Analisis Kualitas Minyak Transformator Daya 25 KVA Berdasarkan Data Citra Kamera Termal dan Data Hasil Uji Gas Chromatograph

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Kualitas Minyak Transformator Daya 25 Kva Berdasarkan Data Citra Kamera Termal Dan Data Hasil Uji Gas Chromatograph

Monitoring Kondisi Transformator Daya Secara Online Berbasis Analisis Data Suhu, Tegangan, dan Arus pada Transformator Distribusi

BAB III PERANCANGAN ALAT

Prof. Dr. Ir. Mauridhi Hery Purnomo, M.Eng. Dr. Eng.Ardyono Priyadi, S.T, M.Eng. Boby Adi Pratama

Diah Wulandari. Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus Keputih-Sukolilo, Surabaya-60111,

ANALISIS KEGAGALAN TRANSFORMATOR BERDASARKAN HASIL PENGUJIAN DGA

Analisis Properti Fisik-Kimia Minyak Isolasi Transformator Daya Berbasis Jaring Saraf Tiruan

BAB IV HASIL DAN ANALISA

PERANCANGAN PROTOTIPE MONITORING PARAMETER PARAMETER TRANSFORMATOR DAYA SECARA ONLINE BERBASIS MIKROKONTROLER

ANALISIS DETEKSI KEADAAN MINYAK TRANSFORMATOR DENGAN METODE GAS TERLARUT MENGGUNAKAN PERALATAN DISSOLVE GAS ANALISYS ( DGA)

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Salah satu peralatan yang sangat penting pada bagian distribusi yaitu

ANALISIS KUALITAS TRANSFORMATOR DAYA 150 kv/70 kv DI GI BANARAN BERDASARKAN HASIL PENGUJIAN ISOLASI MINYAK MENGGUNAKAN METODE STOKASTIK

Lailiyana Farida

MONITORING KONDISI TRAFO DAYA SECARA ONLINE BERBASIS ANALISIS DATA TERMAL DAN SPEKTRUM ARUS PADA TRANSFORMATOR TIANG 220 VAC

ANALISIS TERJADINYA TEKANAN MENDADAK PADA ON LOAD TAP CHANGER UNIT 1 PLTU SURALAYA

PENGKAJIAN KONDISI TRANSFORMATOR BHT03 PADA RSG-GAS MENGGUNAKAN METODA DISSOLVED GAS ANALYSIS. Teguh Sulistyo

Analisis Performa Transformator GI Gandul 2 60 MVA Menggunakan Metode Indeks Kesehatan Transformator Berdasarkan Karakteristik Dissolved Gas Analysis

DIAGNOSIS KONDISI TRANSFORMATOR DAYA MENGGUNAKAN METODA INDEKS KESEHATAN

Tabel Klasifikasi Sistem Pendingin Pada Transformator Daya: Sirukulasi. Sirkulasi. Paksa. 1. AN - - Udara - 2. AF Udara

Bab IV Studi Kasus Penilaian Kondisi IBT -1 dan IBT-2 GITET Kembangan

ANALISIS HASIL PENGUJIAN MINYAK TRANSFORMATOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISSOLVED GAS ANALYSIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB III FORMULASI PENENTUAN SUSUT UMUR TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

I. PENDAHULUAN. Kata kunci-filterisasi, minyak trafo, TDCG. Gambar 1. Bagan Transformator Sumber : TRANSFORMER 2011.htm

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam tugas akhir ini ada beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN

JOB SHEET MESIN LISTRIK 2. Percobaan Paralel Trafo

Diagnosis Transformator Daya Menggunakan Metode Indeks Kesehatan Transformator

BAB III METODE PROSES PEMBUATAN

PENGARUH KEGAGALAN MINYAK TRANSFORMATOR DAYA 18.5 MVA PLTG UNIT 1 DI PT PLN (PERSERO) SEKTOR PEMBANGKITAN KERAMASAN

BAB II LANDASAN TEORI

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS KARPET INTERLOCKING PT. BASIS PANCAKARYA LAPORAN

PENGARUH HARMONISA PADA GARDU TRAFO TIANG DAYA 200 KVA DI PT PLN (Persero) APJ SURABAYA UTARA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Listrik merupakan suatu kebutuhan penting bagi manusia dalam menjalankan

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

Analisa Gas Terlarut Pada Minyak Transformator Daya 150 kv Dengan Menggunakan Metode Duval Pentagon

