BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, ekonomi berbasis pengetahuan menjadi tren dan

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, ekonomi berbasis pengetahuan menjadi tren dan strategi penting dalam meningkatkan perekonomian sebuah negara. World Bank dan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menekankan ekonomi berbasis pengetahuan pada hal berikut: 1) pengetahuan dan informasi; 2) peningkatan sistem pendidikan dan keahlian; 3) teknologi informasi dan komunikasi; 4) penelitian dan pengembangan; serta 5) inovasi (Asian Development Bank, 2014b). Dengan mengacu pada keberhasilan negaranegara maju dalam menerapkan ekonomi berbasis pengetahuan, Asian Development Bank (ADB) mendorong negara-negara berkembang di Asia, termasuk Indonesia, untuk menerapkan kebijakan ekonomi tersebut. Hal ini dapat berdampak pada aktivitas perusahaan, mengingat perusahaan adalah salah satu pelaku ekonomi. Salah satu dampak ekonomi berbasis pengetahuan terhadap aktivitas bisnis adalah pada keputusan investasi. Di negara-negara anggota OECD, investasi perusahaan pada modal berbasis pengetahuan, yaitu aset tidak berwujud seperti data, paten, perangkat lunak, merek dagang, proses bisnis baru, dan keahlian khusus, telah meningkat jika dibandingkan dengan investasi pada modal fisik, seperti mesin dan gedung (ADB, 2014b). Berdasarkan studi yang dilakukan oleh International Federation of Accountants (IFAC), Dzinkowski (2000) 1

2 menjelaskan bahwa pada tahun 1982 aset berwujud memberikan kontribusi sebesar 62% terhadap nilai pasar perusahaan, dan proporsi tersebut menurun pada tahun 1992 menjadi 38%. Dzinkowski juga menyimpulkan bahwa penciptaan nilai perusahaan didominasi oleh peran modal intelektual yang dapat berkontribusi sebesar 50% hingga 90%. Secara singkat, modal intelektual adalah pengetahuan yang dapat diubah menjadi nilai (Zéghal dan Maaloul, 2010). Banyak penelitian yang membuktikan bahwa modal intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan (Clarke et al., 2011; Diez et al., 2010). Chen et al. (2005) telah menunjukkan bahwa modal intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan dan nilai pasar perusahaan, bahkan berpengaruh terhadap kinerja keuangan masa depan. Keberadaan modal intelektual semakin krusial ketika banyak peneliti menyimpulkan bahwa modal intelektual sebagai faktor penting penentu keunggulan kompetitif perusahaan. Salehi et al. (2014) menyatakan bahwa untuk mencapai kinerja maksimal dan keunggulan kompetitif, fokus perusahaan telah beralih dari investasi pada aset tetap ke aset tidak berwujud yang merupakan bagian dari modal intelektual. Saat ini, perusahaan tidak hanya bersaing di pasar produk dan pasar modal, tetapi juga di pasar sumber daya baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia (tenaga kerja). Di negara-negara Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), hal tersebut semakin terlihat sejak adanya komitmen untuk menjadi satu kekuatan ekonomi termasuk inisiasi untuk mengintegrasikan pasar modal di seluruh negara ASEAN. Komitmen tersebut disebut dengan 2

3 masyarakat ekonomi ASEAN (MEA). Penerapan MEA memungkinkan perusahaan yang terdaftar di bursa efek masing-masing negara ASEAN dapat memperluas jaringan produksi dan distribusi, serta aliran modal dan tenaga kerja. Hal ini mendorong peningkatan persaingan antarperusahaan, sehingga penting bagi perusahaan untuk menciptakan dan mengelola keunggulan kompetitifnya (ASEAN Capital Markets Forum, 2008). Salah satu komponen yang dapat meningkatkan keunggulan kompetitif adalah modal intelektual. Dalam penelitiannya, Tayles et al. (2007) menyimpulkan bahwa modal intelektual, dalam bentuk pengetahuan, pengalaman, keahlian, relasi, serta teknologi, merupakan sumber utama keunggulan kompetitif perusahaan. Banyak peneliti setuju dengan peran pengetahuan sebagai faktor penentu keberhasilan perusahaan saat ini (Dzinkowski, 2000). Selanjutnya Dzinkowski menjelaskan bahwa akumulasi, transformasi, dan penilaian pengetahuan tersebut terletak pada manajemen modal intelektual. Manajemen modal intelektual penting bagi perusahaan untuk mengetahui seberapa efisien modal intelektual tersebut. Perusahaan yang berinvestasi lebih pada modal intelektual tidak secara otomatis menghasilkan kinerja bisnis yang lebih baik, tetapi terdapat hubungan sebab-akibat ketika perusahaan mengelolanya dengan efisien (Campisi & Costa, 2008; Jafaridehkordi & Rahim, 2015). Kweh et al. (2015) menyatakan bahwa pengelolaan modal intelektual secara efisien adalah kunci untuk mempertahankan faktor kompetitif perusahaan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, penulis terdorong untuk meneliti seberapa efisien modal 3

