KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Gamal Nasir,MS Nip

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir, MS Nip

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011

KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir,MS Nip

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LAKIP. (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013

Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar. IR. H. AZWAR AB, MSi. NIP

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA TAHUN 2012 KATA PENGANTAR

PENETAPAN KINERJA (PK) SATKER LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2013

Hal i. LAKIP-Direktorat Tanaman Semusim 2012

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2014

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

LAKIP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, FEBRUARI 2012 DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

Direktorat Jenderal Perkebunan

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR

L A K I P - BBPPTP Medan Tahun 2014 L A K I P - BBP2TP Medan Tahun 2012 KATA PENGANTAR

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

KATA PENGANTAR. LAKIP- Direktorat Tanaman Semusim 2013

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

DAFTAR ISI. BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Perencanaan (Rencana Strategis) Sekretariat. Direktorat Jenderal Perkebunan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN

2

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015

STANDAR BAKU INDIKATOR KINERJA (SBIK) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TERKAIT INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN LAKIN DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR

Perkebunan Kementerian

L A K I P - BBP2TP Medan Tahun Page 1

Jakarta, Januari 2016 Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar. Dr.Ir. Dwi Praptomo Sudjatmiko, MS NIP

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2

BAB II RENCANA STRATEJIK

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2014

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR

SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

LAKIP SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011 (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012

Revisi ke 02 Tanggal : 08 April 2015

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional.

Disampaikan pada: RAPAT KOORDINASI TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TAHUN 2018 Jakarta, Januari 2017

KATA PENGANTAR. Surabaya, Pebruari 2014 KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR

Rencana Kinerja tahunan (RKT) Tahun 2014 BBPPTP Medan 1

Direktorat Jenderal KATA PENGANTAR

Laporan Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun. Pada bulan Januari 2015 telah disahkan Perjanjian Kinerja (PK) yang dalam

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016

RKT-2014 Direktorat Perlindungan Perkebunan

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

- Hibah Luar Negeri Langsung - Pinjaman Luar Negeri

LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN TAHUN LAKIP Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2012 Page 1

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

STANDAR PELAYANAN PUBLIK BBPPTP Ambon

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR

R E N S T R A. Draft Revisi Rencana Strategis. Direktorat Jenderal Perkebunan

b. pelaksanaan pelayanan dalam bidang perbenihan meliputi penyediaan, pengujian, pengawasan dan pengendalian benih/bibit bermutu, sertifikasi dan pela

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kinerja Tahunan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat 2015

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Pj Direktur Perbenihan Perkebunan. Ir.H. Muhammmad Anas,M.Si NIP

Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Pada Sasaran

LAPORAN KINERJA (LKJ)

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BIRO HUKUM DAN HUMAS

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2012 Direktur Tanaman Tahunan. Ir. Rismansyah Danasaputra, MM NIP

(LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN

KATA PENGANTAR. Rencana Kinerja Tahunan Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN DIREKTORAT JENDERAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBP2TP) MEDAN

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG

BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

RANCANGAN PROGRAM DITJEN PERKEBUNAN PERIODE MENDUKUNG PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN ANDALAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN ( R K T )

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

LOG O LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2011

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Serangkaian proses restrukturisasi program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 diawali dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Perkebunan yang kemudian menjadi Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan, yang selanjutnya dijabarkan dalam Rencana Kerja Tahunan, Penetapan Kinerja dan diakhiri dengan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). LAKIP merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggung jawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan atau sasaran strategis instansi. Oleh karena itu LAKIP Direktorat Jenderal Perkebunan disusun dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagaimana yang diamanatkan dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian yang bertanggung jawab kepada Menteri Pertanian. Pada Bulan Februari 2012 telah disyahkan Penetapan Kinerja (PK) yang merupakan dokumen pernyataan kinerja antara Menteri Pertanian dan Direktur Jenderal Perkebunan untuk mewujudkan target kinerja yang meliputi fokus kegiatan (1) Revitalisasi Perkebunan; (2) Swasembada Gula Nasional; (3) Penyediaan Bahan Tanaman Sumber Bahan Bakar Nabati (Bio-Energi); (4) Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional; (5) Pengembangan Komoditas Ekspor; (6) Pengembangan Komoditas Pemenuhan Konsumsi Dalam Negeri; (7) Dukungan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan. Realisasi penyerapan anggaran pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan pada tahun 2012 sebesar Rp. 1.386.163.819.000,- dari total pagu anggaran sebesar Rp. 1.464.443.342.000,- atau mencapai 94,65% dengan capaian fisik seluruhnya 98,18%. Capaian per kegiatan utama secara berurutan adalah untuk kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim sebesar 97,20%, diikuti kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan sebesar 96,36%, kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan sebesar 95,09%, kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan sebesar 94,82%, kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar sebesar 94,27%, kegiatan Dukungan Penanganan Pascapanen sebesar 91,78% dan kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya sebesar 90,36%. Dokumen LAKIP Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 ini tersusun berkat dukungan dan kerjasama yang sinergis dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, semoga dokumen ini menjadi pertanggungjawaban kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta, Februari 2013 Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Gamal Nasir,MS Nip.19560728 198603 1 001 i

IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 ini dibuat dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagaimana yang diamanatkan dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian bahwa Direktorat Jenderal Perkebunan adalah unsur pelaksana pada Kementerian Pertanian yang dipimpin oleh Direktur Jenderal dan bertanggung jawab kepada Menteri Pertanian. Laporan ini disusun sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan dalam penyusunannya mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Men-PAN & RB) Nomor 29 Tahun 2010 tanggal 31 Desember 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Berdasarkan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2010-2014, Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai tujuan adalah: (1) Memfasilitasi peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar dan tanaman tahunan; (2) Memfasilitasi peningkatan kemampuan, kemandirian, dan profesionalisme pelaku usaha perkebunan, hubungan sinergis antar pelaku usaha perkebunan; (3) Memfasilitasi peningkatan kontribusi ii

perkebunan dalam mengembangkan perekonomian wilayah melalui pendekatan kawasan pengembangan perkebunan; (4) Memfasilitasi peningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pekebun; (5) Memfasilitasi peningkatan penerimaan dan devisa negara; (6) Memfasilitasi penyediaan pangan di wilayah perkebunan; (7) Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan konsumsi dan penyediaan bahan baku industri dalam negeri; (8) Mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara arif dan berkelanjutan serta mendorong pengembangan wilayah yang berwawasan lingkungan; (9) Mendukung pengembangan penyediaan bahan bakar nabati; (10) Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dan kelembagaan perkebunan; (11) Meningkatkan ketersediaan dan penerapan teknologi pascapanen budidaya tanaman tahunan, rempah penyegar dan semusim serta meningkatkan penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan; (12) Memfasilitasi penyediaan lapangan kerja; (13) Menyusun perencanaan program dan anggaran, pelayanan perbendaharaan, sistem akutansi dan verifikasi, penatausahaan barang milik negara, pemutakhiran data dan informasi perkebunan, legislasi, advokasi, dan penyelenggaraan hubungan masyarakat; penataan organisasi dan tata laksana serta kepegawaian; mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dan anggaran pembangunan perkebunan. Sasaran strategis Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2012 yaitu: Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan yang berkelanjutan melalui upaya pengembangan tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar, tanaman tahunan, dukungan iii

penanganan pascapanen dan pembinaan usaha, dukungan perlindungan perkebunan serta dukungan manajemen dan teknis lainnya. Mengingat banyaknya permasalahan yang ada, sedangkan sumberdaya (SDM, teknologi, sarana dan prasarana serta dana) yang jumlahnya terbatas, maka kegiatan pembangunan perkebunan dilaksanakan berdasarkan skala prioritas. Dengan menetapkan skala prioritas, diharapkan sumberdaya yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif dan efesien untuk memecahkan permasalahan yang ada secara komprehensif. Atas dasar skala prioritas tersebut pada tahun 2012 ditetapkan 7 (tujuh) fokus kegiatan pembangunan yaitu: (1) Revitalisasi Perkebunan; (2) Swasembada Gula Nasional; (3) Penyediaan Bahan Tanaman Sumber Bahan Bakar Nabati (Bio-Energy); (4) Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional; (5) Pengembangan Komoditas Ekspor; (6) Pengembangan Komoditas Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri; (7) Dukungan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan. Pengukuran Kinerja berdasarkan capaian kinerja tingkat nasional di lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 yang diwujudkan dalam bentuk produksi dan produktivitas tanaman perkebunan, dapat diperoleh hasil sebagai berikut: Capaian kinerja makro Direktorat Jenderal Perkebunan selama lima tahun terakhir (2008-2012), semua indikator mengalami peningkatan yang cukup signifikan, khususnya PDB berdasarkan harga berlaku (11,03%) yang dapat digunakan untuk melihat kontribusinya terhadap pembangunan ekonomi, dan ekspor komoditi perkebunan yang iv

mencapai 14,06% per tahun. Nilai Tukar Petani (NTP) Perkebunan Rakyat yang merupakan salah satu indikator kesejahteraan petani pada tahun 2012 mencapai 108,34 dan tertinggi di lingkup kementerian Pertanian. Selain itu, pendapatan pekebun juga mengalami kenaikan rata-rata 4,29% per tahun, dan pada tahun 2012 telah mencapai US$ 1.832 per kepala keluarga. Hasil pengukuran kinerja terhadap capaian sasaran program yang berupa outcomes yang diwujudkan dalam bentuk produksi dan produktivitas tanaman perkebunan, dapat diperoleh hasil bahwa capaian produksi 15 komoditas mencapai 34,72 juta ton dari target sebesar 37,22 juta ton atau mencapai 93,27% dibandingkan dengan target dalam Rencana Kinerja Tahunan/penetapan kinerja tahun 2012. Namun meningkat menjadi 102,54% dibandingkan capaian produksi tahun 2011 yang besarnya 33,86 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 2,54%. Jika dibandingkan dengan target sampai dengan berakhirnya Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014, maka capaian tahun 2012 telah mencapai 84,61%. Sedangkan capaian luas areal tanaman, jika dibandingkan dengan RKT tahun 2012 yang nilainya 21,27 juta hektar, maka capaiannya sebesar 100,96%. Apabila dibandingkan dengan tahun 2011, luas areal perkebunan mengalami peningkatan sebesar 0,77% dari 21,31 juta hektar menjadi 21,48 juta hektar untuk tahun 2012. Terhadap target Renstra 2010-2014 yang besarnya 22,11 juta ha, maka kinerja tahun 2012 sudah mencapai 97,12%. v

Direktorat Jenderal Perkebunan dalam rangka mendukung pengembangan perkebunan tahun 2012 mendapat alokasi anggaran sebesar Rp 1.493.229.246.000,- Namun dalam perkembangannya terdapat penghematan APBN sebesar Rp. 28,785.904.000,-, sehingga pagu Direktorat Jenderal Perkebunan berkurang dan menjadi Rp 1.464.443.342.000,- yang dimanfaatkan untuk mendukung pelaksanaan 7 (tujuh) kegiatan utama. Realisasi penyerapan anggaran pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan pada tahun 2012 sebesar Rp 1.386.163.819.156,- dari total pagu sebesar Rp. 1.464.443.342.000,- atau mencapai 94,65% dengan capaian fisik seluruhnya 98,18%. Capaian kinerja per kegiatan utama secara berurutan adalah kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim sebesar 97,20%, Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan sebesar 96,36%, kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan sebesar 95,09%, kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan sebesar 94,82%, kegaitan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar sebesar 94,27%, kegiatan Dukungan Penanganan Pascapanen sebesar 91,78% dan kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya sebesar 90,36%. Pada Tahun 2012 pembangunan perkebunan dilaksanakan oleh 184 satker yang terdiri atas Satker Direktorat Jenderal Perkebunan (Pusat), Satker UPT Pusat (4 satker), Satker Dinas Provinsi (32 satker) dan Satker Dinas Kabupaten/kota (147 satker). vi

Berdasarkan Pedoman Penilaian Kinerja Pembangunan Perkebunan tahun 2012, satker yang masuk dalam kategori sangat berhasil berjumlah 67 satker (36,41%), berhasil berjumlah 104 satker (56,52%), cukup berjumlah 10 satker (5,44%) dan tidak berhasil berjumlah 3 satker (1,63%). Apabila dilihat dari penyebaran satker, provinsi yang memperoleh kategori sangat berhasil berjumlah 7 dan kebupaten/kota yang berjumlah 60 satker, sebaliknya untuk satker yang kinerjanya termasuk tidak berhasil (nilainya < 60) berjumlah 3 satker (1 provinsi dan 2 kabupaten/kota) dan cukup berhasil (nilainya antara 60-79) berjumlah 10 satker (2 provinsi dan 8 kabupaten/kota). Satker yang serapan anggarannya dibawah 80% akan dipertimbangkan untuk dikenakan punishment pada pengalokasian anggaran Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun 2014. Permasalahan yang mengakibatkan kurang efektif dalam pencapaian sasaran pembangunan perkebunan tahun 2012 secara umum adalah pengadaan barang dan jasa, permodalan petani yang masih sulit di akses, dan terlambatnya penyediaan benih dan koordinasi yang belum optimal. Permasalahan tersebut dapat dikelompokkan menjadi administrasi dan teknis. Lebih lanjut untuk teknis diuraikan lagi menjadi teknis perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Permasalahan tersebut sebagian besar telah mampu diatasi dengan baik, sehingga mampu menghasilkan capaian keuangan yang terbaik di Lingkup Kementerian Pertanian dan capaian fisik yang sangat signifikan. vii

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i IKHTISAR EKSEKUTIF... ii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Organisasi... 2 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA... 14 2.1. Perencanaan Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010 2014... 14 2.1.1. Visi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014... 15 2.1.2. Misi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014... 15 2.1.3. Tujuan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014... 18 2.1.4. Sasaran Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014... 19 2.1.5. Arah Kebijakan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014... 21 2.1.6. Startegi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014... 22 2.1.7. Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014... 23 2.1.8. Komoditas Unggulan Nasional Perkebunan Tahun 2010-2014... 24 2.1.9. Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014... 26 2.1.10. Penjabaran Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014... 29 viii

2.2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2012... 31 2.2.1. Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012... 31 2.2.2. Sasaran Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012... 31 2.2.3. Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012... 42 2.2.4. Fokus Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012... 43 2.3. Perjanjian Kinerja... 43 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA... 47 3.1. Pengukuran Kinerja... 47 3.1.1. Pengukuran Kinerja Capaian Sasaran Program (Outcomes)... 49 3.1.1.1. Produksi... 51 3.1.1.2. Produktivitas... 53 3.1.2. Pengukuran Kinerja Capaian Sasaran Kegiatan (Outputs)... 54 3.1.2.1. Pengukuran Kinerja Terhadap Capaian Sasaran Kegiatan Nasional... 54 3.1.2.2. Pengukuran Kinerja Terhadap Capaian Sasaran Kegiatan Yang Dibiayai APBN... 56 3.1.2.2.1. Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar... 56 3.1.2.2.2. Direktur Tanaman Semusim... 57 3.1.2.2.3. Direktur Tanaman Tahunan... 58 3.1.2.2.4. Direktur Pascapanen dan Pembinaan Usaha... 60 3.1.2.2.5. Direktur Perlindungan Perkebunan... 61 3.1.2.2.6. Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan... 62 ix

3.1.2.2.7. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP)... 63 3.2. Evaluasi Sasaran Pembangunan Perkebunan Tahun 2012... 63 3.2.1. Evaluasi Kinerja Terhadap Capaian Sasaran Program (Outcomes)... 64 3.2.1.1. Produksi... 64 3.2.1.1.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2012... 64 3.2.1.1.2. Capaian Kinerja Terhadap Capaian Kinerja Tahun 20122.. 66 3.2.1.1.3. Capaian Kinerja terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014... 66 3.2.1.2. Produktivitas... 67 3.2.1.2.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2012... 68 3.2.1.2.2. Capaian Kinerja Terhadap Capaian Kinerja Tahun 2011... 69 3.2.1.2.3. Capaian Kinerja Terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014... 69 3.2.2. Evaluasi Kinerja Terhadap Capaian Sasaran (Outputs)... 70 3.2.2.1. Tanaman Rempah dan Penyegar. 71 3.2.2.2. Tanaman Semusim... 72 3.2.2.3. Tanaman Tahunan... 74 3.2.2.4. Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha... 75 3.2.2.5. Dukungan Perlindungan Perkebunan... 76 x

3.2.2.6. Dukungan Manajemen (Sekretariat) Perkebunan... 77 3.2.2.7. Dukungan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan... 78 3.3. Akuntabilitas Keuangan... 79 3.3.1. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Kegiatan Utama Tahun 2012... 80 3.3.1.1. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar... 82 3.3.1.2. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman semusim... 85 3.3.1.3. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan... 87 3.3.1.4. Dukungan Pengembangan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan... 90 3.3.1.5. Dukungan Perlindungan Perkebunan... 92 3.3.1.6. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya... 94 3.3.1.7. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan... 97 3.3.2. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Serapan Per Satker Tahun 2012... 99 3.3.3. Capaian Kinerja Atas Kegiatan Yang Dipantau Oleh UKP4... 103 3.4. Permasalahan dan rencana Tindak Lanjut... 104 3.4.1. Permasalahan... 105 3.4.1.1. Administrator... 105 3.4.1.2. Teknis... 106 3.4.1.2.1. Perencanaan... 106 xi

3.4.1.2.2. Pengorganisasian... 107 3.4.1.2.3. Pelaksanaan... 109 3.4.1.2.4. Pengawasan... 110 3.4.2. Rencana Aksi dan Upaya Penyelesaian... 111 3.4.2.1. Administrasi... 111 3.4.2.2. Teknis... 112 3.4.2.2.1. Perencanaan... 112 3.4.2.2.2. Pengorganisasian... 113 3.4.2.2.3. Pelaksanaan... 114 3.4.2.2.4. Pengawasan... 116 BAB IV PENUTUP... 117 4.1. Kesimpulan... 117 4.2. Saran Rekomendasi... 120 xii

DAFTAR TABEL Tabel 1 : Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012... 38 Tabel 2 : Penetapan Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012... 45 Tabel 3 : Capaian Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan Tahun 2012... 48 Tabel 4 : Perkembangan Produksi Komoditas perkebunan Tahun 2008-2012... 52 Tabel 5 : Perkembangan Produktivitas Perkebunan Tahun 2008-2012... 53 Tabel 6 : Perkembangan Luas Areal Komoditas Perkebunan Tahun 2008-2012... 55 Tabel 7 : Capaian Kinerja Produksi Tahun 2012... 65 Tabel 8 : Capaian Kinerja Produktivitas Tahun 2012... 70 Tabel 9 : Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar Tahun 2012... 72 Tabel 10 : Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Semusim Tahun 2012... 73 Tabel 11 : Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2012... 74 Tabel 12 : Capaian Kinerja Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha tahun 2012... 76 Tabel 13 : Capaian Kinerja Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012... 77 Tabel 14 : Capaian Kinerja BBP2TP medan, Surabaya dan Ambon Tahun 2012... 78 Tabel 15 : Capaian Serapan Anggaran Tahun 2012 per Eselon I.. 80 xiii

Table 16 : Realisasi Serapan Keuangan Per Kegiatan Utama tahun 2012... 81 Tabel 17 : Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar Tahun 2012... 84 Tabel 18 : Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim Tahun 2012... 86 Tabel 19 : Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Tahun 2012... 89 Tabel 20 : Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Pengembangan Pascapanen Komoditas Perkebunan Tahun 2012... 92 Tabel 21 : Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan Tahun 2012... 94 Tabel 22 : Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan teknis Lainnya Ditjen. Perkebunan Tahun 2012... 96 Tabel 23 : Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan tahun 2012... 98 Tabel 24 : Satker yang Serapan Anggarannya Dibawah 80% (tidak - cukup berhasil) Tahun 2012... 102 Tabel 25 : Capaian Kinerja Atas Kegiatan yang Dipantau Oleh UKP4 Tahun 2012... 104 xiv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 : Pengukuran Kinerja Tahun 2012 (Berdasarkan Dari RKT/Renstra)... 123 : Pengukuran Kinerja Tahun 2012 (Berdasarkan dari RKT/PK Tahun 2012)... 125 : Pengukuran Kinerja Tahun 2012 (Berdasarkan Capaian Sasaran Program / Outcomes)... 131 : Pengukuran Kinerja Tahun 2012 (Berdasarkan Capaian Sasaran Kegiatan / Outputs)... 134 : Capaian Kinerja Kegiatan Uatama (Output) Program Pembangunan Perkebunan Tahun 2012 (Posisi 31 Desember 2011)... 142 Lampiran 6 : Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Serapan Per Satker Tahun 2012... 149 xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perkebunan sebagai bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional merupakan salah satu potensi strategis dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh karenanya pengelolaannya harus diselaraskan dengan upaya pengelolaan sumberdaya alam dan pemeliharaan daya dukungnya agar bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi kegenerasi. Undang-Undang No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan, yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat; meningkatkan penerimaan Negara dan devisa Negara; menyediakan lapangan kerja; meningkatkan produktivitas; nilai tambah dan daya saing; memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri; dan mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Sejalan dengan tuntutan otonomi daerah sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang No. 22 dan 25 tahun 1999 dengan revisinya No. 32 dan 33 tahun 2004 serta peraturan pendukungnya, kebijakan pembangunan perkebunan kedepan harus mampu mengakomodir perubahan lingkungan stratejik yang ada serta memilah tugas dan fungsi yang akan dijalankan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah di dalam memberikan pelayanan optimal kepada para pelaku usaha perkebunan. 1

Dalam rangka mewujudkan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pengelolaan sumberdaya, kebijakan dan program bagi instansi pemerintah, maka diperlukan sistem akuntabilitas yang memadai. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) didasarkan atas Rencana Strategis (Renstra), Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan Penetapan Kinerja (PK). Laporan ini disusun sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan dalam penyusunannya mengacu pada Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebagaimana yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MENPAN & RB) Nomor 29 Tahun 2010 tanggal 31 Desember 2010 dengan Format yang terdiri dari: 1) Ikhtisar Eksekutif; 2) Bab I Pendahuluan; 3) Bab II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja; 4) Bab III Akuntabilitas Kinerja; 5) Bab IV Penutup dan Lampiran-lampiran. 1.2. Organisasi Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kemeterian Pertanian bahwa Direktorat Jenderal Perkebunan adalah unsur pelaksana pada Kementerian Pertanian yang bertanggung jawab kepada Menteri Pertanian. Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi 2

teknis di bidang perkebunan. Untuk pelaksanaan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Perkebunan menyelenggarakan fungsi: 1) Perumusan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan, dan pascapanen perkebunan; 2) Pelaksanaan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen perkebunan; 3) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen perkebunan; 4) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen perkebunan; dan 5) Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Perkebunan. Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Perkebunan terdiri dari Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Tanaman Semusim, Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar, Direktorat Tanaman Tahunan, Direktorat Perlindungan Perkebunan dan Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian tersebut maka tugas dan fungsi dari masing-masing unit kerja adalah sebagai berikut: 1) Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan, mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perkebunan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan menyelenggarakan fungsi: 3

a. Koordinasi, dan penyusunan rencana dan program, anggaran, dan kerjasama di bidang perkebunan; b. Pengelolaan urusan keuangan dan perlengkapan; c. Evaluasi dan penyempurnaan organisasi, tata laksana, pengelolaan urusan kepegawaian, dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, serta pelaksanaan hubungan masyarakat dan informasi publik; d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan di bidang perkebunan; dan e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Jenderal Perkebunan. 2) Direktorat Tanaman Semusim, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang tanaman semusim. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Tanaman Semusim menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang identifikasi dan pendayagunaan, sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman semusim; b. Pelaksanan kebijakan di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman semusim; 4

c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman semusim; d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pember-dayaan dan kelembagaan tanaman semusim; e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Tanaman Semusim. 3) Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, pedoman, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang tanaman rempah dan penyegar. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar menye-lenggarakan fungsi: a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya, serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman rempah dan penyegar; b. Pelaksanan kebijakan di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya, serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman rempah dan penyegar; 5

c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pember-dayaan dan kelembagaan tanaman rempah dan penyegar; d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pember-dayaan dan kelembagaan tanaman rempah dan penyegar; e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Rempah dan Penyegar. 4) Direktorat Tanaman Tahunan, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang tanaman tahunan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Tanaman Tahunan menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya, serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman tahunan; b. Pelaksanan kebijakan di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya, serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman tahunan; c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, 6

budidaya serta pember-dayaan dan kelembagaan tanaman tahunan; d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman tahunan; e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Tanaman Tahunan. 5) Direktorat Perlindungan Perkebunan, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perlindungan perkebunan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Perlindungan Perkebunan menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang identifilkasi dan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, tanaman semusim, rempah dan penyegar, dan tahunan, serta dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; b. Pelaksanan kebijakan di bidang identifilkasi dan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, tanaman semusim, rempah dan penyegar, dan tahunan, serta dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; c. Penyusunan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, tanaman semusim, rempah dan penyegar, dan tahunan, serta dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; 7

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifilkasi dan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, tanaman semusim, rempah dan penyegar, dan tahunan, serta dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan Perkebunan. 6) Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen dan pembinaan usaha. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pascapanen tanaman semusim, rempah dan penyegar, tahunan, dan bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan, serta gangguan usaha dan penanganan konflik; b. Pelaksanan kebijakan di bidang pascapanen tanaman semusim, rempah dan penyegar, tahunan, dan bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan, serta gangguan usaha dan penanganan konflik; c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang pascapanen tanaman semusim, rempah dan penyegar, tahunan, dan bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan, serta gangguan usaha dan penanganan konflik; 8

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen tanaman semusim, rempah dan penyegar, tahunan, dan bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan, serta gangguan usaha dan penanganan konflik; e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha. 7) UPT Pusat yang berada di daerah sebanyak 4 UPT sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor:08,09,10,11/Permentan /OT.140/2/2008, tanggal 9 Pebruari 2008 yaitu: BBP2TP Surabaya, BBP2TP Medan, dan BBP2TP Ambon. yang statusnya setara Eselon II.b dan BPTP Pontianak statusnya setara Eselon III.a. Kedudukan dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) adalah sebagai unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Perkebunan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perkebunan, pembinaan teknis bidang perbenihan dilaksanakan oleh Direktur Tanaman Semusim, Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar, Direktur Tanaman Tahunan, dan bidang proteksi dilaksanakan oleh Direktur Perlindungan Perkebunan. Sedangkan untuk Balai Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) adalah sebagai unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Perkebunan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perkebunan, pembinaan teknis dilaksanakan oleh Direktur Perlindungan Perkebunan. 9

