ISSN 2 57 Vol 2, Oktober 22 HUBUNGAN STATUS GIZI DAN JENIS SARAPAN PAGI SERTA TINGKAT PENDAPATAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV DAN V SDN PULAU LAWAS KECAMATAN BANGKINANG SEBERANG SYAFRIANI Dosen STIKes Tuanku Tambusai Bangkinang, Riau, Indonesia ABSTRAK Penderita status gizi kurang menurut survei Mercycorps, (25) di Provinsi Riau adalah 35%. Kebiasaan makan pagi merupakan faktor determinan status gizi. Anak yang tidak biasa makan pagi berisiko terjadinya status gizi kurang. Data kebiasaan makan pagi pada anak sekolah dasar di Bangkinang masih terbatas. Kebiasaan makan pagi akan mempengaruhi konsentrasi anak. Status gizi kurang pada anak ini akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, karena anak adalah penerus bangsa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara status gizi, jenis sarapan pagi serta tingkat pendapatan. Dengan prestasi belajar siswa kelas IV dan V SDN Pulau Lawas Kecamatan Bangkinang Seberang 2. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yang menggunakan uji chi square dengan kemaknaan 5%. Penelitian di laksanakan pada bulan Januari sampai dengan Mei 2. Subjek penelitian adalah siswa yang berjumlah 6 orang yang di ambil secara porposive sampling. Pengumpulan data primer dengan koesioner dan data sekunder melalui penelusuran dokumen. Pengolahan data dilakukan secara satistic yaitu cara editing, coding, processing dan cleaning. Analisa data dilakukan dua cara yaitu univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan prestasi belajar, jenis sarapan pagi dengan prestasi belajar, tingkat pendapatan dengan prestasi belajar, pada siswa SDN Pulau Lawas Bangkinang Seberang 2. Daftar Bacaan : (2-29) Kata kunci: Status gizi, Jenis sarapan pagi, Tingkat pendapatan dan Prestasi belajar. Page 4
ISSN 2 57 Vol 2, Oktober 22 PENDAHULUAN Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) di suatu Negara, yang digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, umur harapan hidup dan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang tinggi hanya dapat dicapai oleh orang yang sehat dan berstatus gizi baik (Depkes, 26). Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Depkes RI, 23). Tujuan pembangunan di bidang kesehatan adalah terwujudnya manusia yang sehat, cerdas dan produktif. Untuk mencapai tujuan tersebut, titik berat perhatian terletak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan salah satunya upaya yang berdampak cukup penting bagi peningkatan status gizi masyarakat (Dinkes RI, 25). Anak usia sekolah merupakan salah satu kelompok rawan gizi. Pertumbuhan yang berlangsung membutuhkan zat-zat gizi yang adekuat. Bila kebutuhan zat gizi tersebut tidak terpenuhi, akan terjadi hambatan pertumbuhan dengan manifestasi anak kurus ( wasted) maupun pendek (stunted). Status gizi yang kurang pada anak ini akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, karena anak adalah generasi penerus bangsa (Depkes RI, 23). Pada usia sekolah banyak yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan mental dan jasmani. Salah satunya adalah masalah gizi, jalan untuk menempuh perbaikan gizi anak agar prestasi belajar tidak terganggu yaitu dengan perbaikan pola makan dikeluarga dengan menekankan pentingnya makan pagi sebelum berangkat sekolah. (Triyanti, 25).
