ISSN Vol 2, Oktober 2012

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sekolah 6-12 tahun. Anak sekolah mempunyai karakter mudah terpengaruh

BAB 1. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh. ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SD NEGERI TANGKIL III DI SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi

Sri Desfita, Prevalensi Anemia, Status Gizi dan Kebiasaan Makan Pagi pada Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru

METODE PENELITIAN. n =

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat. Memasuki era globalisasi, Indonesia

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. kuesioner. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dimana

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MURID KELAS III SDN 32 BEURAWE BANDA ACEH TAHUN 2012

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN) DI PUSKESMAS BROMO MEDAN

BAB I PENDAHULUAN.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian cross

HUBUNGAN PENGETAHUAN ANAK TENTANG MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI SDN 001 TERATAK KECAMATAN RUMBIO JAYA TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JATEN KARANGANYAR

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun

PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo )

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif observasional dengan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

JURNAL MEYKE R. DOMILI NIM :

(jenis kelamin), faktor lingkungan (jumlah anggota keluarga), faktor sosial ekonomi

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian. Desain penelitian yang dilakukan untuk mengetahui status gizi, perilaku

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB IV METODE PENELITIAN. masyarakat pada saat tertentu. Penelitian ini merupakan penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL AZHAR KEDIRI

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode cross sectional, dimana data yang

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat

METODE PENELITIAN. cross sectional, dimana variabel bebas yaitu perilaku makan pagi (sarapan)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Fauzi Mukti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan

BAB III METODE PENELITIAN. perbandingan (comparative study) dengan jenis penelitian cross sectional.

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, yaitu sehat, cerdas, dan memiliki fisik yang tangguh

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. balita, anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut, makanan yang memenuhi syarat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

rumus : n = (P 1 -P Ket : Z 1- - P 1 Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, )²

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Transkripsi:

ISSN 2 57 Vol 2, Oktober 22 HUBUNGAN STATUS GIZI DAN JENIS SARAPAN PAGI SERTA TINGKAT PENDAPATAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV DAN V SDN PULAU LAWAS KECAMATAN BANGKINANG SEBERANG SYAFRIANI Dosen STIKes Tuanku Tambusai Bangkinang, Riau, Indonesia ABSTRAK Penderita status gizi kurang menurut survei Mercycorps, (25) di Provinsi Riau adalah 35%. Kebiasaan makan pagi merupakan faktor determinan status gizi. Anak yang tidak biasa makan pagi berisiko terjadinya status gizi kurang. Data kebiasaan makan pagi pada anak sekolah dasar di Bangkinang masih terbatas. Kebiasaan makan pagi akan mempengaruhi konsentrasi anak. Status gizi kurang pada anak ini akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, karena anak adalah penerus bangsa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara status gizi, jenis sarapan pagi serta tingkat pendapatan. Dengan prestasi belajar siswa kelas IV dan V SDN Pulau Lawas Kecamatan Bangkinang Seberang 2. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yang menggunakan uji chi square dengan kemaknaan 5%. Penelitian di laksanakan pada bulan Januari sampai dengan Mei 2. Subjek penelitian adalah siswa yang berjumlah 6 orang yang di ambil secara porposive sampling. Pengumpulan data primer dengan koesioner dan data sekunder melalui penelusuran dokumen. Pengolahan data dilakukan secara satistic yaitu cara editing, coding, processing dan cleaning. Analisa data dilakukan dua cara yaitu univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan prestasi belajar, jenis sarapan pagi dengan prestasi belajar, tingkat pendapatan dengan prestasi belajar, pada siswa SDN Pulau Lawas Bangkinang Seberang 2. Daftar Bacaan : (2-29) Kata kunci: Status gizi, Jenis sarapan pagi, Tingkat pendapatan dan Prestasi belajar. Page 4