STUDI PENGARUH HARMONISA PADA GARDU TRAFO TIANG DAYA 200 KVA DI PT PLN (Persero) APJ SURABAYA UTARA

PENGARUH HARMONISA PADA GARDU TRAFO TIANG DAYA 200 KVA DI PT PLN (Persero) APJ SURABAYA UTARA

PENGARUH BEBAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP EFISIENSI TRANSFORMATOR TIGA FASA PADA HUBUNGAN OPEN-DELTA

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem. Jika sistem proteksi tersebut bagus, maka akan terciptanya keadaan

PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR KERING BHT02 RSG GA SIWABESSY TERHADAP ARUS NETRAL DAN RUGI-RUGI

Diah Wulandari. 1. Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng 2. IGN Satriyadi, ST,MT

BAB II LANDASAN TEORI

Studi Koordinasi Proteksi Sistem Kelistrikan di Project Pakistan Deep Water Container Port

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan tenaga listrik demikian pesatnya seiring dengan begitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

IDENTIFIKASI KUALITAS DAYA LISTRIK GEDUNG UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

Analisis Kestabilan Transien dan Mekanisme Pelepasan Beban di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit (R.U.) VI Balongan Jawa Barat

Studi Perencanaan Penggunaan Proteksi Power Bus di Sistem Kelistrikan Industri Gas

STUDI PENGARUH PEMBEBANAN TERHADAP SUSUT UMUR TRANSFORMATOR DAYA (APLIKASI PADA GARDU INDUK PEMATANGSIANTAR)

BAB I PENDAHULUAN. sistem tenaga listrik terdiri dari beberapa sub sistem, yaitu pembangkitan,

ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV

BAB I PENDAHULUAN. pendukung di dalamnya masih tetap diperlukan suplai listrik sendiri-sendiri.

Investigasi Kerusakan Transformator Distribusi 3 Fasa 630 kva PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang SKRIPSI

LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI

BAB I PENDAHULUAN. energy listrik terutama bagi kalangan industri, bisnis, pemerintah dan masyarakat umum.

BAB IV PEMBAHASAN KONSTRUKSI CORE PADA TRANSFORMATOR. DISTRIBUSI 20/0,4 kv, 315 kva. (Aplikasi Di PT Trafoindo Prima Perkasa)

BAB III METODE PENELITIAN

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

PERANCANGAN PROTOTIPE REAL TIME MONITORING BEBAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 KV BERBASIS MIKROKONTROLER

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III SISTEM KELISTRIKAN DAN PROTEKSI

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang

BAB III METODE PENELITIAN

Materi Seminar tugas akhir

III. METODE PENELITIAN. Adapun alat-alat dan bahan yang digunakan didalam penelitian ini adalah:

RANCANG BANGUN PENGAMAN MOTOR INDUKSI 3 FASA TERHADAP UNBALANCE VOLTAGE DAN OVERLOAD DENGAN SISTEM MONITORING

Gambar 1.1 Gelombang arus dan tegangan pada beban non linier

ABSTRAK. Kata kunci : Arus Transien, Ketahanan Transformator, Jenis Beban. ABSTRACT. Keywords : Transient Current, Transformer withstand, load type.

ANALISA BERBAGAI HUBUNGAN BELITAN TRANSFORMATOR 3 PHASA DALAM KEADAAN BEBAN LEBIH (APLIKASI PADA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK FT.

Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISA JENIS KEGAGALAN TRANSFORMER BERDASARKAN HASIL UJI DGA DENGAN METODE ROGER S RATIO PLTU TAMBAK LOROK

PENGUJIAN ISOLASI MINYAK TROFO TEGANGAN TINGGI TERHADAP PERUBAHAN SUHU.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III. Tinjauan Pustaka

Manajemen Pemeliharaan Transformator Tegangan Menengah Berbasis Hasil Analisis Gas Terlarut

BAB IV PENGUJIAN DAPUR BUSUR LISTRIK

PURIFIKASI MINYAK TRANSFORMATOR KAPASITAS 400 KVA

ANALISIS KONDISI TRANSFORMATOR PELEBURAN EAF 9 BERDASARKAN PENGUJIAN DGA MINYAK TRANSFORMATOR DI PABRIK BAJA SLAB 2 PT.

