DAFTAR PUSTAKA. ASEAN. (2007). ASEAN Economic Community Blueprint. Singapura: National University of Singapore.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai

BAB I PENDAHULUAN. modal terutama terjadi dari negara-negara yang relatif kaya modal yaitu umumnya

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 2) Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap. investasi asing langsung di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Aliran masuk remitansi (remittance inflow) global telah mengalami pertumbuhan pesat

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

ANALISIS FAKTOR PENENTU FDI OTOMOTIF DI ASEAN-5

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

Adapun penulis menyadari beberapa kekurangan dari penelitian ini yang diharapkan dapat disempurnakan pada penelitian mendatang :

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. yang menunjukkan besarnya peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam suatu. angkatan kerja. Terakhir yaitu kemajuan teknologi.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap negara membutuhkan modal untuk membiayai proyek

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Daftar Pustaka. Badan Pusat Statistik. (n.d.). Apa itu Indeks Pembangunan Manusia? Jakarta, Indonesia.

Pengaruh Korupsi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sembilan Negara Asia Tahun

PENGARUH EKSPOR INTRA-ASEAN DAN FDI INTRA-ASEAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

FOREIGN DIRECT DIRECT INVESTMENT

DAFTAR PUSTAKA. Badan Koordinasi Penanaman Modal. (2011). Jumlah Penanaman Modal Asing

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah

Perbandingan Daya Saing Indonesia Diantara Negara-Negara ASEAN 1

JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOL.VIII, NO. 2, OKTOBER 2017; p-issn: e-issn: SIAPKAH INDONESIA MENGHADAPI MEA?

BAB I PENDAHULUAN. dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Menurut Soembodo (2011),

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

BAB I PENDAHULUAN. yang telah diaudit oleh akuntan publik. Selain itu, kondisi perekonomian domestik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Bisnis Internasional Pertemuan Kelima Bab7 Foreign Direct Investment

BAB I PENDAHULUAN. dana yang berasal dari dalam negeri, seringkali tidak mampu mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang penting bagi setiap perusahaan di dalam persaingan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Negara berkembang adalah sebuah Negara dengan rata-rata pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. waktu belakangan ini memicu tingginya integrasi ekonomi pada negara-negara di

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di mana di dalam pembangunan ini tidak bisa terlepas. penggerak pertumbuhan dan mengurangi kemiskinan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan luar negeri merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. ADB (Asian Development Bank) dan ILO (International Labour. Organization) dalam laporan publikasi ASEAN Community 2015: Managing

BAB I PENDAHULUAN. negara lain, khususnya anggota ASEAN 5, yaitu Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura

Perekonomian Suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan faktor-faktor produksi yaitu; modal, tenaga kerja dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat. kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara

DAFTAR PUSTAKA. Ascani, dkk New Economic Geography and Economic Integration: A Review. London: SEARCH.

BAB V PENUTUP. pemerintah Indonesia telah melakukan ratifikasi Piagam ASEAN kedalam. hukum nasional Indonesia dengan menerbitkan Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

1 Universitas indonesia

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang berlawan berupa penurunan terhadap kualitas lingkungan. Emisi CO2 yang

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, ekonomi berbasis pengetahuan menjadi tren dan

Menangkap realita hubungan empiris Pertumbuhan Ekonomi Keterbukaan Perdagangan

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI ASING LANGSUNG (FOREIGHN DIRECT INVESTMENT) DI INDONESIA (Tahun )

BAB V PENUTUP. penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya. Kemudian, akan

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modal. Penambahan modal ini berupa investasi dan tabungan. Di satu sisi

BAB I PENGANTAR. Gejolak krisis ekonomi yang dialami Amerika Serikat dan beberapa negara

BAB I PENDAHULUAN. Foreign Direct Investment (FDI) sebagai komponen yang meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia mempunyai wilayah yang sangat luas dan jumlah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. tujuan akhir meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh ekspor, FDI, dan nilai

