BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Yagi Sofiagy, FE UI, 2010.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data).

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada daerah masing-masing.

I. PENDAHULUAN. dalam mengelola potensi sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Reformasi yang dimulai pada awal tahun 1998 di Indonesia adalah salah

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies)

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sejak otonomi daerah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dipecahkan terutama melalui mekanisme efek rembesan ke bawah (trickle down

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam perkembangannya seringkali terjadi adalah ketimpangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah umumnya mempunyai masalah di dalam proses. pembangunannya, masalah yang paling sering muncul di dalam wilayah

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pembangunan di Indonesia diarahkan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut. Sehubungan dengan arah pembangunan nasional, maka pada

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pembangunan di bidang ekonomi ini sangat penting karena dengan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan umum yang sering dihadapi oleh negara-negara sedang

I. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari

BAB I PENDUHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi menjadi tujuan dari semua negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan lapangan kerja dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. nasional dan internasional dengan pemerataan dan pertumbuhan yang diinginkan

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. provinsi. Dalam provinsi itu dikembangkan kembali dalam kabupaten kota,

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara. Pemerintah Pusat dan Daerah yang menyebabkan perubahan mendasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

I. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi yang efektif berlaku sejak tahun 2001

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah suatu negara yang mempunyai latar belakang perbedaan antar

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Tingkat Kesenjangan Pendapatan dan Trend Ketimpangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan Hasil Kajian Penyusunan Model Perencanaan Lintas Wilayah dan Lintas Sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses yang terintgrasi dan komprehensif

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

I. PENDAHULUAN. bidang nasional dan ekonomi. Di mana dalam suatu proses perubahan tersebut haruslah

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

mencerminkan tantangan sekaligus kesempatan. Meningkatnya persaingan antar negara tidak hanya berdampak pada perekonomian negara secara keseluruhan,

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan proses multidimensial

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

BAB I PENDAHULUAN. mengelola pemerintahannya berdasarkan local diskresi yang dimiliki, sehingga

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan di daerah bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB III METODE PENELITIAN. kabupaten induknya yaitu Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi ke

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan, meratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi antar daerah dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor tersier. Salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi adalah meratakan pembagian pendapatan masyarakat, bila hal tersebut tidak tercapai maka akan terjadi disparitas pembangunan. Disparitas pembangunan tersebut apabila dibiarkan terus menerus akan menimbulkan berbagai dampak negatif, diantaranya keengganan masyarakat untuk mengikuti kebijakan pemerintah daerah, tingkat pembayaran pajak yang relatif rendah sampai pada keinginan untuk memisahkan diri. Todaro (2006:248) menyebutkan bahwa disparitas pendapatan dapat menyebabkan tiga hal diantaranya yaitu: 1. Inefisiensi ekonomi, pada tingkat pendapatan rata-rata berapapun, ketimpangan pendapatan yang semakin tinggi akan menyebabkan semakin kecilnya bagian populasi yang memenuhi syarat untuk mendapatkan pinjaman atau sumber kredit yang lain. Ketika individu yang berpenghasilan rendah tidak dapat meminjam uang, pada umumnya mereka tidak dapat menyediakan pendidikan yang memadai bagi anak mereka ataupun memulai dan mengembangkan bisnis. 2. Melemahkan stabilitas sosial dan solidaritas, lebih celaka lagi, ketimpangan yang tinggi justru memperkuat kekuatan politis golongan kaya di samping kekuatan tawar menawar ekonomi mereka, biasanya kekuatan ini akan digunakan untuk mengarahkan berbagai hasil pembangunan demi kepentingan mereka sendiri. Dengan ketimpangan yang tinggi, fokus politik sering cenderung kepada redistribusi kue ekonomi yang ada dan bukan memperbesar kue -nya. 1

