BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentunya Polri tidak tinggal diam, bersama stakeholder lain seperti pamkarsa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Setelah dilakukan pertemuan dalam bentuk brainstorming maka didapatkan:

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

MERANCANG SISTEM PELAPORAN TERINTEGRASI UNTUK MENURUNKAN DAN MENCEGAH KEJADIAN ILLEGAL TAPPING DI SEBUAH PERUSAHAAN MINYAK DAN GAS DI INDONESIA TESIS

BAB IV PENUTUP. Pencurian minyak dengan modus illegal tapping, illegal drilling dan

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA SATUAN KERJA KHUSUS PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Penetapan Konteks Komunikasi dan Konsultasi. Identifikasi Risiko. Analisis Risiko. Evaluasi Risiko. Penanganan Risiko

2 Distribusi Gas Bumi Untuk Rumah Tangga Yang Dibangun Oleh Pemerintah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 65 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA PEMERINTAH DAERAH

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

2017, No Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa k

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Permasalahan lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang harus kita

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, serta sistematika dalam hal penulisan penelitian.

Catatan Pengarahan FLEGT

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136,

BAB I PENDAHULUAN. setiap pelaku bisnis di berbagai sektor industri. Era globalisasi memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ataupun tidak, komunikasi telah menjadi bagian dan kebutuhan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi stabilitas dari bisnis tersebut. Menurut Spermo dan Prodanovic

BAB I PENDAHULUAN. Material sebagai salah satu sumber daya yang dibutuhkan merupakan

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI

BAB I PENDAHULUAN. dari adanya masyarakat sebagai salah satu pemangku kepentingan (stakeholder

2016, No ) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Pe

BAB I PENDAHULUAN. Pada Bab I dibahas latar belakang penulisan tesis ini hingga rencana bisnis

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh masyarakat maupun lapangan kerja. Namun di sisi lain tidak

Kebijakan Manajemen Risiko PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada harga minyak mentah dunia pada tahun Pergerakan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAPPEDA KABUPATEN LAHAT

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Satuan Kerja Khusus. Kegiatan Usaha Hulu. Minyak dan Gas Bumi. Organisasi. Tata Kerja.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Semakin hari kebutuhan ini makin

BAB I PENDAHULUAN. Kendatipun bergerak dalam industry yang berlainan, masing-masing

mengenai kewenangan Inspektur Navigasi Penerbangan dalam melaksanakan pengawasan; bahwa dalam melaksanaan pengawasan sebagaimana

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis perekonomian Provinsi Riau menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Industri hulu migas khususnya di KUH saat ini yang mempengaruhi kondisi bisnis

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 128 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. hingga tak perlu ditutup-tutupi lagi. Maraknya gratifikasi dikalangan birokrasi

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Perumusan key..., Dino Andrian, FE UI, 2009

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2018 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. oleh manajemen baik pada tingkat operasional (pelaksana teknis) maupun pimpinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi mencakup kegiatan

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG ENERGI TAHUN ANGGARAN 2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

POTRET KETIMPANGAN v. Konsentrasi Penguasaan Lahan ada di sektor pertambangan, perkebunan dan badan usaha lain

BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI

KINERJA PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) SUMBER DAYA ALAM NON MIGAS

BAB III METODOLOGI 3.1 Divisi Managed Service PT. XYZ

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR 1-1

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor

BAB I PENDAHULUAN. strategis untuk meningkatkan efektivitas organisasi dan untuk merealisasikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Kebijakan Pengungkap Fakta

DIREKTORAT PEMBINAAN USAHA HILIR MIGAS

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 TAHUN 2015 TENTANG SATUAN TUGAS PEMBERANTASAN PENANGKAPAN IKAN SECARA ILEGAL (ILLEGAL FISHING)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil evaluasi penerapan manajemen pengendalian proyek South

INDONESIA MENUJU NET OIL EXPORTER

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan alur dari serangkaian kegiatan metode penelitian.

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1065 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN MENTERI PU NO.05/PRT/M/2014 TENTANG : PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI BIDANG PU

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENINGKATAN PRODUKSI MINYAK BUMI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 5 PENUTUP. kepemilikan manajemen (KM), kepemilikan institusional (KI), dan corporate

GOVERMENT LIAISON Peranannya dalam memudahkan proses bisnis Perminyakan dengan Pemerintah terutama dalam aktivitas Eksplorasi dan Exploitasi.