BAB III. Transformator

BAB II GAS INSULATED SWITCHGEAR ( GIS ) GIS yang sekarang telah menggunakan Gas SF6 ( Sulfur Hexafluoride )

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

TUGAS AKHIR ANALISA KENAIKAN COMBUSTIBLE GAS MINYAK ISOLASI TRANSFORMATOR TENAGA 150 KV GT 2.2 PLTGU BLOK 2 MUARA KARANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS HARMONIK DAN PERANCANGAN SINGLE TUNED FILTER PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP POWER STATION 4.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

STUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH

STUDI PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN PEMBEBANAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 KV PT PLN (PERSERO) CABANG PONTIANAK

Kata kunci : Hubung Singkat 3 Fasa, Kedip Tegangan, Dynamic Voltage Restorer, Simulink Matlab.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

Analisis Kestabilan Transien di PT. PUSRI Akibat Penambahan Pembangkit 35 MW dan Pabrik P2-B Menggunakan Sistem Synchronizing Bus 33 kv

Analisis Pengujian Kinerja Minyak Isolasi Pada Transformator Tenaga 70kV

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE LINE TO GROUND

BAB I PENDAHULUAN. jarang diperhatikan yaitu permasalahan harmonik. harmonik berasal dari peralatan yang mempunyai karakteristik nonlinier

ANALISIS KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRAFO 1 GI SRONDOL TERHADAP RUGI-RUGI AKIBAT ARUS NETRAL DAN SUHU TRAFO MENGGUNAKAN ETAP

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Gedung Twin Building Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilaksanakan di PT Pertamina (Persero) Refinery

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Analisis Kualitas Minyak Transformator Daya 25 KVA Berdasarkan Data Citra Kamera Termal dan Data Hasil Uji Gas Chromatograph Subkhi Abdul Aziz, Vita Lystianingrum Budiharto Putri, dan Ardyono Priyadi. Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: a_ziz@elect-eng.its.ac.id Abstrak Transformator merupakan salah satu peralatan penting yang digunakan dalam penyaluran tenaga listrik. Transformator daya berkapasitas 25 KVA berfungsi untuk menurunkan tegangan dari 20 KV menjadi 220 V yang selanjutnya dapat digunakan untuk mensuplai beban-beban listrik pada tegangan rendah 220 V. Transformator jenis ini banyak terdapat pada bagian distribusi PLN sehingga pemeriksaan kualitas minyak transformator dengan DGA jarang dilakukan karena biaya yang mahal untuk pemeriksaan tersebut. Pada tugas akhir ini penulis mencoba untuk menganalisis kondisi suhu permukaan suatu transformator dengan melakukan suatu pembebanan yang sama pada transformator, namun menggunakan minyak dengan kualitas berbeda. Pada setiap pembebanan transformator dilakukan suatu pengambilan data foto menggunakan kamera termal, sehingga didapat hasil dari data citra yang dapat menampilkan suhu dari setiap pembebanan transformator menggunakan minyak yang berbeda. Dari hasil pengujian dan analisis disimpulkan bahwa permukaan transformator yang mengalami pemanasan lebih disebabkan karena minyak transformator ini mengandung gas asetilena walaupun jumlah TDCG nya lebih kecil dibandingkan minyak transformator yang lain. Kata Kunci Dissolved Gas Analysis (DGA), Kamera Termal, Total Dissolved Combustible Gas (TDCG), dan Transformator. I. PENDAHULUAN Transformator merupakan salah satu peralatan penting yang digunakan dalam penyaluran tenaga listrik. Transformator daya berkapasitas 25 KVA dalam penelitian ini berfungsi untuk menurunkan tegangan dari 20 KV menjadi 220 V yang selanjutnya dapat digunakan untuk mensuplai beban-beban listrik pada tegangan rendah 220 V. Di dalam transformator daya terdapat minyak trafo yang berfungsi sebagai media pendingin, pemindah panas dan media isolasi dari tegangan tembus yang tinggi. Akibat pengaruh naik turunnya beban transformator maupun pengaruh suhu udara luar, maka suhu minyak akan berubah ubah mengikuti keadaan tersebut. Selain itu akibat rugi-rugi besi dan rugi-rugi tembaga pada inti besi dan kumparan-kumparan dapat menimbulkan kenaikan suhu pada transformator. Kenaikan suhu tersebut akan menimbulkan gas-gas dalam minyak transformator yang akan mempengaruhi keandalan minyak transformator sebagai media isolasi. Maka dari itu perlu adanya pemeriksaan kualitas minyak transformator agar keandalan dalam penyaluran tenaga listrik dapat terjaga. Namun untuk tes kualitas minyak trafo seperti uji gas terlarut dalam minyak (uji DGA) harganya mahal dan jika dibandingkan dengan banyaknya trafo disribusi pengeluaran biaya untuk melakukan tes DGA akan sangat mahal. Penggunaan kamera termal merupakan suatu hal baru dalam memonitoring kondisi transformator. PT. PLN APJ Mojokerto menggunakan kamera termal sebagai alat untuk memonitoring trafo dengan membaca suhu yang terlihat dari hasil foto kamera termal. jika suhu yang terbaca dianggap tinggi maka perlu diadakan suatu pemeriksaan trafo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gas terlarut dari suatu minyak trafo terhadap suhu yang terbaca dari hasil foto kamera terrmal. Pengaruh dari setiap gas-gas yang muncul juga dianalisa untuk mengetahui reaksinya terhadap suatu transformator. II. KUALITAS MINYAK TRANSFORMATOR DAN KAMERA TERMAL A. Dissolved Gas Analysis Analisis gas terlarut (DGA) adalah cara yang memungkinkan untuk melakukan diagnosis kondisi minyak transformator terutama pada transformator daya. Analisis ini memungkinkan untuk mendeteksi awal kecacatan untuk menghindari kegagalan besar yang dapat terjadi sehingga mengakibatkan kerusakan serius. DGA memiliki tiga tujuan utama, yaitu: (1) untuk memeriksa kondisi transformator agar berada dalam kondisi yang baik, (2) untuk memonitor kondisi operasi dari transformator (sampai melakukan penyelidikan), dan (3) untuk mencegah kegagalan yang dapat terjadi [1]. Gambar. 1. Grafik kemunculan gas akibat kenaikan suhu minyak trafo [2]

