KARAKTERISTIK DAN ANALISIS DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PASIEN PENDERITA TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang terbaru (2010), masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Nitari Rahmi 1, Irvan Medison 2, Ifdelia Suryadi 3

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (World

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB

I. PENDAHULUAN. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium tuberculosis masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER : Triswaty Winata, dr., M.Kes.

PENGARUH KONSELING TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN PENDERITA TBC PARU PADA TERAPI OBAT DI KECAMATAN PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

Panduan OAT yang digunakan di Indonesia adalah:

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DEWASA DI INSTALASI RAWAT JALAN BALAI BESAR KESEHATAN PARU X TAHUN 2011

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

2016 GAMBARAN MOTIVASI KLIEN TB PARU DALAM MINUM OBAT ANTI TUBERCULOSIS DI POLIKLINIK PARU RUMAH SAKIT DUSTIRA KOTA CIMAHI

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

ABSTRAK PREVALENSI TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU ROTINSULU BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2007

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Oleh banyak

Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Andalas Kota Padang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. komplikasi berbahaya hingga kematian (Depkes, 2015). milyar orang di dunia telah terinfeksi bakteri M. tuberculosis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS DAN KEPATUHAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI RS X NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS DAN KEPATUHAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi TB Paru di Indonesia dan negara negara sedang berkembang lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERCULOSIS MULTI DRUG RESISTANCE DI KOTA SURABAYA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi

PRATIWI ARI HENDRAWATI J

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) paru yaitu salah satu penyakit menular yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MULTIDRUG-RESISTANT TUBERCULOSIS DI RUMAH SAKIT PARU DR.H.A.ROTINSULU, BANDUNG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan. masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) PADA PASIEN ANAK TB PARU RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT HAJI MEDAN PERIODE JANUARI - JUNI 2012

KAJIAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

INTISARI. Ari Aulia Rahman 1 ; Yugo Susanto 2 ; Rachmawati 3

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh (Mycobacterium tuberculosis). Penyakit ini juga dapat

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PRAKATA... DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

PENGARUH KOINSIDENSI DIABETES MELITUS TERHADAP LAMA PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENGGUNAAN OBAT GLIBENKLAMID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang yakni

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner ini diuji validitas dan

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

Artikel Penelitian. thedots strategysince 1995.Based on the annual report of Padang City Health Department in 2011, the treatment. Abstrak.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdapat di negara-negara berkembang dan 75% penderita TB Paru adalah

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

Abstrak. Dicky Sanjaya, 2009.Pembimbing I: Evi Yuniawati, dr., MKM Pembimbing II: Dani, dr., MKes

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN KESEMBUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU BTA POSITIF DI PUSKESMAS DELANGGU KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDHULUAN. dalam meningkatkan kepatuhan pengobatan yaitu dengan mengawasi dan

I. Identitas Informan Nama : Umur : Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan Pendidikan Terakhir : Tanggal Wawancara :

BAB I PENDAHULUAN. bakteri mycrobacterium tuberculosis. 1 Bakteri tersebut menyerang bagian

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT KLATEN TAHUN 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional,

Transkripsi:

