INTISARI. Ari Aulia Rahman 1 ; Yugo Susanto 2 ; Rachmawati 3

Transkripsi

1 INTISARI GAMBARAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUANG DAHLIA (PARU) DENGAN DIAGNOSIS TB PARU DENGAN ATAU TANPA GEJALA HEMAPTO DI RSUD ULIN BANJARMASIN PADA TAHUN 2013 Ari Aulia Rahman 1 ; Yugo Susanto 2 ; Rachmawati 3 Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan infeksi M.Tuberculosis. Ketepatan jenis Antibiotik dan dosis sangat berperan penting dalam proses pengobatan Tuberculosis, tidak tertutup kemungkinan pada penggunaan Obat Anti Tuberculosis terdapat Drug Related Problem (DRP). Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat gambaran penggunaan antibiotik dengan standar terapi serta mengidentifikasi adanya Drug Related Problems (DRP) pada pemberian antibiotik dan dosis yang digunakan Jenis penelitian ini adalah penelitian non eksperimen dengan metode penelitian survei yang bersifat deskriptif berupa suatu studi retrospektif dengan melihat pada rekam medik pasien TB Paru dan TB Paru dengan gejala Hemapto yang di rawat inap di ruang Dahlia RSUD Ulin Banjarmasin selama tahun Hasil penelitian menunjukkan dari 54 sampel pasien TB Paru dan TB Paru dengan gejala Hemapto didapatkan 38 sampel yang memenuhi kriteria inklusi diperoleh ratarata kesesuaian perhari pasien TB Paru persentase OAT sesuai yaitu sebagai berikut Streptomycin 90,10%, Ethambutol 70,73%, Rifampicin 66,40%, Isoniazid 64,28%, Pirazynamid 58,09% dan pada Pasien TB Paru dengan gejala Hemapto di dapatkan ratarata persentase OAT sesuai yaitu sebagai berikut Ethambutol 71,67%, Rifampicin 71,24%, Isoniazid 71,21% dan Pirazynamid 61,03%. Dari hasil penelitian rekap persentase DRP pemberian OAT pada Pasien TB Paru terdapat 12 resep dengan persentase DRP Under Dose yaitu sebagai berikut Pirazynamid 75%, Ethambutol 33,33%, Isoniazid 8,33% sedangkan persentase DRP Over Dose untuk Ethambutol adalah 16,66%. Rekap persentase DRP Pemberian OAT pada Pasien TB Paru dengan gejala Hemapto dengan persentase DRP Under Dose yaitu sebagai berikut Pirazynamid 65,38%, Ethambutol 23,07%, Isoniazid 7,70%, Rifampicin 7,70% sedangkan persentase DRP Over Dose untuk Pirazynamid adalah 3,85% dan untuk Ethambutol adalah 3,85%. Kata kunci : Tuberculosis, Pasien rawat inap, Drug Related Problems.

2 ABSTRACT DESCRIPTION OF THE USE OF ANTIBIOTICS IN HOSPITAL PATIENTS IN THE DAHLIA (LUNG) WITH THE DIAGNOSIS OF PULMONARY TB WITH OR WITHOUT SYMPTOMS IN HOSPITAL ULIN HEMAPTO BANJARMASIN IN 2013 Ari Aulia Rahman 1 ; Yugo Susanto 2 ; Rachmawati 3 Tuberculosis is an infectious disease caused by infection with M. tuberculosis. The precision of the type and dose of antibiotics is very important in the treatment of tuberculosis, it is also possible to use Anti-Tuberculosis Drugs are Drug Related Problem (DRP). Therefore, the research aimed to look at the picture of antibiotic use with standard therapy and to identify the presence of Drug Related Problems (DRP) in the administration of antibiotics and doses used. This research is non-experimental research method was descriptive survey research in the form of a retrospective study to look at the medical records of patients of pulmonary TB and pulmonary TB with symptoms that Hemapto in hospitalization in space Dahlia Ulin Banjarmasin Hospital during The results showed 54 samples from pulmonary TB patients with symptoms of TB and Hemapto obtained 38 samples that met the inclusion criteria obtained suitability average daily percentage of TB patients according to Isoniazid OAT is 64.28%, 66.40% for Rifampicin is, for Pirazynamid is 58.09%, to Ethambutol is 70.73% and 90.10% for Streptomycin is and in patients with symptoms of pulmonary TB Hemapto on average get OAT appropriate percentage is 71.21% for Isoniazid, Rifampicin is to 71.24%, 61.03% for Pirazynamid is and Ethambutol is 71.67%. From the research results recap percentage DRP OAT administration in patients with pulmonary TB are 12 recipes with percentages for Isoniazid Dose Under DRP is 8.33%, for Pirazynamid is 75%, for Ethambutol is 33.33% while the percentage of DRP Over Dose for Ethambutol is 16, 66%. Recap percentage of DRP Giving OAT in patients with symptoms of pulmonary TB Hemapto Dose Under the DRP percentage is 7.70% for Isoniazid, Rifampicin is 7.70% for, for Pirazynamid was 65.38% and 23.07% for Ethambutol is while the percentage Over Dose for Pirazynamid DRP was 3.85% and 3.85% for Ethambutol is. Keywords: Tuberculosis, Inpatients, Drug Related Problems.