4 intelektual yang dimiliki perusahaan dengan menyatakannya sebagai kinerja modal intelektual. Selain itu, perlu adanya penelitian untuk mengetahui faktor apa yang berpengaruh terhadap kinerja modal intelektual agar perusahaan termotivasi untuk mengelolanya dengan baik dan efisien. Altuner et al. (2015) mengembangkan kerangka hubungan antara modal intelektual, tata kelola perusahaan, dan tanggung jawab sosial perusahaan, serta menyimpulkan bahwa ketiganya saling berpengaruh. Appuhami dan Bhuyan (2015) menunjukkan bahwa komponen tata kelola perusahaan, yaitu dualisme chief executive officer (CEO), komposisi dewan komisaris, dan komposisi komite remunerasi berpengaruh positif terhadap efisiensi modal intelektual. Di ASEAN, salah satu fokus perhatian ASEAN Capital Markets Forum (ACMF), sebagai akibat dari penerapan MEA, adalah pada penerapan tata kelola perusahaan yang baik (ACMF, 2008). Di Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sedang giat meningkatkan dan memonitor penerapan tata kelola perusahaan (OJK, 2014). Oleh karena itu, perlu adanya penelitian yang memperluas dan memperdalam peran tata kelola perusahaan di Indonesia, mengingat skor tata kelola perusahaan Indonesia pada tahun 2012 dan 2013 berada di peringkat ke-5 setelah Thailand, Singapura, Malaysia, dan Filipina (ADB, 2014a). Keenan dan Aggestam (2001) menyatakan bahwa salah satu masalah yang dihadapi sistem tata kelola perusahaan adalah peralihan fokus perusahaan pada pengetahuan. Namun demikian, studi empiris tentang pengaruh tata kelola 4

5 perusahaan terhadap kinerja modal intelektual masih terbatas (Appuhami dan Bhuyan, 2015). Terkait dengan studi empiris tersebut, Appuhami dan Bhuyan menggunakan sampel perusahaan jasa terbesar yang terdaftar di Australian Stock Exchange. Struktur tata kelola perusahaan di Australia dan Indonesia berbeda. Australia menerapkan sistem satu tingkat. Sedangkan, Indonesia menerapkan sistem dua tingkat yang memisahkan dewan komisaris dan direksi. Terbatasnya jumlah penelitian tersebut mendorong penulis untuk meneliti pengaruh tata kelola perusahaan terhadap kinerja modal intelektual di Indonesia. Judul penelitian yang diangkat penulis adalah Pengaruh Tata Kelola Perusahaan terhadap Kinerja Modal Intelektual. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap kinerja modal intelektual? 2. Bagaimana ukuran komite audit berpengaruh terhadap kinerja modal intelektual? 3. Bagaimana frekuensi rapat komite audit berpengaruh terhadap kinerja modal intelektual? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah memperoleh bukti empiris tentang pengaruh tata kelola perusahaan, yang terdiri dari proporsi komisaris independen, ukuran 5

6 komite audit, dan frekuensi rapat komite audit, terhadap kinerja modal intelektual. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah dan lembaga yang berwenang lainnya dalam mengatur aktivitas perusahaan di Indonesia. Dari penelitian ini, diharapkan manajemen, khususnya perusahaan terbuka, mampu mengelola perusahaan dengan lebih baik. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi referensi dan wawasan bagi para investor dan pemangku kepentingan lainnya dalam membuat keputusan yang tepat terkait hubungan dan kepentingannya dengan perusahaan. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut: i. BAB I Pendahuluan terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. ii. BAB II Kajian Pustaka berisi landasan teori, penelitian terdahulu, pengembangan hipotesis, dan kerangka pemikiran. iii. BAB III Metode Penelitian menjelaskan tentang definisi operasional variabel, populasi dan sampel, serta metode analisis data. iv. BAB IV Analisis dan Pembahasan menguraikan hasil analisis data dan interpretasi yang dikaitkan dengan rumusan masalah. v. BAB V Penutup meliputi kesimpulan, saran, dan keterbatasan penelitian. 6