KARAKTERISTIK DAN ANALISIS DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PASIEN PENDERITA TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR Nurul Fauziah, Islamudin Ahmad, Arsyik Ibrahim Labotarium Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian FARMAKA TROPIS Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur email: n.ziah1212@yahoo.com ABSTRACT A study concerning the characteristics and Analysis of Drug Related Problems (DRPs) Patients with Tuberculosis Patients in Public Health Center (PHC) Temindung, Samarinda in East Kalimantan. The study was conducted using a prospective approach to the study of data sources in the form of primary data and secondary data. The primary data source is data from interviews with patients and through the provision of questionnaires and secondary data in this research is a Tuberculosis patient medical record data. Data collection was performed by analyzing the accuracy of the DRPs categories of accuracy of drugs, side effects and patient non-compliance. As well as the data recorded in the form of research support patient characteristics are age, sex, and education. Data were analyzed descriptively. Data obtained from patients with male gender 63.6% and women 36.4. Patient with age <15 years 4.5%, aged between 15-5 years and 68.2% aged> 5 years 27.3%. Based on the patient's level of education, no school 9.1%, graduated from elementary school22.7%, graduated from high school18.2%, graduated from high school4.1%, scholar 9.1%. Incidence of DRPs on drugs interactions 57%. Tuberculosis patient compliance rate of 81.8% in PHC Temindung adherent patients and 18.2% of patients do not comply Keywords: Tuberculosis, Drug Related Problems (DRPs) drugs interactions and patient compliance ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang Karakteristik dan Analisis Drug Related Problems(DRPs) Pasien Penderita Tuberkulosis di Puskesmas Temindung, Samarinda Kalimantan Timur. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan prospektif dengan sumber data penelitian berupa data primer dan data sekunder. Sumber data primer adalah data hasil wawancara dengan pasien dan melalui pemberian kuisioner sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah data rekam medik pasien Tuberkulosis. Pengumpulan data dilakukan dengan menganalisis DRPs kategori interaksi obat dan ketidakpatuhan pasien. Serta dicatat data pendukung penelitian berupa karakteristik pasien yaitu usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan.data dianalisis secara deskriptif.dari data yang diperoleh pasien dengan jenis kelamin laki-laki 63,6% danperempuan 36,4%.Pasien yang berusia < 15 tahun 4,5%, usia antara 15-5 tahun 68,2% dan usia > 5 tahun 27,3%. Berdasarkan tingkat pendidikan pasien, tidak sekolah 9,1%,lulus SD 22,7%,lulus SMP 18,2%,lulus SMA 4,1%, sarjana 9,1%. Kejadian DRPs mengenai interaksi obat 5%.Tingkat kepatuhan pasien Tuberkulosis di Puskesmas Temindung 81,8% pasien patuh dan 18,2% pasien tidak patuh. Kata kunci: Tuberkulosis, Drug Related Problems (DRPs), Interaksi Obat, Kepatuhan pasien. 252

PENDAHULUAN Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosis, yang sebagian besar (8%) menyerang paru-paru.umumnya Mycobacterium Tuberkulosis menyerang paru dan sebagian kecil organ tubuh lain(depkes, 5). Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan baik di Indonesia maupun di dunia serta muncul ke permukaan sebagai penyebab utama kematian.saat ini TB telah menjadi ancaman global.penyakit ini banyak menyerang golongan umur produktif antara 15 5 tahun. Peningkatan jumlah penderita TB disebabkan oleh berbagai faktor, yakni kurangnya tingkat kepatuhan penderita untuk berobat dan meminum obat, timbulnya resistensi ganda, kurangnya daya tahan hospesterhadap mikobakteria, berkurangnya daya bakterisid obat yang ada, meningkatnya kasus HIV/AIDS dan krisis ekonomi. Meskipun berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah, namun tanpa peran serta masyarakat tentunya tidak akan dicapai hasil yang optimal karena TB tidak hanya masalah kesehatan namun juga merupakan masalah sosial. Keberhasilan penanggulangan TB sangat bergantung pada tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat (DepKes RI, 5). Walaupun di Indonesia telah banyak kemajuan yang diperoleh, yakni pencapaian penemuan kasus baru 51,6 % dari target global 7 % dibandingkan pencapaian % pada tahun 2 dan 37 % pada tahun 3, juga penyediaan obat-obat anti TB yang dijamin oleh pemerintah untuk sarana pelayanan kesehatan pemerintah mencukupi kebutuhan prakiraan kasus di seluruh Indonesia, TB tetap belum dapat diberantas, bahkan diperkirakan jumlahpenderita TB terus meningkat. Di kota Samarinda kasus penyakit Tuberkulosis pada tahun 12 mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan angka konversi yaitu angka yang mengukur jumlah pasien TB yang menjadi negatif pada pengobatan fase intensif (atau pada bulan kedua pengobatan) di Samarinda pada tahun 12 mencapai 3 kasus dari jumlah total 49 kasus. Ini artinya angka konversi di samarinda tahun 12 hanya mencapai 78%, dan masih di bawah target nasional sebesar 8%.Angka keberhasilan pengobatan tahun 12 diukur berdasarkan data pasien yang ditemukan pada tahun 11 dan dilaporkan hasil akhir pengobatannya sebagai kasus sembuh dan pengobatan lengkap. Dari jumlah pasien TB BTA positif yang ditemukan dan diobati pada tahun 11 sebesar 49 kasus, yang berhasil disembuhkan dan mendapatkan pengobatan lengkap sebesar 84% atau 37 kasus. Angka ini juga masih belum mencapai target nasional>85%. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat penelitian adalah kuisioner dan bahan penelitian merupakan rekam medis pasien. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien penderita TB yang menjalani pengobatan di Puskesmas Temindung Samarinda pada periode Maret-April 14. Serta pasien yang masuk dalam kriteria inklusi yaitu pasien yang rutin menjalani pengobatan, memilki data rekam medis yang lengkap serta bersedia menjadi sampel penelitian, dan kriteria eksklusi merupakan pasien yang baru menjalani pengobatan kurang dari satu bulan. 253

Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan prospektif dengan sumber data penelitian berupa data primer dan data sekunder. Sumber data primer adalah data hasil wawancara dengan pasien dan melalui pemberian kuisioner sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah data rekam medik pasien Tuberkulosis. Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat data berupa karakteristik pasien yaitu usia, jenis kelamin, dan tingkatpendidikan, sertadianalisis kejadian DRPs kategori interaksi obat dan kepatuhan pasien. Kepatuhan pasien dilihat dari hasil kuisioner, dimana parameternya berdasarkan ketepatan pasien minum obat, sedangkan interaksi obat ditinjau dari potensi interaksi secara teoritis antara OAT (Obat Antituberkulosis) dengan obat lain yang dikonsumsi pasien tuberkulosis. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pasien Tuberkulosis di Puskesmas Temindung Samarinda Penelitian ini meliputi 22 subyek yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Pengambilan sampel dilakukan dengan kriteria inklusi dan merupakan pasien yang masih menjalani perawatan pada periode Maret-April 14.Data mengenai karakteristik penderita TB berdasarkan jenis kelamin terdapat pada Gambar 1, karakteristik pasien berdasarkan usia dapat dilihat pada Gambar 2 dan karakteristik pasien berdasarkan tingkat pendidikan terakhir dapat dilihat pada Gambar 3. Pesrsentase (%) 8 6 4 63.6 laki-laki 36.4 perempuan Jenis Kelamin Gambar 1 Distribusi Pasien Tuberkulosis berdasarkan Jenis Kelamin Persentase (%) 8 7 6 5 4 3 1 68.2 27.3 4.5 <15 15-5 >5 Usia Pasien (tahun) Gambar 2 Distribusi Pasien Tuberkulosis berdasarkan Usia 254

5 Persentase (%) 4 3 1 4.3 22.9 18.4 9.2 9.2 tidak sekolah SD SMP SMA D3/S1 Tingkat Pendidikan Gambar 3 Distribusi Pasien Tuberkulosis berdasarkan Tingkat Pendidikan Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita Tuberkulosis dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibanding perempuan.tidak ada penjelasan pasti pengaruh jenis kelamin terhadap angka Tuberkulosis yang terjadi.namun hal ini dapat dihubungkan dengan pria yang cenderung memilki pekerjaan dibanding perempuan yang pada umumnya berstatus sebagai ibu rumah tangga, sehingga pria yang bekerja memiliki lingkungan kerja yang kemungkinan dapat menjadi area penularan baginya.hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pasien yang berusia sekitar 15-5 tahun memilki persentase yang paling besar.hasil penelitian ini sesuai dengan Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis 11, bahwa sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-5 tahun). Pada umumnya kuman Tuberkulosis masuk melalui saluran napas dan bersarang di jaringan paru pada usia dini tanpa menimbulkan infeksi. Pertahanan pasien mungkin berhasil menahan infeksi selama masa kanak-kanak, tetapi turunnya daya tahan tubuh pasien (misalnya karena malnutrisi, kehamilan, proses kelahiran, penyakit-penyakit lain yang dapat menurunkan imunitas tubuh, serta lingkungan sosial orang dewasa yang cenderung menimbulkan resiko penularan baginya) dapat menyebabkan TB menjadi aktif dan menyebabkan penyakit. Persentase tingkat pendidikan yang tertinggi adalah lulus SMA.Dalam penelitian ini pasien dengan lulusan SMA lebih banyak memilki pekerjaan menjadi pegawai perusahaan yangcenderung memiliki lingkungan yang lembab dan waktu kerja yang lebih lama atau pekerjaan yang menuntutnya berinteraksi dengan banyak orang, sehingga individu dengan kondisi seperti ini mendapatkan risiko yang lebih besar utuk tertular kuman TB.Persentase pasien S1/D3 yang rendah kemungkinan dapat disebabkan individu yang memilki pendidikan yang tinggi cenderung memilki pengetahuan tentang kesehatan yang tinggi pula, oleh karena itu mereka lebih memilih berobat di rumah sakit atau klinik yang memilki tingkat pelayanan dan fasilitas kesehatan yang lebih baik.dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa 5% lebih subyek tidak lulus SMA. DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) Interaksi Obat Interaksi obat didefinisikan sebagai modifikasi afek satu obat akibat obat lain yang diberikan pada awalnya atau diberikan bersamaan, atau bila dua atau lebih obat berinteraksi sedemikian rupa sehingga keefektifan atau toksisitas satu obat atau lebih berubah. Pemilihan 255

