BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. waga Belanda. Tepatnya pada tahun 1976, sebuah kolam sederhana dibangun diatas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Terbuka Hijau ( RTH ) publik. Kota-kota besar pada umumnya memiliki ruang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dhani Farisanto: Evaluasi Program Konservasi Guna Melestarikan Kelangsungan Ekologi di Taman Tegallega

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 01 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG

RENCANA PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA, SERTA PRASARANA DAN SARANA UMUM

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

ANALISIS MENGENAI TAMAN MENTENG

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

I. PENDAHULUAN. Padang Golf Sukarame (PGS) merupakan Lapangan Golf pertama dan satu-satunya di

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di

YOGYAKARTA BUTTERLY PARK AND CONSERVATION BAB 1 PENDAHULUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV EVALUASI PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI KOTA BANDUNG

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

ARAHAN PENGEMBANGAN FUNGSI RUANG LUAR KAWASAN GELORA BUNG KARNO JAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: RICKAYATUL MUSLIMAH L2D

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 PENUTUP 5.1 Temuan Studi

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

OPTIMALISASI PEMANFAATAN TAMAN KOTA OLEH MASYARAKAT KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

BAB I PENDAHULUAN. Barat, sekaligus menjadi Ibu Kota Provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata di Indonesia saat ini banyak sekali mendatangkan komoditi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammad Riksa Alhadi, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penambangan Batubara

KONSEP PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA DILI TIMOR LESTE

KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY) SEBAGAI ELEMEN KUNCI EKOSISTEM KOTA HIJAU

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sedang digalakkan oleh pemerintah dan merupakan andalan

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa yang harus diusahakan, dimanfaatkan dan. dipergunakan untuk sebesar besar kemakmuran rakyat.

BAB I. Dewasa ini, tata ruang wilayah menjadi salah satu tantangan pada. penduduk yang cukup cepat juga. Pertumbuhan penduduk tersebut berimbas

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Suginingsih (2008), hutan adalah asosiasi tumbuhan dimana pohonpohon

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PRIORITAS PENGEMBANGAN TAMAN RONGGOWARSITO SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK DI TEPIAN SUNGAI BENGAWAN SOLO TUGAS AKHIR

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

EVALUASI PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NO.8/2003 TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN KOTA LAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) WILAYAH PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau di Kota Ponorogo. Dirthasia G. Putri

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. stabilitator lingkungan perkotaan. Kota Depok, Jawa Barat saat ini juga

I PENDAHULUAN. masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan masyarakat perkotaan adalah tersedianya areal ruang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244

ARAHAN PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA KORIDOR JALAN JENDRAL SUDIRMAN KOTA SINGKAWANG TUGAS AKHIR

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Menurut UU RI No.

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENDAHULUAN. Kota adalah suatu wilayah yang akan terus menerus tumbuh seiring

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI BAWAH JEMBATAN LAYANG PASUPATI SEBAGAI UPAYA MEMPERTAHANANKAN RUANG PUBLIK

BUPATI BANGKA TENGAH

Transkripsi:

114 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Taman Tegallega mengalami perkembangan dari masa ke masa. Pada awalnya Taman Tegallega dikenal sebagai lapangan tempat digelarnya event pacuan kuda oleh waga Belanda. Tepatnya pada tahun 1976, sebuah kolam sederhana dibangun diatas areal seluas 1,66 hektare. Pada tahun 2008 Taman Tegallega ditetapkan sebagai taman konservasi oleh Pemerintah Kota Bandung. Penetapan Taman Tegallega sebagai taman konservasi dimaksudkan untuk melindungi tanaman yang ditanam oleh para Delegasi Konferensi Asia Afrika dan memberikan manfaat bagi warga Kota Bandung. Penetapan Taman Tegallega sebagai taman konservasi membuat UPT Tegallega mengemban tugas berat dalam menjaga kelestarian ekologi yang ada dan seluruh sarana dan prasarana yang ada di Taman Tegallega. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan dalam bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pihak UPT Tegallega telah menjalankan program-program yang berbasis pada pilar konservasi. Hanya saja terdapat tiga program yang belum tercapai yaitu Pendataan habitat liar sebagai upaya memproteksi tanaman langka yang ada, pembibitan ulang terhadap vegetasi yang rusak, dan perlindungan system penyangga kehidupan. Tetapi sejauh ini pihak