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 2 B. Kamera Termal Kamera termal mengukur radiasi inframerah yang dipancarkan dan menunjukkannya dalam bentuk gambaran suhu dari permukaan objek yang diukur. Seperti namanya, sebuah kamera termal tidak dapat menyimpan video terurut, tetapi hanya berupa gambar. Jadi masih merupakan kamera yang menyimpan gambar inframerah dalam warna semu pada kartu memori. Teknik pemantauan pengukuran termografi pada trafo menggunakan kamera termal adalah metode yang digunakan untuk mengukur temperatur pada beberapa bagian transformator yang menghasilkan sebuah gambar visual. Sehingga sangat berguna untuk menganalisis kondisi bagian dari transformator yang selanjutnya dapat diketahui bahwa bagian-bagian tersebut masih normal atau tidak [3]. Kamera termal yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera termal tipe Flir T250. Untuk membuka file gambar dan mengolahnya dibutuhkan aplikasi program Flir QuickReport. Gambar. 2. Skema rangkaian pengujian III. PERANCAGAN DAN METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan sebanyak 7 kali menggunakan sampel minyak trafo dengan kualitas berbeda disetiap pengujian. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perubahan suhu permukaan transfrmator akibat pemanasan yang terjadi didalam minyak transformator. Gambar. 1. Flowchart proses pelaksanaan penelitian B. Perancangan Penelitian Skema rangkaian penyusunan alat dan foto susunan alat dalam proses penelitian ini ditunjukkan pada gambar 2 dan gambar 3. Gambar. 3. Foto susunan alat dalam proses pengujian Rangkaian alat dari proses pengujian dimulai dari pembangkitan tenaga listrik oleh sebuah genset (generator berbahan bakar solar) yang menghasilkan tegangan sebesar 400/231 V. Tegangan yang dihasilkan oleh generator ini kemudian dinaikkan oleh trafo daya (step-up) menjadi tegangan sebesar 20 KV. Selanjutnya dipasang sebuah fuse cut off, voltage transformer, dan current transformer di setiap fasa nya. Tegangan 20 KV tersebut selanjutnya masuk ke dalam trafo daya (step-down) untuk diubah menjadi tegangan 220 V. Setelah tegangannya diubah menjadi 220 V sebelum digunakan untuk mensuplai beban dipasang sebuah circuit breaker untuk pengamanan. Sedangkan untuk beban yang digunakan adalah sebuah load bank berupa resistor murni dengan kapasitas beban 60 KVA. C. Spesifikasi Trafo uji Trafo yang digunakan dalam penelitian ini adalah trafo daya step down berkapasitas 25 KVA. Spesifikasi lengkap trafo djelaskan pada tabel 1. Tabel 1. Spesifikasi trafo uji Merk Bambang djaya Fasa 3 Frekuensi 50 Hz Pendinginan ONAN Tegangan Tinggi Tegangan 20.000 V Arus 0,721 A Tegangan Rendah Tegangan 400/231 V Arus 36,084 A D. Pemilihan Minyak Trafo Pemilihan minyak trafo dilakukan sebelum pengujian. Pemilihan minyak trafo yang digunakan berdasarkan warna dari minyak trafo tersebut. Setelah ditentukan minyak yang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 3 akan diuji selanjutnya dilakukan pengetesan breakdown voltage untuk mengetahui ketahanan minyak trafo terhadap tegangan tembus. Test breakdown voltage menggunakan alat Oil Breakdown Voltage Tester dilakukan di labolatorium PT. Mulyajatra. dari trafo pada jarak 2 m, 3 m, 4 m, 5 m, dan 6 m diberi tanda sebuah garis. 3 m 2 m Transformer 25 kva 2 m 4 m 3 m 5 m 4 m 6 m 5 m Gambar. 6. Skema pemasangan kamera termal 6 m Gambar. 4. Sampel minyak trafo yang diuji Data karakteristik minyak trafo yang diuji dijelaskan dalam tabel 2. Tabel 2 Sampel minyak trafo dalam pengujian No Sampel Minyak Tegangan Tembus Warna Minyak 1 Minyak trafo 2 24.1 KV Kuning bening 2 Minyak trafo 3 69.9 KV Kuning cerah 3 Minyak trafo 5 40.1 KV Kuning 4 Minyak trafo 5+ 35.4 KV Kuning keruh 5 Minyak trafo 6 23.1 KV Coklat keruh 6 Minyak trafo 6+ 16.2 KV Coklat E. Pengaturan Pembebanan pada trafo dilakukan dengan beban resistif murni 3 fasa. Beban resistif murni dalam pengujian ini adalah load bank berkapasitas 60 KVA dengan cos θ = 1. Transformator pada pengujian ini berkapasitas 25 kva, maka tidak semua beban dapat digunakan. Pada load bank terdapat panel yang dapat digunakan untuk menambah atau mengurangi beban. Gambar. 5. Panel pengatur kapasitas beban pada load bank Durasi untuk pembebanan di setiap sampel minyak dijelaskan dalam tabel 3. Tabel 3. Durasi pembebanan pada setiap sampel minyak 20% 40% 60% 80% 100% Minyak trafo 2 10 menit 10 menit 3 jam 1 jam 1 jam Minyak trafo 3 10 menit 10 menit 10 menit 10 menit 10 menit Minyak trafo 5+ 10 menit 10 menit 10 menit 10 menit 10 menit Minyak trafo 6 10 menit 10 menit 3 jam 1 jam 1 jam Minyak trafo 6+ 10 menit 10 menit 3 jam 1 jam 1 jam F. Pemasangan dan Pengambilan Data Kamera Termal Kamera termal ini dipasang dibagian depan trafo, dan sisi sudut 45 0 dari trafo. Di bagian depan trafo dan sisi sudut 45 0 Gambar. 7. Foto pemasangan kamera termal Data hasil foto kamera termal yang digunakan untuk analisa data suhu pada penelitian ini adalah data hasil foto kamera termal dengan jarak 3 meter. Pengambilan data suhu ini dilakukan setelah melakukan pembebanan pada trafo sebesar 60%, 80% dan 100% dari beban total trafo 25 KVA. G. Pengambilan Data Arus Primer dan Sekunder Trafo Pengambilan data arus dan tegangan pada penelitian ini dilakukan menggunakan sebuah alat yaitu power quality analyzer merk Hioki tipe 3196. Letak pemasangan alat ini dapat dilihat pada skema rangkaian pengujian dalam gambar 1. Pada power quality analyzer terdapat empat buah clamp sensor dan delapan buah kabel penjepit buaya. Tujuan pemasangan clamp sensor adalah untuk pembacaan arus (Ampere). Setiap fasa R, S, T dan N dipasang satu clamp sensor sehingga akan didapatkan pembacaan arus pada fasa R, S, T dan N. Sedangkan pemasangan kabel penjepit buaya bertujuan untuk pembacaan tegangan (Voltage). Cara pemasangannya adalah empat buah kabel penjepit buaya dipasang p ada konduktor kabel tiap fasa R, S, T dan N, sedangkan empat buah sisanya dipasang pada konduktor kabel fasa N. Hasil pemasangan kabel tersebut akan menunjukan pembacaan tegangan pada fasa R, S, T dan N. Kabel penjepit buaya Power Quality Analyzer (PQA) Gambar. 8. Foto pemasangan power quality analyzer Clamp sensor