BAB I PENDAHULUAN. terjadi karena adanya upaya untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dari

modal sebagai salah satu tonggak perekonomian suatu negara. Baik buruknya investasi saham yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki modal melalui

PENGARUH FOREIGN DIRECT INVESTMENT DAN AFTA TERHADAP KESEMPATAN KERJA SEKTORAL DI ASEAN 5 ABSTRACT

MAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA

Interest Rate and Agriculture. agus pakpahan bahan disampaikan pada Perspektif Perhepi Seri I Bogor, 28 April 2016

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pengaruh nilai tukar rupiah

PENGARUH COUNTRY RISK INDEX TERHADAP FOREIGN DIRECT INVESTMENT DI INDONESIA Rabu, 29 September 2010

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

Transkripsi:

5. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian pada analisis Bab IV tentang analisis faktor penentu Foreign Direct Investment otomotif di 5 negara ASEAN, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa research and development, interest rate (IR), dan krisis ekonomi tahun 2008 tidak menjadi faktor penentu FDI pada sektor otomotif di 5 negara ASEAN. Sedangkan variabel ketersediaan tenaga kerja, jumlah penjualan otomotif dalam negeri, produktivitas tenaga kerja, keterbukaan pasar, dan exchange rate merupakan faktor penentu dan yang mempengaruhi FDI pada sektor otomotif di 5 negara ASEAN. Ketersediaan tenaga kerja mempunyai pengaruh positif untuk menarik FDI pada industri otomotif untuk masuk ke 5 negara ASEAN (host country). Ketersediaan tenaga kerja yang relatif tinggi cenderung mempengaruhi penurunan tingkat upah sehingga dapat mengurangi biaya produksi. Rendahnya biaya produksi akan mendorong investor untuk melakukan FDI. Oleh karena itu, ketersediaan tenaga kerja dapat mendorong FDI inflow pada industri otomotif yang masuk ke host countries. Penjualan otomotif dalam negeri mempunyai pengaruh positif untuk menarik FDI pada industri otomotif untuk masuk ke host countries. Penjualan otomotif yang relatif tinggi mencerminkan kondisi pasar mengalami pertumbuhan. Kondisi tersebut akan memotivasi investor untuk meningkatkan investasi. Oleh karena itu, penjualan otomotif dalam negeri yang relatif tinggi akan meningkatkan FDI inflow pada industri otomotif yang masuk ke host countries. Produktivitas tenaga kerja memiliki pengaruh positif untuk meningkatkan FDI pada industri otomotif untuk masuk ke host countries. Produktivitas tenaga kerja yang relatif baik di 5 negara ASEAN cenderung akan meningkatkan produktivitas perusahaan. Oleh karena itu, produktivitas tenaga kerja yang relatif baik akan meningkatkan FDI inflow pada industri otomotif yang masuk ke host countries. Openness (keterbukaan pasar) memiliki pengaruh positif untuk mendorong FDI pada industri otomotif untuk masuk inflow masuk ke host countries. Keterbukaan pasar adalah indikator host countries yang memiliki peran dalam aktivitas ekonomi internasional. Keterbukaan pasar akan mempermudah akses sehingga mendorong minat investor untuk berinvestasi ke host countries. Exchange rate (nilai tukar mata uang) memiliki pengaruh negatif terbesar pada pasar industri otomotif di 5 negara ASEAN. Nilai tukar mata uang yang melemah 51