ISSN 2 57 Vol 2, Oktober 22 Survei Depkes tahun 997 terhadap 6 ribu anak SD di 27 propinsi di Indonesia menunjukkan bahwa anak sekolah yang mengalami gangguan masalah kurang gizi berkisar antara 3,6%-43,7%. Masalah kekurangan gizi pada usia SD terlihat dengan prevalensi kekurangan energi protein di Indonesia pada siswa SD/MI sebesar 3,% (Soekirman, 2). Survei Mercycorps (25), menemukan bahwa 35% anak sekolah di Riau mengalami status gizi kurang. Menurut Biro Pusat Statistik (BPS) (26), ditemukan hanya 5,2% anak sekolah dasar yang mempunyai kebiasaan makan pagi di Kabupaten Majalengka. Sibuea (22), menemukan 57,5% anak sekolah di Medan tidak pernah sarapan pagi. Penelitian di Jakarta menunjukkan jenis sarapan pagi antara lain nasi dan lauk pauk 6%, roti 5,5%, dan mi,6% (Muhilal dan Damayanti, 26). Terjadinya masalah kurang gizi bisa menyebabkan anak mudah lelah, tidak tahan melakukan aktivitas fisik yang lama, tidak mampu berfikir dan berprestasi penuh dalam proses belajar. Anak yang kurang gizi mempunyai resiko lebih besar menderita infeksi, penyakit infeksi yang mengganggu penyerapan zat gizi, misalnya infeksi cacing yang diderita 5% anak usia sekolah (Muhilal dan Damayanti, 26). Selain masalah gizi kurang, dikotakota besar di Indonesia terlihat adanya gizi lebih atau kegemukan. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian status gizi 9 anak sekolah di SD dan TK favorit di kota Bandung. Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) 2 anak mempunyai status gizi kurang, 57 anak mempunyai status gizi normal, dan 35 anak serta 6 anak mempunyai status gizi lebih dan obesitas (34%). Dari hasil penelitian di SD favorit di kota Bogor didapat data, anak dengan gizi lebih dan kegemukan besar sekitar 2% di
ISSN 2 57 Vol 2, Oktober 22 SD swasta favorit dan % di SD Negeri favorit (Muhilal dan Damayanti, 26). Krisis ekonomi dan politik sejak pertengahan tahun 997 telah membawa dampak ke segala sektor termasuk kesehatan terutama masalah gizi. Timbulnya krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan penurunan kegiatan produksi yang darastis, dari 4,7% pada tahun 997 merosot menjadi -3,% pada tahun 99 akibatnya lapangan kerja berkurang dan pendapatan per kapita turun. Hal ini jelas berdampak terhadap status gizi dan kesehatan masyarakat karena tidak terpenuhinya kecukupan konsumsi makanan. Akibat krisis, status gizi balita umum menurun, hal ini ditunjukan dengan prevalensi kurus pada anak balita 6,7% pada tahun 25 menjadi,4% pada tahun baik agar prestasi belajar akademiknya berhasil. Kita harus memperhatikan faktor lain yang mendukung prestasi belajar yaitu faktor internal pada faktor kesehatan (status gizi). Pada studi awal peneliti melakukan survei terhadap 2 siswa dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT=BB/TB 2 ) ternyata di dapat siswa berat badan kurus 55% (orang) normal 45% (9 orang). Dari 257 siswa yang berprestasi baik adalah 3,9% ( orang), cukup,5% (27 orang), kurang 5,5% (3 orang). Berdasarkan hal di atas penulis tertarik untuk meneliti hubungan status gizi, jenis sarapan pagi, tingkat pendapatan dengan prestasi belajar siswa kelas IV dan V SDN Pulau Lawas di Kecamatan Bangkinang Seberang 2. Tujuan penelitian ini adalah untuk 2 (Dinkes, 2). mengetahui hubungan status gizi, sarapan Dalam menghasilkan SDM yang baik dan berkualitas, seharusnya anak mendapat sarana dan prasarana belajar yang pagi nasi dan non-nasi, tingkat pendapatan keluarga dengan prestasi belajar siswa kelas IV dan V SDN Pulau Lawas di
ISSN 2 57 Vol 2, Oktober 22 Kecamatan Bangkinang Seberang tahun 2. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain cross sectional yang dilaksanakan di SD Negeri Pulau Lawas Kecamatan Bangkinang Seberang Populasi dalam penelitian ini adalah murid SD kelas IV dan V yang berjumlah 6 orang. Dengan dikatakan Cukup, < 6 dikatakan Kurang. Pengolahan dan analisa data dengan computer, SPSS. Analisa data dilakukan dengan cara univariat dan bivariat. Analisa ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel independen dan dependen yaitu status gizi, jenis sarapan pagi, tingkat pendapatan dan prestasi siswa. Setelah dilakukan pengisian keriteria inklusi subjek yaitu siswa dalam kuesioner prestasi belajar maka prestasi keadaan sehat. Teknik pengumpulan, data tentang status gizi di kumpulkan melalui pengukuran berat badan, tinggi badan dan koesioner dan instrumen berupa Mikrotoa, timbangan injak microtoise dan (bathroom scale), data tentang jenis sarapan pagi dan tingkat pendapatan dikumpulkan melalui wawancara dan instrument berupa kuesioner. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikrotoa, timbangan injak microtoise, ( bathroom scale) dan koesioner. Apabila siswa mendapatkan nilai > 7 dikatakan Baik, 6-7 belajar dibagi menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup dan kurang. Untuk mengetahui status gizi responden di lakukan penimbangan BB/TB dengan menggunakan microtoa dengan membagi 3 kategori yaitu kurus <,5, normal,5-<23,, dan overweight 23,-<27,49. Body Mass Index diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus perhitungan IMT adalah Berat badan( kg) IMT Tinggi badan( m) x Tinggi badan( m) Analisa bivariat Uji statistic untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan
ISSN 2 57 Vol 2, Oktober 22 variabel terikat, kemaknaan hubungan dilihat dari nilai p, apabila p<,5 maka disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variable dependen dan bilka p>,5 maka disimpulkan tidak ada hubungan bermakna antara variabel independen dengan dependen. umur tahun sebanyak 43 orang (5,%), umur 9 tahun sebanyak orang (,6%), tahun sebanyak 27 orang (3,4%), sedangkan 2 tahun sebanyak 5 orang (5,%) dan 3 tahun orang (,2%). Status Gizi Berdasarkan Indeks IMT bahwa responden yang mengalami kekurangan gizi sebanyak 7 orang (2,6%), HASIL Analisa Univariat Karakteristik Responden berdasarkan kelas yang paling banyak pada kelas IV yaitu 47 orang (54,7%) sedangkan untuk kelas V adalah 39 orang (45,3%). Jumlah responden pada saat penelitian dilakukan adalah 6 orang (%). Responden berdasarkan jenis kelamin responden laki-laki yaitu 43 orang (5%), sedangkan perempuan 43 orang (5%), Berdasarkan wawancara menggunakan koesioner dari 6 orang responden didapat rentang umur berusia normal dan overweight masing-masing 4 orang (6,3%), orang (,2%). Jenis Sarapan Pagi bahwa jenis sarapan pagi nasi yang paling banyak yaitu 65 orang (75,6%), sedangkan Non-nasi yaitu 2orang (24,4%). Tingkat Pendapatan bahwa sebagian besar tingkat pendapatan orang tua siswa adalah rendah 5 orang ( 5,%), sedangkan tinggi 36 orang (4,9%). Prestasi Belajar bahwa prestasi belajar yang paling banyak adalah baik 35 orang (4,7%), sedangkan untuk cukup orang (2,9%) dan kurang orang 33 (3,4%). antara 9-3 tahun. Murid terbanyak yaitu
ISSN 2 57 Vol 2, Oktober 22 Analisis Bivariat Analisis ini untuk mengetahui hubungan antara status gizi, jenis sarapan pagi, tingkat pendapatan dengan prestasi belajar digunakan uji chi square. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Untuk mengetahui distribusi hubungan status gizi berdasarkan indeks IMT dengan Hubungan Jenis Sarapan Pagi dengan Prestasi Belajar Untuk mengetahui distribusi hubungan jenis sarapan pagi dengan prestasi belajar di Sekolah Dasar Negeri Pulau Lawas dapat di lihat pada tabel. Tabel. Hubungan Jenis Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar di Sekolah Dasar Negeri Pulau Lawas 2 Tingkat Pendapatan dengan Prestasi Belajar prestasi belajar di Sekolah Dasar Negeri Pulau Lawas dapat di lihat pada tabel 9. Tabel 9. Hubungan Status Gizi Berdasarkan Indeks IMT dengan Prestasi Belajar di Sekolah Dasar Negeri Pulau Lawas 2 Jenis Prestasi belajar sarapan Baik Cukup Kurang Total pagi N % N % N % N % Nasi 3 5,, 2 3, 65 3 2 5 Nonnasi 2 9,5 6 2, 6, 2 6 3 9 Total 3 4, 2, 3 3, 6 5 7 9 3 4 P Valu e, 3 Status gizi Prestasi belajar Baik Cukup Kurang Total N % N % N % N % 4 2,6 4 Normal 7, 4 Kurus 24 33, Overwei ght Total 35 4, 7 25, 4 2 9 4, 7 2, 9 3 3 3,4 6 P Val ue, 4