2 3. Ketimpangan yang ekstrem pada umumnya dipandang tidak adil. Ketimpangan yang terjadi di daerah dapat disebabkan oleh pola pendekatan perencanaan yang lebih berorientasi pada top down planning dengan ego sektoral yang tidak didasari pada kondisi, potensi, peluang dan permasalahan yang dimiliki daerah masing-masing. Daerah yang kaya biasanya memiliki potensi yang dimanfaatkan dengan baik misalnya kawasan industri, tenaga kerja yang terampil, ataupun lalu lintas perdagangan. Sedang daerah yang miskin adalah daerah yang memiliki potensi tapi belum dimanfaatkan dengan baik atau tidak memiliki potensi kekayaan, kualitas sumber daya tertentu. Terjadinya disparitas pendapatan antar daerah juga disebabkan oleh adanya keterbatasan sarana dan prasarana (infrastruktur) seperti transportasi darat, laut,udara dan telekomunikasi serta tersedianya tenaga listrik yang sangat berpengaruh terhadap aspek yang mendorong pertumbuhan ekonomi. Terbatasnya sarana pendidikan maupun tenaga pendidikan yang profesional dan berkualitas juga mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia (Gita, 2005) Provinsi Jawa Barat sebagai bagian internal dari perekonomian nasional dan yang berbatasan langsung dengan ibukota negara, Provinsi DKI Jakarta berdasarkan data tahun 2008 mempunyai luas sebesar 3.710.061,132 hektar dengan garis pantai sepanjang 755,829 km dan jumlah penduduk sebesar 42,19 juta jiwa. Kondisi geografis Jawa Barat yang strategis ini merupakan keuntungan bagi Provinsi Jawa Barat terutama dari segi komunikasi dan perhubungan sehingga Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu wilayah provinsi termaju di Indonesia. Pembangunan Provinsi Jawa Barat terus menunjukan kemajuan yang pesat dan dinamis, dimana terlihat dari tumbuhnya pusat-pusat perdagangan yang ditopang oleh perkembangan sektor industri kecil dan menengah yang meretas jalan menjadi sektor andalan. Kemajuan ekonomi Provinsi Jawa Barat memberikan keyakinan akan berdampak positif bagi peningkatan masyarakat. Disamping itu, tumbuhnya kesadaran dan kesungguhan pemerintah untuk lebih mensejahterakan rakyat, dengan mengalokasikan

3 anggaran belanja publik yang lebih berpihak pada rakyat, utamanya di bidang pendidikan dan kesehatan. Menumbuhkan keyakinan bahwa tujuan utama pembangunan manusia di Provinsi Jawa Barat, yaitu terciptanya manusia yang unggul (sehat, pintar dan berpenghasilan baik) akan dapat diraih dengan mudah. Namun kemajuan ekonomi tersebut ternyata belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Provinsi Jawa Barat secara keseluruhan, karena pada kenyataannya masih terdapat perbedaan pembangunan ekonomi diantara kabupaten/kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Salah satu penyebab perbedaan pembangunan ekonomi tersebut adalah adanya perbedaan ketersediaan unsur penunjang (sarana dan prasarana) pembangunan manusia juga perbedaan alokasi investasi dimana daerah yang berada di dekat ibu kota negara, DKI Jakarta dan pusat pemerintahan mempunyai unsur penunjang pembangunan manusia dan alokasi investasi yang cukup tinggi, sedangkan daerah yang berada di wilayah selatan dan yang berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah ketersediaan unsur penunjang pembangunan manusia masih rendah, begitu juga alokasi investasinya (Grafik 1.1). Sumber : data diolah Grafik 1.1. Distribusi PDRB per kapita ADHK 2000, Sarana Pendidikan, Sarana Kesehatan dan Alokasi Investasi Beberapa Kab/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2008

4 Tabel 1.1. Distribusi PDRB per kapita ADHK 2000, Sarana Pendidikan, Sarana Kesehatan dan Alokasi Investasi Beberapa Kab/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 Kab/Kota PDRB per kapita (10 ribu) Sapdik (unit) Sapkes (unit) Investasi (milyar) Kab. Bekasi 2.097,86 794 794 4.927,27 Kab. Bogor 635,11 1.148 217 1.758,97 Kota Bandung 1.169,08 766 84 4.637,18 Kota Tasikmalaya 394,19 265 48 199,69 Kab. Kuningan 349,29 689 142 52,03 Kota Banjar 401,19 89 19 27,76 Sumber: : Data diolah Berkenaan dengan hal tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyadari bahwa disparitas pendapatan antar kabupaten/kota merupakan salah satu masalah yang harus sesegera mungkin ditangani. Namun dengan keterbatasan sumber daya yang ada tidak mungkin untuk membangun semua wilayah secara keseluruhan, untuk itu diperlukan suatu kebijakan prioritas pengembangan daerah perbatasan yang masih sangat tertinggal. Salah satu langkah awal untuk mengetahui disparitas pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat adalah dengan membuat suatu analisis disparitas pendapatan yang dilanjutkan dengan menganalisis faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi disparitas pendapatan tersebut. 1.2. Perumusan Masalah Pembangunan daerah pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakatnya dalam jangka panjang, namun peningkatan pendapatan tersebut harus diiringi dengan pemerataan pendapatan di daerah tersebut. Ketidakmerataan pendapatan berdampak pada munculnya permasalahan diantaranya keengganan masyarakat untuk mengikuti kebijakan pemerintah daerah sampai pada keinginan untuk memisahkan diri dari daerah tersebut. Hal itu juga dialami oleh Provinsi Jawa Barat, adanya