2017, No Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO

BAB I PENDAHULUAN. eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi, PT Pertamina (Persero) atau yang

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

MITIGASI RISIKO KEAMANAN SISTEM INFORMASI

CAPAIAN SUB SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI SEMESTER I/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Citra perusahaan adalah sesuatu yang penting untuk dijaga dan

2017, No khususnya untuk sektor Rumah Tangga dan Pelanggan Kecil; c. bahwa sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 34 ayat (2) dan ayat (3) Peratu

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah PEMERINTAH

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DALAM KONSTELASI KESELAMATAN MIGAS LINGKUP PENANGANAN KESELAMATAN PADA KEGIATAN USAHA MIGAS

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan. Teknologi Informasi (TI) maka ancaman terhadap informasi tidak saja

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Kerangka Acuan. Semiloka Pelaksanaan Transparansi dan Upaya Perbaikan Tata Kelola Industri Ekstraktif di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini tingkat persaingan antar perusahaan sangat

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga menunjukkan prospek pada masa yang akan datang.

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) muncul sebagai respons terhadap

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN NELAYAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 267/PMK.011/2014

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Objek sektor migas sudah ditetapkan sebagai objek vital nasional melalui Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomer 3407 K /07/MEM/2012. Namun faktanya, sampai saat ini kegiatan ilegal di sektor migas masih terus terjadi. (KOMPAS.COM,Oktober,2014) Menurut data dari Direktorat PAMOBVIT Baharkam Polri, kegiatan ilegal di objek vital nasional terdiri dari illegal drilling, illegal production, dan illegal tapping. Adapun Wilayah yang sangat dominan terjadinya ilegal migas menurut Polri adalah wilayah Sumatera. "Di Sumatera sering terjadi kasus pencurian minyak, tercatat ada lebih dari 500 kasus pencurian minyak mentah dari tahun 2009 sampai 2013," ujar Kombes Budi dalam diskusi Lawan Illegal Drilling di Jakarta, Selasa (7/10/2014). Pencurian minyak mentah yang terjadi di Sumatera tersebut telah mengakibatkan shutdown pemompaan lebih dari 50 kali. Bahkan menurut dia, pencurian minyak telah mengakibatkan Toptank lebih dari 150 kali. Selain itu, praktik illegal tapping yang sudah terjadi selama 4 tahun telah mengakibatkan pencemaran lingkungan yang parah dan menimbulkan kebakaran hutan diberbagai tempat di Sumatera. Menghadapi hal tersebut tentunya Polri tidak tinggal diam, bersama stakeholder lain seperti pamkarsa dan masyarakat, Polri mengaku sudah melaksanakan kegiatan persuasif, preventif, dan penegakan hukum. Dari data yang ada, Polda Sumsel telah menindak illegal tapping tahun 2010 ada 22 kasus, tahun 2011 ada 30 kasus, tahun 2012 ada 90 kasus dan tahun 1

2013 memproses 34 kasus. Meskipun sudah melakukan upaya hukum, kegiatan illegal migas masih kerap terjadi hal tersebut disebabkan kurangnya personil pengamanan objek vital. Kejadian illegal tapping juga dialami oleh salah satu perusahaan migas yang mempunyai kontrak kerja sama (KKS) dimana pengawasan dan pengendalian dilakukan oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sebagai wakil dari Pemerintah Indonesia, yang mempunyai lapangan produksi di Sumatra Selatan yang meliputi KKS BC dan KKS BSJB. Saat ini perusahaan tersebut mempunyai masalah dengan kasus kegiatan illegal taping yang mengakibatkan kerugian kehilangan kesempatan produksi kurang lebih 400 barrel dalam kurun waktu 2013 sampai dengan Q3 2014 yang tercakup dalam 29 kasus. Sumber: Data diolah (2014) Gambar 1.1 Distribusi Kejadian Illegal Tapping Analisis akar penyebab masalah (Root Cause Analysis) illegal tapping sudah dilakukan oleh tim investigasi khusus (Laporan RCA bulan Januari 2014). Dan 2

diketahui bahwa ada 2 faktor yang berpengaruh yaitu faktor eksternal yang tidak bisa dikendalikan secara langsung dan faktor internal yang bisa dikendalikan secara langsung. Data yang tercatat dalam analisis akar penyebab masalah dari faktor internal adalah antara lain implementasi prosedur yang tidak konsisten, laporan ancaman yang tidak ditindaklanjuti, tidak adanya prosedur dalam pengecekan jalur pipa dan tidak adanya program kerja yang terintegrasi. Adapun rencana tindakan agar illegal tapping tidak terulang kembali yang tercantum dalam analisis akar penyebab masalah tersebut adalah antara lain: membangun pengertian yang sama antar manajemen terkait terhadap pentingnya keamanan jalur pipa serta mempunyai program kerja terintegrasi dalam menghadapi ancaman illegal tapping, mengulas kembali semua procedure yang berkaitan dengan pengecekan jalur pipa, membuat jadwal pertemuan bulanan yang dihadiri oleh stakeholder serta memonitor kepatuhan terhadap pelakasanaan program kerja. Untuk membantu perusahaan dalam merealisasikan rencana tindakan yang direkomendasikan tersebut maka diusulkan untuk membuat suatu sistem terintegrasi yang mengikutsertakan fungsi-fungsi terkait yang ada di perusahaan diantaranya departemen security, departemen pipeline surveillance, departemen CSR (Corporate Social Responsibility), departemen Land and Forestry serta departemen Government Relationship. Menurut Hughen et al. (2014) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) adalah berfokus pada nilai perusahaan dalam jangka panjang melalui pengembangan strategi operasional dan peningkatan reputasi perusahaan serta pengendalian risiko. 3