Tugas pokok BBP2TP Surabaya, Medan, dan Ambon adalah melaksanakan pengawasan, pengembangan pengujian mutu benih, dan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan, serta pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu dan laboratorium. Sedangkan BPTP Pontianak mempunyai tugas pokok melaksanakan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut diatas, BBP2TP Surabaya, Medan, dan Ambon menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: a. Pengawasan pelestarian plasma nutfah tingkat nasional; b. Pelaksanaan pengujian mutu benih perkebunan introduksi, eks impor, dan yang akan di ekspor, serta rekayasa genetika; c. Pelaksanaan pengujian adaptasi (observasi) benih perkebunan dalam rangka pelepasan varietas; d. Pelaksanaan penilaian pengujian manfaat dan kelanyakan benih perkebunan dalam rangka penarikan varietas; e. Pelaksanaan pengujian mutu dan sertifikasi benih perkebunan dalam rangka pemberian sertifikat layak edar; f. Pelaksanaan pemantauan benih perkebunan yang beredar lintas provinsi; g. Pelaksanaan pengembangan teknik dan metode pengujian mutu benih perkebunan dan uji acuan (referee fest); 10

h. Pelaksanaan identifikasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT) perkebunan; i. Pelaksanaan analisis data serangan dan perkembangan situasi OPT serta faktor yang mempengaruhi; j. Pelaksanaan analisis data gangguan usaha perkebunan dan dampak anomali iklim serta faktor yang mempengaruhi; k. Pengembangan teknik surveillance OPT penting; l. Pelaksanaan pengembangan metode pengamatan, model peramalan taksasi kehilangan hasil, dan teknik pengendalian OPT perkebunan; m. Pelaksanaan eksplorasi dan iventarisasi musuh alami OPT perkebunan; n. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan, penilaian kualitas, dan pelepasan agens hayati OPT perkebunan; o. Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi agens hayati OPT perkebunan; p. Pelaksanaan pengembangan teknologi proteksi perkebunan yang berorientasi pada implementasi pengendalian hama terpadu; q. Pelaksanaan pengujian dan analisis residu pestisida; r. Pemberian pelayanan teknik kegiatan perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; 11

s. Pengelolaan data dan informasi kegiatan perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; t. Pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu dan manajemen laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; u. Pelaksanaan pengembangan jaringan dan kerjasama laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; v. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga Balai Besar. Sedangkan BPTP Pontianak dalam melaksanakan tugasnya, menyelenggarakan fungsi: a. Pelaksanaan identifikasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT) perkebunan; b. Pelaksanaan analisis data serangan dan perkembangan situasi OPT serta faktor yang mempengaruhi; c. Pelaksanaan analisis data gangguan usaha perkebunan dan dampak anomali iklim serta faktor yang mempengaruhi; d. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan dan pelepasan agens hayati OPT perkebunan; e. Pelaksanaan pengembangan metode pengamatan, model peramalan taksasi kehilangan hasil, dan teknik pengendalian OPT perkebunan; 12

f. Pelaksanaan eksplorasi dan iventarisasi musuh alami OPT perkebunan; g. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan, penilaian kualitas, dan pelepasan agens hayati OPT perkebunan; h. Pelaksanaan pengembangan teknologi proteksi perkebunan yang berorientasi pada implementasi pengendalian hama terpadu; i. Pelaksanaan pengujian dandan pemanfaatan pestisida nabati; j. Pemberian pelayanan teknik kegiatan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan; k. Pengelolaan data dan informasi kegiatan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan; l. Pelaksanaan pengembangan jaringan dan kerjasama laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; m. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga Balai. 13

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. Perencanaan Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014 Berdasarkan perencanaan yang telah disusun dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014 yang merupakan payung bagi unit kerja eselon I dibawahnya, arah kebijakan dan strategi pembangunan pertanian disusun berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014. Visi pembangunan nasional 2010-2014 yang dikenal sebagai Visi Indonesia 2014 adalah: Terwujudnya Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan dengan penjelasan sebagai berikut: Kesejahteraan Rakyat adalah terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa. Demokrasi adalah terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung jawab serta hak asasi manusia. Keadilan adalah terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia. Dari aspek sektoral, Visi Indonesia 2014 tersebut dirumuskan oleh Kementerian Pertanian sebagai focal point dalam pembangunan pertanian, menjadi: "Terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumber daya lokal 14

untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, daya saing, ekspor dan kesejahteraan petani". 2.1.1. Visi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014 Sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan pembangunan pertanian, visi pembangunan perkebunan harus selaras dengan visi pembangunan nasional dan visi pembangunan pertanian. Visi yang ingin diwujudkan melalui pembangunan perkebunan selama 2010-2014 adalah "Terwujudnya peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perkebunan". Dalam rangka mendukung visi pembangunan perkebunan tahun 2010-2014, maka Visi Direktorat Jenderal Perkebunan adalah "Profesional dalam memfasilitasi peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan". 2.1.2. Misi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014 Mengacu pada misi pembangunan nasional dan Kementerian Pertanian maka misi pembangunan perkebunan ditetapkan sebagai berikut: 1) Memfasilitasi peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan; 2) Menfasilitasi penyediaan benih unggul bermutu serta sarana produksi; 15

3) Menfasilitasi penanganan perlindungan tanaman dan Gangguan Usaha Perkebunan (GUP); 4) Memfasilitasi pengembangan usaha perkebunan serta penumbuhan kemitraan yang sinergis antar pelaku usaha perkebunan secara berkelanjutan; 5) Mendorong penumbuhan dan pemberdayaan kelembagaan petani serta memfasilitasi peningkatan partisipasi masyarakat dalam rangka meningkatkan harmonisasi antara aspek ekonomi, sosial dan ekologi; 6) Memberikan pelayanan di bidang perencanaan, peraturan perundang-undangan, manajemen pembangunan perkebunan dan pelayanan teknis lainnya yang terkoordinasi, efisien dan efektif. Untuk dapat berkontribusi secara efektif dalam misi pembangunan perkebunan 2010-2014, maka Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan misi sebagai berikut: 1) Memberikan pelayanan perencanaan, program, anggaran, dan kerjasama teknis yang berkualitas; pengelolaan administrasi keuangan, dan aset yang berkualitas; memberikan pelayanan organisasi, tatalaksana, kepegawaian, humas, hukum, dan administrasi perkantoran yang berkualitas; dan melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data serta informasi yang berkualitas; 16

2) Meningkatkan kemampuan penyediaan benih unggul, dan penyediaan sarana produksi; 3) Mendorong upaya peningkatan produksi dan produktivitas usaha budidaya tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar dan tanaman tahunan; 4) Memfasilitasi terwujudnya integrasi antar pelaku usaha budidaya tanaman perkebunan dengan pendekatan kawasan, memotivasi penerapan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kondisi lokal, dan mendorong penumbuhan dan pemberdayaan petani dan kelembagaan petani; 5) Memfasilitasi ketersediaan teknologi, sistem perlindungan perkebunan, pengamatan dan pengendalian OPT dan penanganan gangguan usaha serta dampak perubahan iklim; 6) Memfasilitasi peningkatan penyediaan teknologi dan penerapan pascapanen budidaya tanaman semusim, tanaman rempah penyegar dan tanaman tahunan, memfasilitasi peningkatan bimbingan dan penanganan usaha perkebunan berkelanjutan seperti ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil), PIR (Perusahaan Inti Rakyat), Rekomtek (Rekomendasi Teknis), memfasilitasi peningkatan penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan. 17

2.1.3. Tujuan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014 Untuk dapat mendukung pencapaian tujuan pembangunan perkebunan 2010-2014 sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014, maka Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan Tujuan yang akan dicapai sesuai dengan tugas pokok dan fungsi organisasi sebagai berikut : 1) Memfasilitasi peningkatan produksi, produktivitas, mutu, tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar serta tanaman tahunan; 2) Memfasilitasi peningkatan kemampuan, kemandirian dan profesionalisme pelaku usaha perkebunan serta hubungan sinergis antar pelaku usaha perkebunan; 3) Memfasillitasi peningkatan kontribusi perkebunan dalam mengembangkan perekonomian wilayah melalui pendekatan kawasan pengembangan perkebunan; 4) Memfasilitasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan pekebun; 5) Memfasilitasi peningkatan penerimaan dan devisa negara; 6) Memfasilitasi penyediaan pangan di wilayah perkebunan; 7) Memfasilitasi pemenuhi kebutuhan konsumsi dan penyediaan bahan baku industri dalam negeri; 8) Mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara arif dan berkelanjutan serta mendorong pengembangan wilayah yang berwawasan lingkungan; 18

9) Mendukung pengembangan penyediaan bahan bakar nabati; 10) Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dan kelembagaan perkebunan; 11) Meningkatkan ketersediaan dan penerapan teknologi pascapanen budidaya tanaman tahunan, rempah penyegar dan semusim serta meningkatkan penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan; 12) Memfasilitasi penyediaan lapangan kerja; 13) Menyusun perencanaan program dan anggaran, pelayanan perbendaharaan, sistem akutansi dan verifikasi, penatausahaan barang milik negara, pemutahiran data dan informasi perkebunan, legislasi, advokasi dan penyelenggaraan hubungan masyarakat; penataan organisasi dan tata laksana serta kepegawaian; mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dan anggaran pembangunan perkebunan. 2.1.4. Sasaran Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014 Pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 lebih difokuskan pada 15 komoditas unggulan nasional yaitu Karet, Kelapa Sawit, Kakao, Kelapa, Jarak Pagar, Teh, Kopi, Jambu Mete, Lada, Cengkeh, Kapas, Tembakau, Tebu, Nilam, dan Kemiri Sunan. Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja pembangunan perkebunan selama 5 (lima) tahun ke depan adalah luas areal, produksi dan produktivitas.pada ke-15 komoditas tersebut dengan rincian sebagai berikut: 19

1). Luas areal komoditas unggulan nasional diproyeksikan tumbuh ratarata sebesar 1,49% per tahun dari 20,36 juta hektar pada tahun 2010 menjadi 21,61 juta hektar pada tahun 2014, kecuali Tembakau yang luasnya diproyeksikan konstan yaitu sekitar 205 ribu hektar sampai dengan tahun 2014. Sasaran target luas areal komoditas unggulan perkebunan tahun 2012 sebesar 20,975 juta hektar. 2) Produksi 15 komoditas unggulan nasional (karet, kelapa sawit, kakao, kelapa, jarak pagar, teh, kopi, jambu mete, lada, cengkeh, kapas, tembakau, tebu, nilam, dan kemiri sunan) diproyeksikan tumbuh rata-rata sebesar 4,19% per tahun dari 34,46 juta ton pada tahun 2010 menjadi 40,60 juta ton pada tahun 2014. Sasaran target produksi komoditas unggulan perkebunan tahun 2012 sebesar 36,891 juta ton. 3) Produktivitas komoditas unggulan nasional, kecuali kemiri sunan, diproyeksikan meningkat. Pada tahun 2010 produktivitas 15 komoditas perkebunan mencapai 42.992 Kg/ha dan meningkat pada tahun 2014 mencapai 46.672 Kg/ha. Dengan kenaikan produktivitas rata-rata sebesar 2,10% per tahun, diharapkan pada tahun 2014 produktivitas tanaman perkebunan di lapangan mencapai 75% dari standar produktivitas yang dihasilkan lembaga penelitian. Sasaran target produktivitas komoditas unggulan perkebunan tahun 2012 sebesar 43.593 Kg/ha. 20

2.1.5. Arah Kebijakan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014 Dengan memperhatikan arah kebijakan nasional dan pembangunan pertanian periode 2010-2014 dalam menjalankan tugas pelaksanaan pembangunan perkebunan di Indonesia, Direktorat Jenderal Perkebunan merumuskan kebijakan yang akan menjadi kerangka pembangunan perkebunan periode 2010-2014 yang dibedakan menjadi kebijakan umum dan kebijakan teknis. Kebijakan umum Direktorat Jenderal Perkebunan adalah: Mensinergikan seluruh sumber daya perkebunan dalam rangka peningkatan daya saing usaha perkebunan, nilai tambah, produktivitas dan mutu produk perkebunan melalui partisipasi aktif masyarakat perkebunan, dan penerapan organisasi modern yang berlandaskan kepada ilmu pengetahuan dan teknologi serta didukung dengan tata kelola pemerintahan yang baik. Adapun kebijakan teknis Direktorat Jenderal Perkebunan yang merupakan penjabaran dari kebijakan umum yaitu: Meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan melalui pengembangan komoditas, sumber daya manusia (SDM), kelembagaan dan kemitraan usaha, investasi usaha perkebunan sesuai kaidah pengelolaan sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup dengan dukungan pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan. 21

2.1.6. Strategi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014 Untuk mencapai target dan sasaran, dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan, serta mengimplementasikan kebijakan pembangunan perkebunan selama periode 2010-2014, dengan mempertimbangkan potensi dan permasalahan yang dihadapi selama ini serta menjawab tantangan di masa mendatang maka diperlukan suatu strategi pembangunan yang dikenal dengan Tujuh Gema Revitalisasi yang akan menjadi strategi umum Direktorat Jenderal Perkebunan dalam melaksanakan pembangunan perkebunan tahun 2010-2014. Komponen 7 (tujuh) Gema Revitalisasi adalah: (1) Revitalisasi Lahan; (2) Revitalisasi Perbenihan dan Pembibitan; (3) Revitalisasi Infrastruktur dan Sarana; (4) Revitalisasi Sumber daya Manusia; (5) Revitalisasi Pembiayaan Petani; (6) Revitalisasi Kelembagaan Petani; (7) Revitalisasi Teknologi dan Industri Hilir. Strategi umum pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 merupakan strategi yang mengacu pada target utama pembangunan pertanian sehingga sifatnya masih sektoral. Agar lebih sesuai dengan karakteristik khusus sub sektor perkebunan, strategi umum dimaksud diformulasikan ke dalam strategi khusus yang meliputi: (1) Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan; (2) Pengembangan komoditas; (3) Peningkatan dukungan terhadap sistem ketahanan pangan; (4) Investasi usaha perkebunan; (5) Pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan; (6) Pengembangan sumber daya manusia (SDM); (7) Pengembangan kelembagaan dan kemitraan usaha; (8) Pengembangan dukungan terhadap pengelolaan Sumber Daya 22

Alam (SDA) dan lingkungan hidup; (9) Pengembangan kawasan berbasis komoditi perkebunan. 2.1.7. Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014 Pembangunan perkebunan saat ini dan dimasa yang akan datang menghadapi tantangan yang cukup berat. Selain tuntutan pembangunan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, juga mampu memecahkan masalah kemiskinan dan pengangguran. Keberhasilan pembangunan perkebunan di era yang penuh persaingan ini adalah bagaimana kita dapat mensinergikan seluruh potensi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan. Berdasarkan hasil restrukturisasi program dan kegiatan sesuai surat edaran bersama Menteri Keuangan Nomor: SE-1848/MK/2009 dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Nomor: 0142/M.PPN/06/2009 tanggal 19 Juni 2009, setiap unit Eselon I mempunyai satu program yang mencerminkan nama Eselon I yang bersangkutan dan setiap unit Eselon II hanya mempunyai dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian indikator kinerja unit Eselon I adalah outcome dan indikator kinerja unit Eselon II adalah output. Sesuai hasil analisa terhadap potensi, permasalahan, peluang dan tantangan pembangunan perkebunan ditetapkan bahwa program pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 yang menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal Perkebunan adalah: Peningkatan 23

produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan. Program ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan melalui rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman semusim, tanaman tahunan, dan tanaman rempah penyegar dengan dukungan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha serta dukungan pelaksanaan perlindungan perkebunan. 2.1.8. Komoditas Unggulan Nasional Perkebunan Tahun 2010-2014 Perencanaan pembangunan perkebunan dengan pendekatan komoditas unggulan yang dinilai dapat sebagai motor penggerak pembangunan suatu daerah. Penentuan komoditas unggulan merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan. Ada beberapa kriteria mengenai komoditas unggulan, diantaranya: 1). Komoditas unggulan harus mampu menjadi penggerak utama pembangunan perekonomian yaitu dapat memberikan kontribusi yang signifikan, baik pada peningkatan produksi, pendapatan maupun pengeluaran; 24

2). Komoditas unggulan mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang yang kuat baik, sesama komoditas unggulan maupun komoditas-komoditas lainnya; 3). Komoditas unggulan mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah lain di pasar nasional maupun internasional baik dalam harga produk, biaya produksi, kualitas pelayanan maupun aspekaspek lainnya; 4). Komoditas unggulan di suatu daerah memiliki keterkaitan dengan daerah lain, baik dalam hal pasar maupun pasokan bahan baku; 5). Komoditas unggulan mampu menyerap tenaga kerja secara optimal sesuai dengan skala produksinya; 6). Komoditas unggulan bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, mulai dari fase kelahiran, pertumbuhan, puncak hingga penurunan; 7). Komoditas unggulan tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal; 8). Pengembangan komoditas unggulan berorientasi pada kelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Komoditas unggulan dapat ditinjau dari sisi penawaran dan permintaan. Dari sisi penawaran komoditas unggulan dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhannya pada kondisi biofisik, teknologi dan kondisi sosial ekonomi petani di suatu wilayah. Sementara dari sisi permintaan, komoditas unggulan dicirikan oleh kuatnya permintaan di pasar baik pasar dimestik maupun internasional. Komoditas unggulan merupakan 25

komoditas yang memiliki nilai strategis berdasarkan pertimbangan fisik (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial ekonomi dan kelembagaan (penguasaan teknologi, kemampuan sumber daya manusia, infrastruktur dan kondisi sosial budaya) untuk dikembangkan di suatu wilayah. Dalam rangka pengembangan komoditas unggulan nasional, Kementerian Pertanian secara intensif telah melakukan berbagai langkah strategis dengan mengidentifikasi dan mengembangkan potensi komoditas unggulan tersebut diberbagai daerah di Indonesia. Salah satunya adalah dengan menetapkan pengembangan kawasan berbasis komoditi perkebunan. Dari 127 komoditas binaan Ditjen Perkebunan sesuai keputusan Menteri Pertanian No. 511 Tahun 2006 dan No. 3599 Tahun 2009, untuk prioritas penanganan difokuskan pada 15 komoditas yang menjadi unggulan nasional yaitu Karet, Kelapa Sawit, Kelapa, Kakao, Kopi, Lada, Jambu Mete, Teh, Cengkeh, Jarak Pagar, Kemiri Sunan, Tebu, Kapas, Tembakau, dan Nilam. Sedangkan Pemerintah Daerah didorong untuk memfasilitasi dan melakukan pembinaan komoditas spesifik dan potensial di wilayahnya masing-masing. 2.1.9. Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014 Sebagai penjabaran dari program, masing-masing unit eselon II lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai 1 (satu) kegiatan. Dengan demikian di lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan terdapat 7 (tujuh) kegiatan pembangunan perkebunan sesuai Peraturan Menteri Pertanian 26

Nomor : 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian yaitu: 1) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim. Prioritas pengembangan tanaman semusim difokuskan pada 4 komoditas strategis yaitu Tebu, Kapas, Tembakau dan Nilam, dengan fokus kegiatannya yaitu: Swasembada Gula Nasional (Tebu), Pengembangan Komoditas Ekspor (Nilam dan Tembakau), Pengembangan Komoditas Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri (Kapas) dan Dukungan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan; 2) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar. Prioritas pengembangan tanaman rempah dan penyegar difokuskan pada 5 komoditas strategis yaitu kakao, Kopi, Lada, Teh dan Cengkeh dengan fokus kegiatannya yaitu: Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional (Gernas Kakao), Pengembangan Komoditas Ekspor (Kopi, Lada, Teh dan Kakao), Pengembangan Komoditas Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri (Cengkeh) dan Dukungan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan; 3) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan. Prioritas pengembangan tanaman tahunan difokuskan pada 6 komoditas strategis yaitu Karet, Kelapa Sawit, Kelapa, Jambu Mete, Jarak Pagar dan Kimiri Sunan dengan fokus kegiatannya yaitu : Revitalisasi Perkebunan (Kelapa Sawit, Kakao dan Karet), Penyediaan Bahan Tanaman Sumber Bahan Bakar Nabati/Bio-Energi 27

(Jarak Pagar, Kelapa Sawit, Kelapa dan Kemiri Sunan), Pengembangan Komoditas Ekspor (Kelapa, Kelapa Sawit, Karet dan Jambu Mete), dan Dukungan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan; 4) Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha. Prioritas kegiatan ini adalah untuk memfasilitasi peningkatan penanganan pascapanen tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar dan tanaman tahunan, bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan serta memfasilitasi penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan kegiatan ini masuk dalam fokus Dukungan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan; 5) Dukungan Perlindungan Perkebunan. Prioritas kegiatan ini adalah menurunkan luas areal perkebunan yang terserang OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan kegiatan ini masuk dalam fokus Dukungan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan; 6) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya, dengan prioritas kegiatan ini adalah jumlah Provinsi yang memperoleh pelayanan dan pembinaan yang berkualitas di bidang perencanaan, keuangan, umum dan evaluasi serta pelaporan kegiatan ini masuk dalam fokus Dukungan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan; 7) Dukungan Pengujian, Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan BBP2TP Medan, Surabaya dan Ambon dengan prioritas kegiatan yaitu: Memfasilitasi pelayanan 28

sertifikasi benih (jumlah bibit yang disertifikasi) dan peningkatan jumlah teknologi terapan perlindungan perkebunan kegiatan ini masuk dalam fokus Dukungan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan. 2.1.10. Penjabaran Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014 Dari 4 target sukses Kementerian Pertanian dalam membangun pertanian selama periode 2010-2014, Direktorat Jenderal Perkebunan mendukung pencapaian target tersebut melalui penjabaran program dan kegiatan yang mengacu pada: 1). Pencapaian Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan yaitu melalui pencapaian swasembada gula nasional tahun 2014 pada komoditi Tebu; 2). Peningkatan Diversifikasi Pangan dalam hal ini adalah kegiatan dalam rangka penganekaragaman komoditi pertanian untuk mencapai ketahanan pangan perkebunan dengan pangan lainnya seperti kegiatan integrasi kebun-ternak (contoh: Kelapa Sawit dan Sapi), sistem tumpang sari (tanaman pangan/hortikultura dan perkebunan) dan lain-lain. 3). Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Ekspor yaitu melalui fokus kegiatan diantaranya adalah: 29

a. Pengembangan komoditi ekspor yang terdiri dari Kelapa Sawit, Karet, Kopi, Kelapa, Kakao, Jambu Mete, Lada, Tembakau, Teh dan Nilam; b. Revitalisasi perkebunan yang terdiri dari Kelapa Sawit, Karet dan Kakao; c. Gerakan peningkatan produksi dan mutu Kakao nasional (Gernas kakao); d. Penyediaan bahan tanaman sumber Bahan Bakar Nabati/BBN (Bio-energy) yang terdiri dari Jarak Pagar, Kemiri Sunan, Kelapa dan Kelapa Sawit; e. Pengembangan komoditas pemenuhan dalam negeri yang terdiri dari Kapas dan Cengkeh; f. Dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan yang terdiri dari dukungan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha, dukungan perlindungan perkebunan, dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya Direktorat Jenderal Perkebunan serta dukungan pengujian, pengawasan mutu benih dan penerapan teknologi tanaman perkebunan. 4). Peningkatan Kesejahteraan Petani yaitu mencakup semua program dan kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan melalui 7 (tujuh) fokus kegiatan pembangunan perkebunan karena pada dasarnya program dan kegiatan pembangunan perkebunan yang dilaksanakan sematamata hanya untuk kepentingan masyarakat petani/pekebun dalam rangka meningkatkan pendapatannya menuju kesejahteraan 30

petani/pekebun. Tujuh fokus kegiatan pembangunan perkebunan sebagai berikut: a. Revitalisasi Perkebunan; b. Swasembada Gula Nasional; c. Penyediaan Bahan Tanaman Sumber Bahan Bakar Nabati (Bio- Energy); d. Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional; e. Pengembangan Komoditas Ekspor; f. Pengembangan Komoditas Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri; g. Dukungan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan. 2.2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2012 2.2.1. Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 Program Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2012 merupakan bagian dari program Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2010-2014 yaitu: Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan. 2.2.2. Sasaran Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 Sasaran strategis pada unit Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan ditetapkan sesuai dengan Renstra Direktorat Jenderal 31

Perkebunan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi II) bulan November 2012 adalah: 1) Peningkatan luas areal tanaman semusim; 2) Peningkatan luas areal tanaman rempah dan penyegar; 3) Peningkatan luas areal tanaman tahunan; 4) Penurunan luas areal yang terserang OPT; 5) Peningkatan mutu produk perkebunan dan usaha perkebunan berkelanjutan; 6) Peningkatan pelayanan dan pembinaan di bidang manajemen dan teknis pembangunan perkebunan; 7) Peningkatan pengawasan dan pengujian benih tanaman perkebunan dan penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan (BBP2TP Medan, BBP2TP Surabaya dan BBP2TP Ambon). Untuk mengukur kinerja dari pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan perkebunan telah ditetapkan indikator kinerja utama berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 49/Permentan/OT.140/3/2012 Tanggal 15 Agustus 2012 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) di Lingkungan Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014, maka Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal Perkebunan sesuai dengan tugas dan fungsinya yaitu: 32

1) Tugas: Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perkebunan. 2) Fungsi: a) Perumusan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen perkebunan; b) Pelaksanaan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen perkebunan; c) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan, dan pascapanen perkebunan; d) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan, dan pascapanen perkebunan; e) Pelaksanaan Administrasi Direktorat Jenderal Perkebunan. 3) Sasaran dan Indikator Kinerja Utama (IKU): No Sasaran Indikator Kinerja Utama Sumber Data 1. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan yang berkelanjutan. 1. Produksi tebu - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 2. Produksi kapas - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 33

No Sasaran Indikator Kinerja Utama Sumber Data 3. Produksi nilam - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 4. Produksi tembakau - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 5. Produksi kakao - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 6. Produksi kopi - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 7. Produksi lada - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 8. Produksi teh - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 9. Produksi cengkeh - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 10. Produksi kelapa sawit - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan 34

No Sasaran Indikator Kinerja Utama Sumber Data Kabupaten/Kota. 11. Produksi karet - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 12. Produksi kelapa - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 13. Produksi jambu mete - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 14. Produksi jarak pagar - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 15..Produksi kemiri sunan - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pada Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014 Edisi Revisi II telah ditetapkan indikator kinerja untuk mencapai sasaran program pada unit Eselon I berupa outcomes yang dimanifestasikan dalam produksi dan produktivitas tanaman perkebunan. Sedangkan indikator kinerja untuk mencapai sasaran kegiatan pada unit Eselon II berupa outputs yang diwujudkan dalam luas areal komoditas unggulan tanaman perkebunan. 35

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2012 yang disusun dengan Indikator kinerja dan target yang telah ditetapkan dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Capaian sasaran program (oucomes) yaitu: a. Meningkatnya produksi komoditi unggulan perkebunan (tebu, kapas, nilam, tembakau, kopi, teh, kakao, lada, cengkeh, kelapa, kelapa sawit, jambu mete dan jarak pagar) dengan fokus kegiatan yang terdiri dari : (1) Swasembada gula nasional (Tebu) dengan target 2.964.000 ton. (2) Pengembangan komoditas pemenuhan konsumsi dalam negeri dengan target untuk Kapas 40.000 ton dan Cengkeh 83.000 ton. (3) Pengembangan komoditas ekspor dengan target untuk 10 (sepuluh) komoditas adalah: Tembakau 183.000 ton, Nilam 106.000 ton, Kopi 733.000 ton, Teh 156.000 ton, Kakao 1.010.000 ton, Lada 87.000 ton, Karet 2.741.000 ton, Kelapa 3.317.000 ton, Kelapa Sawit 25.710.000 ton, dan Jambu Mete 152.000 ton. (4) Penyediaan bahan tanaman sumber bahan bakar nabati (bio-energi) dengan target untuk 4 (empat) komoditas adalah: Jarak Pagar 24.000 ton dan Kemiri Sunan 5.000 ton. b. Meningkatnya produktivitas komoditi unggulan perkebunan (tebu, kapas, nilam, tembakau, kopi, teh, kakao, lada, 36

cengkeh, kelapa, kelapa sawit, jambu mete dan jarak pagar) dengan fokus kegiatan yang terdiri dari: (1) Swasembada gula nasional (Tebu) dengan target 5.630 kg/ha. (2) Pengembangan komoditas pemenuhan kebutuhan dalam negeri dengan target untuk Kapas 2.000 kg/ha dan Cengkeh 281 kg/ha. (3) Pengembangan komoditas ekspor dengan target untuk 10 (sepuluh) komoditas adalah: Tembakau 890 kg/ha, Nilam 6.500 kg/ha, Kopi 743 kg/ha, Teh 1.569 kg/ha, Kakao 925 kg/ha, Lada 723 kg/ha, Kelapa 1.135 kg/ha, Kelapa Sawit 4.109 kg/ha, Karet 579 kg/ha, Jambu Mete 1.009 kg/ha, dan (4) Penyediaan bahan tanaman sumber bahan bakar nabati (bio-energi) dengan target untuk 2 (dua) komoditas adalah: Jarak Pagar 1.500 kg/ha, dan Kemiri Sunan 16.000 kg/ha. Rencana Kinerja Tahunan 2012 secara detail yang meliputi sasaran strategis, indikator kinerja dan target disajikan pada Formulir RKT berikut: 37