5 disparitas pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat dianggap sebagai issue strategis yang harus segera diantisipasi. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan garis besar permasalahan yang terjadi di Provinsi Jawa Barat, yaitu: 1. Seberapa besar tingkat disparitas (degree of disparity) pendapatan di Provinsi Jawa Barat dan kecenderungannya? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi disparitas pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis tingkat disparitas pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat serta kecenderungannya. 2. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi disparitas pendapatan di Provinsi Jawa Barat. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Dengan mengetahui tingkat disparitas pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat maka Pemerintah Provinsi Jawa Barat dapat menyusun kebijakan perencanaan pembangunan dalam rangka mengurangi disparitas pendapatan di wilayah Provinsi Jawa Barat. 2. Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi disparitas pendapatan dapat digunakan sebagai pedoman untuk membuat prioritas kebijakan perencanaan pembangunan dalam rangka mengurangi disparitas pendapatan di wilayah Provinsi Jawa Barat. 1.5. Perumusan Hipotesis Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut: 1. Diduga tingkat disparitas (degree of disparity) pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2002-2008 sangat tinggi namun cenderung menurun.

6 2. Diduga faktor sarana prasarana pendidikan dasar, rasio guru terhadap murid sekolah dasar, panjang jalan (jalur transportasi), sarana prasarana kesehatan, jumlah dokter, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, dan jumlah investasi berpengaruh negatif terhadap disparitas pendapatan di Provinsi Jawa Barat. 1.6. Ruang Lingkup Penelitian ini dibatasi pada perhitungan tingkat disparitas pendapatan antar kabupaten/kota dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di Provinsi Jawa Barat dalam jangka waktu 6 (enam) tahun mulai dari Tahun 2003 sampai dengan Tahun 2008. Periode pengambilan data tersebut seiring dengan diterapkannya sistem otonomi daerah dan desentralisasi di Indonesia, dan di Provinsi Jawa Barat pada khususnya.

7 1.7. Kerangka Pikir Pemecahan Masalah Latar Belakang FAKTA Ketimpangan pembangunan di Provinsi Jawa Barat semakin kentara terutama antara pusat kota dan daerah perbatasan HARAPAN Terjadi pemerataan pembangunan antar kab/kota terutama antara pusat kota dan daerah perbatasan FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT Tujuan a) Menganalisa tingkat disparitas pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat serta kecenderungannya. b) Menganalisa faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi disparitas pendapatan di Provinsi Jawa Barat. Hipotesis a) Diduga tingkat disparitas (degree of disparity) pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2002-2008 sangat tinggi namun cenderung menurun. b) Diduga faktor sarana prasarana pendidikan dasar, rasio guru terhadap murid sekolah dasar, jumlah jalan (jalur transportasi), sarana prasarana kesehatan, jumlah dokter, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), dan jumlah investasi berpengaruh negatif terhadap disparitas pendapatan di Provinsi Jawa Barat Pengujian Hipotesis Analisis Weighted Coefficient Variation (CV w )/Indeks Williamson (I w ). Nilai indeks berkisar antara nol dan satu, semakin mendekati nol maka disparitas pendapatan semakin rendah begitu berlaku sebaliknya. Analisis dilanjutkan dengan analisis Tipologi Klaasen untuk melihat kemajuan kabupaten/kota Penghitungan Indeks Williamson Analisis Regresi Data Panel Variabel Dependent : PDRB per kapita ADHK Variabel Independent : jumlah sarana prasarana pendidikan dasar, rasio guru terhadap murid sekolah dasar, panjang jalan (jalur transportasi), sarana prasarana kesehatan, jumlah dokter, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), dan jumlah investasi Hasil Penelitian dan Pembahasan Uji kriteria ekonomi, kriteria statistik dan ekonometrika dengan software E-viems Rekomendasi Kebijakan

8 1.8. Sistematika penulisan Penulisan penelitian ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan Memaparkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis, kerangka pikir pemecahan masalah serta ruang lingkup dan batasan. Bab II : Tinjauan Literatur Kajian literatur tentang pertumbuhan ekonomi, disparitas pendapatan, ekonomi regional serta faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya ketimpangan wilayah. Dalam bab ini juga dipaparkan tentang gambaran perekonomian di wilayah penelitian. Bab III : Metode Penelitian Memaparkan tentang metodologi yang digunakan dalam penelitian. Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan Berisi tentang analisis atau pembahasan terhadap hasil penelitian. Selain itu, pada bab ini memaparkan sumbangan pemikiran dan penilaian dari pengamatan dan analisis data. Bab V : Kesimpulan Berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Selain itu, akan diberikan juga rekomendasi kebijakan terhadap hal-hal yang menjadi masalah.