akan menyebabkan pendapatan rill masyarakat menurun karena kenaikan tingkat harga-harga secara umum. Gejala tersebut akan direspons oleh perusahaan dengan cara mengurangi biaya pengeluaran atau mengurangi alokasi modal pada investasi. Oleh karena itu, nilai tukar mata uang yang melemah akan menurunkan FDI inflow pada industri otomotif ke host countries. Research and development (pengeluaran negara terhadap pengembangan inovasi) tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap masuknya FDI pada industri otomotif ke host countries. Pengeluaran pemerintah terhadap pengembangan teknologi belum tentu dapat mempengaruhi masuknya FDI ke suatu wilayah, karena klasifikasi sektor otomotif yang digunakan masih terlalu luas. Tingkat suku bunga (interest rate) tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap masuknya FDI pada industri otomotif ke host countries. MNCs yang menanamkan modal pada sektor otomotif di 5 negara ASEAN tampaknya tidak terlalu mempertimbangkan stabilitas makro ekonomi yang diukur melalui tingkat suku bunga. Dalam hal ini, MNCs lebih mementingkan faktor lain seperti ketersediaan sumber daya, ukuran pasar, dan efisiensi. Selain itu krisis ekonomi tahun 2008 juga tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap masuknya FDI pada industri otomotif ke host countries. Terjadinya krisis di Asia Tenggara pada tahun 1997 menjadi sebuah pelajaran bagi negaranegara, khususnya di wilayah Asia Tenggara. selain itu, dampak gelombang krisis 2008 relatif lebih kecil dibandingkan krisis pada tahun 1997. Oleh karena itu krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 2008 tidak berpengaruh signifikan terhadap masuknya FDI pada industry otomotif ke host countries. Implikasi yang diharapkan setelah mengetahui determinan apa saja yang berpengaruh terhadap masuknya FDI pada sektor otomotif di 5 negara ASEAN adalah sebagai dasar penentu kebijakan bagi host countries terkait menarik minat investor untuk berinvestasi di 5 negara ASEAN. Diharapkan pemerintah 5 negara ASEAN dapat menyediakan fasilitas-fasilitas untuk menciptakan lingkungan investasi yang baik guna menarik minat investor asing berinvestasi di host countries. Adapun kebijakan-kebijakan yang diharapkan antara lain, menjaga stabilitas perekonomian yang dapat dilihat melalui tingkat fluktuasi nilai tukar mata uang dalam negeri. Stabilnya tingkat fluktuasi nilai tukar mata uang dalam negeri akan meningkatkan keyakinan investor untuk melakukan investasi di host countries. Selain itu, mengoptimalkan tingkat keterbukaan pasar seperti kemudahan akses keluar dan masuk dalam pasar. Semakin mudah akses keluar masuk dalam pasar di host countries, ini akan menarik investor untuk melakukan FDI. Kemudian meningkatkan 52

kualitas pendidikan dan menyediakan pendidikan yang mudah dijangkau masyarakat sehingga host countries memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik. Selain itu, terbentuknya AEC merupakan tahap selanjutnya bagi ASEAN menuju integrasi ekonomi. Melalui integrasi ekonomi ASEAN perekonomian di kawasan ASEAN akan menjadi lebih kuat. Hal ini juga akan menarik lebih banyak investor asing untuk mengembangkan investasinya salah satunya pada sektor otomotif di kawasan ASEAN. 53

