S.N. Sirajuddin, Irmayani. Strategi Pengembangan Usaha Sapi Perah Di Kabupaten Enrekang. Jurnal AGRIBISNIS, September 2011Vol. X (3): 81-97. 525