Tabel 1. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Unit Organisasi Eselon I : Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Anggaran : 2012 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan yang berkelanjutan melalui upaya pengembangan tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar, tanaman tahunan, dukungan pascapanen dan pembinaan usaha, perlindungan perkebunan serta dukungan manajemen dan teknis lainnya I. Produksi tanaman (ribu ton) a Tebu (hablur) 2.964 b Kapas (kapas berbiji) 40 c Cengkeh (bunga kering) 83 d. Tembakau (daun kering) 183 e. Nilam (daun kering) 106 f. Kopi (biji kering) 733 g. T e h (daun kering) 156 h. Kakao (biji kering) 1.010 i. Lada (lada kering) 87 j. Jambu mete (gelondong kering) 152 k. Karet (karet kering) 2.741 l. Kelapa (setara kopra) 3.317 m Kelapa sawit (CPO) 25.710 n Jarak pagar (biji kering) 24 o Kemiri sunan (biji kering) 5 II. Produktivitas tanaman (kg/ha/tahun) a Tebu (hablur) 5.630 b Kapas (kapas berbiji) 2.000 c Cengkeh (bunga kering) 281 d. Tembakau (daun kering) 890 38

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) e. Nilam (daun kering) 6.500 f. Kopi (biji kering) 743 g. T e h (daun kering) 1.569 h. Kakao (biji kering) 925 i. Lada (lada kering) 723 j. Jambu mete (gelondong kering) 1.009 k. Karet (karet kering) 579 l. Kelapa (setara kopra) 1.135 m Kelapa sawit (CPO) 4.109 n Jarak pagar (biji kering) 1.500 o Kemiri sunan (biji kering) 16.000 2) Capaian sasaran kegiatan (outputs) yaitu: a. Luas Areal Tanaman Semusim dengan fokus kegiatan yang terdiri dari: (1) Swasembada gula nasional (Tebu) dengan target 452.000 ha. (2) Pengembangan komoditas pemenuhan konsumsi dalam negeri dengan target untuk Kapas 20.000 ha. (3) Pengembangan komoditas ekspor dengan target untuk Tembakau 205.000 ha dan Nilam 16.000 ha. 39

b. Luas Areal Tanaman Rempah dan Penyegar dengan fokus kegiatan yang terdiri dari: (1) Pengembangan komoditas ekspor dengan target untuk 4 (empat) komoditas yaitu: Kakao 1.702.000 ha, Kopi 1.354.000 ha, Teh 124.000 ha dan Lada 194.000 ha. (2) Pengembangan komoditas pemenuhan konsumsi dalam negeri dengan target untuk Cengkeh 474.000 ha. (3) Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao untuk Rehabilitasi seluas 39.000 ha, Intensifikasi seluas 17.000 ha dan Peremajaan seluas 5.000 ha. c. Luas Areal Tanaman Tahunan dengan fokus kegiatan yang terdiri dari: (1) Pengembangan komoditas ekspor dengan target untuk 4(empat) komoditas yaitu: Karet 3.466.000 ha, Kelapa 3.820.000 ha, Kelapa Sawit 8.557 ha dan Jambu Mete 575.000 ha. (2) Penyediaan bahan tanaman sumber bahan bakar nabati (bio-energi) dengan target untuk Jarak Pagar 15.000 ha dan Kemiri Sunan 1.500 ha. (3) Revitalisasi Perkebunan dengan target untuk 3 (tiga) komoditas (Karet 5.000 ha, Kelapa Sawit 31.000 ha dan Kakao 2.000 ha). 40

d. Dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan dengan fokus kegiatan yang meliputi: (1) Jumlah areal pengendalian OPT Perkebunan melalui APBN, APBD dan sumber lainnya dengan target 59.730 ha. (2) Jumlah areal pengendalian OPT Perkebunan melalui APBN Perlindungan Perkebunan dengan target 3.300 ha. (3) Jumlah kelompok tani yang menerapkan penanganan pascapanen sesuai GHP dengan target 110 Kelompok Tani. (4) Jumlah Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit yang layak mengajukan permohonan sertifikat ISPO dengan target 180 Perusahaan. (5) Jumlah penanganan kasus gangguan usaha perkebunan dengan target 40 Perusahaan. (6) Jumlah provinsi yang memperoleh pelayanan dan pembinaan yang berkualitas di bidang perencanaan, keuangan, umum dan evaluasi serta pelaporan dengan target 32 Provinsi. (7) Jumlah bibit yang disertifikasi dengan target untuk BBP2TP Surabaya 13.561.000 batang, BBP2TP Medan 218.761.000 batang dan BBP2TP Ambon 465.000 batang. (8) Jumlah teknologi terapan perlindungan perkebunan dengan target untuk BBP2TP Surabaya 6 Paket, BBP2TP Medan 8 Paket dan BBP2TP Ambon 9 Paket. 41

2.2.3. Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 Dalam rangka melaksanakan program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2012 Direktorat Jenderal Perkebunan mendapat alokasi dana dari APBN sebesar Rp.1.493.229.246.000,- dan direvisi menjadi Rp. 1.464.443.342.000,- karena adanya penghematan anggaran secara nasional. Dana tersebut untuk melaksanakan 7 (tujuh) kegiatan utama pembangunan perkebunan yang dilaksanakan di Pusat dan Daerah berupa dana dekonsentrasi, dana tugas pembantuan (TP) Provinsi dan TP Kabupaten. Adapun kegiatan utama tersebut meliputi: 1) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim; 2) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar; 3) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan; 4) Dukungan Pengembangan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha; 5) Dukungan Perlindungan Perkebunan; 6) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya; 7) Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan pada BBP2TP Medan, BBP2TP Surabaya dan BBP2TP Ambon. 42

2.2.4. Fokus Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 Fokus kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan dalam pembangunan perkebunan tahun 2012 merupakan bagian tak terpisahkan dengan fokus kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2010-2014, yang meliputi: 1) Revitalisasi Perkebunan 2) Swasembada Gula Nasional 3) Penyediaan Bahan Tanaman Sumber Bahan Bakar Nabati (Bio- Energi) 4) Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional 5) Pengembangan Komoditas Ekspor 6) Pengembangan Komoditas Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri 7) Dukungan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan 2.3. Perjanjian Kinerja Dokumen Penetapan Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dengan bawahan dalam mewujudkan suatu capaian kinerja pembangunan dari sumber daya alam yang tersedia melalui target kinerja serta indikator kinerja yang menggambarkan keberhasilan pencapaiannya yang berupa hasil (outcome) maupun keluaran (output). 43

Penetapan Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 berdasarkan Rencana Kerja Tahunan (RKT) tahun 2012 disusun setelah DIPA Direktorat Jenderal Perkebunan diterima pada bulan Januari 2012 dengan mengikuti format sesuai Pedoman Permen-PAN dan RB No. 29 Tahun 2010. PK Direktorat Jenderal Perkebunan ditandatangani oleh Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian pada bulan Februari 2012. PK tersebut berupa outcomes yang dimanifestasikan dalam dimensi produksi dan produktivitas tanaman perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan dalam rangka melaksanakan pembangunan perkebunan tahun 2012 dengan program utama yaitu Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan mendapat alokasi dana dari APBN semula sebesar Rp. 1.488.774.700.000,- namun berkurang akibat penghematan Nasional menjadi Rp. 1.464.443.342.000,-. Dana tersebut untuk melaksanakan kegiatan utama pembangunan perkebunan yang tersebar di 184 satker yang meliputi 1 satker pusat, 4 satker UPT pusat, 32 satker Provinsi dan 147 satker Kabupaten/Kota. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja serta target yang telah disusun dalam Format Penetapan Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 berikut ini: 44

Tabel 2. Penetapan Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 PENETAPAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Unit Organisasi Eselon I : Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Anggaran : 2012 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan yang berkelanjutan melalui upaya pengembangan tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar, tanaman tahunan, dukungan pascapanen dan pembinaan usaha, perlindungan perkebunan serta dukungan manajemen dan teknis lainnya I. Produksi tanaman (ribu ton) a. Tebu (hablur) 2.544 b. Kapas (kapas berbiji) 40 c. Cengkeh (bunga kering) 83 d. Tembakau (daun kering) 183 e. Nilam (daun kering) 106 f. Kopi (biji kering) 733 g. T e h (daun kering) 156 h. Kakao (biji kering) 1.010 i. Lada (lada kering) 87 j. Jambu mete (gelondong kering) 152 k. Karet (karet kering) 2.741 l. Kelapa (setara kopra) 3.317 m. Kelapa sawit (CPO) 25.710 n. Jarak pagar (biji kering) 24 o. Kemiri sunan (biji kering) 5 II. Produktivitas tanaman (kg/ha/tahun) a. Tebu (hablur) 5.630 b. Kapas (kapas berbiji) 2.000 c. Cengkeh (bunga kering) 281 45

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) d. Tembakau (daun kering) 890 e. Nilam (daun kering) 6.500 f. Kopi (biji kering) 743 g. T e h (daun kering) 1.569 h. Kakao (biji kering) 925 i. Lada (lada kering) 723 j. Jambu mete (gelondong kering) 1.009 k. Karet (karet kering) 579 l. Kelapa (setara kopra) 1.135 m Kelapa sawit (CPO) 4.109 n Jarak pagar (biji kering) 1.500 o Kemiri sunan (biji kering) 16.000 Jumlah Anggaran : Program Peningkatan Produksi dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan : Rp. 1.488.774.700.000,- Menteri Pertanian Jakarta, Februari 2012 Direktur Jenderal Perkebunan ( Suswono ) ( Gamal Nasir ) 46

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. Pengukuran Kinerja Setiap akhir Tahun Anggaran dan berakhirnya kegiatan, instansi harus melakukan Pengukuran Kinerja untuk mengetahui pencapaian target kinerja yang ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja. Pengukuran pencapaian target kinerja dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja dan realisasi kinerja dengan menggunakan Format Pengukuran Kinerja yang ditetapkan dalam Permen-PAN dan RB No. 29 Tahun 2010. Capaian kinerja makro Direktorat Jenderal Perkebunan selama lima tahun terakhir (2008-2012), semua indikator mengalami peningkatan yang cukup signifikan, khususnya PDB berdasarkan harga berlaku (11,03%) yang dapat digunakan untuk melihat kontribusinya terhadap pembangunan ekonomi, dan ekspor komoditi perkebunan yang mencapai 14,06% per tahun. Nilai Tukar Petani (NTP) Perkebunan Rakyat yang merupakan salah satu indikator kesejahteraan petani pada tahun 2012 mencapai 108,34 dan tertinggi di lingkup kementerian Pertanian. Selain itu, pendapatan pekebun juga mengalami kenaikan rata-rata 4,29% per tahun, dan pada tahun 2012 telah mencapai US$ 1.832 per kepala keluarga. Capaian kinerja pembangunan perkebunan pada tahun 2012 secara makro meliputi PDB, keterlibatan tenaga kerja, investasi, neraca 47

perdagangan, pendapatan pekebun/petani, ekspor dan nilai tukar petani (NTP) sebagai berikut: Tabel 3. Capaian Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan Tahun 2012 NO. INDIKATOR CAPAIAN 2008 2009 2010 2011 2012*) Laju Pertumb. Per th (%) 1 Pertumbuhan PDB - harga berlaku (Rp milyar) 105.960 111.423 135.258 153.885 159.754 11,03 - harga konstan (Rp milyar) 44.784 45.608 46.751 48.964 51.763 3,70 2 Keterlibatan tenaga kerja 20,61 20,47 20,84 20,87 21,21 0,62 (juta orang) 3 Investasi (Rp Triliun) 42,91 43,37 48,75 51,82 59,93** 4 Neraca Perdagangan Perkebunan (US$ milyar) 21,51 22,87 25,17 32,93 27,52 6,69 5 Pendapatan pekebun (US$/KK) 1.551 1.555 1.600 1.702 1.832 4,29 6 Ekspor perkebunan (US$ milyar) 22,2 16,99 27,35 35,20 31,69 14,06 7 NTP Perkebunan Rakyat 103,88 103,89 104,25 107,70 108,34 1,06 Catatan: *) angka sementara ** s.d posisi 30 Juni 2012 Selanjutnya untuk pengukuran kinerja hanya dilaksanakan pada indikator kinerja mikro yang terdiri dari luas areal, produksi dan produktivitas tanaman unggulan nasional perkebunan. Penetapan Kinerja (PK) untuk Direktorat Jenderal Perkebunan berupa outcomes yang diwujudkan dalam bentuk produksi dan produktivitas tanaman perkebunan. Terhadap outcomes tersebut sampai dengan saat ini masih menjadi perdebatan simpul kritis sebagai berikut: (1) Mengingat tanaman perkebunan pada umumnya bersifat tahunan sehingga produksi tanaman baru dapat dihitung minimal empat tahun kedepan; (2) Sebagaimana diketahui bahwa biaya investasi pengembangan perkebunan yang dibiayai dengan APBN jumlahnya 48

sangat kecil sekitar 2% per tahun. Apabila yang dihitung hanya kegiatan yang dibiayai dengan APBN, maka pengaruhnya terhadap produksi tingkat nasional sangat kecil sekali, padahal Direktorat Jenderal Perkebunan telah membina seluruh perkebunan yang ada di Indonesia, baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar melalui pembinaan, pengawalan, dan pendampingan, serta kebijakan maupun suratmenyurat. Pendekatan pertama, apabila tanaman yang ditanam pada tahun berjalan sesuai berlakunya APBN, maka tidak dapat dihitung produksinya pada tahun yang sama, dengan demikian apabila sesuai ketentuan yang berlaku maka produksinya (outcomes) adalah nol (tidak ada produksi). Pendekatan lainnya, jika yang dihitung produksi tahun berjalan, maka yang dihitung merupakan produksi dari tanaman yang tahun tanamnya minimal empat tahun yang lalu. Berkenaan dengan kedua pendekatan dimaksud, meskipun tidak sepenuhnya benar, Direktorat Jenderal Perkebunan menyepakati produksi dan produktivitas pada tahun berjalan ditetapkan sebagai outcomes dengan menggunakan target dari Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan dalam pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 sebagai acuannya. 3.1.1 Pengukuran Kinerja Capaian Sasaran Program (Outcomes) Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan yang berkelanjutan melalui upaya pengembangan tanaman semusim, 49

tanaman rempah dan penyegar, tanaman tahunan dengan dukungan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha, penyediaan benih unggul bermutu dan sarana produksi, perlindungan perkebunan serta dukungan manajemen dan teknis lainnya. Adapun indikator yang digunakan adalah meningkatnya produksi dan produktivitas komoditi unggulan nasional perkebunan yang meliputi tebu, kapas, nilam, tembakau, kopi, teh, kakao, lada, cengkeh, kelapa, kelapa sawit, jambu mete, jarak pagar, karet dan kemiri sunan/minyak yang dikelompokkan kedalam fokus kegiatan yaitu swasembada gula nasional, pengembangan komoditas pemenuhan komsumsi dalam negeri, pengembangan komoditi ekspor dan penyediaan bahan tanaman sumber bahan bakar nabati (bioenergi). Sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010, penetapan kinerja antara Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian berupa outcomes yang dimanifestasikan dalam produksi. Sedangkan penetapan kinerja yang ditandatangani antara Pejabat Eselon II dan Direktur Jenderal Perkebunan berupa outputs yang diwujudkan dalam luas areal komoditi. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Jenderal Perkebunan adalah produksi, sehingga kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2012 yang diukur hanyalah produksi. Capaian fisik pembangunan perkebunan tahun 2012 secara nasional sebesar 98,18% yang dilaksanakan oleh 184 satker di seluruh Indonesia 50

yang terdiri atas 1 satker pusat, 4 satker UPT Pusat, 32 satker Provinsi dan 147 satker kabupaten/kota. Untuk mengukur keberhasilan kinerja sesuai kesepakatan di lingkup Kementerian Pertanian ditetapkan 4 (empat) kategori keberhasilan yaitu: 1) Sangat Berhasil (capaian > 95%); 2) Berhasil (capaian 80%- 95%); 3) cukup berhasil (capaian 60%-79%), dan 4) tidak berhasil (capaian <59%) dari target sasaran. 3.1.1.1. Produksi Produksi komoditas utama perkebunan selama 5 tahun (2008 2012) mengalami kenaikan yang cukup signifikan dengan laju pertumbuhan produksi rata-rata sebesar 5,10% per tahun dari 28,48 juta ton pada tahun 2008 menjadi 34,72 juta ton pada tahun 2012. Meskipun perubahan iklim mengakibatkan intensitas serangan OPT meningkat yang selanjutnya berdampak pada penurunan produksi, beberapa komoditi unggulan utama selama 5 tahun terakhir mengalami peningkatan produksi per tahun yang cukup signifikan yaitu nilam (14,79%), tembakau (11,41%), kelapa sawit (7,71%), karet (2,95%), cengkeh (2,67%) dan lada (2,337%). Namun sebaliknya beberapa komoditi mengalami penurunan produksi yang cukup serius yaitu kemiri sunan (30,00%), jarak pagar (6,93%), jambu mete (6,44%) dan kapas (5,78%). Kenaikan produksi tersebut tidak terlepas dari keberhasilan dalam memilih kegiatan-kegiatan prioritas yang dapat menstimulasi 51

peningkatan produksi tanaman, seperti peremajaan, perluasan dan rehabilitasi tanaman yang dikemas dalam fokus kegiatan antara lain Gernas kakao, Swasembada gula, Revitalisasi Perkebunan dan yang lainnya. Rincian produksi per komoditi sebagaimana Tabel 4. Tabel 4. Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan Tahun No 2008-2012 Komoditi Capaian produksi (ton) 2008 2009 2010 2011 2012*) Laju Pertumb. Per th (%) 1 Karet 2.751.286 2.440.347 2.734.854 2.990.184 3.040.376 2,95 2 Kelapa 3.239.673 3.257.702 3.166.666 3.174.379 3.176.223-0,48 3 Kelapa Sawit 17.539.788 19.324.294 21.958.120 23.096.541 23.521.071 7,71 4 Kopi 698.016 685.170 686.922 638.647 657.138-1,43 5 T e h 153.971 156.901 156.604 150.776 150.180-0,60 6 Lada 80.420 82.834 83.662 87.089 88.160 2,33 7 Cengkeh 70.535 82.032 98.386 72.207 72.976 2,67 8 Kakao 803.593 820.496 837.918 936.266 903.652 3,12 9 Jambu Mete 156.652 147.403 115.149 114.789 117.485-6,44 10 Tebu 2.703.975 2.624.068 2.214.488 2.228.259 2.591.687-0,41 11 Tembakau 168.037 176.186 135.678 214.524 226.704 11,41 12 Kapas 3.858 3.145 3.174 2.275 2.793-5,78 13 Jarak Pagar 7.197 6.851 7.081 6.576 5.317-6,93 14 Nilam 103.100 138.800 110.300 143.281 165.022 14,79 15 Kemiri Sunan - - 4.800 4.800 1.920-30,00 Jumlah 28.480.101 29.946.229 32.313.802 33.860.591 34.720.703 5,10 Catatan : *) Angka Sementara 3.1.1.2. Produktivitas 52

Produktivitas komoditas utama perkebunan selama 5 tahun terakhir (2008 2012) cenderung mengalami penurunan dengan laju rata-rata sebesar 3,08% per tahun akibat anomali iklim yang semakin ekstrim. Sedangkan apabila dibandingkan dengan tahun 2011, produktivitas komoditi perkebunan secara umum mengalami penurunan sebesar 9,19%. Dibalik penurunan produktivitas secara umum, ternyata beberapa komoditi masih mengalami peningkatan produktivitas yang cukup menggembirakan yaitu nilam (7,96%), tembakau (7,51%), lada (3,06%), karet (2,48%), cengkeh (2,47%), kelapa sawit (1,11%) dan teh (0,57%). Rincian produktivitas per komoditi sebagaimana Tabel 5. Tabel 5. Perkembangan Produktivitas Perkebunan Tahun 2008-2012 No Komoditi Capaian Produktivitas (kg/ha) 2008 2009 2010 2011 2012* Laju Pertumb. Per th (%) 1 Karet 994 901 986 1.106 1.080 2,48 2 Kelapa 1.169 1.175 1.159 1.168 1.158-0,23 3 Kelapa Sawit 3.424 3.487 3.595 3.450 3.571 1,11 4 Kopi 729 737 779 777 723-0,12 5 T e h 1.447 1.571 1.553 1.552 1.473 0,57 6 Lada 702 729 756 702 785 3,06 7 Cengkeh 232 268 322 248 241 2,47 8 Kakao 889 834 854 668 813-0,97 9 Jambu Mete 493 468 371 393 359-7,13 10 Tebu 6.113 5.952 5.292 5.191 5.230-3,72 11 Tembakau 863 867 760 625 998 7,51 12 Kapas 451 297 380 356 305-6,71 13 Jarak Pagar 460 468 462 434 310-8,54 14 Nilam 119 160 119 111 144 7,96 15 Kemiri Sunan - - 667 667 640-9,35 Catatan : *) Angka Sementara 53

3.1.2. Pengukuran Kinerja Capaian Sasaran Kegiatan (Outputs) Capaian kinerja capaian sasaran kegiatan (outputs) yang disajikan dalam LAKIP tahun 2012 ini adalah capaian kinerja secara nasional dan capaian kinerja yang dibiayai APBN. 3.1.2.1. Pengukuran Kinerja Terhadap Capaian Sasaran Kegiatan Secara Nasional Sebagaimana disampaikan terdahulu, bahwa penetapan kinerja yang ditandatangani antara Pejabat Eselon II dan Direktur Jenderal Perkebunan berupa outputs yang diwujudkan dalam luas areal komoditi. Target yang digunakan adalah Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2012 yang merupakan bagian dari target dalam Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2010-2014 (Edisi Revisi II). Pengukuran kinerja capaian luas areal 15 komoditas yang pembangunannya menggunakan dana dari berbagai sumber diantaranya dari APBN, APBD I, APBD II, Swasta dan Swadaya Petani, diukur dengan membandingkan RKT tahun 2012 dengan realisasi berdasarkan capaian data statistik tahun 2012. Rincian luas areal per komoditi sebagaimana Tabel 6. 54

Tabel 6. Perkembangan Luas Areal Komoditas Perkebunan Tahun 2008-2012 No Komoditi Capaian luas areal (ha) 2008 2009 2010 2011 2012 *) Laju Pertumb. Per th (%) 1 Karet 3.424.217 3.435.270 3.445.415 3.456.127 3.484073 0,43 2 Kelapa 3.783.074 3.799.125 3.739.350 3.767.704 3.787.724 0,04 3 Kelapa Sawit 7.363.847 7.873.294 8.385.394 8.992.824 9.074.621 5,39 4 Kopi 1.295.111 1.266.235 1.210.365 1.233.698 1.233.982-1,17 5 Teh 127.712 123.506 122.898 123.938 123.769-0,77 6 Lada 183.082 185.941 179.318 177.490 178.622-0,60 7 Cengkeh 456.471 467.403 470.041 485.191 485.118 1,54 8 Kakao 1.425.216 1.587.136 1.650.621 1.732.408 1.733.228 5,09 9 Jambu Mete 573.721 572.114 570.930 575.841 586.358 0,55 10 Tebu 436.505 441.440 454.111 450.469 451.191 0,84 11 Tembakau 196.627 204.218 216.271 228.770 249.781 6,18 12 Kapas 11.729 12.622 10.194 10.238 9.565-1,55 13 Jarak Pagar 53.566 52.722 50.106 47.676 47.397-2,99 14 Nilam 22.132 24.498 24.472 28.008 29.381 7,48 15 Kemiri Sunan - 779 918 944 962 7,53 Jumlah 19.353.010 20.046.303 20.530.404 21.311.326 21.475.772 2,64 Catatan: *) angka sementara 55

3.1.2.2. Pengukuran Kinerja Terhadap Capaian Sasaran Kegiatan yang Dibiayai dengan APBN Pada Tahun 2012 Direktorat Jenderal Perkebunan mendapat alokasi dana yang tertuang dalam DIPA/POK sebesar Rp.1.488.774.700.000,-. Namun dalam pelaksanaannya terjadi penghematan anggaran, sehingga anggaran Ditjen. Perkebunan berkurang menjadi sebesar Rp 1.464.443.342.000,-. Dengan adanya penghematan anggaran maka terjadi perubahan pada target outputs kegiatan yang diwujudkan dalam penurunan luas areal komoditas. 3.1.2.2.1. Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/ 2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar adalah luas areal tanaman kakao, kopi, teh, lada dan cengkeh. Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah terlaksananya pengembangan tanaman rempah dan penyegar yang meliputi kakao, kopi, teh, lada dan cengkeh seluas 74.529 ha. Realisasi fisiknya mencapai 71.419 ha (97,89%). Output kegiatan penting pada tahun 2012 meliputi: 1) Perluasan, peremajaan dan rehabilitasi tanaman kopi. Realisasi fisik seluas 18.110 ha (97,97%) dari target seluas 18.485 ha pada dokumen penetapan kinerja tahun 2012. 56

2) Rehabilitasi dan intensifikasi tanaman teh. Realisasi fisik seluas 950 ha (94,06%) dari target 1.010 ha pada dokumen penetapan kinerja tahun 2012. 3) Perluasan, peremajaan, rehabilitasi dan intensifikasi tanaman kakao termasuk Gernas kakao. Realisasi capaian fisik seluas 59.108 ha (96,90%) dari target seluas 61.000 ha pada dokumen penetapan kinerja tahun 2012. Perluasan kakao diluar Gernas kakao, realisasinya 3.519 ha (90,46%) dari target 3.890 ha. 4) Perluasan, rehabilitasi dan intensifikasi tanaman lada. Capaian fisik output kegiatan ini seluas 910 ha (95,79%) dari 950 ha pada dokumen penetapan kinerja tahun 2012. 5) Peremajaan, rehabilitasi dan intensifikasi tanaman cengkeh. Realisasi fisik mencapai 3.435 ha (95,82%) dari 3.585 ha pada dokumen penetapan kinerja tahun 2012. Untuk mengetahui secara rinci capaian kinerja sasaran kegiatan (Outputs) berdasarkan RKT disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2012 (Lampiran 2, 4 dan 5). 3.1.2.2.2. Direktur Tanaman Semusim Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/ 2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Tanaman Semusim adalah luas areal tanaman tebu, kapas, tembakau dan nilam. 57

Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah terlaksananya pengembangan tanaman semusim yang meliputi tebu, kapas, tembakau dan nilam seluas 18.731 ha. Realisasi fisiknya mencapai 18.578 ha (96,22%). Output kegiatan penting pada tahun 2012 meliputi: 1) Swasembada gula nasional (Tebu) khususnya untuk perluasan tebu rakyat, bongkar ratoon/rawat ratoon. Capaian fisik pada seluas 7.575 ha (98,83%) dari target seluas 7.665 ha pada dokumen penetapan kinerja tahun 2012. 2) Pengembangan komoditas pemenuhan konsumsi dalam negeri khususnya untuk penanaman tanaman kapas. Capaian fisik seluas 9.565 ha (100,00%) dari target seluas 9.565 ha pada dokumen penetapan kinerja tahun 2012. 3) Pengembangan komoditas ekspor khususnya untuk penanaman tanaman nilam. Realisasi fisik mencapai 182 ha (100,00%) dari 182 ha pada dokumen penetapan kinerja tahun 2012. Untuk mengetahui secara rinci capaian kinerja sasaran kegiatan (Outputs) berdasarkan RKT disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2012 (Lampiran 2, 4 dan 5). 3.1.2.2.3. Direktur Tanaman Tahunan Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/ 2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Tanaman Tahunan adalah luas 58

areal tanaman karet, kelapa sawit, kelapa, jambu mete, jarak pagar dan kemiri sunan/minyak. Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah terlaksananya pengembangan tanaman tahunan yang meliputi kelapa sawit, karet, kelapa, jambu mete, jarak pagar dan kemiri sunan/minyak seluas 47.720 ha. Realisasi fisiknya mencapai 46.607 ha (97,67%). Output kegiatan penting pada tahun 2012 meliputi: 1) Peremajaan dan perluasan tanaman karet rakyat. Capaian fisik untuk kegiatan ini seluas 14.823 ha (97,93%) dari target seluas 15.590 ha pada dokumen penetapan kinerja tahun 2012. 2) Peremajaan tanaman Kelapa. Realisasi fisik mencapai 19.765 ha (98,89%) dari target seluas 19.986 ha pada dokumen penetapan kinerja tahun 2012. 3) Peremajaan dan perluasan tanaman kelapa sawit. Capaian fisik untuk kegiatan ini seluas 7.005 ha (98,09%) dari target seluas 7.255 ha pada dokumen penetapan kinerja tahun 2012. 4) Rehabilitasi, peremajaan dan perluasan tanaman jambu mete. Capaian fisik untuk kegiatan ini seluas 3.897 ha (93,33%) dari target seluas 3.902 ha pada dokumen penetapan kinerja tahun 2012. 5) Penanaman Jarak Pagar untuk pengutuhan Desa Mandiri Energi. Realisasi fisik mencapai 200 ha (100,00%) dari target seluas 200 ha pada dokumen penetapan kinerja tahun 2012. 59