115 UPT Tegallega telah menjalankan aktivitas yang mengacu pada pilar konservasi dan tingkat keberhasilan program tersebut sudah cukup baik apabila dilihat dari kondisi di faktual di lapangan. 2. Keseuaian kondisi faktual Taman Tegallega dengan fungsinya yang telah ditetapkan pada PERDA No.1 Tahun 2008. Fungsi ekologis Taman Tegallega bila dilihat dari proporsi lahan hijau sudah memenuhi standar yang ditetapkan oleh UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Hanya saja pola persebaran vegetasi yang ada di Taman Tegallega kurang merata. Hal ini terlihat masih terdapatnya areal yang jarang terdapat vegetasi. 3. Peran Taman Tegallega sebagai fungsi sosial juga telah baik. Berbagai aktifitas dilakukan oleh warga di taman ini. Aktifitas-aktifitas yang terjadi di Taman Tegallega antara lain adalah aktifitas perdagangan, olahraga, rekreasi, dan aktifitas sosial dan budaya. Namun dengan banyaknya aktifitas yang terjadi di Taman Tegallega membuat kelangsungan ekologis yang ada menjadi rentan akan kerusakan. Dampak yang ditimbulkan akibat aktifitas perdagangan yang didominasi oleh PKL harus lebih diperhatikan apabila tidak ingin terjadi kerusakan pada vegetasi di Taman Tegallega. 4. Taman Tegallega memiliki fungsi sebagai penambah estetika Kota Bandung. Jika dilihat dari tiga aspek dasar penilaian sisi estetika sebuah taman, Taman Tegallega telah mencapai standar yang

116 ditentukan. Jika dilihat dari aspek fungsional sebuah taman, Taman Tegallega telah memiliki keragaman pada elemen lunak dan memiliki kelengkapan elemen keras yang menunjang aktifitas yang terjadi. Bila ditinjau dari segi proporsi lahan untuk vegetasi, Taman Tegallega memiliki space yang luas untuk lahan terbuka hijau. Bila dilihat dari aspek visualnya, dominasi warna alami lebih kental dibandingkan dengan warna yang mecolok. 5. Terdapat banyak sekali kendala yang dihadapi UPT Tegalega dalam mengelola Taman Tegallega menjadi taman yang memiliki banyak fungsi bagi warga Kota Bandung. Kendala-kendala yang dihadapi antara lain adalah kurangnya sumber daya manusia yang mengelola Taman Tegallega, menjamurnya pedagang kaki lima disekitar areal taman, pungutan liar yang dilakukan oleh oknum tertentu pada pengunjung yang akan menggunakan fasilitas Taman Tegallega, minimnya anggaran pengelolaan taman yang diberikan oleh PEMKOT Bandung, dan masalah sampah yang menumpuk di beberapa sudut taman. B. Rekomendasi Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat direkomendasikan untuk pengelolaan Taman Tegallega agar kelestarian ekologi didalamnya tetap terjaga : 1. Pihak UPT Tegallega harus memenuhi tiga program yang dijalankan agar program konservasi yang dicanangkan bberjalan dengan baik.

117 2. Penanaman vegetasi pada areal yang jarang terdapat vegetasi perlu dilakukan oleh pihak UPT Tegallega agar meratanya persebaran vegetasi yang ada di Taman Tegallega. 3. Penambahan sumber daya manusia yang mengelola Taman Tegallega khusus nya pada bagian polisi taman mengingat banyaknya pengrusakan tanaman dan sarana yang terjadi di Taman Tegallega. 4. Melakukan penertiban terhadap oknum-oknum yang melakukan pungutan liar di pintu gerbang. 5. Melakukan penertiban pedagang kaki lima yang menggelar dagangannya di areal Taman Tegallega dengan melakukan relokasi tempat para pedagang kaki lima atau menentukan waktu tertentu yang memperbolehkan para pedagang kaki lima menggelar dagangannya di areal taman. 6. Menambah jumlah tempat sampah serta menambah porsi pembersihan areal taman guna menanggulangi masalah sampah akibat ulah pengunjung. 7. Menindak tegas oknum-oknum yang melakukan pengrusakan terhadap sarana dan prasarana taman agar terjaganya kesan keindahan yang ditimbulkan Taman Tegallega. 8. Perlunya melakukan kerjasama dengan pihak swasta dalam pengelolaan Taman Tegallega agar permasalahan anggaran pemeliharaan yang minim dapat ditanggulangi, tetapi dengan catatan kegiatan yang bersifat

118 konservatif lebih ditonjolkan dibandingkan kegiatan yang bersifat ekonomis. 9. Perlunya pembatasan penggunaan areal taman dalam segala kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerusakan pada vegetasi yang ada di Taman Tegallega.