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 4 Pengambilan data arus dan tegangan pada sisi primer diilakukan dengan alat multimeter digital yang dipasang seperti pada skema rangkaian pengujian dalam gambar 1. Gambar. 9. Multimeter digital untuk pengambilan data arus sisi primer Gambar. 12. Grafik arus sekunder trafo fasa S H. Pengambilan Data DGA dari Minyak yang Diuji Setiap selesei melakukan pengujian, sampel minyak diambil secukupnya untuk selanjutnya dilakukan pengujian tes dissolved gas analysis (DGA). Tes DGA ini dilakukan di PT. Fakom Hesti Labora Krida menggunakan alat Kelman Transport X. Gambar. 13. Grafik arus sekunder trafo fasa T Gambar. 10. Uji sampel minyak trafo menggunakan Kelman Transport X IV. HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS A. Pembacaan Arus Sekunder Trafo dan Pembebanan Trafo Pada penelitian ini arus sekunder trafo diambil untuk mengetahui apakah ada pengaruh kualitas minyak trafo terhadap arus sekunder trafo tepatnya arus dibagian tegangan rendah. Arus sekunder trafo tersebut selanjutnya dibandingkan dengan pembebanan trafo. Data arus sekunder trafo dan pembebanan diambil dari report hasil pembacaan power quality analyzer. Gambar 11, 12, dan 13 adalah grafik hasil pembacaan arus sekunder di fasa R, S, dan T. Sedangkan gambar 14, 15, dan 16 adalah grafik hasil pembacaan pembebanan pada fasa R, S, dan T. Gambar. 14. Grafik pembebanan pada trafo fasa R Gambar. 15. Grafik pembebanan pada trafo fasa S Gambar. 11. Grafik arus sekunder trafo fasa R