6) Penanaman Kemiri Sunan/minyak untuk mendukung penyediaan bahan bakar nabati (BBN). Realisasi fisik mencapai 31 ha (100,00%) dari target seluas 31 ha pada dokumen penetapan kinerja tahun 2012. Untuk mengetahui secara rinci capaian kinerja sasaran kegiatan (Outputs) berdasarkan RKT disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2012 (Lampiran 2, 4 dan 5). 3.1.2.2.4. Direktur Pascapanen dan Pembinaan Usaha Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/ 8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha adalah (1) Jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen sesuai GHP, (2) Jumlah perusahaan kelapa sawit yang layak mengajukan permohonan sertifikat ISPO dan (3) Jumlah perusahaan yang ditangani kasus gangguan usahanya. Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah terlaksananya pengembangan penanganan pascapanen tanaman rempah dan penyegar, tanaman semusim dan tanaman tahunan sebanyak 306 kelompok tani. Realisasi fisiknya mencapai 172 kelompok tani (56,21%) dari target 306 kelompok tani. Output kegiatan penting pada tahun 2012 meliputi: 1) Jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen tanaman semusim sesuai GHP mencapai 24 kelompok tani atau 104,33% dari 60

target 23 kelompok tani pada dokumen penetapan kinerja tahun 2012. 2) Jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen tanaman rempah dan penyegar sesuai GHP mencapai 104 kelompok tani atau 97,20% dari target 107 kelompok tani pada dokumen penetapan kinerja tahun 2012. 3) Jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen tanaman tahunan sesuai GHP mencapai 41 kelompok tani atau 23,29% dari target 176 kelompok tani pada dokumen penetapan kinerja tahun 2012. Untuk mengetahui secara rinci capaian kinerja sasaran kegiatan (Outputs) berdasarkan RKT disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2012 (Lampiran 2, 4 dan 5). 3.1.2.2.5. Direktur Perlindungan Perkebunan Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/ 2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Perlindungan Perkebunan adalah luas areal Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tanaman perkebunan. Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah terlaksananya pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) seluas 3.455 ha, pengendalian kebakaran lahan dan kebun serta SLPHT sebanyak 82 poktan. Realisasi fisiknya mencapai 3.369 ha (97,50%). Output kegiatan penting pada tahun 2012 meliputi: 61

1) Pengendalian OPT tanaman perkebunan. Realisasi fisik mencapai 3.430 ha (99,28%) dari target seluas 3.455 ha pada dokumen penetapan kinerja tahun 2012. Pengendalian OPT tersebut meliputi tanaman kelapa seluas 1.300 hektar, kemudian secara berurutan karet seluas 575 hektar, kopi seluas 500 hektar, tebu seluas 500 hektar, lada seluas 225 hektar, cengkeh seluas 180 hektar, tembakau seluas 75 hektar dan jambu mete seluas 75 hektar. 2) Pelaksanaan SL-PHT Perkebunan, dengan capaian fisik sebanyak 82 poktan (100,00%). Untuk mengetahui secara rinci capaian kinerja sasaran kegiatan (Outputs) berdasarkan RKT disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2012 (Lampiran 2, 4 dan 5). 3.1.2.2.6. Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/ 2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan adalah jumlah provinsi yang memperoleh pelayanan dan pembinaan yang berkualitas dibidang perencanaan, keuangan, umum dan evaluasi serta pelaporan. Sedangkan sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah terlaksananya pelayanan kesekretariatan dalam rangka menunjang pencapaian kinerja program peningkatan produkdi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan. Realisasi fisiknya mencapai 100% dalam bentuk dokumen 62

(1) perencanaan, (2) evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data dan informasi, (3) pelayanan organisasi, kepegawaian, humas, hukum, administrasi perkantoran dan (4) pengelolaan administrasi keuangan dan aset. 3.1.2.2.7. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/ 2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU BBP2TP adalah (1) jumlah benih/bibit yang disertifikasi dan (2) jumlah teknologi terapan perlindungan perkebunan. Realisasi fisik untuk jumlah benih/bibit yang disertifikasi secara nasional pada tahun 2012 mencapai 127,60% dan jumlah teknologi terapan perlindungan perkebunan mencapai 100%, masing-masing Balai telah melebihi target RKT/PK tahun 2012. 3.2. Evaluasi Sasaran Pembangunan Perkebunan Tahun 2012 Hasil evaluasi pembangunan perkebunan dilihat dari aspek indikator mikro yang terdiri dari luas areal, produksi dan produktivitas umumnya mengalami kenaikan. Namun demikian beberapa komoditas produksinya menurun, hal ini terjadi karena adanya banyak tanaman tua, pengelolaan tanaman yang tidak sesuai baku teknis dan terjadinya perubahan iklim yang ekstrim serta serangan OPT di beberapa sentra produksi. 63

3.2.1. Evaluasi Kinerja terhadap Capaian Sasaran Program (Outcomes) Evaluasi dan pengukuran kinerja terhadap capaian sasaran program untuk tahun 2012 ini masih dilakukan terhadap produksi dan sekilas tentang produktivitas tanaman perkebunan karena penetapan kinerja (PK) Direktur Jenderal Perkebunan dengan Menteri Pertanian Tahun 2012 sebagaimana Tabel 2 masih mencantumkan kedua indikator dimaksud. 3.2.1.1. Produksi Evaluasi produksi perkebunan tahun 2012 dilaksanakan terhadap (a) Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan tahun 2012, (b) Capaian Kinerja tahun 2011 dan (c) Capaian terhadap Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2010-2014. 3.2.1.1.1. Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2012 Secara umum capaian produksi 15 komoditas unggulan mencapai 34,72 juta ton dari target sebesar 37,22 juta ton atau mencapai 93,27% dibandingkan dengan target dalam Rencana Kinerja Tahunan/ penetapan kinerja tahun 2012. Capaian tertinggi pada komoditi nilam (155,68%) dan secara berurutan sebagai berikut tembakau (123,88%), karet (110,92%), tebu (101,87%), lada (101,16%), kelapa (95,76%), kopi (91,52%), kelapa sawit (91,49%), cengkeh (87,92%), teh (86,31%) dan jambu mete (77,29%). Sebaliknya untuk komoditi yang sangat sensitif 64

terhadap perubahan iklim sehingga mengakibatkan capaian produksi turun cukup tajam yaitu kapas (6,98%), kakao (67,34%) dan untuk dua komoditi unggulan nasional lainnya yang produksinya rendah karena tidak/belum ada jaminan pasarnya adalah jarak pagar (22,15%) dan kemiri minyak/sunan (40,00%). Rincian secara detail capaian kinerja masing-masing komoditi dibandingkan RKT/PK tahun 2012 sebagaimana pada Tabel 7. Tabel 7. Capaian Kinerja Produksi Tahun 2012 PRODUKSI PERKEBUNAN (TON) REALISASI KINERJA Thd (%) NO KOMODITAS 2011 Target Renstra 2010-2014 RKT/PK 2012 Realisasi* 2012 Capaian 2011 Target Renstra RKT/PK 2012 1 Karet 2.990.184 2.801.000 2.741.000 3.040.376 101,68 108,55 110,92 2 Kelapa Sawit 23.096.541 28.439.000 25.710.000 23.521.071 101,84 82,71 91,49 3 Kelapa 3.174.379 3.380.000 3.317.000 3.176.223 100,06 93,97 95,76 4 Kopi 638.647 738.000 718.000 657.138 102,90 89,04 91,52 5 Kakao 936.266 1.648.000 1.342.000 903.652 96,52 54,83 67,34 6 Jambu Mete 114.789 159.120 152.000 117.485 102,35 73,83 77,29 7 Lada 87.089 91.580 87.150 88.160 101,23 96,27 101,16 8 Cengkeh 72.246 85.510 83.000 72.976 101,01 85,34 87,92 9 Teh 150.776 182.000 174.000 150.180 99,60 82,52 86,31 10 Jarak Pagar 6.576 35.000 24.000 5.317 80,86 15,19 22,15 11 Kemiri Sunan 4.800 4.800 4.800 1.920 40,00 40,00 40,00 12 Tebu 2.228.259 3.100.000 2.544.000 2.591.687 116,31 83,60 101,87 13 Kapas 2.275 63.000 40.000 2.793 122,81 4,43 6,98 14 Tembakau 214.524 184.000 183.000 226.704 105,68 123,21 123,88 15 Nilam 143.281 124.000 106.000 165.022 115,17 133,08 155,68 Total 33.860.630 41.035.010 37.225.950 34.720.703 102,54 84,61 93,27 Catatan : * Angka sementara 65

3.2.1.1.2. Capaian Kinerja terhadap Capaian Kinerja Tahun 2011 Pada tahun 2012, capaian produksi 15 komoditas unggulan sebesar 34,72 juta ton meningkat menjadi 102,54% dibandingkan capaian produksi tahun 2011 yang besarnya 33,86 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 2,54% seperti yang disajikan pada Tabel 5. Peningkatan produksi tersebut, selain karena pembinaan dan pengawalan yang lebih intensif juga didukung dengan harga yang relatif menguntungkan dan iklim yang lebih kondusif. Peningkatan tertinggi terjadi pada komoditi tebu (16,31%) dan nilam (15,17%) dan disusul secara berurutan komoditi tembakau (5,68%), kopi (2,90%), jambu mete (2,35%), kelapa sawit (1,84%), karet (1,68%), lada (1,23%), cengkeh (1,01%), kelapa (0,06%). Sebaliknya terdapat beberapa komoditi yang mengalami penurunan produksi yaitu kapas, kakao, teh, jarak pagar dan kemiri minyak/sunan. 3.2.1.1.3. Capaian Kinerja terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014 Pada tahun 2012, capaian produksi 15 komoditas unggulan sebesar 34,55 juta ton. Jika dibandingkan dengan target sampai dengan berakhirnya Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014, maka capaian tahun 2012 telah mencapai 84,61%. Capaian yang telah melebihi target RENSTRA adalah komoditi nilam (133,08%), tembakau (123,21%), dan karet (108,55%). Sedangkan capaian yang telah mendekati target RENSTRA adalah komoditi lada (96,27%), kelapa (93,97%), kopi (89,04%), cengkeh 66

(85,34%), tebu (83,60%), kelapa sawit (82,71%), dan teh (82,52%). Lebih lanjut untuk capaian yang masih jauh dari target adalah kapas (4,43%), jarak pagar (15,19%), kemiri sunan/minyak (40,00%), kakao (54,83%) dan jambu mete (73,83%). Pengukuran Kinerja Tahun 2012 berdasarkan capaian sasaran program (Outcomes) secara detail yang meliputi sasaran strategis, indikator kinerja, target dan realisasi serta anggaran disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja (Lampiran 1 dan 3). 3.2.1.2. Produktivitas Evaluasi produktivitas perkebunan tahun 2012 dilaksanakan terhadap (a) Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan tahun 2012, (b) Capaian Kinerja tahun 2011 dan (c) Capaian terhadap Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2010-2014. Beberapa komoditi selama lima tahun terakhir sangat terpengaruh oleh adanya perubahan iklim yang ekstrim sehingga berdampak pada penurunan rata-rata produktivitas seperti jarak pagar (8,54%), jambu mete (7,13%) dan kapas (6,71%). Namun sebaliknya beberapa komoditi mengalami peningkatan produktivitas seperti nilam (7,96%), tembakau (7,51%), lada (3,06%), karet (2,48%), cengkeh (2,47%) dan kelapa sawit (1,11%). 67

3.2.1.2.1. Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2012 Capaian produktivitas untuk 15 komoditas unggulan pada tahun 2012 tidak mencapai target sebagaimana ditetapkan dalam Penetapan Kinerja (PK) tahun 2012. Sebagaimana disampaikan terdahulu, bahwa produktivitas tahun 2012 ditargetkan sesuai dengan rencana strategis tahun 2010-2014 yang disusun tahun 2009 dengan asumsi kondisi normal. Namun dalam perkembangannya, pada tahun 2012 telah terjadi anomali iklim yang sangat berpengaruh nyata dalam menurunkan produktivitas tanaman perkebunan. Capaian produktivitas tanaman perkebunan secara berurutan yaitu tembakau (112,13%), nilam (110,77%), lada (108,58%), karet (107,04%), kelapa (102,03%), tebu (88,51%), teh (87,68%), kelapa sawit (86,91%), cengkeh (85,77%), kopi (80,33%). Untuk tanaman yang sangat sensitif terhadap perubahan iklim, dan capaiannya dibawah 80% secara beurutan yaitu kakao (79,89%), jambu mete (35,58%), kapas (15,25%), Sedangkan untuk komoditi yang diharapkan sebagai sumber bahan bakar nabati, produktivitasnya masih sangat rendah karena belum ditangani secara serius, yaitu jarak pagar (20,67%) dan kemiri sunan (4,00%) dari target dalam penetapan kinerja 2012. 68

3.2.1.2.2. Capaian Kinerja terhadap Capaian Kinerja Tahun 2011 Pada umumnya capaian produktivitas tanaman perkebunan tahun 2012 hanya sedikit mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2011, secara berurutan yaitu nilam (109,09%), tembakau (105,05%), kopi (102,99%) kakao (102,92%), kelapa sawit (101,28%), cengkeh (101,26%), karet (100,84%), kelapa (100,00%) dan lada (100,13%). Sedangkan yang mengalami penurunan produktivitas adalah teh (99,73%), tebu (99,07%) dan jambu mete (97,82%). Sedangkan untuk komoditi yang diharapkan sebagai sumber bahan bakar nabati, produktivitasnya masih sangat rendah dan cenderung menurun karena belum ditangani secara serius, yaitu jarak pagar (71,43%) dan kemiri sunan (95,95%) dari target dalam penetapan kinerja 2012. 3.2.1.2.3. Capaian Kinerja terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014 Terdapat empat komoditas yang capaian produktivitasnya telah melebihi target RENSTRA yaitu tembakau (111,76%), nilam (109,09), karet (105,99%) dan lada (104,39%). Sebaliknya produktivitas yang masih jauh dari target adalah kemiri sunan (4,00%), kapas (12,20%), jarak pagar (15,50%) dan jambu mete (35,23%). Rincian secara detail dapat dilihat pada Tabel 8. 69

Tabel 8. Capaian Kinerja Produktivitas Tahun 2012 PRODUKTIVITAS PERKEBUNAN (TON) REALISASI KINERJA Thd (%) NO KOMODITAS 2011 Target Renstra 2010-2014 RKT/PK 2012 Realisasi* 2012 Capaian 2011 Target Renstra RKT/PK 2012 1 Kelapa Sawit (CPO) 3.526 4.344 4.225 3.571 101,28 82,21 84,52 2 Kakao (Biji Kering) **) 712 1200 925 739 103,79 61,58 79,89 3 Karet (Karet Kering) 1.071 1.019 1.009 1.080 100,84 105,99 107,04 4 Kelapa (Kopra) 1.158 1.200 1.135 1.158 100,00 96,50 102,03 5 Kopi (Kopi Berasan) 702 756 743 723 102,99 95,63 97,31 6 Tebu (Hablur) 5.030 6.800 5.630 4.983 99,07 73,28 88,51 7 Jambu Mete (Gldg Kering) 367 1.019 1.009 359 97,82 35,23 35,58 8 Cengkeh (Bunga Kering) 238 295 281 241 101,26 81,69 85,77 9 Teh (Daun Kering) 1.477 1.673 1.569 1.473 99,73 88,05 93,88 10 Tembakau (Daun Kering) 950 893 890 998 105,05 111,76 112,13 11 Kapas (Serat Kering) 303 2.500 2.000 305 100,66 12,20 15,25 12 Lada (Lada Kering) 784 752 723 785 100,13 104,39 108,58 13 Jarak Pagar (Biji Kering) 434 2.000 1.500 310 71,43 15,50 20,67 14 Nilam (Daun Kering) 6.600 6.600 6.500 7.200 109,09 109,09 110,77 15 Kemiri Sunan (Biji Kering) 667 16.000 16.000 640 95,95 4,00 4,00 3.2.2. Evaluasi Kinerja terhadap Capaian Sasaran Kegiatan (Outputs) Evaluasi Kinerja terhadap capaian sasaran kegiatan (outputs) yang disajikan dalam LAKIP ini adalah capaian kinerja luas areal dan kegiatan dukungan untuk mencapai target nasional tersebut. Secara umum luas areal komoditas perkebunan selama tahun 2008-2012 mengalami peningkatan setiap tahunnya rata-rata 2,64% dari 19,35 70

juta hektar pada tahun 2008 menjadi 21,48 juta hektar pada tahun 2012. Jika dibandingkan dengan RKT tahun 2012 yang nilainya 21,27 juta hektar, maka capaiannya sebesar 100,96%. Sedangkan apabila dibandingkan dengan tahun 2011, luas areal perkebunan mengalami peningkatan sebesar 0,77% dari 21,31 juta hektar menjadi 21,48 juta hektar untuk tahun 2012. Terhadap target Renstra 2010-2014 yang besarnya 22,11 juta ha, maka kinerja tahun 2012 sudah mencapai 97,12%. 3.2.2.1. Tanaman Rempah dan Penyegar Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan/ penetapan kinerja tahun 2012, secara umum capaian kinerja luas areal tanaman rempah dan penyegar untuk 5 komoditi unggulan nasional mencapai 3,754 juta hektar dari target sebesar 3,963 juta hektar atau mencapai 94,74%. Capaian tertinggi pada komoditi cengkeh (102,32%), sebaliknya yang tidak mencapai target secara berurutan sebagai berikut teh (95,11%), kakao (94,35%), kopi (92,92%) dan lada (92,07%). Namun demikian apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2011, kinerja luas areal tanaman rempah dan penyegar mengalami peningkatan sebesar 0,05% menjadi 100,05%. Luas areal yang mengalami peningkatan adalah tanaman lada (100,64%), kakao (100,05%) dan kopi (100,02%). Sebaliknya komoditi yang mengalami penurunan adalah cengkeh (99,98%) dan teh (99,86%). 71

Apabila dibandingkan dengan target Renstra 2010-2014, kinerja luas areal tanaman rempah dan penyegar baru mencapai 89,73%. Namun luas areal cengkeh telah melebihi target renstra yaitu 100,30%. Sedangkan capaian tanaman lainnya sebagai berikut: lada (90,92%), kakao (85,80%), kopi (91,14%) dan lada (90,92%). Capaian Kinerja Luas Areal Tanaman Rempah dan Penyegar tahun 2012 sebagai berikut: Tabel 9. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar Tahun 2012 Luas areal (ha) Realisasi kinerja thd (%) No Komoditi 2011 Target Renstra 2010-2014 RKT/PK 2012 Realisasi* 2012 Capaian 2011 Target Renstra RKT/PK 2012 1 Kopi 1.233.698 1.354.000 1.328.000 1.233.982 100,02 91,14 92,92 2 Kakao 1.732.408 2.020.000 1.837.000 1.733.228 100,05 85,80 94,35 3 Lada 177.490 196.450 194.000 178.622 100,64 90,92 92,07 4 Cengkeh 485.191 483.660 474.130 485.118 99,99 100,30 102,32 5 Teh 123.938 130.390 130.130 123.769 99,86 94,92 95,11 Total 3.752.725 4.184.500 3.963.260 3.754.719 100,05 89,73 94,74 Catatan : * Angka Sementara 3.2.2.2. Tanaman Semusim Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan/ penetapan kinerja tahun 2012, secara umum capaian kinerja luas areal tanaman semusim untuk 4 komoditi unggulan nasional mencapai 741.103 hektar dari target sebesar 693.297 hektar atau mencapai 106,72%. Capaian tertinggi pada komoditi nilam (183,63%) diikuti tembakau (121,84%), 72

sebaliknya yang tidak mencapai target secara berurutan sebagai berikut kapas (47,83%), dan tebu (99,76%). Capaian kinerja 2012 tersebut apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2011, mengalami peningkatan sebesar 3,13% menjadi 103,13%. Hampir seluruh areal tanaman semusim mengalami peningkatan secara berurutan sebagai berikut tanaman tembakau (109,18%), nilam (104,90%) dan tebu (100,16%), kecuali kapas turun menjadi 93,43%. Apabila dibandingkan dengan target Renstra 2010-2014, kinerja luas areal tanaman semusim sudah melebihi target yaitu mencapai 105,06%. Sumbangan terbesar dari luas areal nilam (163,23%) dan tembakau (121,84%). Sedangkan untuk tanaman kapas baru mencapai 38,26% dan tebu mencapai 98,88%. Rincian secara detail capaian kinerja masing-masing komoditi dibandingkan RKT/PK tahun 2012 sebagaimana pada Tabel 10 berikut: Tabel 10. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Semusim Tahun 2012 Luas areal (ha) Realisasi kinerja thd (%) No Komoditi 2011 Target Renstra 2010-2014 RKT/PK 2012 Realisasi* 2012 Capaian 2011 Target Renstra RKT/PK 2012 1 Tebu 450.469 456.297 452.297 451.191 100,16 98,88 99,76 2 Kapas 10.238 25.000 20.000 9.565 93,43 38,26 47,83 3 Tembakau 228.770 205.000 205.000 249.781 109,18 121,84 121,84 4 Nilam 28.008 18.000 16.000 29.381 104,90 163,23 183,63 Total 717.484 704.297 693.297 739.918 103,13 105,06 106,72 73

3.2.2.3. Tanaman Tahunan Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan/ penetapan kinerja tahun 2012, secara umum capaian kinerja luas areal tanaman tahunan untuk 6 komoditi unggulan nasional mencapai 16,981 juta hektar dari target sebesar 16,437 juta hektar atau mencapai 103,31%. Capaian tertinggi pada komoditi jarak pagar (314,51%) diikuti kelapa sawit (106,05%), jambu mete (101,99%) dan karet (100,52%), sebaliknya yang tidak mencapai target secara berurutan sebagai berikut kelapa (99,15%), dan kemiri sunan/minyak (24,05%). Capaian kinerja 2012 tersebut apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2011, mengalami peningkatan sebesar 0,83% menjadi 100,83%. Hampir seluruh areal tanaman tahunan mengalami sedikit peningkatan secara berurutan sebagai berikut kelapa sawit (100,91%), jambu mete (101,83%) dan karet (100,81%), dan kelapa (100,53%), kecuali jarak pagar turun menjadi 99,41%. Tabel 11. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2012 Luas areal (ha) Realisasi kinerja thd (%) No Komoditi 2011 Target Renstra 2010-2014 RKT/PK 2012 Realisasi* 2012 Capaian 2011 Target Renstra RKT/PK 2012 1 Karet 3.456.127 3.487.000 3.466.000 3.484.073 100,81 99,92 100,52 2 K. Sawit 8.992.824 8.987.000 8.557.000 9.074.621 100,91 100,97 106,05 3 Kelapa 3.767.704 3.833.000 3.820.200 3.787.724 100,53 98,82 99,15 4 Jambu Mete 575.841 577.000 574.900 586.358 101,83 101,62 101,99 5 Jarak Pagar 47.676 21.220 15.070 47.397 99,41 223,36 314,51 6 Kemiri Sunan 944 10.000 4.000 962 101,91 9,62 24,05 Total 16.841.116 16.915.220 16.437.170 16.981.134 100,83 100,39 103,31 74

Apabila dibandingkan dengan target Renstra 2010-2014, kinerja luas areal tanaman tahunan sudah melebihi target yaitu mencapai 100,39%. Sumbangan terbesar dari luas areal jarak pagar (223,36%), jambu mete (101,62%) dan kelapa sawit (100,97%). Sedangkan untuk tanaman kemiri sunan baru mencapai 9,62% dan kelapa mencapai 98,82%. 3.2.2.4. Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan/ penetapan kinerja tahun 2012, capaian kinerja jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen sesuai GHP sebanyak 172 kelompok tani atau 156,36% dari target. Sedangkan jumlah perusahaan kelapa sawit yang layak mengajukan permohonan sertifikat ISPO sampai akhir tahun baru mencapai 31 perusahaan atau sebesar 17,22% dari target 180 perusahaan. Untuk perusahaan yang ditangani kasus gangguan usahanya sebanyak 132 kasus atau 330%. Capaian kinerja 2012 tersebut apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2011, untuk jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen sesuai GHP mengalami peningkatan sebesar 72% menjadi 172,00%. Untuk perusahaan yang ditangani kasus gangguan usahanya mengalami peningkatan menjadi 347,37%. Apabila dibandingkan dengan target Renstra 2010-2014, jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen sesuai GHP sudah melebihi target yaitu mencapai 132,31%. Sedangkan jumlah perusahaan kelapa sawit yang layak mengajukan permohonan sertifikat ISPO baru mencapai 9,28% dari target 334 perusahaan. Untuk perusahaan yang 75

ditangani kasus gangguan usahanya mencapai 132 kasus atau telah melebihi target Renstra (300%). Rincian Capaian Kinerja Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha tahun 2012 sebagai berikut: Tabel 12. Capaian Kinerja Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha Tahun 2012 Target dan capaian Realisasi kinerja thd (%) No. Kegiatan 2011 Target Renstra 2010-2014 RKT/PK 2012 Realisasi 2012 Capaian 2011 Target Renstra RKT/PK 2012 1 2 3 Penanganan panen sesuai GHP Perusahaan yang mengajukan sertifikat ISPO Penanganan gangguan usaha 100 130 110 172 172,00 132,31 156,36 334 180 31 9,28 17,22 38 44 40 132 347,37 300,00 330,00 3.2.2.5. Dukungan Perlindungan Perkebunan Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan/ penetapan kinerja tahun 2012, capaian kinerja pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tanaman perkebunan mencapai 3.430 hektar dari target sebesar 3.300 hektar atau mencapai 103,94%. Luas areal pengendalian OPT terbesar pada tanaman kelapa seluas 1.300 hektar, kemudian secara berurutan karet seluas 575 hektar, kopi seluas 500 hektar, tebu seluas 400 hektar, lada seluas 225 hektar, cengkeh seluas 180 hektar, tembakau seluas 75 hektar dan jambu mete seluas 75 hektar. 76

Capaian kinerja 2012 tersebut apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2011, mengalami peningkatan sebesar 3,94% menjadi 103,94%. Apabila dibandingkan dengan target Renstra 2010-2014, pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tanaman perkebunan baru mencapai 64,72% dari target 5.300 hektar pada tahun 2014. Rincian Capaian Kinerja pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tanaman perkebunan tahun 2012 sebagai berikut: Tabel 13. Capaian Kinerja Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012 Luas areal pengendalian (ha) Realisasi kinerja thd (%) No. Kegiatan 2011 Target Renstra 2010-2014 RKT/PK 2012 Realisasi 2012 Capaian 2011 Target Renstra RKT/PK 2012 1 Pengendalian OPT Total 3.300 5.300 3.300 3.430 103,94 64,72 103,94 3.300 5.300 3.300 3.430 103,94 64,72 103,94 3.2.2.6. Dukungan Manajemen (Sekretariat) Perkebunan Realisasi fisiknya mencapai 100% dalam bentuk dokumen (1) perencanaan, (2) evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data dan informasi, (3) pelayanan organisasi, kepegawaian, humas, hukum, administrasi perkantoran dan (4) pengelolaan administrasi keuangan dan aset. 77