ISSN 2 57 Vol 2, Oktober 22 PENDAHULUAN Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) di suatu Negara, yang digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, umur harapan hidup dan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang tinggi hanya dapat dicapai oleh orang yang sehat dan berstatus gizi baik (Depkes, 26). Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Depkes RI, 23). Tujuan pembangunan di bidang kesehatan adalah terwujudnya manusia yang sehat, cerdas dan produktif. Untuk mencapai tujuan tersebut, titik berat perhatian terletak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan salah satunya upaya yang berdampak cukup penting bagi peningkatan status gizi masyarakat (Dinkes RI, 25). Anak usia sekolah merupakan salah satu kelompok rawan gizi. Pertumbuhan yang berlangsung membutuhkan zat-zat gizi yang adekuat. Bila kebutuhan zat gizi tersebut tidak terpenuhi, akan terjadi hambatan pertumbuhan dengan manifestasi anak kurus ( wasted) maupun pendek (stunted). Status gizi yang kurang pada anak ini akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, karena anak adalah generasi penerus bangsa (Depkes RI, 23). Pada usia sekolah banyak yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan mental dan jasmani. Salah satunya adalah masalah gizi, jalan untuk menempuh perbaikan gizi anak agar prestasi belajar tidak terganggu yaitu dengan perbaikan pola makan dikeluarga dengan menekankan pentingnya makan pagi sebelum berangkat sekolah. (Triyanti, 25).

ISSN 2 57 Vol 2, Oktober 22 Survei Depkes tahun 997 terhadap 6 ribu anak SD di 27 propinsi di Indonesia menunjukkan bahwa anak sekolah yang mengalami gangguan masalah kurang gizi berkisar antara 3,6%-43,7%. Masalah kekurangan gizi pada usia SD terlihat dengan prevalensi kekurangan energi protein di Indonesia pada siswa SD/MI sebesar 3,% (Soekirman, 2). Survei Mercycorps (25), menemukan bahwa 35% anak sekolah di Riau mengalami status gizi kurang. Menurut Biro Pusat Statistik (BPS) (26), ditemukan hanya 5,2% anak sekolah dasar yang mempunyai kebiasaan makan pagi di Kabupaten Majalengka. Sibuea (22), menemukan 57,5% anak sekolah di Medan tidak pernah sarapan pagi. Penelitian di Jakarta menunjukkan jenis sarapan pagi antara lain nasi dan lauk pauk 6%, roti 5,5%, dan mi,6% (Muhilal dan Damayanti, 26). Terjadinya masalah kurang gizi bisa menyebabkan anak mudah lelah, tidak tahan melakukan aktivitas fisik yang lama, tidak mampu berfikir dan berprestasi penuh dalam proses belajar. Anak yang kurang gizi mempunyai resiko lebih besar menderita infeksi, penyakit infeksi yang mengganggu penyerapan zat gizi, misalnya infeksi cacing yang diderita 5% anak usia sekolah (Muhilal dan Damayanti, 26). Selain masalah gizi kurang, dikotakota besar di Indonesia terlihat adanya gizi lebih atau kegemukan. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian status gizi 9 anak sekolah di SD dan TK favorit di kota Bandung. Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) 2 anak mempunyai status gizi kurang, 57 anak mempunyai status gizi normal, dan 35 anak serta 6 anak mempunyai status gizi lebih dan obesitas (34%). Dari hasil penelitian di SD favorit di kota Bogor didapat data, anak dengan gizi lebih dan kegemukan besar sekitar 2% di