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 5 Gambar. 16. Grafik pembebanan pada trafo fasa T B. Analisis Hasil Pembacaan Data Arus Sekunder dan Pembebanan Trafo Pada Tiap Fasa Grafik hasil pembacaan arus sekunder dan pembebanan pada trafo di tiap fasa terlihat mirip. Jika dihitung persentase perubahan kenaikan arus dan pembebanan di tiap fasa lalu diambil selisih dari hasil nilai keduanya akan didapatkan: Tabel 4 Persentase selisih arus sekunder dan pembebanan di fasa R Sampel Minyak 20%-40% 40%-60% 60%-80% 80%-100% minyak trafo 2 2.24% 0.26% 0.60% 0.43% minyak trafo 3 2.59% 0.36% 1.68% 1.51% minyak trafo 5 4.59% 1.66% 1.89% 1.83% minyak trafo 5+ 1.50% 0.78% 0.33% 0.65% minyak trafo 6 0.24% 0.46% 3.64% 2.16% minyak trafo 6+ 0.23% 0.66% 0.64% -0.11% Tabel 5 Persentase selisih arus sekunder dan pembebanan di fasa S Sampel Minyak 20%-40% 40%-60% 60%-80% 80%-100% minyak trafo 2 1.35% 0.26% 0.58% 0.48% minyak trafo 3 4.56% 0.53% 0.78% 1.41% minyak trafo 5 9.96% 1.88% 2.35% 1.71% minyak trafo 5+ 2.55% 1.03% 0.22% 0.53% minyak trafo 6 1.04% 0.08% 0.83% 0.63% minyak trafo 6+ 0.82% 0.71% 0.32% 0.41% Tabel 6 Persentase selisih arus sekunder dan pembebanan di fasa T Sampel Minyak 20%-40% 40%-60% 60%-80% 80%-100% minyak trafo 2 4.16% 1.85% 1.97% 0.34% minyak trafo 3 3.32% -0.29% 1.41% 1.63% minyak trafo 5 3.90% 2.10% 1.66% 1.66% minyak trafo 5+ 1.74% 1.76% -0.02% 0.61% minyak trafo 6 0.47% 0.22% 4.25% 5.56% minyak trafo 6+ 2.75% 0.65% 0.52% 0.23% Dari hasil perhitungan persentase selisih antara arus sekunder dan pembebanan di tiap fasa didapatkan hasil: a) Pada fasa R selisih terkecil adalah -0.11% dan selisih terbesar 4.59% b) Pada fasa S selisih terkecil adalah 0.22% dan selisih terbesar 9.96% c) Pada fasa T selisih terkecil adalah -0.29% dan selisih terbesar 5.56% Berdasarkan rumus S = V x I Dimana: S = daya kompleks (VA) V = tegangan (V) I = arus (A) Dari rumus tersebut kenaikan arus sebanding dengan kenaikan daya, namun dari hasil perhitungan terdapat selisih antara kenaikan arus sekunder dan pembebanan trafo, dimana kenaikan arus lebih besar daripada kenaikan beban trafo selain itu juga terdapat nilai kenaikan beban lebih besar daripada kenaikan arus. Hasil tersebut terjadi karena adanya perubahan frekuensi. Saat frekuensi turun maka tegangan turun yang menyebabkan nilai kenaikan arus lebih besar daripada kenaikan bebannya. Begitu pula sebaliknya saat frekuensi dinaikkan kenaikan beban lebih besar daripada arusnya. Dari hasil perhitungan selisih persentase kenaikan arus sekunder dan beban trafo diketahui bahwa besaran arus sekunder mengikuti kenaikan beban trafo. Jadi perbedaan penggunaan minyak trafo tidak mempengaruhi besaran arus yang mengalir pada sisi sekunder trafo. C. Hasil Tes Uji DGA Pada Sampel Minyak Trafo Setiap selesei melakukan pengujian sampel minyak trafo diambil untuk dilakukan tes DGA. Tabel 7 Hasil uji DGA pada sampel minyak trafo Sampel minyak TDCG Status Gas dengan jumlah abnormal Minyak trafo 2 335 ppm Kondisi 1 CH 4, C 2H 6, dan CO 2 Minyak trafo 3 8623 ppm Kondisi 4 H 2, CH 4 dan C 2H 6 Minyak trafo 5 267 ppm Kondisi 1 C 2H 6 dan CO 2 Minyak trafo 5+ 258 ppm Kondisi 1 C 2H 6 dan CO 2 Minyak trafo 6 1231 ppm Kondisi 2 C 2H 6, C 