3.2.2.7. Dukungan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi TanamanPerkebunan Realisasi fisik untuk jumlah benih/bibit yang disertifikasi secara nasional pada tahun 2012 mencapai 127,60% dan masing-masing balai telah melebihi target RKT/PK tahun 2012. Sedangkan apabila dibandingkan dengan target Renstra 2010-2014, secara nasional telah mencapai 116,09%. Untuk indikator kegiatan jumlah teknologi terapan perlindungan perkebunan, secara nasional pada tahun 2012 mencapai 100,00% dan masing-masing balai telah memenuhi target RKT/PK tahun 2012. Sedangkan apabila dibandingkan dengan target Renstra 2010-2014, secara nasional telah mencapai 92,00%. Tabel 14. Capaian Kinerja BBP2TP Medan, Surabaya dan Ambon Tahun 2012 No. Kegiatan 1 Jumlah benih yang disertifikasi (ribu batang) BBP2TP Medan 240.384 218.761 278.089 115,69 127,12 BBP2TP Surabaya 14.950 13.561 17.732 118,61 130,76 BBP2TP Ambon 535 465 1.226 229,16 263,66 Total 255.869 232.787 297.047 116,09 127,60 2 Jumlah teknoilogi terapan perlindungan perkebunan (paket) Target Renstra 2010-2014 Target dan capaian Realisasi kinerja thd (%) RKT/PK 2012 Realisasi 2012 Target Renstra 2010-2014 RKT/PK 2012 BBP2TP Medan 10 8 8 80,00 100,00 BBP2TP Surabaya 6 6 6 100,00 100,00 BBP2TP Ambon 9 9 9 100,00 100,00 Total 25 23 23 92,00 100,00 78

3.3. Akuntabilitas Keuangan Berdasarkan Surat Edaran Menteri Keuangan tentang pagu definitif Kementerian Negara/Lembaga tahun 2012, alokasi anggaran untuk Kementerian Pertanian Rp 18,609 trilyun dan Rp 1,464 trilyun (7,87%) diantaranya dialokasikan untuk Direktorat Jenderal Perkebunan dalam rangka mendukung pengembangan perkebunan tahun 2012 khususnya dimanfaatkan untuk mendukung pelaksanaan 7 (tujuh) kegiatan utama. Serapan anggaran Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2012 mencapai 94,65% menduduki urutan tertinggi kedua di lingkup Kementerian Pertanian setelah Sekretariat Jenderal (hanya mempunyai satker di pusat) yang mencapai 94,97% serta melebihi serapan anggaran secara nasional Kementerian Pertanian yang hanya mencapai 92,86%. Namun demikian, jika dilihat dari penyebaran satker pusat dan daerah, Direktorat Jenderal Perkebunan menduduki peringkat pertama. Capaian serapan anggaran tahun 2012 ini sangat menggembirakan karena mengalami kenaikan yang sangat signifikan yaitu sebesar 13,43% dibandingkan dengan tahun 2011 yang hanya mencapai 83,44%. Perbandingan capaian per eselon I dapat dilihat pada Tabel 15 berikut: 79

Tabel 15. Capaian Serapan Anggaran Tahun 2012 per Eselon I Catatan : *Jika dihitung khusus APBN, capaian Ditjen Nak Keswan mencapai 90,22% Dalam laporan akuntabilitas keuangan ini akan disajikan (a) Capaian kinerja keuangan berdasarkan kegiatan utama dan (b) Capaian kinerja keuangan berdasarkan serapan per satker. 3.3.1. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Kegiatan Utama Tahun 2012 Capaian kinerja keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2012 yang disajikan adalah realisasi keuangan berdasarkan kegiatan utama pembangunan perkebunan dan berdasarkan serapan satuan kerja (satker). Realisasi penyerapan anggaran pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan pada tahun 2012 sebesar Rp 1,386 trilyun atau 94,65% dari total 80

pagu. Realisasi terbesar tercapai untuk kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim sebesar 97,20%, diikuti secara berturut-turut kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan sebesar 96,36%, Dukungan Perlindungan Perkebunan sebesar 95,09%, Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan sebesar 94,82%, Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar sebesar 94,26%, Dukungan Penanganan Pascapanen sebesar 91,79% dan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya sebesar 90,82%. Adapun rinciannya sebagaimana disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Realisasi Serapan Keuangan per Kegiatan Utama Tahun 2012 KODE 1775 1776 1777 1778 PROGRAM/KEGIATAN Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Pengembangan Penanganan Pasca panen Komoditas Perkebunan PAGU (Rpjuta) ANGGARAN REALISASI (Rpjuta) % 730.486 688.586 94,26 232.075 225.585 97,20 221.771 213.688 96,36 30.767 28.242 91,79 1779 Dukungan Perlindungan Perkebunan 34.178 32.502 95.09 1780 1781 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen. Perkebunan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan 145.383 131.232 90,27 69.783 66.169 94,82 JUMLAH 1.464.443 1.386.164 94,65 81

3.3.1.1. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar Realisasi serapan untuk kegiatan Peningkatan Produksi dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar berdasarkan SAU- Kementerian Keuangan sebesar Rp 688.585.785.033,- (94,26%) dari pagu yang ada. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama dikarenakan adanya optimalisasi anggaran dari pengadaan dan tender serta penghematan. Selain itu, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten belum sepenuhnya memenuhi kewajiban menyiapkan sertifikat kebun petani, khususnya Gernas kakao serta kurangnya dukungan pendanaan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten. Output kegiatan penting untuk Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar pada tahun 2012 meliputi: 1) Perluasan, peremajaan dan rehabilitasi tanaman kopi. Terdapat tiga jenis kopi yang dikembangkan meliputi (1). kopi robusta yang dilaksanakan di 19 kabupaten 8 provinsi yaitu Sumsel, Bengkulu, Jambi, Lampung, Jabar, Jateng, DIY, dan NTB (2). kopi arabika yang dilaksanakan di 12 kabupaten 5 provinsi yaitu Aceh, Jambi, Bali, NTB dan Papua dan (3). kopi spesialti yang dilaksanakan di 18 kabupaten 8 provinsi yaitu Aceh, Sumut, Lampung, Jatim, Bali, NTT dan Sulsel. Capaian serapan keuangan untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp 129.031.242.828,- (88,80%). 82

2) Rehabilitasi dan intensifikasi tanaman teh yang dilaksanakan di 6 kabupaten 1 provinsi yaitu Jawa Barat. Realisasi anggaran sebesar Rp 6.425.516.500,- (99,89%). 3) Perluasan, peremajaan, rehabilitasi dan intensifikasi tanaman kakao termasuk Gernas kakao yang dilaksanakan di 124 kabupaten 14 provinsi di Indonesia yaitu Sulteng, Sultra, Sulbar, Sulsel, NTT, Papua, Kalbar, Kaltim, Gorontalo, Bali, Sulut, Maluku, Papua Barat dan Malut. Realisasi anggaran Rp 295.778.483.165,- (94,91%). Disamping Gernas kakao, juga terdapat perluasan kakao non Gernas di 35 kabupaten 14 provinsi yaitu Aceh, Sumut, Sumbar, Bengkulu, Lampung, NTT, NTB, Jatim, Jabar, Jateng, DIY, Gorontalo, Pabar dan Papua dengan realisasi keuangan Rp33.936.625.500,- (99,56%). 4) Perluasan, rehabilitasi dan intensifikasi tanaman lada yang dilaksanakan di 5 kabupaten 2 provinsi yaitu Lampung dan Kep. Bangka Belitung. Anggaran yang terserap sebesar Rp 7.993961.000,- (99,89%). 5) Peremajaan, rehabilitasi dan intensifikasi tanaman cengkeh yang dilaksanakan di 21 kabupaten 13 provinsi yaitu Aceh, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara. Serapan anggaran sebesar Rp 5.744.170.500,- (99,05%). Rincian capaian serapan keuangan output kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar seperti pada Tabel 17. 83

Tabel 17. Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar tahun 2012 No Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar Anggaran (Rp000) Output/ Fisik Pagu Realisasi % % 730.486.368 688.585.785 94,26 97,66 1 PengembanganTanaman Kopi 145.302.109 129.031.243 88,80 97,97 2 Pengembangan tanaman teh 6.432.500 6.425.516 99,89 94,06 3 PengembanganTanaman Kakao (non Gernas) 34.085.570 33.936.625 99,56 90,46 4 PengembanganTanaman Lada 8.002.375 7.993.961 99,89 95,79 5 PengembanganTanaman Cengkeh 5.799.375 5.744.170 99,05 95,82 6 7 8 Pemberdayaan dan Penguatan Kelembagaan Tanaman Rempah dan Penyegar Pengawalan, pendampingan, sinkronisasi, koordinasi, monev, keuangan, dll Penanaman tanaman rempah penyegar lainnya) 2.781.658 2.702.329 97,15 100,00 47.600 47.344 99,46 100,00 6.728.950 6.726.355 99,96 94,44 9 Layanan perkantoran Pusat (Dirat TRP) 972.200 903.644 92,95 100,00 10 11 12 13 Kebijakan, norma, standar,, pedoman, perencanaan, monitoring, evaluasi, keuangan, dll (Dirat RTP) Pembangunan kebun sumber bahan tanaman rempah dan penyegar Pemurnian, penilaian dan penetapan sumber benih tanaman rempah dan penyegar Dukungan kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar 10.271.362 9.529.461 92,78 100,00 1.330.385 1.093.117 82,17 92,31 31.520 46.600 147,84 100,00 8.314.290 7.651.583 92,03 100,00 15 Gernas kakao. 311.647.749 295.778.483 94,91 96,90 16 Dukungan kegiatan Gernas kakao. 188.738.725 180.975.352 95,89 100,00 84

3.3.1.2. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim Realisasi serapan untuk kegiatan Peningkatan Produksi dan Mutu Tanaman Semusim sebesar Rp 225.585.427.901,- (97,20%) dari target. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama disebabkan oleh masih mengalami sedikit kesulitan dalam penyediaan benih kultur jaringan dan kurang tersedianya areal untuk perluasan tebu dari Kemenhut. Beberapa kegiatan masih menunggu musim hujan. Output kegiatan penting untuk Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim pada tahun 2012 meliputi: 1) Pengembangan tanaman tebu termasuk perluasan tebu rakyat, bongkar ratoon/rawat ratoon yang dilaksanakan di 45 kabupaten 11 provinsi yaitu Jabar, Jateng, DI Yogyakarta, Jatim, Aceh, Sumut, Sumsel, Lampung, Sulsel, Gorontalo dan Papua. Realisasi anggaran sebesar Rp 191.094.670.108,- (96,17%). 2) Penanaman tanaman kapas yang dilaksanakan di 29 kabupaten 7 provinsi yaitu Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Anggaran yang terserap sebesar Rp 18.567.024.733,- (100,00%). 3) Penanaman tanaman nilam yang dilaksanakan di 16 kabupaten 11 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Lampung, Bali, Sultra dan Gorontalo. Anggaran yang terserap sebesar Rp3.386.391.700,- (97,16%). 85

Rincian capaian serapan keuangan untuk output kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim tahun 2012 No Program Anggaran (Rp000) Output/ Fisik Pagu Realisasi % % Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman 232.075.353 225.585.428 97,20 98,84 Semusim 1 Pengembangan Tanaman Tebu 196.651.048 191.094.670 97,17 96,17 2 Penanaman Tanaman Kapas 18.667.180 18.567.025 99,46 100,00 3 Penanaman Tanaman Nilam 3.485.555 3.386.392 97,16 100,00 4 Pemberdayaan Pekebun Tanaman Semusim 40.700 28.225 69,35 100,00 5 Penanaman tanaman semusim lainnya 372.250 189.695 50,96 50,00 6 integrasi Tanaman Semusim - Ternak 1.317.700 1.195.875 90,75 85,71 7 Peningkatan kegiatan perlombaan & penghargaan perkebunan dll 40.000 40.000 100,001 100,00 8 Layanan Perkantoran Pusat 1.126.050 1.101.033 97,78 100,00 9 Kebijakan, norma, standar, pedoman, perencanaan, monitoring, evaluasi, keuangan, dll 4.625.650 4.504.064 97,37 100,00 10 Pemurnian, penilaian dan penetapan sumber benih 32.125 32.125 100,00 100,00 11 Dukungan kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman semusim 5.717.095 5.446.323 95,26 100,00 86

3.3.1.3. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Realisasi serapan untuk kegiatan Peningkatan Produksi dan Mutu Tanaman Tahunan pada tahun 2012 sebesar Rp 213.698.420.418,- (96,36%) dari pagu yang tersedia. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama disebabkan oleh terbatasnya sumber benih yang legal dan bermutu, sehingga petani sulit mendapatkan benih bermutu. Sertifikasi lahan petani belum ada, tidak dibangunnya kebun induk sebagai sumber bahan untuk benih sebar/siap tanam. Persyaratan bank dan syarat-syarat sebagai avalis yang menyulitkan perusahaan mitra dalam pelaksanaan Program Revitalisasi. Output kegiatan penting untuk Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan pada tahun 2012 meliputi: 1) Peremajaan dan perluasan tanaman karet rakyat yang dilaksanakan di 64 kabupaten 17 provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Papua. Realisasi anggaran sebesar Rp 83.828.921.990,- (97,82%). 2) Peremajaan tanaman kelapa dilaksanakan di 49 kabupaten 21 provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Lampung, Banten, Jawa Barat, DI Yogyakarta, jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Sulawesi 87

Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku, Malut, Papuadan Papua Barat. Serapan anggaran sebesar Rp 45.008.015.300,- (98,89%). 3) Peremajaan dan perluasan tanaman kelapa sawit dilaksanakan di 7 kabupaten 7 provinsi yaitu Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel, Bengkulu dan Kalbar. Anggaran yang terserap sebesar Rp 368.723.765.250,- (98,24%). 4) Rehabilitasi, peremajaan dan perluasan tanaman jambu mete dilaksanakan di 21 kabupaten 11 provinsi yaitu DIY, Jatim, Bali, NTB, NTT, Sulsel, Sultra dan Malut. Anggaran yang terserap sebesar Rp 10.285.126.700,- (98,87%). 5) Penanaman Jarak Pagar untuk pengutuhan Desa Mandiri Energi dilaksanakan di 4 kabupaten 4 provinsi yaitu Kepri, Jatim, NTB dan NTT. Realisasi serapan anggaran sebesar Rp 737.505.000,- (99,11%). 6) Pengembangan tanaman kemiri sunan/minyak dilaksanakan di 7 kabupaten 1 provinsi yaitu Jawa Barat. Realisasi serapan anggaran sebesar Rp168.392.000,-(97,88%). Rincian capaian serapan keuangan untuk kegiatan Utama Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan seperti pada Tabel 19. 88

Tabel 19. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Tahun 2012 Output/ Anggaran (Rp 000) No Program Fisik Pagu Realisasi % % Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan 221.770.415 213.698.420 96,36 97,53 1 Pengembangan tanaman karet rakyat 82.690.006 82.178.527 99,38 95,17 2 Pengembangan tanaman karet di daerah perbatasan, wilayah pasca 3.003.000 1.650.395 54,96 92,27 konflik, tertinggal dan bencana alam 3 Pengembangan Tanaman Kelapa 45.514.602 45.008.015 98,89 99,20 4 Pengembangan Tanaman Kelapa Sawit 39.419.140 38.723.765 98,24 97,24 5 Pengembangan tanaman jambu mete 10.402.369 10.285.127 98,87 100,00 6 Pengembangan tanaman jarak pagar 744.150 737.505 99,11 100,00 7 Pengembangan kemiri sunan 172.040 168.392 97,88 100,00 8 Pemberdayaan dan penguatan kelembagaan tanaman tahunan 6.620.103 6.351.572 95,94 100,00 9 Revitalisasi perkebunan (kelapa sawit, karet) 11.553.003 8.891.992 76,97 100,00 1 0 Pengembangan sistem pertanian berbasis tanaman tahunan 1.394.700 1.207.409 86,57 100,00 1 1 1 2 1 3 1 4 Layanan perkantoran pusat 901.850 850.288 94,28 100,00 Kebijakan, norma, standar,, pedoman, perencanaan, monitoring, evaluasi, keuangan, dll Pembangunan kebun sumber bahan tanaman tahunan Dukungan kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan 2.880.720 2.797.050 97,10 100,00 2.554.530 2.375.626 93,00 98,67 13.920.202 12.472.757 89,60 100,00 89

3.3.1.4. Dukungan Pengembangan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan Realisasi serapan keuangan untuk kegiatan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan adalah sebesar Rp28.241.520.208,- (91,79%) dari pagu yang tersedia. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama disebabkan oleh perijinan dan tata ruang di Provinsi maupun Kabupaten belum berjalan dengan baik, tidak adanya pendampingan pada petani yang telah mendapatkan pelatihan Pemberdayaan, banyaknya instansi terkait yang terlibat dalam penanganan gangguan usaha, banyaknya permasalahan dan luasnya wilayah gangguan usaha yang harus ditangani dengan waktu yang terbatas, unit Fermentasi Biji Kakao belum beroperasi secara optimal, dan kewajiban perusahaan perkebunan yang memiliki IUP atau IUP-B seluas 20% (dua puluh per seratus) dari total luas areal kebun untuk masyarakat belum dilaksanakan. Output kegiatan penting untuk Dukungan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan pada tahun 2012 meliputi: 1) Penanganan pascapanen tanaman semusim dilaksanakan di 18 kabupaten 8 provinsi yaitu Sumut, Jambi, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, Bali dan. Sultra. Anggaran yang terserap sebesar Rp1.550.227.000,- (100,00%). 2) Penanganan pascapanen tanaman rempah dan penyegar dilaksanakan di 51 kabupaten 26 provinsi yaitu Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Sumsel, Babel, Bengkulu, Banten, Jabar, Jateng, 90

DIY, Jatim, Bali, NTB, NTT, Kalbar, Kaltim, Sulut, Sulsel, Sulteng, Sultra, Gorontalo, Maluku, Malut, Papua dan Papua Barat. Realisasi serapan anggaran sebesar Rp5.403.744.000,- (100,00%). 3) Penanganan pascapanen tanaman tahunan dilaksanakan di 41 kabupaten 17 provinsi yaitu Aceh, Riau, Jambi, Sumsel, Bengkulu, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Kalbar, Kalteng, Kalsel, NTB, NTT, Sulut, Maluku dan Malut. Realisasi serapan anggaran sebesar Rp176.550.000,- (99,46%). 4) Pembinaan Usaha Perkebunan Berkelanjutan di 29 provinsi, kecuali Banten, DKI, DIY dan NTB, dengan serapan anggaran sebesar Rp5.774.546.790,- (86,59%). 5) Fasilitasi Pencegahan Gangguan Usaha Perkebunan dan Konflik dilaksanakan di 22 provinsi yaitu Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel, Babel, Bengkulu, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Kalbar, Kaltim, Kalsel, Kalteng, Sulut, Sulsel, Sulteng dan Sultra, dengan serapan anggaran sebesar Rp3.593.618.920,- (87,35%). Rincian capaian serapan keuangan untuk kegiatan Utama Pengembangan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan seperti pada Tabel 20 berikut : 91

Tabel 20. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Pengembangan Pascapanen Komoditas Perkebunan tahun 2012 No Program Pengembangan Penanganan Pascapanen komoditas perkebunan Anggaran (Rp000) Pagu Realisasi % Output/ Fisik % 30.767.041 28.241.520 91,79 95,61 1 Peningkatan penanganan pascapanen tanaman semusim dan rempah 14.182.695 13.978.123 98,56 91,43 penyegar 2 Peningkatan penanganan pascapanen tanaman tahunan 3 Pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan 177.500 176.550 99,46 23,29 6.669.057 5.774.547 86,59 100,00 4 Layanan perkantoran pusat 428.500 426.496 99,53 100,00 5 Kebijakan, norma, standar,, pedoman, perencanaan, monitoring, 5.195.039 4.292.186 82,62 100,00 evaluasi, keuangan, dll 6 Penanganan gangguan usaha perkebunan dan konflik 4.114.250 3.593.618 87,35 100,00 3.3.1.5. Dukungan Perlindungan Perkebunan Realisasi serapan untuk kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan adalah sebesar Rp 32.501.509.782,- (95,09%) dari pagu yang tersedia. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama disebabkan oleh SDM Petugas kurang profesional, penempatan petugas yang tidak tepat, sebagian Pemandu lapang (PL) memasuki usia pensiun; Regu proteksi perkebunan tingkat petani umumnya tidak ada lagi; Kapabiliti UPTD pada umumnya masih lemah; Implementasi 92

Teknologi belum sepenuhnya diterapkan dan belum tersosialisasi dengan baik; dan Brigade proteksi tanaman kurang berfungsi. Output kegiatan penting untuk Dukungan Perlindungan Perkebunan pada tahun 2012 meliputi: 1) Pengendalian OPT tanaman perkebunan yang meliputi OPT tanaman kelapa, karet, jambu mete, lada, kopi, cengkeh, tembakau dan tebu dilaksanakan di 47 kabupaten 21 provinsi yaitu Aceh, Riau, Sumsel, Babel, Bengkulu, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bali, NTB, NTT, Kalbar, Kaltim, Kalsel, Kalteng, Sulut, Sulsel, Sulteng, Sultra dan Malut. Realisasi anggaran yang terserap sebesar Rp 12.629.294.925,- (96,58%). 2) Fasilitasi pencegahan kebakaran lahan dan kebun dilaksanakan di 61 kabupaten 9 provinsi yaitu Aceh, Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, Kalbar, Kalteng, Kalsel dan Kaltim. Anggaran yang terserap sebesar Rp 3.905.494.675,- (87,09%). 3) Pelaksanaan SL-PHT Perkebunan dilaksanakan di 41 kabupaten 19 provinsi yaitu Aceh, Sumsel, Babel, Bengkulu, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bali, NTB, Kalbar, Kaltim, Sulsel, Sulteng, Sultra, Gorontalo dan Malut. Anggaran yang terserap sebesar Rp 5.285.137.630,- (96,12%). Rincian capaian serapan keuangan untuk kegiatan Utama Dukungan Perlindungan Perkebunan seperti pada Tabel 21. 93

Tabel 21. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan tahun 2012 No Program Anggaran (Rp) Pagu Realisasi % Output/ Fisik % Dukungan Perlindungan Perkebunan 34.178.359 32.501.509 95,09 99,07 1 Pengendalian OPT tanaman perkebunan 13.077.015 12.629.295 96,58 99,28 2 Pemberdayaan perangkat 4.277.102 4.059.327 94,91 97,73 3 Mitigas dan adaptasi perubahan iklim 119.800 119.800 100,00 100,00 4 Fasilitasi pencegahan kebakaran lahan dan kebun 4.484.235 3.905.495 87,09 97,22 5 Pelaksanaan SL-PHT Perkebunan 5.498.515 5.285.138 96,12 100,00 6 Layanan kantor pusat (Dirat Perlindungan) 804.191 789.115 98,13 100,00 7 Kebijakan, norma, standar,, pedoman, perencanaan, monitoring, evaluasi, keuangan, dll 8 Dukungan kegiatan perlindungan perkebunan 4.671.120 4.527.927 96,93 100,00 1.246.381 1.185.413 95,11 100,00 3.3.1.6. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Realisasi serapan untuk kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan adalah sebesar Rp 131.232.280.176,- (90,27%) dari pagu yang tersedia. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut karena optimalisasi dan efisiensi pada kegiatan Pembinaan, pengawalan dan pembangunan perkebunan dan kegiatan sertifikasi, pengujian, pengawasan mutu benih dan penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan yang 94

tidak terlaksana sepenuhnya; terbatasnya panitia pengadaan barang/jasa dan beban tugas yang overload; terjadinya reorganisasi dalam tubuh dinas yang membidangi perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota, yang berdampak pada kelambanan dalam penanganan Tindaklanjut Laporan Hasil Audit (LHA); penentuan kegiatan belum sepenuhnya memperhatikan usulan daerah dan koordinasi dengan daerah dalam penentuan kegiatan kurang optimal; Aset yang dimanfaatkan oleh pihak lain (Pemerintah Daerah) tanpa dukungan administrasi sesuai ketentuan yang berlaku dan tidak optimal pemanfaatannya; dan Tim SPI belum optimal dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan perkebunan. Rincian capaian serapan keuangan untuk output kegiatan Utama Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan seperti pada Tabel 22 berikut: 95

Tabel 22. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan tahun 2012 No Program Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan Anggaran (Rp000) Pagu Realisasi % Output / Fisik % 145.382.813 131.232.280. 90,27 99,98 1 Layanan perkantoran 44.405.679 39.442.825 88,82 100,00 2 Pengadaan sarana & prasarana perkantoran 3.345.500 3.069.884 91,76 100,00 3 Norma, standar, kebijakan, pedoman, perencanaan, evaluasi, keuangan, ortala, kepegawaian dll 27.725.152 23.022.006 83,04 100,00 4 Peningkatan kapabilitas pegawai 50.000 35.530 71,06 50,00 5 Pembinaan, pengawalan, pendampingan dan monev pembangunan perkebunan 505.470 502.445 99,40 100,00 6 Sertifikasi, pengujian, pengawasan mutu benih & penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan 281.975 271.355 96,23 100,00 7 Perencanaan, pengelolaan keuangan, data, informasi dan monev, umum 8 Administrasi kegiatan dana dekonsentrasi (DK) 9 Administrasi kegiatan dana tugas pembantuan (TP) 10 Dukungan kegiatan manajemen dan teknis lainnya 47.409.279 44.888.277 94,68 100,00 4.806.701 4.192.047 87,21 100,00 14.723.269 13.894.007 94,37 100,00 2.129.788 1.913.903 89,86 100,00 96

3.3.1.7. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Realisasi serapan untuk kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan sebesar Rp 66.169.903.638,- (94,82%) dari pagu yang tersedia. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut antara lain adanya optimalisasi dan efisiensi pada kegiatan pengadaan Sarana, Prasarana Perkantoran dan Laboratorium; Implementasi Teknologi belum sepenuhnya diterapkan dan belum tersosialisasi dengan baik; dan Tim SPI belum optimal dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan perkebunan. Rincian capaian serapan keuangan untuk output Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan seperti pada Tabel 23 berikut : 97

Tabel 23. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Tahun 2012 No Program Dukungan Pengujian dan pengawasan Mutu Benih serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Anggaran (Rp 000) Pagu Realisasi % Output / Fisik % 69.782.993 66.169.903 94,82 98,57 1 Layanan Perkantoran 45.932.850 44.614.442 97,13 100,00 2 Pengadaan sarana, prasarana perkantoran 4.146.807 4.081.047 98,41 98,21 3 Administrasi kegiatan, Standar, pedoman, perencanaan, monitoring, evaluasi, keuangan dll 5.559.937 5.004.048 90,00 100,00 4 Peningkatan kapabilitas pegawai 2.883.368 2.625.489 91,06 79,29 5 Opersional Laboratorium 1.803.612 1.395.817 77,39 100,00 6 Pembangunan kebun contoh, demplot, uji, koleksi dll 3.054.217 2.743.287 89,82 83,52 7 Pengawasan peredaran benih 2.892.610 2.340.511 80,91 100,00 8 Rakitan teknologi spesifikasi proteksi tanaman perkebunan 1.893.570 1.883.895 99,49 100,00 9 Pemanfaatan agensia hayati 921.798 820.945 89,06 100,00 10 Sertifikasi dan pebgujian mutu benih 694.224 660.421 95,13 100,00 98