DAFTAR PUSTAKA Ambarsari, I., & Didit, P. (2005). Studi Tentang Penanaman Modal Asing di Indonesia. Jurnal Universitas Muhammadiyah Surakarta, 6 (1), 26-47. ASEAN. (2007). ASEAN Economic Community Blueprint. Singapura: National University of Singapore. ASEAN. (2013). ASEAN Community in Figures. Jakarta: The ASEAN Secretariat Jakarta. ASEAN Automotive Federation. (n.d.). ASEAN automotive statistics. Diunduh 23 Januari 2017, dari ASEAN Automotive Federation: http://www.aseanautofed.com/statistics.html Atikah, F. (2008). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Integrasi Vertikal Industri Mobil di Indonesia. Repository Institute Pertanian Bogor, 1 (2), 1-109. Badan Koordinasi Penanaman Modal. (2016). Badan koordinasi penanaman modal indonesia statistik. Diunduh 23 Januari 2017, dari Badan Koordinasi Penanaman Modal: http://www.bkpm.go.id/id/investasi-di-indonesia/statistik Bank of Thailand. (n.d.). Bank of thailand statistics. Diunduh 23 Januari 2017, dari Bank of Thailand: http://www2.bot.or.th/statistics/reportpage.aspx?reportid=656&language=e ng Bangko Sentral ng Pilipinas. (n.d.). Bangko sentral ng pilipinas statistics. Diunduh 23 Januari 2017, dari Bangko Sentral ng Pilipinas: http://www.bsp.gov.ph/statistics/statpage01.asp Chow. (2008). Southeast Asia: The Role of Foreign Direct Investment Policies in Development. Ideas, 2 (4), 1-34. Claessens, S., Klingebiel, D., & Schmuckler, S. L. (2001). FDI and Stock Market Development : Complements or Substitutes?. Elsevier, 13 (3), 316-350. Desai, M. C., Foley, F., & Hines Jr., J. R. (2005). Foreign Direct Investment and The Domestic Capital Stock. American Economic Review, 95 (2), 33-38. Devi, P. N. (2013). Faktor-Faktor Penentu Aliran Masuk FDI di Indonesia Periode 2001-2013. Jurnal Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 14 (1), 75-92. 54

Dunning, J. H. (1981). International Productions and Multinational Enterprise. Journal of International Business Studies, 19 (1), 171-183. Faeth, I. (2009). Determinants of Foreign Direct Investment - A Tale of Nine Theoritical Models. Wiley, 23 (1), 165-196. Gujarati, D. (2003). Ekonometrika Dasar : Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Hausman, R., & Fernandez, A. E. (2000). Foreign Direct Investment : Good Cholesterol?. Ideas, 1 (8), 1-46. Ho, O. C. (2004). Determinants of Foreign Direct Investment in China : A Sectoral Analysis. Ideas, 38 (3), 1-33. Jhingan, M. L. (2000). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Rajawali Press. Karim, N. A., Winters, P. C., Coeli, T. J., & Fleming, E. (2003). Foreign Direct Investment in Manufacturing Sector in Malaysia. Inderscience Publishers, 5 (4), 1-14. Krugman, P. (1994). Competitiveness: A Dangerous Obssesion. Foreign Affairs, 73 (4), 28-44. Kuznet, S. (1955). Toward a Theory of Economic Growth. New York: Doubleday. Lipsey, R. (2002). Home and Host Country Effects of FDI. Economic Papers, 24 (1), 1-51. Raz, A. F., Indra, T. K., Artikasih, D. K., & Citra, S. (2014). Krisis Keuangan Global dan Pertumbuhan Ekonomi: Analisa dari Perekonomian Asia Timur. Jurnal Bank Indonesia, 15 (2), 1-20. Saragih, F. (2008). Dasar-Dasar Keuangan Internasional. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Trading Economics. (n.d). Trading economics indicators. Diunduh 23 Januari 2017, dari Trading Economics: https://tradingeconomics.com/vietnam/carregistrations?embed&embed UNCTAD. (1999). Foreign Direct Investment and The Challange of Development. New York: United Nations Conference on Trade and Development. Widarjono, A. (2009). Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya : Edisi Ketiga. Yogyakarta: EKONISIA. 55

World Bank. (n.d.). World bank database. Diunduh 30 Januari 2017, dari World Bank: http://databank.worldbank.org/data/reports.aspx?source=worlddevelopment-indicators World Bank. (n.d.). World bank database. Diunduh 30 Januari 2017, dari World Bank: http://data.worldbank.org/indicator/pa.nus.fcrf World Bank. (n.d.). World bank database. Diunduh 30 Januari 2017, dari World Bank: http://data.worldbank.org/indicator/fr.inr.rinr World Bank. (n.d.). World bank database. Diunduh 5 Februari 2017, dari World Bank: http://data.worldbank.org/indicator/ne.trd.gnfs.zs World Bank. (n.d.). World bank database. Diunduh 5 Februari 2017, dari World Bank: http://data.worldbank.org/indicator/sl.ind.empl.zs 56