2H 4 dan C 2H 2 Minyak trafo 6+ 176 ppm Kondisi 1 C 2H 2 Dari hasil perhitungan menggunakan metode doernenburg dan roger rasio rasio serta hasil perbandingan kemunculan gas pada metode gas kunci dapat ditentukan bahwa kemunculan gas-gas abnormal disetiap minyak disebabkan: Pada minyak trafo 2 Gas CH 4, C 2 H 6, dan CO 2 diakibatkan oleh pemanasan minyak dan terjadi partial discharge dengan intensitas rendah. Pada minyak trafo 3 Gas H 2, CH 4 dan C 2 H 6 diakibatkan oleh pemanasan minyak dan terjadi partial discharge dengan intensitas rendah. Pada minyak trafo 5 Gas C 2 H 6 dan CO 2 diakibatkan oleh pemanasan minyak dan terjadi partial discharge dengan intensitas rendah. Pada minyak trafo 5+ Gas C 2 H 6 dan CO 2 diakibatkan oleh pemanasan minyak dan terjadi partial discharge dengan intensitas rendah. Pada minyak trafo 6+ Gas C 2 H 2 diakibatkan oleh terjadinya pemanasan dan busur api (partial discharge intensitas tinggi) pada minyak. Pada minyak trafo 6 Gas C 2 H 6, C 2 H 4 dan C 2 H 2 diakibatkan terjadi pemanasan dan busur api (partial discharge intensitas tinggi) pada minyak. D. Hasil Pembacaan Suhu Kamera Termal Pembacaan data suhu hasil pencitraan dari kamera termal dilakukan menggunakan software flir report. Data suhu yang diambil adalah suhu rata-rata dari permukaan trafo yang difoto dari jarak 3 meter.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 6 Gambar. 17. Hasil foto kamera termal dan pemgukuran suhu rata-rata Data suhu permukaan trafo pada tabel 8 merupakan hasil pembebanan 60% kapasitas trafo selama 3 jam, 80% kapasitas trafo selama 1 jam, dan 100% kapasitas trafo selama 1 jam. Tabel 8 Suhu permukaan trafo difoto jarak 3 meter Sampel Minyak 60% Beban Trafo 80% Beban Trafo 100% Beban Trafo Minyak trafo 2 34.8 0 C 35.6 0 C 36.4 0 C Minyak trafo 6+ 34.9 0 C 36.3 0 C 37.2 0 C Minyak trafo 6 35.8 0 C 36.9 0 C 37.7 0 C Pada saat pengujian menggunakan minyak trafo 3 dan minyak trafo 5+ dilakukan pembebanan setiap 10 menit pada 20%, 40%, 60%, 80% dan 100% kapasitas trafo. Data suhu yang terbaca ditampilkan pada tabel 9. Tabel 9 Suhu permukaan trafo difoto jarak 3 meter 20% 40% 80% 100% Sampel Minyak Minyak trafo 3 34.2 0 C 34.3 0 C 34.5 0 C 34.7 0 C Minyak trafo 5+ 33.4 0 C 33.6 0 C 33.9 0 C 34.2 0 C E. Analisis Hasil Pembacaan Suhu Permukaan Trafo Dari tabel 8 diketahui bahwa suhu permukaan trafo pada minyak trafo 6+ lebih panas dari minyak trafo 2. Perbedaan 0.7 0 C pada saat 80% pembebanan kapasitas trafo dan 0.8 0 C pada saat 100% pembebanan kapasitas trafo. Namun dari metode TDCG, jumlah gas yang mudah terbakar pada minyak trafo 6+ sebanyak 176 ppm dan pada minyak trafo 2 sebanyak 335 ppm. Jumlah gas yang mudah terbakar pada minyak trafo 2 lebih banyak dari minyak trafo 6+. Jik dilihat dari gas-gas yang muncul pada setiap minyak, maka diketahui minyak trafo 6+ mengandung gas asetilena diluar batas normal. Sedangkan minyak trafo 2 gas yang jumlahnya diluar batas normal adalah metana, etana dan karbon dioksida. Namun gas karbon dioksida bukan termasuk kedalam kelompok gas yang mudah terbakar. Minyak trafo 6 juga mengandung gas asetilena, namun jumlahnya lebih banyak daripada minyak trafo 6+. Jadi dari tabel 8 dapat disimpulkan bahwa