ISSN 2 57 Vol 2, Oktober 22 SD swasta favorit dan % di SD Negeri favorit (Muhilal dan Damayanti, 26). Krisis ekonomi dan politik sejak pertengahan tahun 997 telah membawa dampak ke segala sektor termasuk kesehatan terutama masalah gizi. Timbulnya krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan penurunan kegiatan produksi yang darastis, dari 4,7% pada tahun 997 merosot menjadi -3,% pada tahun 99 akibatnya lapangan kerja berkurang dan pendapatan per kapita turun. Hal ini jelas berdampak terhadap status gizi dan kesehatan masyarakat karena tidak terpenuhinya kecukupan konsumsi makanan. Akibat krisis, status gizi balita umum menurun, hal ini ditunjukan dengan prevalensi kurus pada anak balita 6,7% pada tahun 25 menjadi,4% pada tahun baik agar prestasi belajar akademiknya berhasil. Kita harus memperhatikan faktor lain yang mendukung prestasi belajar yaitu faktor internal pada faktor kesehatan (status gizi). Pada studi awal peneliti melakukan survei terhadap 2 siswa dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT=BB/TB 2 ) ternyata di dapat siswa berat badan kurus 55% (orang) normal 45% (9 orang). Dari 257 siswa yang berprestasi baik adalah 3,9% ( orang), cukup,5% (27 orang), kurang 5,5% (3 orang). Berdasarkan hal di atas penulis tertarik untuk meneliti hubungan status gizi, jenis sarapan pagi, tingkat pendapatan dengan prestasi belajar siswa kelas IV dan V SDN Pulau Lawas di Kecamatan Bangkinang Seberang 2. Tujuan penelitian ini adalah untuk 2 (Dinkes, 2). mengetahui hubungan status gizi, sarapan Dalam menghasilkan SDM yang baik dan berkualitas, seharusnya anak mendapat sarana dan prasarana belajar yang pagi nasi dan non-nasi, tingkat pendapatan keluarga dengan prestasi belajar siswa kelas IV dan V SDN Pulau Lawas di

ISSN 2 57 Vol 2, Oktober 22 Kecamatan Bangkinang Seberang tahun 2. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain cross sectional yang dilaksanakan di SD Negeri Pulau Lawas Kecamatan Bangkinang Seberang Populasi dalam penelitian ini adalah murid SD kelas IV dan V yang berjumlah 6 orang. Dengan dikatakan Cukup, < 6 dikatakan Kurang. Pengolahan dan analisa data dengan computer, SPSS. Analisa data dilakukan dengan cara univariat dan bivariat. Analisa ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel independen dan dependen yaitu status gizi, jenis sarapan pagi, tingkat pendapatan dan prestasi siswa. Setelah dilakukan pengisian keriteria inklusi subjek yaitu siswa dalam kuesioner prestasi belajar maka prestasi keadaan sehat. Teknik pengumpulan, data tentang status gizi di kumpulkan melalui pengukuran berat badan, tinggi badan dan koesioner dan instrumen berupa Mikrotoa, timbangan injak microtoise dan (bathroom scale), data tentang jenis sarapan pagi dan tingkat pendapatan dikumpulkan melalui wawancara dan instrument berupa kuesioner. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikrotoa, timbangan injak microtoise, ( bathroom scale) dan koesioner. Apabila siswa mendapatkan nilai > 7 dikatakan Baik, 6-7 belajar dibagi menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup dan kurang. Untuk mengetahui status gizi responden di lakukan penimbangan BB/TB dengan menggunakan microtoa dengan membagi 3 kategori yaitu kurus <,5, normal,5-<23,, dan overweight 23,-<27,49. Body Mass Index diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus perhitungan IMT adalah Berat badan( kg) IMT Tinggi badan( m) x Tinggi badan( m) Analisa bivariat Uji statistic untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan

ISSN 2 57 Vol 2, Oktober 22 variabel terikat, kemaknaan hubungan dilihat dari nilai p, apabila p<,5 maka disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variable dependen dan bilka p>,5 maka disimpulkan tidak ada hubungan bermakna antara variabel independen dengan dependen. umur tahun sebanyak 43 orang (5,%), umur 9 tahun sebanyak orang (,6%), tahun sebanyak 27 orang (3,4%), sedangkan 2 tahun sebanyak 5 orang (5,%) dan 3 tahun orang (,2%). Status Gizi Berdasarkan Indeks IMT bahwa responden yang mengalami kekurangan gizi sebanyak 7 orang (2,6%), HASIL Analisa Univariat Karakteristik Responden berdasarkan kelas yang paling banyak pada kelas IV yaitu 47 orang (54,7%) sedangkan untuk kelas V adalah 39 orang (45,3%). Jumlah responden pada saat penelitian dilakukan adalah 6 orang (%). Responden berdasarkan jenis kelamin responden laki-laki yaitu 43 orang (5%), sedangkan perempuan 43 orang (5%), Berdasarkan wawancara menggunakan koesioner dari 6 orang responden didapat rentang umur berusia normal dan overweight masing-masing 4 orang (6,3%), orang (,2%). Jenis Sarapan Pagi bahwa jenis sarapan pagi nasi yang paling banyak yaitu 65 orang (75,6%), sedangkan Non-nasi yaitu 2orang (24,4%). Tingkat Pendapatan bahwa sebagian besar tingkat pendapatan orang tua siswa adalah rendah 5 orang ( 5,%), sedangkan tinggi 36 orang (4,9%). Prestasi Belajar bahwa prestasi belajar yang paling banyak adalah baik 35 orang (4,7%), sedangkan untuk cukup orang (2,9%) dan kurang orang 33 (3,4%). antara 9-3 tahun. Murid terbanyak yaitu

ISSN 2 57 Vol 2, Oktober 22 Analisis Bivariat Analisis ini untuk mengetahui hubungan antara status gizi, jenis sarapan pagi, tingkat pendapatan dengan prestasi belajar digunakan uji chi square. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Untuk mengetahui distribusi hubungan status gizi berdasarkan indeks IMT dengan Hubungan Jenis Sarapan Pagi dengan Prestasi Belajar Untuk mengetahui distribusi hubungan jenis sarapan pagi dengan prestasi belajar di Sekolah Dasar Negeri Pulau Lawas dapat di lihat pada tabel. Tabel. Hubungan Jenis Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar di Sekolah Dasar Negeri Pulau Lawas 2 Tingkat Pendapatan dengan Prestasi Belajar prestasi belajar di Sekolah Dasar Negeri Pulau Lawas dapat di lihat pada tabel 9. Tabel 9. Hubungan Status Gizi Berdasarkan Indeks IMT dengan Prestasi Belajar di Sekolah Dasar Negeri Pulau Lawas 2 Jenis Prestasi belajar sarapan Baik Cukup Kurang Total pagi N % N % N % N % Nasi 3 5,, 2 3, 65 3 2 5 Nonnasi 2 9,5 6 2, 6, 2 6 3 9 Total 3 4, 2, 3 3, 6 5 7 9 3 4 P Valu e, 3 Status gizi Prestasi belajar Baik Cukup Kurang Total N % N % N % N % 4 2,6 4 Normal 7, 4 Kurus 24 33, Overwei ght Total 35 4, 7 25, 4 2 9 4, 7 2, 9 3 3 3,4 6 P Val ue, 4

ISSN 2 57 Vol 2, Oktober 22 Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Prestasi Belajar Untuk mengetahui distribusi hubungan tingkat pendapatan dengan prestasi belajar di Sekolah Dasar Negeri Pulau Lawas dapat di lihat pada tabel. Tabel. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Prestasi Belajar di Sekolah Dasar Negeri Pulau Lawas 2 ada pengaruh makanan terhadap konsentrasi belajar siswa. Secara teoritis penelitian ini sesuai menurut (Muhilal dan Damayanti 26), status gizi kurang pada anak sekolah akan berpengaruh terhadap proses belajar tubuh lemah dan kurangnya konsentrasi pada saat belajar. Tingkat pendapat an Tinggi 9 Rendah 6 Total 3 5 Prestasi belajar Baik Cukup Kurang Total N % N % N % N % 52, 3, 3, 3 4 9 6 32, 4, 7 5 3, 2, 9 9 3 3 3, 3, 4 5 6 P Valu e,3 Hubungan Jenis Sarapan Pagi dengan Prestasi Belajar Penelitian ini sama dengan hasil penelitian Triyanti (25), bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan PEMBAHASAN Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Berdasarkan penelitian dilapangan, hasilnya sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Parmularsih (29), di Sekolah Dasar Negeri 2 Selo Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali, diperoleh hasil adanya hubungan yang signifikan antara status gizi dengan prestasi belajar. Bahwa makan pagi nasi dan prestasi belajar siswa kelas V Di Sekolah Dasar Negeri Citarum -2-3-4 Semarang 25. Penelitian ini sesuai menurut Ali khomsan (27), sarapan pagi nasi (kharbohidrat) akan membantu meningkatkan aktifitas fisik anak disekolah dan konsentrasi belajar anak, karena kandungan karbohidrat pada nasi mampu meningkatkan kadar gula darah sampai