3.3.2. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Serapan per Satker Tahun 2012 Sebagaimana diketahui bahwa jumlah kabupaten dan kota di seluruh Indonesia sebanyak 497 yang tersebar di 33 provinsi. Dengan keterbatasan APBN, untuk memenuhi rasa keadilan dan ketidakberpihakan kepada kebupaten/kota yang ingin melaksanakan pembangunan perkebunan, maka ditetapkan kriteria untuk penetapan satker mandiri (otonom) sebagai berikut: (a) Kinerja satker dua tahun terakhir (2010 dan 2011); (b) Nomenklatur Dinas. Urutan prioritas pengalokasian anggaran terkait dengan nomenklatur dinas secara berurutan: apabila Dinas Perkebunan beridiri sendiri akan memperoleh prioritas utama, Dinas Gabungan namun masih tersurat kata "Perkebunan", seperti Dinas Kehutanan dan Perkebunan menjadi prioritas kedua, dan Dinas Gabungan tanpa kata "Perkebunan" akan menjadi prioritas terakhir; (c) Alokasi anggaran yang dikelola minimal Rp 900 juta. Bila anggaran yang dikelola dibawah Rp 900 juta, maka dana tersebut dialokasikan dan dikelola oleh Provinsi sebagai Tugas Pembantuan (TP) Provinsi; dan (d) Besar-kecilnya kontribusi terhadap sasaran produksi dan luas areal secara nasional sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Pembangunan Perkebunan tahun 2010-2014. Berdasarkan kriteria tersebut, pada tahun 2012 pembangunan perkebunan dilaksanakan oleh satuan kerja (satker) lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan yang berjumlah 184 satker yang 99

terdiri atas Satker Direktorat Jenderal Perkebunan (Pusat), Satker UPT Pusat (4 satker), Satker Dinas Provinsi (32 satker) dan Satker Dinas Kabupaten/kota (147 satker). Penilaian kinerja berpedoman pada Pedoman Penilaian Kinerja Pembangunan Perkebunan tahun 2012. Pedoman tersebut mengatur kriteria penilaian tingkat keberhasilan satker dalam melaksanakan pembangunan perkebunan tahun 2012. Penilaian ini dilaksanakan dengan menjumlah bobot tertimbang dari semua parameter. Rincian bobot masing-masing parameter sebagai berikut : a. Capaian keuangan triwulan I, triwulan II dan triwulan III bobotnya 15%; b. Capaian serapan keuangan sampai dengan triwulan IV bobotnya 35%; c. Capaian kinerja pelaksanaan kegiatan fisik (menggunakan pembobotan untuk menilai capaian kinerja fisik) bobotnya 35%; d. Pelaporan tertib dan sesuai ketentuan yang berlaku (ketepatan waktu dan keteraturan penyampaian) bobotnya 10%; e. Tindak lanjut penyelesaian LHA/LHP (administrasi dan kerugian negara) bobotnya 5%. 100

Adapun kriteria nilainya sebagai berikut: 00-59 : Kurang/Tidak Berhasil 60-79 : Cukup Berhasil 80-95 : Berhasil > 95 : Sangat Berhasil Berdasarkan kriteria tersebut, satker yang masuk dalam kategori sangat berhasil berjumlah 67 satker (36,41%), berhasil berjumlah 104 satker (56,52%), cukup berjumlah 10 satker (5,44%) dan tidak berhasil berjumlah 3 satker (1,63%). No. Satker Sangat Berhasil Penilaian Kinerja tahun 2012 Cukup Berhasil Berhasil Tidak berhasil 1 Ditjen Perkebunan 0 1 0 0 2 Balai/UPT Pusat 1 3 0 0 3 Provinsi 7 22 2 1 4 Kabupaten/kota 59 78 8 2 Total 67 104 10 3 Apabila dilihat dari penyebaran satker, provinsi yang memperoleh kategori sangat berhasil berjumlah 7 yaitu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Aceh, Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Tengah, Dinas Perkebunan Provinsi Bali, Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTT, Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Papua dan Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu. Sebaliknya untuk satker yang kinerjanya termasuk tidak berhasil 101

(nilainya < 60) dan cukup berhasil (nilainya antara 60-79) dapat dilihat pada Tabel 24 dibawah ini. Tabel 24. Satker yang Serapan Anggarannya Dibawah 80% (tidak - cukup berhasil) Tahun 2012 No. Satker Kinerja Satker Nilai Sebutan Tertimbang A Provinsi dengan Kriteria Cukup Berhasil 1 Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur 60 Cukup Berhasil 2 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Papua Barat 75 Cukup Berhasil B Provinsi dengan Kriteria Tidak Berhasil 3 Dinas Pertanian, Kehutanan dan Peternakan Provinsi Kepri 54 Tidak Berhasil C Kabupaten dengan Kriteria Cukup Berhasil 4 Dinas Perkebunan Kabupaten Ogan Komering Ilir 75 Cukup Berhasil 5 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Nunukan 73 Cukup Berhasil 6 Dinas Perkebunan Kabupaten Berau 60 Cukup Berhasil 7 Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Tojo Una-una 75 Cukup Berhasil 8 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bone 77 Cukup Berhasil 9 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pinrang 77 Cukup Berhasil 10 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sorong Selatan 75 Cukup Berhasil 11 Dinas Perkebunan Kabupaten Raja Ampat 72 Cukup Berhasil D Kabupaten dengan Kriteria Tidak Berhasil 12 Dinas Perkebunan Kabupaten Kutai Timur 30 Tidak Berhasil 13 Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Tanaman Pangan Kabupaten Kep. Anambas 15 Tidak Berhasil Dari tabel tersebut, terlihat bahwa satu-satunya satker provinsi yang masuk katagori tidak berhasil adalah Dinas Pertanian, Kehutanan dan Peternakan Provinsi Kepri dan yang masuk katagori cukup berhasil adalah Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Papua Barat. Sedangkan 2 satker 102

kabupaten/kota yang masuk katagori tidak berhasil adalah Dinas Perkebunan Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur dan Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Tanaman Pangan Kepulauan Anambas, Provinsi Kepri. Satker yang serapan anggarannya dibawah 80% akan dipertimbangkan untuk dikenakan punishment pada pengalokasian anggaran Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun 2014. Rincian capaian serapan keuangan masing-masing satker Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 sebagaimana disajikan pada Lampiran 6. 3.3.3. Capaian kinerja atas kegiatan yang dipantau oleh UKP4 Kegiatan pembangunan perkebunan Tahun 2012 yang dipantau oleh UKP4 meliputi 5 kegiatan terdiri dari (1) Terlaksananya areal giling tebu 450.000 ha, (2) Tergunakannya 50% benih unggul tebu bermutu, (3) Tersedianya calon petani dan calon lahan program revitalisasi perkebunan (KPEN-RP) untuk komoditi kelapa sawit seluas 20.000 ha, (4) Tersedianya 350.000 batang benih sawit unggul bermutu dan (5) Terbangunnya tangki timbun untuk perusahaan perkebunan. Capaian pelaksanaan kegiatan tersebut semuanya 100% atau melebihi dengan penilaian capaian kinerja oleh UKP4 masing-masing sebagai berikut: 103

Tabel 25. Capaian kinerja atas kegiatan yang dipantau oleh UKP4 Tahun 2012 No Kegiatan Capaian kinerja (%) Warna Kategori 1 Terlaksananya areal giling tebu 450.000 ha 100,26 Biru Sangat berhasil 2 Tergunakannya 50% bemih unggul tebu bermutu 101,20 Biru Sangat berhasil 3 Tersedianya calon petani dan calon lahan program revitalisasi perkebunan (KPEN-RP) untuk komoditi kelapa sawit seluas 20.000 ha 4 Tersedianya 350.000 batang benih sawit unggul bermutu 5 Terbangunnya tangki timbun untuk perusahaan perkebunan 107,08 Biru Sangat berhasil 104,02 Biru Sangat berhasil 100,00 Hijau Berhasil Adapun rinciannya untuk masing-masing kegiatan sebagaimana disajikan pada Lampiran 7. 3.4. Permasalahan dan Rencana Tindak Lanjut. Dalam mendukung keberhasilan pembangunan perkebunan dan terkait dengan keragaan pembangunan perkebunan yang telah mampu dicapai, perubahan lingkungan strategis, permasalahan, tantangan dan peluang yang dihadapi serta tuntutan pembangunan ke depan dan tujuan serta program pembangunan perkebunan pada tahun 2012, maka terdapat permasalahan dan upaya penyelesaian serta rencana tindak lanjut yang dapat diuraikan sebagai berikut: 104

3.4.1. Permasalahan Permasalahan yang mengakibatkan kurang efektif dalam pencapaian sasaran pembangunan perkebunan tahun 2012 secara umum adalah tahun fiskal yang tidak sinkron dengan kalender tanam, dampak perubahan iklim, permodalan petani yang masih sulit di akses, dan prasarana terutama jalan, jembatan, pelabuhan yang belum memadai. Permasalahan tersebut dapat dikelompokkan menjadi administrasi dan teknis. Lebih lanjut untuk teknis diuraikan lagi menjadi teknis perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. 3.4.1.1. Administrasi Secara administrasi masih banyak ditemui di banyak satker permasalahan sebagai berikut: 1) Masih banyaknya Revisi POK/DIPA yang diajukan; 2) Usulan revisi DIPA atau POK belum sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan terdapat pula usulan revisi yang disampaikan lebih dari satu kali dari bidang yang berbeda dalam satu Satker; 3) Terdapat beberapa Satker di daerah yang melakukan revisi sendiri dan tidak mematuhi mekanisme usulan revisi sesuai dengan ketentuan; 4) Lambatnya penetapan CP/CL oleh Bupati; 5) Terbatasnya panitia pengadaan barang/jasa dan beban tugas yang overload; 105

6) Sanggahan banding; 7) Penggunaan uang yang tidak mengikuti ROPAK; 8) Kurangnya dukungan pendanaan dari APBD provinsi dan kabupaten; 9) Terjadinya reorganisasi dalam tubuh dinas yang membidangi perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota, yang berdampak pada kelambanan dalam penanganan Tindaklanjut Laporan Hasil Audit (LHA). 3.4.1.2. Teknis 3.4.1.2.1. Perencanaan 1) Terlambatnya usulan proposal kegiatan dari daerah (provinsi dan kabupaten/kota); 2) Penentuan kegiatan belum sepenuhnya memperhatikan usulan daerah dan koordinasi dengan daerah dalam penentuan kegiatan kurang optimal; 3) Penyusunan RUK kurang cermat sehingga dalam implikasinya kegiatan tidak mengacu pada RUK; 4) Unit cost yang terlalu kecil; 5) Sertifikasi lahan petani belum ada; 6) Pengetahuan dan pemahaman implementasi MP3EI belum optimal di lapangan; 7) Petugas kurang memahami dalam menangani TLHA/P; 106

8) Kurang tersedianya areal untuk perluasan tebu dari Kemenhut (sampai saat ini baru tersedia 37.000 Ha di Merauke; 9) Masih terbatasnya investasi yang dapat menciptakan lapangan kerja; 10) Masih terbatasnya anggaran untuk pembangunan, baik yang bersumber dari PAD maupun Dana Perimbangan; 11) Tidak dibangunnya kebun induk sebagai sumber bahan untuk benih sebar/siap tanam; 12) Revitalisasi Pabrik Gula khususnya milik BUMN belum berjalan sesuai dengan rencana; 13) Tumpang tindih lahan dan RTRWP/RTRWK provinsi yang belum selesai; 14) Persyaratan bank dan syarat-syarat sebagai avalis yang menyulitkan perusahaan mitra; 15) Beberapa kegiatan masih menunggu musim hujan; 16) Terjadinya anomali iklim. 3.4.1.2.2. Pengorganisasian 1) Terlambatnya proses pengadaan benih dan distribusi pupuk; 2) SDM Petugas kurang profesional, penempatan petugas yang tidak tepat, Sebagian Pemandu lapang (PL) memasuki usia pensiun; 3) Kurangnya transparansi dan sinergi antara KPA, PPK, dan pelaksana kegiatan; 107

4) Regu proteksi perkebunan tingkat petani umumnya tidak ada lagi; 5) Kapabiliti UPTD pada umumnya masih lemah; 6) Petunjuk teknis seringkali tidak sampai ke tingkat lapangan (petugas dan petani); 7) Sistem Informasi dan Dokumentasi belum baik; 8) Terbatasnya sumber benih yang legal dan bermutu, sehingga petani sulit mendapatkan benih bermutu; 9) Terjadinya alih fungsi pemanfaatan lahan; 10) Perijinan dan tata ruang di Provinsi maupun Kabupaten belum berjalan dengan baik; 11) Belum adanya lembaga Penjaminan Kredit Petani; 12) Tidak adanya pendampingan pada petani yang telah mendapatkan pelatihan Pemberdayaan; 13) Pemerintah Provinsi dan Kabupaten belum sepenuhnya memenuhi kewajiban menyiapkan sertifikat kebun petani, khususnya Gernas kakao; 14) Kurangnya dukungan pendanaan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten; 15) Aset yang dimanfaatkan oleh pihak lain (Pemerintah Daerah) tanpa dukungan administrasi sesuai ketentuan yang berlaku dan tidak optimal pemanfaatannya; 16) Banyaknya instansi terkait yang terlibat dalam penanganan gangguan usaha. 108

3.4.1.2.3. Pelaksanaan 1) Pemanfaatan pengolahan limbah dan hasil samping pada kegiatan integrasi mestinya; sawit-ternak sapi tidak dipergunakan sebagaimana 2) Implementasi Teknologi belum sepenuhnya diterapkan dan belum tersosialisasi dengan baik; 3) Banyaknya permasalahan dan luasnya wilayah gangguan usaha yang harus ditangani dengan waktu yang terbatas; 4) Pengetahuan dan keterampilan petani sebagian besar petani belum memadai; 5) Brigade proteksi tanaman kurang berfungsi; 6) Ketepatan waktu penyediaan bibit dan pengadaan sarana dan prasarana yang tidak sinkron antara provinsi dan kabupaten/kota; 7) Kurang tersedianya infrastruktur khususnya jalan produksi dan jalan usaha tani; 8) Unit Fermentasi Biji Kakao belum beroperasi secara optimal; 9) Barang Milik Negara Direktorat Jenderal Perkebunan yang tercatat dan ditatausahakan di Daerah sebagian besar merupakan aset eks. Proyek-Proyek Direktorat Jenderal Perkebunan yang perolehannya mulai dari tahun 1980. Kondisi aset tersebut sebagian besar telah rusak berat 109

10) Belum seluruhnya lokasi merealisasikan benih kuljar untuk tebu dan merivisi menjadi KBD konvensional; 11) Penyediaan bibit kuljar oleh P3GI terbatas dan masih belum memenuhi pesanan petani, sehingga terjadi carry over; 12) Koperasi komoditi rata-rata belum berjalan karena keterbatasan modal untuk menampung hasil produksi anggotanya. 3.4.1.2.4. Pengawasan 1) Monev dan pelaporan terlambat; 2) Pimpinan Unit Kerja kurang komitmen dalam memfasilitasi penanganan Laporan Hasil Audit/Pemeriksaan; 3) Tim SPI belum optimal dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan perkebunan; 4) Kewajiban perusahaan perkebunan yang memiliki IUP atau IUP-B seluas 20% (dua puluh per seratus) dari total luas areal kebun untuk masyarakat belum dilaksanakan; 5) Penerapan ISPO belum sepenuhnya terlaksana (paling lambat tanggal 31 Desember 2014 seluruh perusahaan perkebunan sudah harus menerapkan ISPO). 110

3.4.2. Rencana Aksi dan Upaya Penyelesaian Rencana aksi dan upaya penyelesaian permasalahan yang dihadapi telah dirancang dan dilaksanakan dalam rangka mempercepat pelaksanaan serapan anggaran dan pencapaian fisik. Rencana aksi tersebut meliputi: 3.4.2.1. Administrasi 1) Penetapan CP/CL secara bertahap terhadap yang telah memenuhi syarat administrasi dan teknis; 2) Percepatan proses pengadaan barang/jasa; 3) Percepatan proses revisi penggantian pejabat pengelola keuangan (KPA, PPK, Bendahara, dll); 4) Percepatan kesiapan petani dan pihak ke-3 dalam menyiapkan benih; 5) Penerapan reward dan punishment; 6) Pemesanan benih agar dilaksanakan sedini mungkin dan sesuai rencana operasional kegiatan; 7) Melakukan percepatan transfer dana bansos ke rekening kelompok; 8) Proses usul penghapusan BMN yang tidak ditemukan dan kondisi rusak berat; 9) Proses usul Hibah BMN Dekonsentrasi kepada Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota 111

10) Proses usul Hibah BMN Tugas Pembantuan kepada Pemerintah Daerah dimana SKPD BMN tersebut tercatat. 11) Pencapaian pelaksanaan anggaran tahun 2012 sebagai pertanggungjawaban moral dan pemanfaatan anggaran kepada pemerintah maupun masyarakat; 12) Menyiapkan dan menyampaikan laporan keuangan (SAK dan SIMAK- BMN) semester II TA 2012 Kepada UAPPA/B Wilayah dan UAPPA/B E-1 Pusat Direktorat Jenderal Perkebunan tepat waktu; 13) Melakukan rekonsiliasi SAK dan SIMAK-BMN baik internal maupun antara satker dengan KPPN dan KPKNL. 3.4.2.2. Teknis 3.4.2.2.1. Perencanaan 1) Membagikan database berisi rekapitulasi hasil temuan administrasi dan kerugian negara untuk masing-masing provinsi agar segera ditindak lanjuti; 2) Mempercepat proses revisi; 3) Mempersiapkan CP/CL dari tahun sebelumnya; 4) Dukungan pemerintah daerah dari sisi perencanaan, sinergisitas anggaran, dll 112

3.4.2.2.2. Pengorganisasian 1) Telah dilaksanakan pembagian tugas antara Sekretariat dan Direktorat sebagai penanggung jawab capaian fisik kegiatan dan keuangan sesuai wilayah binaan (5-6 provinsi); 2) Evaluasi kinerja satker per triwulan yang disampaikan kepada setiap satker. Penilaian capaian kinerja yang meliputi realisasi keuangan dan fisik dimaksudkan untuk memotivasi satker dalam mempercepat pelaksanaan pembangunan perkebunan dan mencapai target sebagaimana ditetapkan Menteri Pertanian; 3) Surat tentang capaian kinerja satker kepada Gubernur selaku wakil pemerintah pusat sekaligus penanggung jawab kegiatan di tingkat provinsi dan Bupati/Walikota selaku penanggung jawab pelaksanaan kegiatan; 4) Penilaian kinerja satker yang akan disampaikan pada awal tahun 2012. Penilaian kinerja satker meliputi 5 (lima) unsur yang terdiri atas capaian fisik, capaian keuangan, ketepatan dan keteraturan pelaporan serta penyelesaian LHP/A; 5) Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan secara intensif baik di internal dinas maupun dilapangan/petani; 6) Melakukan koordinasi dengan BMG untuk mendapatkan informasi perubahan iklim yang dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan jadwal kegiatan lapangan; 113

7) Menugaskan Tim ke lapangan dalam rangka mengidentifikasi masalah keterlambatan dan mencari upaya penyelesaiannya; 8) Perlu kesepakatan dengan BPN agar sertifikasi lahan untuk Program Revitalisasi Perkebunan dapat dimasukan dalam Program PRONA dan Sertifikasi Massal; 9) Penyediaan dana penjaminan untuk kredit KPEN-RP melalui dana pemerintah, khususnya untuk komoditi Karet dan Kakao, diusulkan kepada Kemenkeu; 10) Perlu diupayakan sharing APBD I maupun APBD II untuk mengalokasikan pendampingan pada petani yang telah mendapatkan pelatihan Pemberdayaan; 11) Mempersiapkan kelembagaan petani yang kuat dan profesional; 12) Meminimalkan campur tangan dari pihak lain, seperti Bupati, DPRD, dll 3.4.2.2.3. Pelaksanaan 1) Mengambil langkah-langkah yang luar biasa untuk percepatan penyerapan keuangan; 2) Diupayakan unitcost disesuaikan dengan perkembangan harga yang berlaku di daerah; 3) Pengembangan program integrasi sawit-ternak sapi pada perkebunan rakyat perlu diarahkan pada suatu gerakan yang terkonsentrasi dengan orientasi bisnis; 114

4) Perlu kesepakatan dengan BPN agar sertifikasi lahan untuk Program Revitalisasi Perkebunan dapat dimasukan dalam Program PRONA dan Sertifikasi Massal; 5) Proses sertifikasi lahan dapat dilakukan sebelum akad kredit, (didahulukan belum ada); dengan cover letter jikasertifikasi lahan petani 6) Diperlukan adanya Pedum dari bank pelaksana di tingkat Pusat kepada seluruh cabang-cabang untuk mendukung Program Revitalisasi Perkebunan; 7) Mengoptimalisasi dan pemberdayaan tim kerja; 8) Pencairan dana dimulai secepatnya dan dipilih kegiatan yang tidak tergantung pada musim; 9) Mempercepat penyelesaian piutang negara pada petani eks Proyek UPP tersebut dengan (a) Penghapusan non pokok (bunga dan denda) Pinjaman petani dan (b) Pengendalian piutang negara pada petani; 10) Peningkatan peranan Tim Koordinasi Penanganan Gangguan Usaha di Propinsi dan Kabupaten; 11) Meningkatkan intensitas sosialisasi ISPO kepada stakeholder terkait; 12) Penerapan kemitraan usaha antara lain melalui pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan dalam rangka untuk mencegah terjadinya gangguan usaha perkebunan. 115

3.4.2.2.4. Pengawasan 1) Memerlukan kontrol dan komitmen pimpinan dalam pelaksanaan kegiatan; 2) Mengintensifkan pengawalan, pedampingan dan pembinaan petugas pusat ke satker daerah; 3) Melaksanakan pengawalan, pendampingan dan monitoring pelaksanaan kegiatan secara intensif; 4) Menerapkan fungsi dan peranan Tim SPI di masing-masing Satker dalam melakukan pengawasan dan pengendalian kegiatan pembangunan perkebunan; 5) Melakukan koordinasi dengan BPKP setempat dalam mempercepat penyelesaian temuan administrasi dan kerugian negara, khususnya temuan lama; 6) Membuat surat teguran kepada Kadisbun Provinsi/Kab./Kota untuk mempercepat penyelesaian tindak lanjut hasil audit (TLHA); 7) Melaporkan capaian keuangan setiap bulan kepada Sekretariat Ditjen Perkebunan, baik melalui email, faksimile, telepon maupun media lainnya; 8) Koordinasi dengan instansi/institusi terkait dalam rangka pelaksanaan monitoring pembangunan kebun untuk masyarakat sekitar paling rendah seluas 20% dari total luas areal kebun yang diusahakan. 116

BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 yang disusun ini merupakan salah satu pertanggung-jawaban penyelenggaraan tugas dan fungsi yang dilaksanakan pada tahun ke-3 pada periode Pembangunan Perkebunan tahun 2010-2014. Kesemuanya itu merupakan penjabaran dari penyelenggaraan program kerja Kementerian Pertanian yang dituangkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2010-2014 dalam Pembangunan Perkebunan yang dilaksanakan pada tahun 2012. Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010 2014 yang menjadi tanggung jawab adalah: Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan. Program ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan melalui rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman semusim, tanaman tahunan, dan tanaman rempah penyegar yang didukung oleh penanganan pascapanen dan pembinaan usaha serta dukungan pelaksanaan perlindungan perkebunan. Dalam rangka melaksanakan program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2012 Direktorat Jenderal Perkebunan mendapat alokasi dana dari APBN sebesar Rp.1.488.774.700.000,- dan setelah 117

direvisi karena penghematan anggaran menjadi sebesar Rp. 1.464.443.342.000,-. Dana tersebut untuk melaksanakan 7 (tujuh) kegiatan utama pembangunan perkebunan yang dilaksanakan di 184 satker baik di Pusat maupun Daerah berupa dana Dekonsentrasi, dana Tugas Pembantuan (TP) Provinsi dan TP Kabupaten. Adapun kegiatan utama tersebut meliputi: (1) Peningkatan roduksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim; (2) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar; (3) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan; (4) Dukungan Perlindungan Perkebunan; (5) Dukungan Pengembangan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha; (6) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya; (7) Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan di 3 UPT Pusat di Daerah (BBP2TP Medan, BBP2TP Surabaya dan BBP2TP Ambon). Capaian kinerja makro Direktorat Jenderal Perkebunan selama lima tahun terakhir (2008-2012), semua indikator mengalami peningkatan yang cukup signifikan, khususnya PDB berdasarkan harga berlaku (11,03%) yang dapat digunakan untuk melihat kontribusinya terhadap pembangunan ekonomi, dan ekspor komoditi perkebunan yang mencapai 14,06% per tahun. Nilai Tukar Petani (NTP) Perkebunan Rakyat yang merupakan salah satu indikator kesejahteraan petani pada tahun 2012 mencapai 108,34 dan tertinggi di lingkup kementerian Pertanian. Selain itu, pendapatan pekebun juga mengalami kenaikan rata-rata 4,29% per tahun, dan pada tahun 2012 telah mencapai US$ 1.832 per kepala keluarga. 118

Hasil pengukuran kinerja terhadap capaian sasaran program yang berupa outcomes yang diwujudkan dalam bentuk produksi dan produktivitas tanaman perkebunan, dapat diperoleh hasil bahwa capaian produksi 15 komoditas mencapai 34,72 juta ton dari target sebesar 37,22 juta ton atau mencapai 93,27% dibandingkan dengan target dalam Rencana Kinerja Tahunan/penetapan kinerja tahun 2012. Namun meningkat menjadi 102,54% dibandingkan capaian produksi tahun 2011 yang besarnya 33,86 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 2,54%. Jika dibandingkan dengan target sampai dengan berakhirnya Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014, maka capaian tahun 2012 telah mencapai 84,61%. Sedangkan capaian luas areal tanaman, jika dibandingkan dengan RKT tahun 2012 yang nilainya 21,27 juta hektar, maka capaiannya sebesar 100,96%. Apabila dibandingkan dengan tahun 2011, luas areal perkebunan mengalami peningkatan sebesar 0,77% dari 21,31 juta hektar menjadi 21,48 juta hektar untuk tahun 2012. Terhadap target Renstra 2010-2014 yang besarnya 22,11 juta ha, maka kinerja tahun 2012 sudah mencapai 97,12%. Realisasi penyerapan anggaran pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan pada tahun 2012 sebesar Rp 1.386.163.819.156,- dari total pagu sebesar Rp. 1.464.443.342.000,- atau keuangan mencapai 94,65% dengan capaian fisik seluruhnya 98,18%. Permasalahan yang mengakibatkan kurang efektif dalam pencapaian sasaran pembangunan perkebunan tahun 2012 secara umum adalah 119

tahun fiskal yang tidak sinkron dengan kalender tanam, dampak perubahan iklim, permodalan petani yang masih sulit di akses, dan prasarana terutama jalan, jembatan, pelabuhan yang belum memadai. Permasalahan tersebut dapat dikelompokkan menjadi administrasi dan teknis. Lebih lanjut untuk teknis diuraikan lagi menjadi teknis perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Permasalahan tersebut sebagian besar telah mampu diatasi dengan baik, sehingga mampu menghasilkan capaian keuangan yang terbaik di Lingkup Kementerian Pertanian dan capaian fisik yang sangat signifikan. 4.2. Saran Rekomendasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang disusun ini merupakan laporan pertanggungjawaban pimpinan pada akhir tahun anggaran dan merupakan tahun ke 3 (ketiga) dari periode 5 (lima) tahun Pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II di lingkungan Kementerian Pertanian. Laporan ini merupakan sistem yang sangat aspiratif dalam mendukung penilaian kinerja suatu unit kerja seperti Direktorat Jenderal Perkebunan. Berdasarkan pengalaman penyusunan laporan yang telah dibuat, perlu dilakukan beberapa perbaikan dalam proses penilaian mulai dari penyusunan perencanaan, perekaman penyelenggaraan kegiatan, sampai dengan kompilasi pelaporan penyelenggaraan maupun cara penilaiannya. Berdasarkan permasalahan dan target yang ditetapkan, maka direkomendasikan sebagai berikut: 120

(1). Swasembada Gula Nasional, perlu disiapkan secara cermat penyediaan benih/bibitnya terutama kultur jaringan yang belum begitu dikenal oleh petani; (2). Revitalisasi perkebunan, capaiannya hingga saat ini masih jauh dari target semula yang 2 juta hektar. Provinsi yang tidak menunjukkan kemajuan dalam pelaksanaan program ini sebaiknya tidak perlu lagi dialokasikan anggaran untuk tahun berikutnya; (3). Pengembangan kapas perlu ditinjau ulang karena produktivitasnya yang hanya mencapai 305 kg/ha atau 15,25% dari target 2.000 kg/ha, padahal diberikan secara penuh benihnya dan sebagian pupuk. Sebaiknya dialihkan ke kegiatan lainnya yang dapat mengungkit peningkatan produktivitas; (4). Pengembangan tanaman penghasil bahan bakar nabati, khususnya jarak pagar dan kemiri sunan capaian produktivitasnya sangat rendah yaitu jarak pagar sebesar 310 kg/ha atau hanya 20,67% dari target 1.500 kg/ha dan kemiri sunan sebesar 640 kg/ha atau 4,00% dari target 16.000 kg/ha. Sepanjang produk tersebut tidak dapat bersaing, maka pengembangan kedua komoditi tersebut kurang bermanfaat dan cenderung ditinggalkan oleh petani; (5). Gernas kakao, meskipun telah dilaksanakan sejak tahun 2009 dengan paket bantuan penuh namun sampai tahun 2012 belum mampu meningkatkan produktivitas secara signifikan. Saat ini capaian produktivitas diperkirakan masih mencapai 739 kg/ha atau 79,89% dari target 925 kg/ha tahun 2012. Sehingga perlu 121

dilaksanakan evaluasi secara menyeluruh terhadap pelaksanaan Gernas kakao yang akan berakhir pada tahun 2013 ini; (6). Komoditi yang ditujukan untuk pengembangan ekspor perlu dicermati fluktuasi harga ditingkat petani yang cenderung merugikan petani, sehingga dapat lebih menggairahkan petani dalam melaksanakan usahataninya; (7). Kinerja Tim SPI baik pusat maupun satker daerah perlu dioptimalkan dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan perkebunan; (8). Penilaian kinerja atas satker terbukti dapat meningkatkan realisasi keuangan dan fisik yang cukup signifikan, sehingga perlu dilanjutkan; (9). Laporan ini sangat berguna sebagai acuan dalam penyusunan laporan kinerja pada tahun-tahun berikutnya. 122

PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2012 (Berdasarkan Dari RKT / Renstra) Lampiran 1 Eselon I Program : Direktorat Jenderal Perkebunan. : Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) I. Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan yang berkelanjutan melalui upaya pengembangan tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar, tanaman tahunan, duku ngan pascapanen dan pembinaan usaha, perlindungan perkebunan serta dukungan manajemen dan teknis lainnya I. Produksi tanaman (ribu ton) a Tebu (hablur) 2.544 2.592 101,89 b Kapas (kapas berbiji) 40 3 6,75 c Cengkeh (bunga kering) 83 73 87,95 d. Tembakau (daun kering) 183 227 124,04 e. Nilam (daun kering) 106 3 2,83 f. Kopi (biji kering) 718 657 91,50 g. T e h (daun kering) 174 150 86,21 h. Kakao (biji kering) 1.342 904 67,36 i. Lada (lada kering) 87 88 101,15 j. Jambu mete (gelondong kering) 152 117 76,97 k. Karet (karet kering) 2.741 3.040 110,91 l. Kelapa (setara kopra) 3.317 3.176 95,75 m Kelapa sawit (CPO) 25.710 23.521 91,49 123

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) n Jarak pagar (biji kering) 24 5 20,83 o Kemiri sunan (biji kering) 5 0 0,00 Jumlah Produksi 15 Komoditas 37.226 34.556 92,83 II. Produktivitas tanaman (kg/ha/tahun) a Tebu (hablur) 5.630 4.983 88,51 b Kapas (kapas berbiji) 2.000 305 15,25 c Cengkeh (bunga kering) 281 241 85,77 d. Tembakau (daun kering) 890 998 112,13 e. Nilam (daun kering) 6.500 144 2,22 f. Kopi (biji kering) 900 723 80,33 g. T e h (daun kering) 1.680 1.473 87,68 h. Kakao (biji kering) 1.200 739 61,58 i. Lada (lada kering) 722 785 108,73 j. Jambu mete (gelondong kering) 1.009 359 35,58 k. Karet (karet kering) 579 1.080 186,53 l. Kelapa (setara kopra) 1.135 1.158 102,03 m Kelapa sawit (CPO) 4.109 3.571 86,91 n Jarak pagar (biji kering) 1.500 310 20,67 o Kemiri sunan (biji kering) 16.000 0 0 124

Lampiran 2 PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2012 (Berdasarkan Dari RKT/PK tahun 2012) Eselon I Eselon II Program : Direktorat Jenderal Perkebunan : Direktorat, Sekretariat dan Balai Besar Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan : Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) I. Peningkatan Luas Areal Tanaman 1. Luas Areal Tanaman Semusim (ribu ha) (ribu ha) Semusim 1). Swasembada Gula Nasional a. Tebu 450,00 451,19 102.03 2). Pengembangan Komoditas Pemenuhan Konsumsi Dalam Negeri a. Kapas 20,00 10,75 53,75 3) Pengembangan Komoditas Ekspor a. Tembakau 205,00 249,78 121,84 b. Nilam 16,00 29,38 183,63 125

Lampiran 3 PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2012 (Berdasarkan Capaian Sasaran Program/Outcomes) Eselon I Program : Direktorat Jenderal Perkebunan. : Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) I. Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan yang berkelanjutan melalui upaya bengembangan tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar, tanaman tahunan, dukungan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha, dukungan perlindungan perkebunan serta dukungan manajemen dan teknis lainnya 1. Produksi Tanaman (ribu ton) (ribu ton) Peningkatan 1.464.443.342 1.386.163.819 94,65 a. Tebu (hablur) 2.544 2.592 101,89 produksi, b. Kapas 40 3 7,50 produktivitas dan c. Cengkeh 83 73 87,95 Mutu tanaman d Tembakau 183 227 124,04 perkebunan e. Nilam 106 3 2,83 berkelanjutan f. Kopi 718 657 91,50 g. T e h 174 150 86,21 h. Kakao 1.342 904 67,36 i. Lada 87 88 101,15 j. Jambu Mete 152 117 76,97 131

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) k. karet 2.741 3.040 110,91 l. Kelapa 3.317 3.176 95,75 m. Kelapa sawit 25.710 23.521 91,49 n. Jarak Pagar 24 5 20,83 k. Kemiri Sunan 4,8 0 - Jumlah Produksi 15 Komoditas 37.226 34.556 92,83 II Produktivitas Tanaman (Kg/Ha) (Kg/Ha) a. Tebu 5.630 4.983 88,51 b. Kapas 2.000 305 15,25 c. Cengkeh 289 241 83,39 d. Tembakau 890 998 112,13 e. Nilam 6.500 144 2,22 f. Kopi 900 723 80,33 g. Teh 1.680 1.473 87,68 h. Kakao 1.200 739 61,58 i. Lada 722 785 108,73 132

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) j. Jambu mete 1.009 359 35,58 k. Karet 579 1.080 186,53 l. Kelapa 1.135 1.158 102,03 m. Kelapa sawit 4.109 3.571 86,91 n. Jarak pagar 1.500 310 20,67 o. Kemiri sunan 16.000 0 0 133

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) II. Peningkatan Luas Areal Tanaman 2. Luas Areal Tanaman Rempah dan Penyegar (ribu ha) (ribu ha) Rempah dan Penyegar 1). Pengembangan komoditas ekspor a. Kakao 1.702,00 1.673,73 98,34 b. Kopi 1.354,00 1.233,98 91,14 c. Teh 124,00 123,77 99,81 d. Lada 194,00 178,62 92,07 2). Pengembangan Komoditas Pemenuhan Konsumsi Dalam Negeri a. Cengkeh 474,00 485,12 102,35 3). Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional (ribu ha) a. Rehabilitasi 39,00 37,83 97,00 b. Intensifikasi 17,00 16,89 99,35 c. Peremajaan 5,00 4,78 95,60 126

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) III. Peningkatan Luas Areal Tanaman 3. Luas Areal Tanaman Tahunan (ribu ha) (ribu ha) Tahunan 1). Pengembangan komoditas ekspor a. Karet 3.466,00 3.484,07 100,52 b. Kelapa 3.820,00 3.787,72 99,15 c. Kelapa Sawit 8.557,00 9.074,62 106,05 d. Jambu Mete 575,00 586,36 101,98 2). Penyediaan bahan tanaman sumber bahan bakar nabati (bio-energi) a. Jarak Pagar 15,00 47,40 316,00 b. Kemiri Sunan 1,50 0,96 64,00 4). Revitalisasi Perkebunan a. Karet 5,00 5,00 100,00 b. Kelapa sawit 31,00 31,00 100,00 c. Kakao 2,00 2,00 100,00 Jumlah Luas Areal 15 Komoditas 21.074,50 21.524,95 102,14 IV. Penurunan luas areal yang 4. Dukungan pengembangan tanaman 127

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) terserang OPT perkebunan berkelanjutan 1). Jumlah areal pengendalian OPT 59,730,00 58.236,75 97,50 Perkebunan yang bersumber dari APBN, APBD dan lain-lain (ha) 2). Jumlah areal pengendalian OPT 3.300,00 3.430,00 103,94 Perkebunan yang bersumber dari APBN (ha) V. Peningkatan mutu produk 5. Dukungan pengembangan tanaman perkebunan dan usaha perkebunan berkelanjutan. perkebunan berkelanjutan 1). Jumlah kelompok tani yang menerapkan 110,00 110,00 100,00 penanganan pascapanen sesuai GHP (Kelompok Tani) 2). Jumlah Perusahaan Perkebunan Kelapa 180,00 100,00 55,56 Sawit yang layak mengajukan permo- permohonan sertifikat ISPO (Perusahaan) 3). Jumlah penanganan kasus ganggunan 40,00 40,00 128

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) usaha perkebunan (Perusahaan) 100,00 VI. Peningkatan pelayanan dan 6. Dukungan Pengembangan tanaman pembinaan di bidang manajemen perkebunan berkelanjutan dan teknis pem bangunan 1). Jumlah provinsi yang memperoleh 32,00 32,00 100,00 perkebunan pelayanan dan pembinaan yang 217,00 217,00 100,00 berkualitas di bidang perencanaan, keuangan, umum dan evaluasi serta pelaporan (Provinsi) VII. Peningkatan pengawasan dan 7. Dukungan Pengembangan Tanaman pengujian benih tanaman perkebunan & penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan a). BBP2TP Surabaya Perkebunan Berkelanjutan 7.a). 1). Jumlah bibit yang disertifikasi (ribu batang) 13.561,00 16.542,00 121,98 2). Jumlah teknologi terapan perlindungan 6,00 6,00 100,00 perkebunan (Paket) 129

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) b). BBP2TP Medan 7.b). 1). Jumlah bibit yang disertifikasi (ribu batang) 218.761,00 275.231,00 125,81 2). Jumlah teknologi terapan perlindungan 8,00 8,00 100,00 perkebunan (Paket) c). BBP2TP Ambon 7.c). 1). Jumlah bibit yang disertifikasi (ribu batang) 465,00 1.226.402,00 245,28 2). Jumlah teknologi terapan perlindungan 9,00 9,00 100,00 perkebunan (Paket) 130

PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2012 (Berdasarkan Capaian Sasaran Kegiatan/Outputs) Lampiran 4 Eselon I Eselon II Program : Direktorat Jenderal Perkebunan : Direktorat, Sekretariat dan Balai Besar Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan : Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) I. Peningkatan Luas 1. Luas Areal Tanaman Semusim (ha) (ha) Peningkatan 232.075.353 225.585.428 97,20 Areal Tanaman Produksi Produk- Semusim 1). Swasembada Gula tivitas dan Mutu Nasional (ha) Tanaman semusim a. Tebu 7.665 7.575 98,83 (Prioritas Nasional Dan Bidang) 2). Pengembangan Komoditas Pemenuhan Konsumsi Dalam Negeri (ha) a. Kapas 9.565 9.565 100,00 134

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 3) Pengembangan Komoditas Ekspor (ha) a. Tembakau 0 0 0 b. Nilam 140 140 100,00 II. Peningkatan Luas 2. Luas Areal Tanaman Rempah (ha) (ha) Peningkatan 730.486.368 688.597.307 94,27 Areal Tanaman dan Penyegar produksi Rempah dan 1). Pengembangan produktivitas dan Penyegar komoditas ekspor (ha) mutu tanaman a. Kakao 3.865 3.519 91,05 rempah dan b. Kopi 18.485 18.110 97,97 Penyegar c. Teh 1.010 950 94,06 (Prioritas d. Lada 950 910 95,79 Nasional dan Bidang) 135

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 2). Pengembangan Komoditas Pemenuhan Konsumsi Dalam Negeri (ha) a. Cengkeh 3.585 3.435 95,82 3). Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional (ha) a. Rehabilitasi 39.000 37.830 97,00 b. Intensifikasi 17.000 16.890 99,35 c. Peremajaan 5.000 4.780 95,60 III. Peningkatan Luas 3. Luas Areal Tanaman Tahunan (ha) (ha) Peningkatan 221.770.415 213.698.420 96,36 Areal Tanaman 1). Pengembangan produksi Tahunan komoditas ekspor (ha) Produktivitas dan a. Karet 15.575 14.823 95,17 mutu tanaman b. Kelapa 19.925 19.765 99,20 tahunan c. Kelapa Sawit 7.255 7.055 97,24 d. Jambu Mete 3.865 3.865 100,00 136

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 2). Penyediaan bahan tanaman sumber bahan bakar nabati (bio-energi) (ha) a. Jarak Pagar 200 200 100,00 b. Kemiri Sunan 25 25 100,00 4). Revitalisasi Perkebunan (Pengawalan) (ha) a. Karet 9.120 9.120 100,00 b. Kelapa sawit 208.596 208.596 100,00 c. Kakao 1.492 1.492 100,00 IV. Penurunan luas 4. Dukungan pengembangan Dukungan 34.178.359 32.501.510 95,09 areal yang tanaman perkebunan perlindungan terserang OPT berkelanjutan perkebunan (Prioritas Bidang) 137

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1). Luas areal pengendalian 3.455 3.430 99,28 OPT Perkebunan (ha) V. Peningkatan mutu 5. Dukungan pengembangan Dukungan Pasca- 30.767.041 28.236.935 91,78 produk perkebunan tanaman perkebunan Panen dan dan usaha berkelanjutan. Pembinaan Usaha perkebunan Perkebunan berkelanjutan 1). Jumlah kelompok tani 110 110 100,00 yang menerapkan penanganan pascapanen sesuai GHP (Kelompok Tani) 2). Jumlah Perusahaan 180 100 55,56 Perkebunan kelapa sawit yang layak mengajukan permohonan sertifikat ISPO (Perusahaan) 138

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 3). Jumlah penanganan 40 40 100,00 kasus ganggunan usaha perkebunan (Perusahaan) VI. Peningkatan 6. Dukungan Pengembangan Dukungan Manaje- 145.382.813 131.374.315 90,36 pelayanan dan tanaman perkebunan men dan Dukungan pembinaan di berkelanjutan Teknis Lainnya di bidang manajemen 1). Jumlah provinsi yang 32 32 100,00 Direktorat Jenderal dan teknis pem- memperoleh pelayanan 217 217 100,00 Perkebunan bangunan dan pembinaan yang perkebunan berkualitas di bidang perencanaan, keuangan, umum dan evaluasi serta pelaporan (Provinsi/ Satker) 139

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) VII. Peningkatan Peng- 7. Dukungan Pengembangan Dukungan Pengujian 69.782.993 66.169.904 94,82 awasan dan Penguji Tanaman Perkebunan & Pengawasan Mutu an benih Tanaman Berkelanjutan Benih serta Penerap Perkebunan & Pene- an Teknologi rapan Teknologi proteksi Tanaman Proteksi Tanaman Perkebunan Perkebunan a). BBP2TP Surabaya 7.a). 1). Jumlah bibit yang 13.310 16.542 121,98 disertifikasi (ribu batang) 2). Jumlah teknologi terapan 5 5 100,00 perlindungan perkebunan (Paket) b). BBP2TP Medan 7.b). 1). Jumlah bibit yang 218.761 275.231 125,81 disertifikasi (ribu batang) 2). Jumlah teknologi terapan 5 5 100,00 perlindungan perkebunan (Paket) 140

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) c). BBP2TP Ambon 7.c). 1). Jumlah bibit yang 500 1.226 245,28 disertifikasi (ribu batang) 2). Jumlah teknologi terapan 9 9 100,00 perlindungan perkebunan (Paket) Total Pagu Anggaran : 1.464.443.342 1.386.163.819 94,65 141

Capaian Kinerja Kegiatan Utama (Output) Program Pembangunan Perkebunan Tahun 2012 Posisi 31 Desember 2012 Lampiran 5 NO PROGRAM / KEGIATAN UTAMA ANGGARAN (Rp.) KELUARAN TARGET REALISASI % TARGET REALISASI % 1 2 3 4 5 6 7 8 018.05.08 - Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan 1.464.443.342.000 1.386.163.819.156 94,65 98,18 1 1775 - Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar 730.486.368.000 688.597.307.033 94,27 97,66 1775.001 - Pengembangan Tanaman Kopi 145.302.109.000 129.031.242.828 88,80 18.485 Ha 18.110 Ha 97,97 1775.002 - Pengembangan Tanaman T e h 6.432.500.000 6.425.516.500 99,89 1.010 Ha 950 Ha 94,06 1775.003 - Pengembangan Tanaman Kakao 34.085.570.000 33.936.325.500 99,56 3.865 Ha 3.519 Ha 91,05 1775.004 - Pengembangan Tanaman Lada 8.002.375.000 7.993.961.000 99,89 950 Ha 910 Ha 95,79 1775.005 - Pengembangan Tanaman Cengkeh 5.799.375.000 5.744.470.500 99,05 3.585 Ha 3.435 Ha 95,82 1775.006 - Pemberdayaan dan Penguatan Kelembagaan Tanaman Rempah dan Penyegar 2.781.658.000 2.702.329.400 97,15 2.690 Org 2.690 Ha 100,00 1775.015 - Pengawalan, pendampingan, sinkronisasi, koordinasi, monev pelaksanaan kegiatan tanaman regar 47.600.000 47.343.740 99,46 1 Th 1 Th 100,00 142

NO PROGRAM / KEGIATAN UTAMA ANGGARAN (Rp.) KELUARAN TARGET REALISASI % TARGET REALISASI % 1 2 3 4 5 6 7 8 1775.017 - Penanaman Tanaman Rempah Penyegar Lainnya 6.728.950.000 6.726.355.000 99,96 3.600 Ha 3.400 Ha 94,44 1775.018 - Layanan perkantoran pusat (Dirat TRP) 972.200.000 903.643.790 92,95 1 Th 1 Th 100,00 1775.020 - Kebijakan, Norma, Standar, Prosedur, Kriteria, Bimbingan Teknis dan Evaluasi (Dirat TRP) 10.271.362.000 9.529.461.345 92,78 1 Dok 1 Dok 100,00 1775.021 - Pembangunan Kebun Sumber Bahan Tanam Tanaman Rempah dan Penyegar 1.330.385.000 1.104.638.950 83,03 78 Ha 72 Ha 92,31 1775.022 - Pemurnian, penilaian dan penetapan sumber benih tanaman rempah dan penyegar 31.520.000 46.600.000 147,84 1 Dok 1 Dok 100,00 1775.024 - Dukungan Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar 8.314.290.000 7.651.582.885 92,03 43 Pkt 43 Pkt 100,00 1775.025 - Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao (Gernas Kakao) 311.647.749.000 295.778.483.155 94,91 61.000 Ha 59.108 Ha 96,90 1775.026 - Dukungan Kegiatan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao (Gernas Kakao) 188.738.725.000 180.975.352.440 95,89 23 Pkt 23 Pkt 100,00 2 1776 - Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim 232.075.353.000 225.585.427.901 97,20 98,84 1776.001- Pengembangan Tanaman Tebu 196.651.048.000 191.094.670.108 97,17 7.665 Ha 7.575 Ha 98,83 1776.002- Penanaman Tanaman Kapas 18.667.180.000 18.567.024.733 99,46 9.565 Ha 9.565 Ha 100,00 1776.004 - Penanaman Tanaman Nilam 3.485.555.000 3.386.391.700 97,16 140 Ha 140 Ha 100,00 1776.005 - Pemberdayaan pekebun tanaman semusim 40.700.000 28.225.000 69,35 272 Pkt 272 Pkt 100,00 143

NO PROGRAM / KEGIATAN UTAMA ANGGARAN (Rp.) KELUARAN TARGET REALISASI % TARGET REALISASI % 1 2 3 4 5 6 7 8 1776.008 - Penanaman Tanaman Semusim Lainnya 372.250.000 189.695.000 50,96 10 Ha 5 Ha 50,00 1776.009 - Integrasi Tanaman Semusim - Ternak 1.317.700.000 1.195.875.500 90,75 14 Unit 12 Unit 85,71 1776.010 - Peningkatan kegiatan perlombaan dan penghargaan perkebunan,dll 40.000.000 40.000.000 100,00 32 Pkt 32 Pkt 100,00 1776.013 - Layanan perkantoran pusat (Dirat TS) 1.126.050.000 1.101.033.495 97,78 1 Th 1 Th 100,00 1776.014 - Kebijakan, Norma, Standar, Prosedur, Kriteria, Bimbingan Teknis dan Evaluasi (Dirat TS) 4.625.650.000 4.504.064.145 97,37 1 Dok 1 Dok 100,00 1776.016 - Pemurnian, penilaian dan penetapan sumber benih tanaman semusim perkebunan 32.125.000 32.125.000 100,00 50 Ha 50 Ha 100,00 1776.019 - Dukungan Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim 5.717.095.000 5.446.323.220 95,26 49 Pkt 49 Pkt 100,00 3 1777 - Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan 221.770.415.000 213.698.420.418 96,36 97,53 1777.001 - Pengembangan Tanaman Karet 82.690.006.000 82.178.526.990 99,38 15.575 Ha 14.823 Ha 95,17 1777.002 - Perluasan tanaman karet di daerah perbatasan, wilayah pasca konflik, tertinggal dan bencana alam 3.003.000.000 1.650.395.000 54,96 300 Ha 300 Ha 100,00 1777.003 - Pengembangan Tanaman Kelapa 45.514.602.000 45.008.015.300 98,89 19.925 Ha 19.765 Ha 99,20 1777.004 - Pengembangan Tanaman Kelapa Sawit 39.419.140.000 38.723.765.250 98,24 7.255 Ha 7.055 Ha 97,24 1777.007 - Pengembangan Tanaman Jambu Mete 10.402.369.000 10.285.126.700 98,87 3.865 Ha 3.865 Ha 100,00 144

NO PROGRAM / KEGIATAN UTAMA ANGGARAN (Rp.) KELUARAN TARGET REALISASI % TARGET REALISASI % 1 2 3 4 5 6 7 8 1777.009 - Perluasan Tanaman Jarak Pagar 744.150.000 737.505.000 99,11 200 Ha 200 Ha 100,00 1777.010 - Perluasan Tanaman Kemiri Sunan 172.040.000 168.392.000 97,88 25 Ha 25 Ha 100,00 1777.011 - Pemberdayaan dan Penguatan Kelembagaan Tanaman Tahunan 6.620.103.000 6.351.572.100 95,94 7.775 Org 7.775 Org 100,00 1777.015 - Revitalisasi Perkebunan (Kelapa Sawit, Kakao, Karet) 11.553.003.000 8.891.991.525 76,97 500 Ha 500 Ha 100,00 1777.018 - Pengembangan Sistem Pertanian Berbasis Tanaman Tahunan 1.394.700.000 1.207.409.375 86,57 26 KT 26 KT 100,00 1777.019 - Layanan perkantoran pusat (Dirat TT) 901.850.000 850.288.204 94,28 1 Th 1 Th 100,00 1777.021 - Kebijakan, Norma, Standar, Prosedur, Kriteria, Bimbingan Teknis dan Evaluasi (Dirat TT) 2.880.720.000 2.797.050.079 97,10 2 Dok 2 Dok 100,00 1777.022 - Pembangunan Kebun Sumber Bahan Tanam Tanaman Tahunan 2.554.530.000 2.375.625.900 93,00 75 Ha 74 Ha 98,67 1777.026 - Dukungan Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan 13.920.202.000 12.472.756.995 89,60 50 Pkt 50 Pkt 100,00 4 1778 - Pengembangan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan 30.767.041.000 28.236.935.208 91,78 100,00 1778.001 - Penanganan Pascapanen Tanaman Perkebunan 14.182.695.000 13.973.537.875 98,53 3.676 Pkt 3.676 Pkt 100,00 1778.003 - Peningkatan penanganan pasca panen tanaman tahunan 177.500.000 176.550.000 99,46 1 Dok 1 Dok 100,00 1778.004 - Pembinaan Usaha Perkebunan Berkelanjutan 6.669.057.000 5.774.546.790 86,59 127 Kab 127 Kab 100,00 1778.006 - Layanan Perkantoran Pusat (Dirat PPPU) 428.500.000 426.495.695 99,53 1 Th 1 Th 100,00 145

NO PROGRAM / KEGIATAN UTAMA ANGGARAN (Rp.) KELUARAN TARGET REALISASI % TARGET REALISASI % 1 2 3 4 5 6 7 8 1778.008 - Kebijakan, Norma, Standar, Prosedur, Kriteria, Bimbingan Teknis dan Evaluasi (Dirat PPPU) 5.195.039.000 4.292.185.928 82,62 2 Dok 2 Dok 100,00 1778.011 - Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan 4.114.250.000 3.593.618.920 87,35 145 kab 145 Kab 100,00 5 1779 - Dukungan Perlindungan Perkebunan 34.178.359.000 32.501.509.782 95,09 99,07 1779.001 - Pengendalian OPT Tanaman perkebunan 13.077.015.000 12.629.294.925 96,58 3.455 Ha 3430 Ha 99,28 1779.002 - Pemberdayaan Perangkat 4.277.102.000 4.059.326.800 94,91 44 Unit 43 Unit 97,73 1779.003 - Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim 119.800.000 119.800.000 100,00 1 Th 1 Th 100,00 1779.004 - Fasilitasi pencegahan kebakaran lahan dan kebun 4.484.235.000 3.905.494.675 87,09 72 Kab 70 Kab 97,22 1779.005 - SL-PHT Perkebunan 5.498.515.000 5.285.137.630 96,12 82 KT 82 KT 100,00 1779.007 - Layanan perkantoran pusat (Dirat Perlindungan) 804.191.000 789.115.480 98,13 1 Th 1 Th 100,00 1779.009 - Kebijakan, Norma, Standar, Prosedur, Kriteria, Bimbingan Teknis dan Evaluasi (Dirat PP) 4.671.120.000 4.527.927.272 96,93 1 Dok 1 Dok 100,00 1779.010 - Dukungan Kegiatan Perlindungan Perkebunan 1.246.381.000 1.185.413.000 95,11 1 Th 1 Th 100,00 6 1780 - Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Teknis Lainnya 145.382.813.000 131.374.315.176 90,36 99,98 1780.001 - Layanan perkantoran 44.405.679.000 39.442.825.085 88,82 1 Th 1 Th 100,00 1780.002 - Pengadaan sarana dan prasarana perkantoran 3.345.500.000 3.069.884.159 91,76 71 Unit 71 Unit 100,00 146

NO PROGRAM / KEGIATAN UTAMA ANGGARAN (Rp.) KELUARAN TARGET REALISASI % TARGET REALISASI % 1 2 3 4 5 6 7 8 1780.003 - Norma, standar, pedoman, perencanaan, evaluasi, keuangan, ortala, kepegawaian, dll (Pusat) 27.725.152.000 23.022.005.671 83,04 5 Dok 5 Dok 100,00 1780.004 - Peningkatan kapabilitas pegawai/petugas 50.000.000 35.530.000 71,06 6 Org 3 Org 50,00 1780.005 - Pembinaan, pengawalan, pendampingan dan monev kegiatan pembangunan perkebunan 505.470.000 502.445.000 99,40 1 Th 1 Th 100,00 1780.006 - Sertifikasi, pengujian, pengawasan mutu benih dan penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan 281.975.000 271.355.350 96,23 1 Th 1 Th 100,00 1780.007 - Perencanaan, Pengelolaan Keuangan, Data Informasi dan Monev, Umum 47.409.279.000 45.007.512.414 94,93 135 Dok 135 Dok 100,00 1780.008 - Administrasi Kegiatan Dana Dekonsentrasi (DK) 4.806.701.000 4.192.047.349 87,21 1 Th 1 Th 100,00 1780.009 - Administrasi Kegiatan Dana Tugas Pembantuan (TP) 14.723.269.000 13.916.806.698 94,52 1 Th 1 Th 100,00 1780.010 - Dukungan Kegiatan Manajemen dan Teknis Lainnya 2.129.788.000 1.913.903.450 89,86 1 Th 1 Th 100,00 7 1781 - Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih dan Teknologi Proteksi Perkebunan 69.782.993.000 66.169.903.638 94,82 98,57 1781.001 - Layanan Perkantoran 45.932.850.000 44.614.442.140 97,13 1 Th 1 Th 100,00 1781.002 - Pengadaan Sarana, Prasarana Perkantoran 4.146.807.000 4.081.046.677 98,41 447 Unit 439 Unit 98,21 1781.003 - Administrasi Kegiatan, Standar, Pedoman, Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi, Keuangan, dll 5.559.937.000 5.004.048.211 90,00 27 Dok 27 Dok 100,00 147