obat yang tepat tanpa adanya interaksi obat memilki peranan penting dalam keberhasilan terapi.akibat pemilihan obat yang tidak tepat bukan saja terjadinya kegagalan terapi, melainkan juga dapat menyebabkan penyakit baru akibat adanya interaksi sesama obat yang digunakan.sehingga, penting dilakukannya analisis DRPs interaksi obat untuk menghindari kerugiankerugian tersebut. Penelitian ini menganalisis pemberian obat yang berpotensi untuk terjadinya interaksi obat secara teoritis. Interaksi yang diamati dibatasi hanya berdasarkan interaksi antara OAT dan obat lain yang digunakan pasien untuk mengobati penyakit penyerta. Dari 22 subyek, terdapat 6 subyek yang memilki penyakit penyerta dan diobati, dan terdapat 5 jenis obat yang digunakan selain OAT.5 jenis obat tersebut antara lain glibenklamid, metformin, amaril, allopurinol, parasetamol. Kejadian DRPs mengenai interaksi obat dapat dilihat dari Tabel 1. Tabel 1. Kejadian DRPs kategori tepat obat pasien Tuberkulosis No. Jenis OAT Jenis Obat Jumlah kasus 1. Rifampisin Glibenklamid 4 2. Rifampisin Amaril 1 3. Pirazinamid Allopurinol 1 Total 6 Berdasarkan Tabel 1.dari total 12 kali pemberian obat, terdapat 6 kasus obat yang dinilai secara teoritis berpotensi beinteraksi dengan persentase 5%. Rifampisin (salah satu OAT) dapat meningkatkan metabolisme dari golongan sulfonilurea dalam kasus ini adalah glibenkamid dan amaril (glimepiride), sehingga efektifitas sulfonilurea dapat berkurang, hal ini menyebabkan kadar gula darah pasien yang tetap tinggi dan tidak terkontrol. Sehingga tidak tepat jika pasien TB diberikan antidiabetik golongan sulfonilurea. Sebaiknya hal ini dapat diatasi dengan peningkatan dosis sulfonilurea atau pemberian kombinasi dengan obat antidiabetik lain contohnya metformin. Serta dapat dilakukan dengan pemberian insulin selama terapi Tuberkulosis, dan setelah terapi TB selesai insulin dapat dihentikan dan dilanjutkan dengan antidiabetik oral. Allopurinol tidak tepat digunakan untuk terapi gout pada penderita TB.Karena pirazinamid (sala satu OAT) berinteraksi secara tidak langsung dengan allopurinol. Di dalam tubuh pirazinamid diubah menjadi asam pirazinoat yang dapat meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh. Namun asam pirazinoat ini dapat dioksidasi oleh xantinoksidase (XO) menjadi asam 5-hidroksipirazoat sehingga mengurangi kadar asam pirazinoat. Namun, allopurinol yang memilki mekanisme kerja penghambatan XO dengan jalan kompetitif, menyebabkan XO tidak dapat mengoksidasi asam pirazinoat menjadi asam 5-hidroksipirazoat dan menyebabkan kadar asam pirazinoat semakin tinggi dalam tubuh. Oleh karena itu, allopurinol yang pada awalnya diberikan untuk terapi gout menjadi tidak efektif dan menyebabkan keadaan gout itu sendiri semakin parah. Kepatuhan Pasien Kepatuhan pasien merupakan faktor penting dalam keberhasilan terapi Tuberkulosis. Karena terapi ini menyangkut penggunaan antibiotik yang memerlukan kepatuhan tinggi untuk mencegah terjadinya resistensi antibiotik yang dapat menyebabkan kegagalan terapi.jika terjadi kegagalan terapi maka kuman Mycobacterium Tuberkulosis di 256