3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium Tuberculosis dan dapat hadir dalam bentuk aktif maupun laten (WHO). Salah satu tanda dari terjadinya Tuberculosis pada seseorang adalah dengan adanya Hemapto atau batuk darah. Tuberculosis merupakan salah satu penyebab Hemapto pada seseorang dalam bentuk infeksi saluran pernafasan dengan kisaran 82-86%. Hemapto adalah batuk darah yang terjadi karena penyumbatan trakea dan saluran nafas sehingga timbulnya sufokal yang sering fatal. Tuberculosis merupakan penyebab batuk darah karena infeksi Mycobacterium Tuberculosis yang paling sering, yaitu sebanyak 30%. Batuk darah karena Tuberculosis biasanya disertai oleh berbagai keluhan seperti nafsu makan kurang, demam yang tidak terlalu tinggi, badan terasa lebih berkeringat terutama saat tidur malam hari dan penurunan berat badan. Untuk mengetahui batuk darah atau Hemapto disebabkan oleh Tuberculosis diperlukan pemeriksaan dahak (sputum) dan foto rontgen dada. Tuberculosis merupakan masalah kesehatan di dunia dan merupakan penyebab utama kematian, sekitar 8 juta kasus baru terjadi setiap tahun diseluruh dunia dan diperkirakan sepertiga penduduk dunia terinfeksi M.Tuberculosis secara laten (Jurnal Tubercolisis Indonesia Vol.3 No.2 Tahun 2009). Tuberculosis adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan merupakan peringkat 3 dalam daftar 10 penyakit pembunuh tertinggi di Indonesia, yang menyebabkan kematian setiap tahunnya

4 dan sebagian besar penderita TB adalah usia produktif tahun (Lembar Fakta Tuberculosis Sub Direktorat TB DepKes RI dan WHO 2009). Tahun 1992 WHO telah mencanangkan TBC sebagai Global Emergency,laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru TBC pada tahun 2002 (Irma Tabrani : Konversi Sputum BTA pada fase Intensif TB Paru Kategori Antara Dosis Terapi 2007). Tahun 2009 sekitar 1,7 juta orang penderita TBC meninggal, diantaranya wanita dan penderita HIV sehingga setara dengan 4700 kematian perhari. Di tahun 2010 WHO melaporkan prevalensi terjadinya TBC di wilayah Asia Tenggara sebesar 5 juta dan kasus TBC sebanyak 3,5 juta (Syamsudin dan Sesillia Andriani Keban, Buku Ajar Farmakoterapi Gangguan Saluran Pernafasan 2013). Tahun 1995 WHO menganjurkan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse), strategi komperhensif untuk digunakan oleh pelayanan kesehatan primer diseluruh dunia untuk mendeteksi dan menyembuhkan penderita TB agar transmisi penularan dapat dikurangi di masyarakat (Irma Tabrani : Konversi Sputum BTA pada fase Intensif TB Paru Kategori Antara Dosis Terapi 2007). Keberhasilan pengobatan TB dengan DOTS pada tahun 2004 adalah 83% dan meningkat menjadi 91% pada Tahun 2005, strategi DOTS pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1995 dan telah di implementasikan secara meluas dalam system pelayanan kesehatan masyarakat, sejak tahun 2000 Indonesia telah berhasil mencapai dan mempertahankan angka kesembuhan sesuai dengan target global yaitu minimal 85%. Pada pengkajian pelaksanaan DOTS di Rumah Sakit oleh DepKes RI dan WHO di berbagai daerah di Indonesia, 37% RS yang telah melaksanakan DOTS memiliki perbedaan kualitas.tb memiliki peringkat rata-rata nomor 2 pada klinik rawat jalan di RS umum dan nomor 1 di RS Paru, sedangkan pada unit rawat inap di RS Umum TB menduduki peringkat nomor 7. Dari resep yang