ISSN 2 57 Vol 2, Oktober 22 dalam keadaan normal, sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktivitas dalam hal ini adalah prestasi belajar. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Prestasi Belajar Hasil penelitian ini sama dengan Maftukhah (27), di SMPN Siswa kelas VIII Randudongkal Kabupaten Pemalang diperoleh hasil ada hubungan yang signifikan antara kondisi sosial ekonomi dengan prestasi belajar. Secara teoritis penelitian ini sesuai menurut (Sutikno S, 27), Tingkat pendapatan orang tua sangat berpengaruh terhadap prestasi balajar anak. Orang tua dengan tingkat pendapatan tinggi akan memberikan makanan yang cukup gizi kepada anaknya sementara anak yang berada dalam keluarga yang tingkat pendapatannya rendah kebutuhan pokoknya kurang atau bahkan tidak terpenuhi dapat mengalami gangguan kesehatan akibatnya, belajar anak pun terganggu. Di sisi lain, anak yang berada dalam lingkungan miskin, jika hidup di tengah anak-anak yang kaya akan merasa minder karena merasa kekurangan. Hal ini pun akan dapat menggangu belajar anak. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan :. Terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan prestasi belajar dengan p=,4. 2. Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis sarapan pagi dengan prestasi belajar p=,3. 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan dengan prestasi belajar p=,3. SARAN. Perlu dilakukan penyuluhan akan pentingnya sarapan pagi yang dapat di pesankan kepada siswa

ISSN 2 57 Vol 2, Oktober 22 pada saat amanat upacara senen pagi. 2. UKS sebagai salah satu upaya dalam rangka meningkatkan status gizi perlu diaktifkan kembali karena sekarang UKSnya tidak aktif lagi. 3. Masih terdapat siswa berprestasi kurang untuk itu disarankan agar siswa lebih giat dalam belajar. KEPUSTAKAAN Arni pamularsih, (29) Hubungan status gizi dengan prestasi belajar Siswa di sekolah dasar negeri 2 selo kecamatan Selo kabupaten boyolali. Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta Ali Khomsan, 22. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: Penerbit PT Raja Grafindo Persada Badan Pusat Statistik (BPS), (26). Analisis Situasi Ibu dan Anak (ASIA) Kabupaten Majalengka. Depkes RI, (26). Pedoman pelayanan gizi rumah sakit. Jakarta :Departemen kesehatan. Dinkes, (2 b ). Profil dinas kesehatan kota pekanbaru : Pekanbaru. Maftukhah, (27) Hubungan kondisi sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar geografi siswa kelas VIII SMP N Randudongkal Kabupaten Pemalang. Skripsi Universitas Negeri semarang Muhilal, Prof. & Didit, D. (26). Hidup sehat (Gizi seimbang untuk anak usia sekolah dasar). PT Primamedia Pustaka : Jakarta. Soekirman, (2). Berbagai cara pendidikan gizi. Bumi Aksara : Jakarta. Sutikno S.(27). Belajar dan pembelajaran : Bandung. Triyanti, (25). Hubungan antara kebiasaan makan padi dengan Prestasi belajar pada anak sd kelas v Sekolah Dasar Negeri Citarum -2-3-4 Semarang : skripsi Universitas Negeri Semarang.