ISSN 2 57 Vol 2, Oktober 22 Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Prestasi Belajar Untuk mengetahui distribusi hubungan tingkat pendapatan dengan prestasi belajar di Sekolah Dasar Negeri Pulau Lawas dapat di lihat pada tabel. Tabel. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Prestasi Belajar di Sekolah Dasar Negeri Pulau Lawas 2 ada pengaruh makanan terhadap konsentrasi belajar siswa. Secara teoritis penelitian ini sesuai menurut (Muhilal dan Damayanti 26), status gizi kurang pada anak sekolah akan berpengaruh terhadap proses belajar tubuh lemah dan kurangnya konsentrasi pada saat belajar. Tingkat pendapat an Tinggi 9 Rendah 6 Total 3 5 Prestasi belajar Baik Cukup Kurang Total N % N % N % N % 52, 3, 3, 3 4 9 6 32, 4, 7 5 3, 2, 9 9 3 3 3, 3, 4 5 6 P Valu e,3 Hubungan Jenis Sarapan Pagi dengan Prestasi Belajar Penelitian ini sama dengan hasil penelitian Triyanti (25), bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan PEMBAHASAN Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Berdasarkan penelitian dilapangan, hasilnya sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Parmularsih (29), di Sekolah Dasar Negeri 2 Selo Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali, diperoleh hasil adanya hubungan yang signifikan antara status gizi dengan prestasi belajar. Bahwa makan pagi nasi dan prestasi belajar siswa kelas V Di Sekolah Dasar Negeri Citarum -2-3-4 Semarang 25. Penelitian ini sesuai menurut Ali khomsan (27), sarapan pagi nasi (kharbohidrat) akan membantu meningkatkan aktifitas fisik anak disekolah dan konsentrasi belajar anak, karena kandungan karbohidrat pada nasi mampu meningkatkan kadar gula darah sampai
ISSN 2 57 Vol 2, Oktober 22 dalam keadaan normal, sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktivitas dalam hal ini adalah prestasi belajar. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Prestasi Belajar Hasil penelitian ini sama dengan Maftukhah (27), di SMPN Siswa kelas VIII Randudongkal Kabupaten Pemalang diperoleh hasil ada hubungan yang signifikan antara kondisi sosial ekonomi dengan prestasi belajar. Secara teoritis penelitian ini sesuai menurut (Sutikno S, 27), Tingkat pendapatan orang tua sangat berpengaruh terhadap prestasi balajar anak. Orang tua dengan tingkat pendapatan tinggi akan memberikan makanan yang cukup gizi kepada anaknya sementara anak yang berada dalam keluarga yang tingkat pendapatannya rendah kebutuhan pokoknya kurang atau bahkan tidak terpenuhi dapat mengalami gangguan kesehatan akibatnya, belajar anak pun terganggu. Di sisi lain, anak yang berada dalam lingkungan miskin, jika hidup di tengah anak-anak yang kaya akan merasa minder karena merasa kekurangan. Hal ini pun akan dapat menggangu belajar anak. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan :. Terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan prestasi belajar dengan p=,4. 2. Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis sarapan pagi dengan prestasi belajar p=,3. 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan dengan prestasi belajar p=,3. SARAN. Perlu dilakukan penyuluhan akan pentingnya sarapan pagi yang dapat di pesankan kepada siswa
ISSN 2 57 Vol 2, Oktober 22 pada saat amanat upacara senen pagi. 2. UKS sebagai salah satu upaya dalam rangka meningkatkan status gizi perlu diaktifkan kembali karena sekarang UKSnya tidak aktif lagi. 3. Masih terdapat siswa berprestasi kurang untuk itu disarankan agar siswa lebih giat dalam belajar. KEPUSTAKAAN Arni pamularsih, (29) Hubungan status gizi dengan prestasi belajar Siswa di sekolah dasar negeri 2 selo kecamatan Selo kabupaten boyolali. Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta Ali Khomsan, 22. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: Penerbit PT Raja Grafindo Persada Badan Pusat Statistik (BPS), (26). Analisis Situasi Ibu dan Anak (ASIA) Kabupaten Majalengka. Depkes RI, (26). Pedoman pelayanan gizi rumah sakit. Jakarta :Departemen kesehatan. Dinkes, (2 b ). Profil dinas kesehatan kota pekanbaru : Pekanbaru. Maftukhah, (27) Hubungan kondisi sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar geografi siswa kelas VIII SMP N Randudongkal Kabupaten Pemalang. Skripsi Universitas Negeri semarang Muhilal, Prof. & Didit, D. (26). Hidup sehat (Gizi seimbang untuk anak usia sekolah dasar). PT Primamedia Pustaka : Jakarta. Soekirman, (2). Berbagai cara pendidikan gizi. Bumi Aksara : Jakarta. Sutikno S.(27). Belajar dan pembelajaran : Bandung. Triyanti, (25). Hubungan antara kebiasaan makan padi dengan Prestasi belajar pada anak sd kelas v Sekolah Dasar Negeri Citarum -2-3-4 Semarang : skripsi Universitas Negeri Semarang.