5 di pelajari hanya 13% yang menggunakan obat Anti TB program, sedangkan sisanya menggunakan obat generik dan obat-obat yang diperdagangkan (Lembar Fakta Tuberculosis Sub Direktorat TB DepKes RI dan WHO 2009). Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman (Setyabudi, 2007). Pemilihan dan penggunaan terapi antibiotika yang tepat dan rasional akan menentukan keberhasilan pengobatan untuk menghindari terjadinya resistensi bakteri. Begitu pula pada pasien TB paru yang hendaknya menggunakan antibiotik yang sesuai dengan standar terapinya. Selain itu tidak tertutup kemungkinan pada penggunaan Obat Anti Tuberculosis terdapat Human Erorr atau hal lain yang dapat memunculkan peluang Drug Related Problem (DRP). Sehubungan adanya DRP setiap Farmasis harus dapat mendeteksi, mengatasi dan mencegah masalah-masalah yang terjadi atau akan terjadi dalam pengelolaan dan penggunaan antibiotika. Drug Related Problem yang terjadi meliputi Indikasi tanpa obat, obat tanpa Indikasi, Under Dose, Over Dose, Interaksi Obat, Efek Samping Obat, pemilihan obat yang salah, kegagalan pasien menerima obat, dan ketidak patuhan pasien. Penanganan pengobatan kasus Tuberculosis merupakan kunci keberhasilan pengobatan Tuberculosis. Pemilihan Jenis Antibiotik dan pemberian dengan takaran dosis yang tepat sangat membantu proses penyembuhan. Karena ketepatan jenis Antibiotik dan dosis sangat berperan penting dalam proses pengobatan Tuberculosis, oleh karena itu peneliti berminat untuk mengidentifikasi adanya Drug Related Problem (DRP) pada pemilihan jenis dan dosis Antibiotik untuk pasien TB Paru di Ruang Dahlia RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2013, karena adanya keterbatasan waktu dan tenaga

6 peneliti hanya dapat mengidentifikasi DRP pada jenis dan dosis Antibiotik yang diberikan. Dari berbagai fakta dan teori yang didapatkan, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pola penggunaan antibiotik untuk TB Paru di RS Umum Daerah Ulin Banjarmasin, karena RSUD Ulin Banjarmasin merupakan RS kelas A dan RS pendidikan yang memungkinkan peneliti untuk melakukan penelitiannya, sehingga membuat peneliti mengangkat judul yaitu Gambaran Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Rawat Inap di Ruangan Dahlia (Paru) Dengan Diagnosis TB Paru Dengan atau Tanpa Gejala Hemapto di Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin Pada Tahun Dari survei sementara yang di dapatkan oleh peneliti yaitu sebanyak 742 pasien di ruang Dahlia (Paru) selama tahun 2013 dengan 111 jenis kasus yang di teliti berupa TB Paru dengan gejala atau penyakit penyerta, di dapatkan kasus terbanyak 24 kasus yaitu TB Paru dengan gejala Hemapto dan 14 kasus untuk TB Paru, sehingga membuat peneliti tertarik untuk meneliti TB Paru dan TB Paru dengen gejala Hemapto beserta terapinya pada pasien di Ruang Dahlia RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2013.