pemanasan lebih pada minyak trafo 6+ terjadi karena mengandung gas asetilena walaupun total jumlah gas mudah terbakarnya lebih sedikit dari minyak trafo 2. Minyak yang mengandung gas asetilena lebih banyak akan mengalami pemanasan lebih tinggi seperti pada minyak trafo 6. Sedangkan pada tabel 9 diketahui bahwa suhu permukaan trafo pada minyak trafo 3 lebih panas dari minyak trafo 5+. Perbedaan 0.8 0 C pada saat 20% pembebanan kapasitas trafo, 0.7 0 C saat pembebanan 40% kapasitas trafo, 0.6 0 C saat 80% pembebanan kapasitas trafo dan 0.5 0 C saat pembebanan 100% kapasitas trafo. Dari data pengujian tes DGA dengan metode TDCG dapat diketahui jumlah gas yang mudah terbakar pada minyak trafo 3 s ebanyak 8623 ppm, sedangkan pada minyak trafo 5+ sebanyak 258 ppm. Jika dilihat dari gas-gas yang muncul pada setiap minyak terdapat jenis gas sama yang melebihi batas normal yaitu etana. Namun pada minyak trafo 3 jumlah gas etana jauh lebih banyak dibandingkan pada minyak trafo 5+. Pada minyak trafo 3 terdapat gas etana sebanyak 1761 ppm sedangkan pada minyak trafo 5+ hanya 71 ppm. Selain itu pada minyak trafo 3 terdapat gas metana dan hidrogen yang melebihi batas normal. Pada minyak trafo 5+ gas lain yang melebihi batas normal adalah karbon dioksida. Jadi dari tabel 9 dapat disimpulkan bahwa pemanasan lebih pada minyak trafo 3 disebabkan oleh kemunculan gas etana, metana dan hidrogen yang jauh melebihi batas normal. V. KESIMPULAN Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa nilai TDCG yang kecil dan status kualitas minyak trafo yang masuk kondisi 1 belum tentu minyak tersebut masih bagus, seperti pada minyak trafo 6+ dalam penelitian ini. Gas-gas yang jumlahnya melampui batas normal harus dilihat dan dianailis supaya diketahui penyebab kemunculan gas yang melebihi batas normal. Pemanasan lebih berdasarkan suhu yang terbaca dari hasil kamera termal pada penelitian ini disebabkan oleh kemunculan gas-gas tertentu yang melebihi batas normal yaitu: asetilena, etilena, etana, dan metana. Saran yang dapat diberikan untuk pengembangan penelitian monitoring transformator yaitu proses pengambilan data suhu permukaan trafo dengan kamera termal dan data kualitas minyak berdasarkan tes DGA dilakukan pada trafo yang masih bekerja untuk mensuplai daya pada jaringan distribusi selain itu transformator yang dijadikan pengujian dapat divariasikan dengan tipe yang berbeda. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT. PLN APJ Mojokerto, PT. Mulya jatra, dan PT. Fakom Hesti Labora Krida yang telah membantu dalam memfasilitasi pengambilan data pada penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA [1] IEEE, IEEE Guide for the Interpretation of Gases Generated in Oil- Immersed Transformers, IEEE Standard C57-104TM-2008, Sep. 2008. [2] Tang, W.H. and Wu, Q.H., Condition Monitoring and Assessment of Power Transformers Using Computational Intelligence, Springer, London, Ch. 6, 2011. [3] N.Y. Utami, Y. Tamsir, A. Pharmatrisanti, H. Gumilang, B. Cahyono, R. Siregar, Evaluation Condition of Transformer Based on Infrared Thermography Results, Proc. of the 9th International Conference on Properties and Applications of Dielectric Materials, Harbin, China, July 19-23, 2009.