NO PROGRAM / KEGIATAN UTAMA ANGGARAN (Rp.) KELUARAN TARGET REALISASI % TARGET REALISASI % 1 2 3 4 5 6 7 8 1781.004 - Peningkatan kapabilitas pegawai/petugas 2.883.368.000 2.625.489.675 91,06 507 Org 402 Org 79,29 1781.005 - Operasional Laboratorium 1.803.612.000 1.395.817.135 77,39 1 Th 1 Th 100,00 1781.006 - Pembangunan Kebun Contoh, Demplot, Uji Koleksi, dll 3.054.217.000 2.743.286.650 89,82 182 Ha 152 Ha 83,52 1781.007 - Pengawasan Peredaran Benih 2.892.610.000 2.340.511.262 80,91 32 Dok 32 Dok 100,00 1781.008 - Rakitan Teknologi Spesifikasi Proteksi Tanaman Perkebunan 1.893.570.000 1.883.895.440 99,49 23 Pkt 23 Pkt 100,00 1781.009 - Pemanfaatan Agensia Hayati 921.798.000 820.945.400 89,06 15 Jns 15 Jns 100,00 1781.010 - Sertifikasi dan Pengujian Mutu benih 694.224.000 660.421.048 95,13 232.571.0 00 Btg 292.999. 402 Btg 125,98 T o t a l 1.464.443.342.000 1.386.163.819.156 94,65 98,18 148

CAPAIAN KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN SERAPAN PER SATKER TAHUN 2012 Lampiran 6 NO. SATKER PROVINSI & KABUPATEN PAGU ( Rp. 000,-) KINERJA SATKER REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK ( Rp.000,- ) ( % ) ( % ) 1 2 3 5 6 7 1 JAWA BARAT 36.359.650,00 33.058.037,78 91,57 99,15 1 DISBUN PROVINSI JAWA BARAT 19.261.840,00 16.453.627,78 85,42 100,00 2 DISHUTBUN KAB SUKABUMI 3 DISHUTBUN KAB CIANJUR 4 DISBUN KAB GARUT 5 DISHUTBUN KAB TASIKMALAYA 6 DISHUTBUN KAB CIAMIS 7 DISHUTBUN KAB KUNINGAN 8 DISTANBUNHUT KAB BANDUNG 4.236.791,00 4.219.396,00 99,59 100,00 4.368.615,00 4.234.880,00 96,94 95,00 3.764.651,00 3.764.651,00 100,00 100,00 1.499.070,00 1.495.270,00 99,75 100,00 1.398.800,00 1.398.800,00 100,00 100,00 902.603,00 804.359,00 89,12 89,79 927.280,00 922.455,00 99,48 100,00 2 JAWA TENGAH 97.200.693,00 96.402.778,67 99,18 100,00 9 DISBUN PROVINSI JAWA TENGAH 90.462.834,00 89.758.158,91 99,22 100,00 10 DISTANPANGANBUNHUT KAB MAGELANG 1.168.949,00 1.121.179,50 95,91 100,00 11 DISHUTBUN KAB BATANG 12 DISHUTBUN KAB CILACAP 13 DISHUTBUN KAB WONOGIRI 14 DISTANBUNHUT KAB TEGAL 1.192.114,00 1.186.904,60 99,56 100,00 1.969.750,00 1.962.766,66 99,65 100,00 1.197.152,00 1.168.430,00 97,60 100,00 1.209.894,00 1.205.339,00 99,62 100,00 3 D. I. YOGYAKARTA 14.396.056,00 14.230.112,07 98,85 100,00 DISHUTBUN PROVINSI D.I. 15 YOGYAKARTA 10.941.660,00 10.793.527,61 98,65 100,00 149

NO. SATKER PROVINSI & KABUPATEN PAGU ( Rp. 000,-) KINERJA SATKER REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK ( Rp.000,- ) ( % ) ( % ) 1 2 3 5 6 7 16 DISTANHUT KAB KULON PROGO 17 DISHUTBUN KAB GUNUNG KIDUL 1.491.846,00 1.479.779,99 99,19 100,00 1.962.550,00 1.956.804,48 99,71 100,00 4 JAWA TIMUR 18 DISBUN PROVINSI JAWA TIMUR 19 DISHUTBUN KAB MADIUN 20 DISHUTBUN KAB PACITAN 67.235.113,00 64.231.949,88 95,53 98,29 61.918.760,00 58.915.596,88 95,15 98,24 3.802.063,00 3.802.063,00 100,00 100,00 1.514.290,00 1.514.290,00 100,00 95,92 5 A C E H 21 DISHUTBUN PROVINSI A C E H 22 DISHUTBUN KAB BENER MERIAH 23 DISHUTBUN KAB ACEH UTARA 24 DISHUTBUN KAB ACEH TIMUR 25 DISHUTBUN KAB ACEH BARAT 26 DISHUTBUN KAB NAGAN RAYA 25.781.647,00 25.146.073,29 97,53 100,00 9.287.191,00 8.775.571,43 94,49 100,00 3.552.270,00 3.481.000,84 97,99 100,00 3.377.491,00 3.326.897,42 98,50 100,00 2.650.981,00 2.650.981,00 100,00 100,00 2.113.320,00 2.111.228,60 99,90 100,00 4.800.394,00 4.800.394,00 100,00 100,00 6 SUMATERA UTARA 27 DISBUN PROVINSI SUMATERA UTARA 28 DISHUTBUN KAB LANGKAT 29 DISBUN KAB BATUBARA 30 DISBUNNAK KAB TAPANULI SELATAN 31 DISBUN KAB SIMALUNGUN 21.121.689,00 20.401.665,50 96,59 94,47 11.616.394,00 11.081.726,00 95,40 97,95 2.333.700,00 2.232.255,00 96,51 90,26 1.276.373,00 1.223.363,00 95,85 88,33 1.038.613,00 1.038.200,00 99,96 97,77 3.646.272,00 3.614.296,50 99,12 88,87 32 DISHUTBUN KAB MANDAILING NATAL 1.210.337,00 1.191.825,00 98,47 89,76 150

NO. SATKER PROVINSI & KABUPATEN PAGU ( Rp. 000,-) KINERJA SATKER REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK ( Rp.000,- ) ( % ) ( % ) 1 2 3 5 6 7 7 SUMATERA BARAT 33 DISBUN PROVINSI SUMATERA BARAT 34 DISHUTBUN KAB AGAM 35 DISBUN KAB PASAMAN 36 DISTANBUNHUT KAB TANAH DATAR 37 DISBUN KAB PASAMAN BARAT 38 DISBUN KAB DHARMAS RAYA 13.948.042,00 12.908.364,80 92,55 100,00 7.154.453,00 6.362.342,40 88,93 100,00 1.153.106,00 1.019.605,80 88,42 100,00 1.885.036,00 1.833.494,60 97,27 100,00 971.549,00 962.290,70 99,05 100,00 1.137.896,00 1.097.944,30 96,49 100,00 1.646.002,00 1.605.965,00 97,57 100,00 8 R I A U 39 DISBUN PROVINSI RIAU 40 DISHUTBUN KAB MERANTI 41 DISBUN KAB INDRAGIRI HILIR 42 DISBUN KAB KUANTAN SENGINGI 43 DISHUTBUN KAB ROKAN HULU 26.274.584,00 25.051.008,90 95,34 98,17 10.321.820,00 9.219.625,90 89,32 100,00 1.288.134,00 1.287.808,00 99,97 100,00 1.535.118,00 1.510.517,00 98,40 83,11 4.063.300,00 4.017.170,00 98,86 98,03 9.066.212,00 9.015.888,00 99,44 98,44 9 JAMBI 44 DISBUN PROVINSI JAMBI 45 DISBUN KAB BATANGHARI 46 DISBUN KAB TANJUNG JABUNG BARAT 47 DISHUTBUN KAB BUNGO 48 DISBUNHUT KAB SAROLANGUN 49 DISBUNHUT KAB MERANGIN 23.442.716,00 22.615.793,03 96,47 96,75 10.412.228,00 10.008.229,25 96,12 100,00 2.656.315,00 2.631.160,00 99,05 100,00 1.319.913,00 1.192.106,50 90,32 90,32 2.232.690,00 2.190.339,48 98,10 80,68 2.428.240,00 2.304.063,30 94,89 95,00 2.212.890,00 2.191.810,00 99,05 100,00 151

NO. SATKER PROVINSI & KABUPATEN PAGU ( Rp. 000,-) KINERJA SATKER REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK ( Rp.000,- ) ( % ) ( % ) 1 2 3 5 6 7 50 DISBUN KAB TEBO 2.180.440,00 2.098.084,50 96,22 96,25 10 SUMATERA SELATAN 31.367.371,00 30.375.156,44 96,84 88,04 DISBUN PROVINSI SUMATERA 51 SELATAN 20.776.516,00 20,074.623,46 96,62 85,40 52 DISHUTBUN KAB O K U 53 DISBUN KAB MUSI BANYUASIN 54 DISBUN KAB MUARA ENIM 55 DISBUN KAB MUSI RAWAS 56 DISBUN KAB O K I 1.095.100,00 1.083.005,00 98,90 84,75 2.066.618,00 2.016.957,00 97,60 100,00 2.475.921,00 2.386.532,80 96,39 100,00 2.746.748,00 2.740.463,18 99,77 99,85 2.206.468,00 2.073.575,00 93,98 75,18 11 LAMPUNG 29.909.220,00 29.647.938,73 99,13 99,12 57 DISBUN PROVINSI LAMPUNG 19.591.218,00 19.394.827,33 99,00 99,00 58 DISTANBUNHUT KAB TG BAWANG BARAT 1.614.400,00 1.605.956,40 99,48 99,48 59 DISHUTBUN KAB LAMPUNG UTARA 60 DISBUN KAB LAMPUNG BARAT 61 DISHUTBUN KAB TANGGAMUS 62 DISBUNHUT KAB LAMPUNG TIMUR 63 DISBUNHUT KAB PESAWARAN 64 DISBUNHUT KAB WAY KANAN 1.568.197,00 1.523.947,00 97,18 97,10 1.303.610,00 1.291.413,00 99,06 99,06 1.166.300,00 1.156.100,00 99,13 100,00 920.012,00 920.012,00 100,00 100,00 951.948,00 951.948,00 100,00 100,00 2.793.535,00 2.793.535,00 100,00 100,00 12 KALIMANTAN BARAT 65 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN BARAT 66 DISHUTBUN KAB SAMBAS 30.371.159,00 29.575.562,41 97,38 99,83 9.854.106,00 9.382.029,65 95,21 102,10 2.145.145,00 2.128.272,20 99,21 94,61 152

NO. SATKER PROVINSI & KABUPATEN PAGU ( Rp. 000,-) KINERJA SATKER REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK ( Rp.000,- ) ( % ) ( % ) 1 2 3 5 6 7 67 DISHUTBUN KAB SANGGAU 68 DISHUTBUN KAB SINTANG 69 DISBUNHUT KAB KAPUAS HULU 70 DISHUTBUN KAB BENGKAYANG 71 DISTANHUT KOTA SINGKAWANG 6.297.664,00 6.251.232,32 99,26 99,31 2.004.177,00 1.985.780,80 99,08 98,19 1.968.227,00 1.916.807,00 97,39 96,75 5.574.890,00 5.459.659,00 97,93 100,00 2.526.950,00 2.451.781,44 97,03 100,00 13 KALIMANTAN TENGAH 11.390.040,00 11.157.375,25 97,96 96,44 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN 72 TENGAH 5.235.500,00 5.122.740,90 82,61 96,04 73 DISTANBUN KAB GUNUNG MAS 74 DISBUNHUT KAB KAPUAS 75 DISBUN KAB KOTAWARINGIN BARAT 76 DISBUNHUT KAB PULANG PISAU 77 DISBUN KAB KOTAWARINGIN TIMUR 1.198.000,00 1.194.065,00 99,67 89,88 1.554.220,00 1.518.119,70 97,68 98,58 1.346.420,00 1.288.112,65 95,67 96,13 993.050,00 986.800,00 99,37 100,00 1.062.850,00 1.047.537,00 98,56 99,70 14 KALIMANTAN SELATAN 9.158.897,00 8.406.404,54 91,78 100,00 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN 78 SELATAN 6.014.493,00 5.366.287,89 89,22 100,00 DISHUTBUN KAB HULU SUNGAI 79 TENGAH 1.072.025,00 1.028.054,95 95,90 100,00 80 DISBUN KAB TABALONG 81 DISHUTBUN KAB BALANGAN 1.059.085,00 1.052.078,20 99,34 100,00 1.013.294,00 959.983,50 94,74 100,00 15 KALIMANTAN TIMUR 82 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 12.066.026,00 8.494.395,44 70,40 80,76 8.977.451,00 5.874.287,43 65,43 85,75 83 DISBUN KAB KUTAI TIMUR 412.653,00 307.084.000 74,42 59,53 153

NO. SATKER PROVINSI & KABUPATEN PAGU ( Rp. 000,-) KINERJA SATKER REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK ( Rp.000,- ) ( % ) ( % ) 1 2 3 5 6 7 84 DISHUTBUN KAB NUNUKAN 85 DISBUN KAB BERAU 1.068.966,00 967.790,00 90,54 96,00 1.606.956,00 1.345.234,01 83,71 66,97 16 SULAWESI UTARA 18.471.634,00 18.171.800,70 98,38 99,99 86 DISBUN PROVINSI SULAWESI UTARA 11.734.748,00 11.515.219,00 98,13 100,00 87 DISHUTBUN KAB MINAHASA TENGGARA 958.200,00 958.200,00 100,00 99,76 88 DISTANBUNHUT KAB BOLMONG UTARA 1.264.100,00 1.184.376,70 93,69 100,00 89 DISHUTBUN KAB BOLAANG MONGONDOW 1.246.731,00 1.246.150,00 99,95 100,00 90 DISBUN KAB MINAHASA SELATAN 3.267.855,00 3.267.855,00 98,47 100,00 17 SULAWESI TENGAH 119.022.677,00 117.477.658,03 98,70 99,35 91 DISBUN PROVINSI SULAWESI TENGAH 34.334.876,00 33.900.491,23 98,73 99,65 92 DISTANBUNNAKKESHEWAN KAB TJ UNA-UNA 14.049.820,00 13.849.432,78 98,57 98,44 93 DISHUTBUN KAB POSO 94 DISHUTBUN KAB DONGGALA 95 DISBUN KAB TOLI-TOLI 96 DISBUN KAB BUOL 97 DISHUTBUN KAB PARIGI MOUTONG 98 DISHUTBUN KAB SIGI 99 DISTANHUTKELAUTAN KOTA PALU 6.519.669,00 6.383.816,64 97,92 97,92 8.510.000,00 8.364.336,10 98,29 100,00 19.758.545,00 19.423.993,00 98,31 100,00 3.290.669,00 3.281.155,66 99,71 99,71 26.612.339,00 26.417.395,00 99,27 99,32 4.327.290,00 4.247.763,00 98,16 97,47 1.619.469,00 1.609.274,63 99,37 100,00 18 SULAWESI SELATAN 107.391.241,00 99.339.932,58 92,50 97,52 DISBUN PROVINSI SULAWESI 100 SELATAN 47.549.891,00 45.632.036,70 95,97 98,78 154

NO. SATKER PROVINSI & KABUPATEN PAGU ( Rp. 000,-) KINERJA SATKER REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK ( Rp.000,- ) ( % ) ( % ) 1 2 3 5 6 7 101 DISTANBUN KAB ENREKANG 102 DISHUTBUN KAB BONE 103 DISHUTBUN KAB PINRANG 104 DISHUTBUN KAB WAJO 105 DISHUTBUN KAB LUWU 106 DISHUTBUN KAB BULUKUMBA 107 DISHUTBUN KAB SOPPENG 108 DISHUTBUN KAB LUWU UTARA 5.386.207,00 5.112.171,63 94,91 93,33 6.833.960,00 5.350.616,70 78,29 90,00 6.809.487,00 5.342.847,10 78,46 97,96 6.110.320,00 5.790.390,45 94,76 100,00 10.254.097,00 9.857.381,41 96,13 99,49 3.603.460,00 2.939.185,23 81,57 93,52 10.686.957,00 9.701.087,37 90,78 95,63 10.156.862,00 9.614.216,00 94,66 98,50 19 SULAWESI TENGGARA 132.531.904,00 125.423.421,72 94,64 96,47 DISBUNHORTI PROV SULAWESI 109 TENGGARA 49.093.089,00 47.685.706,35 95,87 99,03 110 DISTAN KAB MUNA 111 DISTANNAKBUNHORTI KAB BOMBANA 112 DISBUNHORTI KAB KOLAKA UTARA 113 DISTAN KAB KONAWE 114 DISBUN KAB KOLAKA 115 DISBUNHORTI KAB KONAWE SELATAN 10.761.845,00 10.620.436,42 98,69 98,87 14.503.281,00 13.497.811,65 93,07 97,15 15.013.222,00 12.074.417,50 80,43 90,65 13.561.827,00 13.195.503,00 97,30 85,15 14.873.860,00 14.553.948,40 97,85 99,15 14.724.780,00 13.795.598,40 93,69 99,15 20 MALUKU 13.167.160,00 12.990.891,00 98,66 100,00 116 DISTAN PROVINSI MALUKU 5.602.407,00 5.479.576,00 97,81 100,00 117 DISHUTBUN KAB MALUKU TENGGARA BARAT 1.027.243,00 1.024.843,00 99,77 100,00 118 DISTANBUN KAB PULAU BURU 919.780,00 872.940,00 94,91 100,00 155

NO. SATKER PROVINSI & KABUPATEN PAGU ( Rp. 000,-) KINERJA SATKER REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK ( Rp.000,- ) ( % ) ( % ) 1 2 3 5 6 7 119 120 DISHUTBUN KAB SERAM BAGIAN BARAT 919.780,00 917.032,00 99,70 100,00 DISBUNHUT KAB SERAM BAGIAN TIMUR 4.697.950,00 4.696.480,00 99,97 100,00 21 BALI 11.276.467,00 10.859.828,15 96,31 97,72 121 DISBUN PROVINSI BALI 122 DISTANHUTKELAUTAN KAB JEMBRANA 123 DISTANPERHUTBUN KAB GIANYAR 124 DISHUTBUN KAB TABANAN 7.646.947,00 7.306.363,00 95,55 99,66 900.080,00 897.023,00 99,66 100,00 1.147.480,00 1.122.282,15 97,80 90,64 1.581.960,00 1.534.160,00 96,98 92,13 22 NUSA TENGGARA BARAT 10.981.376,00 10.682.487,95 97,28 97,42 DISBUN PROVINSI NUSA TENGGARA 125 BARAT 7.452.369,00 7.154.037,75 96,00 96,20 126 DISHUTBUN KAB LOMBOK TIMUR 127 DISHUTBUN KAB SUMBAWA 128 DISBUN KAB DOMPU 1.164.970,00 1.164.436,00 99,95 100,00 1.070.444,00 1.070.425,00 100,00 100,00 1.293.593,00 1.293.589,20 100,00 100,00 23 NUSA TENGGARA TIMUR 28.488.678,00 28.166.525,60 98,87 100,00 DISTANBUN PROV NUSA TENGGARA 129 TIMUR 15.597.572,00 15.415.902,33 98,84 100,00 130 DISTANBUN KAB BELU 131 DISTANBUNNAK KAB SIKKA 132 DISBUN KAB ALOR 133 DISHUTBUN KAB MANGGARAI 134 DISBUN KAB SUMBA TIMUR 135 DISBUN KAB SUMBA BARAT DAYA 1.082.100,00 1.082.100,00 100,00 100,00 2.842.954,00 2.811.509,60 98,89 100,00 1.769.085,00 1.769.085,00 100,00 100,00 999.060,00 993.060,00 99,40 100,00 7.034.570,00 1.953.734,00 98,77 100,00 1.385.014,00 1.385.014,00 100,00 100,00 156

NO. SATKER PROVINSI & KABUPATEN PAGU ( Rp. 000,-) KINERJA SATKER REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK ( Rp.000,- ) ( % ) ( % ) 1 2 3 5 6 7 136 DISHUTBUN KAB FLORES TIMUR 137 DISHUTBUN KAB ENDE 969.470,00 964.970,00 99,54 100,00 1.865.339,00 1.791.150,67 96,02 100,00 24 PAPUA 138 DISBUNNAK PROVINSI PAPUA 139 DISHUTBUN KAB BIAK NUMFOR 140 DISHUTBUN KAB MERAUKE 141 DISTANBUN KAB NABIRE 142 DISBUN KAB JAYAPURA 143 DISBUN KAB SARMI 144 DISBUNHUT KAB KEEROM 27.102.841,00 26.569.894,04 98,03 94,68 9.394.230,00 8.906.382,50 94,81 99,18 1.877.574,00 1.868.554,00 99,52 100,00 5.426.565,00 5.399.765,00 99,51 96,65 3.417.934,00 3.417.934,00 100,00 85,19 2.025.600,00 2.023.975,10 99,92 96,88 3.221.934,00 3.221.600,00 99,99 82,97 1.739.004,00 1.731.683,44 99,58 96,31 25 BENGKULU 145 DISBUN PROVINSI BENGKULU 146 DISTANNAKBUN KAB SELUMA 20.335.240,00 20.006.589,55 98,38 100,00 6.940.775,00 6.799.924,55 97,97 100,00 1.475.500,00 1.470.500,00 99,66 100,00 147 DISTANNAKBUNHUT KAB MUKO MUKO 3.029.900,00 3.015.320,00 99,52 100,00 148 DISTANBUNHUT KAB BENGKULU TENGAH 1.740.820,00 1.738.320,00 99,86 100,00 149 DISHUTBUN KAB BENGKULU UTARA 150 DISHUTBUN KAB KEPAHIANG 5.523.370,00 5.474.130,00 99,11 100,00 1.624.875,00 1.508.395,00 92,83 100,00 26 MALUKU UTARA 151 DISTAN PROVINSI MALUKU UTARA 152 DISTAN KAB HALMAHERA UTARA 19.501.400,00 19.301.734,00 98,98 99,77 8.878.586,00 8.854.604,00 99,73 99,88 2.391.550,00 2.384.213,00 99,69 100,00 157

NO. SATKER PROVINSI & KABUPATEN PAGU ( Rp. 000,-) KINERJA SATKER REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK ( Rp.000,- ) ( % ) ( % ) 1 2 3 5 6 7 153 DISTAN KAB HALMAHERA BARAT 154 DISBUN KAB HALMAHERA TENGAH 155 DISBUN KAB HALMAHERA SELATAN 156 DISHUTBUN KAB KEPULAUAN SULA 2.190.530,00 2.183.823,00 99,69 100,00 1.110.700,00 1.110.700,00 100,00 100,00 2.990.950,00 2.950.076,00 98,63 99,40 1.939.084,00 1.818.318,00 93,77 99,20 27 BANTEN 157 DISHUTBUN PROVINSI BANTEN 3.150.070,00 3.128.247,00 969,31 100,00 3.150.070,00 3.128.247,10 99,31 100,00 28 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 158 DISTANBUNNAK PROV KEP. BABEL 159 DISBUNHUT KAB BANGKA SELATAN 160 DISHUTBUN KAB BANGKA BARAT 161 DISBUNHUT KAB BANGKA TENGAH 11.428.334,00 11.099.212,25 97,12 95,54 3.171.711,00 2.953.379,30 93,12 90,00 5.027.885,00 4.991.978,00 99,29 100,00 1.369.743,00 1.360.938,00 99,36 90,00 1.858.995,00 1.792.916,95 96,45 97,03 29 GORONTALO 162 DISBUNNAK PROVINSI GORONTALO 163 DISTANPANGANBUN KAB GORONTALO 164 DISTANBUN KAB PAHUWATO 15.392.399,00 14.945.271,08 97,10 93,28 10.414.087,00 10.290.699,00 98,82 92,20 1.112.302,00 1.086.632,00 97,69 94,48 3.866.010,00 3.567.940,08 92,29 96,23 30 KEPULAUAN RIAU 6.584.543,00 4.664.471,00 70,84 73,23 DISTANHUTNAK PROVINSI 165 KEPULAUAN RIAU 1.658.535,00 1.118.895,00 67,46 75,00 166 DISHUTBUN KAB NATUNA 1.585.920,00 1.582.610,00 99,79 100,00 167 DISTAN KAB BINTAN 1.754.168,00 1.748.126,00 99,66 100,00 168 DISTANBUNNAKHUTPANGAN KAB KEP. ANAMBAS 1.585.920,00 214.840,00 13,55 15,00 158

NO. SATKER PROVINSI & KABUPATEN PAGU ( Rp. 000,-) KINERJA SATKER REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK ( Rp.000,- ) ( % ) ( % ) 1 2 3 5 6 7 31 PAPUA BARAT 169 DISHUTBUN PROVINSI PAPUA BARAT 170 DISTANNAKBUN KAB MANOKWARI 171 DISHUTBUN KAB SORONG SELATAN 172 DISBUN KAB RAJA AMPAT 173 DISHUTBUN KAB TELUK WONDAMA 16.980.324,00 16674.929,00 98,20 77,72 4.074.524,00 3.965.174,00 97,32 75,00 3.697.340,00 3.653.140,00 98,80 79,04 4.595.800,00 4.462.749,00 97,10 77,41 2.305.520,00 2.286.726,00 99,18 78,75 2.307.140,00 2.307.140,00 100,00 80,00 32 SULAWESI BARAT 174 DISBUN PROVINSI SULAWESI BARAT 175 DISHUTBUN KAB MAJENE 176 DISHUTBUN KAB MAMUJU 177 DISBUN KAB MAMUJU UTARA 178 DISHUTBUN KAB POLEWALI MANDAR 179 DISTANBUNHORTI KAB MAMASA 128.383.056,00 122.633.400,78 95,52 97,20 68.272.695,00 64.637.593,35 94,68 96,23 4.628.778,00 4.188.768,81 90,49 95,00 20.909.663,00 20.345.005,00 97,30 97,07 16.868.928,00 16.374.379,93 97,07 98,91 14.732.364,00 14.170.011,80 96,18 100,00 2.970.628,00 2.917.641,90 98,22 100,00 33 UPT PUSAT 180 BALAI BESAR ( BBP2TP ) SURABAYA 181 BALAI BESAR ( BBP2TP ) MEDAN 182 BALAI ( BPTP ) PONTIANAK 72.951.531,00 66.169.903,64 94,82 97,83 18.775.845,00 16.683.095,59 91,67 91,57 28.209.759,00 25.709.040,39 95,39 100,00 9.274.803,00 7.915.438,79 88,82 100,00 183 BALAI BESAR ( BBP2TP ) AMBON 16.691.124,00 15.285.667,47 97,23 100,00 - Penambahan pembayaran gaji pegawai Balai Besar Ambon 576.661,41 159

NO. SATKER PROVINSI & KABUPATEN PAGU ( Rp. 000,-) KINERJA SATKER REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK ( Rp.000,- ) ( % ) ( % ) 1 2 3 5 6 7 254.448.102,00 34 P U S A T 225.919.603,29 88,79 88,79 DIREKTORAT JENDERAL 184 PERKEBUNAN DIRAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR 167.871.677,00 138.893.775,01 89,00 89,00 DIRAT TANAMAN SEMUSIM DIRAT TANAMAN TAHUNAN DIRAT PENANGANAN PASCA PANEN DIRAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN 6.591.000,00 5.605.097,64 97,45 97,45 6.663.525,00 5.906.601,34 96,65 96,65 6.570.579,00 4.662.371,62 83,75 83,75 6.185.366,00 5.317.042,75 97,11 97,11 73.138.005,00 65.534.714,92 86,83 86,83 TOTAL DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN 1.464.443.342,00 1.386.163.819,15 94,65 98,18 160