Laporan program kerja dan kegiatan rutin serta pencatatan pelaporan penting dari setiap departemen tersebut akan diinput dalam suatu sistem yang terintegrasi sehingga menghasilkan suatu Dashboard yang akan berguna bagi para pemegang keputusan dalam menentukan sikap dan mengambil keputusan yang diperlukan berdasarkan visualisasi kondisi yang ditampilkan. Melalui visualisasi dashboard tersebut akan terlihat tanda-tanda kondisi bahaya yang akan dilambangkan melalui warna merah, kuning dan hijau. Dimana warna merah melambangkan kondisi bahaya dan perlu adanya tindakan nyata, kuning melambangkan kemungkinan adanya bahaya serta hijau melambangkan keadaan aman. Pendekatan secara integrated telah memungkinkan manajemen untuk lebih memahami risiko, secara proaktif mengidentifikasikan issue, dan lebih cepat dalam merespon peristiwa penting dengan cara yang lebih terpadu dan konsisten (Stephan and Doug, 2007). Sistem terintegrasi yang di dalamnya mencakup pengimplementasian proses manajemen risiko yang terdiri dari identifikasi risiko, penilaian risiko, mitigasi, monitoring serta evaluasi di harapkan mampu mengurangi risiko ketidakpastian karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi di lapangan (Author s Guide, 2014). Serta membantu penyusunan rencana langkahlangkah pencegahan yang bisa dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Hernandes (2000) menyimpulkan bahwa manajemen risiko yang terintegrasi dapat membantu untuk menyatukan sumber daya bersama-sama dalam rangka memastikan bahwa operasi bisnis berjalan terus. Langkah 4

pertama untuk menyatukan kelompok-kelompok yang berbeda adalah dengan meningkatkan komunikasi. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka identifikasi masalah dalam tesis ini adalah antara lain: 1) Kasus illegal taping terjadi di lapangan produksi Sumatera Selatan dalam kurun waktu tahun 2013 sampai dengan kuartal ke 3 tahun 2014. Adapun yang akan ditinjau lebih lanjut dalam Tesis ini adalah kejadian illegal taping di jalur pipa KM13 KM43. 2) Tidak adanya sistem pelaporan terintegrasi guna melaporkan program kerja dan memonitor kepatuhan terhadap pelaksanaan program kerja serta memonitor tidaklanjut dari rencana tindakan yang telah ditetapkan. 1.3. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan dijabarkan lebih lanjut dalam tesis ini adalah: 1) Bagaimana rancangan sistem pelaporan yang terintegrasi sehingga dapat menginformasikan kesimpulan dari program kerja yang telah dilakukan dan menggambarkan pemetaan kondisi di lapangan serta mengukur komiten setiap departemen yang terkait sebagai data untuk pengambilan keputusan dalam rencana tindakan? 2) Apakah rancangan sistem terintegrasi tersebut mampu mencegah dan menurunkan jumlah kejadian illegal tapping di jalur pipa KM13 KM 43? 5

1.4. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud tesis ini adalah membuat rancangan sistem terintegrasi sebagai pengembangan dari sistem sebelumnya sehingga mampu menyajikan informasi yang cukup dalam membaca kondisi di lapangan sebagai hasil dari pelaporan program kerja setiap departemen yang terkait. Adapun tujuan tesis ini adalah: 1) Merancang suatu sistem pelaporan yang terintegrasi sehingga dapat menyimpulkan program kerja dari departemen terkait dan menggambarkan pemetaan kondisi di lapangan serta mengukur komiten dalam melaporkan program kerja untuk memudahkan analisa kondisi di lapangan serta mempercepat proses pengambilan keputusan yang diperlukan. 2) Merancang grafik (run chart) jumlah kejadian illegal taping di jalur pipa KM 13 KM43 sebagai alat ukur keberhasilan sistem terintegrasi. 1.5. Manfaat dan Kegunaan Penelitian Manfaat dari tesis ini adalah: 1) Meninjau lebih lanjut penerapan teori Total Quality Management untuk Meningkatkan Kualitas dan Produktifitas. 2) Merancang pola kerja sama yang efisien dan efektif diantara departemen yang terkait 3) Merancangan sistem terintegrasi yang dapat mencegah dan menekan jumlah kejadian illegal tapping. Adapun kegunaan dari tesis ini adalah: 6

1) Sebagai masukan yang bisa dilaksanakan oleh perusahaan untuk menurunkan kejadian kasus illegal tapping. 2) Menjadi bahan kajian bagi perusahaan lain dalam menyelesaikan masalah yang sama. 7