dalam tubuhnya masih menginfeksi dan dapat bertambah buruk.hal ini menyebabkan pasien tersebut mengalami sakit yang semakin parah.walaupun awalnya pasien tersebut merasa adanya perbaikan, namun dengan kuman Mycobacterium Tuberkulosis yang masih bersarang dapat kembali aktif pada kondisi tertentu ke depannya. Hal ini akan menyebabkan pasien perlu menjalani terapi kembali dari awal dan lama terapi yang semakin panjang. Di samping merugikan diri sendiri, penyakit TB yang masih aktif ini dapat meningkatkan resiko penularan yang poten di lingkungannya. Tingkat kepatuhan pasien dalam penelitian ini dianalisis berdasarkan hasil kuisioner dan ketepatan waktu pasien mengambil obat sesuai jadwal yang ditentukan. Tingkat kepatuhan pasien akan dibagi dalam 2 kategori, yaitu kategori mandiri dan kategori non mandiri. Dimana kategori mandiri merupakan pasien yang rutin minum obat tanpa bantuan PMO (Pengawas Menelan Obat), sedangkan kategori non mandiri merupakan pasien yang rutin minum obat dengan bantuan PMO (Pengawas Menelan Obat).Sedangkan pasien yang tidak patuh adalah pasien yang pernah melewatkan minum obat dan tidak rutin mengambil obat di puskesmas. Tingkat kepatuhan pasien penderita Tuberkulosis di Puskesmas Temindung dapat dilihat di Gambar4. Persentase (%) 6 5 4 3 1 54.5 27.3 18.2 Tidak patuh Mandiri Non mandiri Tingkat Kepatuhan Pasien Gambar 4 Distribusi Tingkat Kepatuhan Pasien Berdasarkan Gambar 4 persentase paling besar adalah pasien patuh yang non mandiri atau pasien patuh yang membutuhkan peran PMO (54,5%). Dari hasil penelitian, 3 dari 4 pasien yang tidak patuh merupakan pasien yang tidak memiliki PMO, sehingga tidak ada orang lain yang membantu mengingatkan untuk minum obat secara rutin, hal ini menyebabkan mereka lebih beresiko untuk melewatkan minum obat, dan satu pasien lainnya menjadi tidak patuh karena pernah melewatkan minum obat ketika bepergian, dimana tidak didampingi oleh PMO-nya. Hal ini menunjukkan masih pentingnya PMO untuk terus mengawasi dan meningkatkan kesadaran pasien dalam menjalani pengobatannya, sehingga tingkat kepatuhan pasien akan semakin meningkat. Meningkatnya kepatuhan pasien berpengaruh terhadap tingkat kesembuhan pasien. Karena, dalam pengobatan Tuberkulosis kepatuhan pasien merupakan faktor yang sangat penting, mengingat pengobatannya yang menggunakan antibiotik yang memerlukan kepatuhan tinggi untuk 257

mencegah terjadinya resistensi antibiotik yang dapat menyebabkan kegagalan terapi. KESIMPULAN Gambaran karakteristik pasien penderita Tuberkulosis di Puskesmas Temindung periode Maret-April 14 diperoleh pasien dengan jenis kelamin laki-laki 63,6% dan perempuan 36,4%. Pasien dengan usia < 15 tahun 4,5%, usia antara 15-5 tahun 68,2% dan usia > 5 tahun 27,3%. Berdasarkan tingkat pendidikan pasien, tidak sekolah 9,1%, lulus SD 22,7%, lulus SMP 18,2%, lulus SMA 4,1% dan sarjana 9,1%. Kejadian DRPs mengenai interaksi obat 5%. Tingkat kepatuhan pasien Tuberkulosis di Puskesmas Temindung 81,8% pasien patuh dan 18,2% pasien tidak patuh. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pimpinan Puskesmas Temindung Samarinda, dr. Taufansyah selaku pembimbing lapangan penulis serta Bpk. Syarifuddin dan Ibu Tri selaku petugas puskesmas poli paru yang telah membimbing penulis selama penelitian. DAFTAR PUSTAKA 1. DepKes RI. 5. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Tuberkulosis. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan: Jakarta 2. Surya, Asik, dkk. 11. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta 258