BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Lift Net & Traps. Ledhyane Ika Harlyan. Dept. of Fisheries Resources Utilization and Marine Science Fisheries Faculty, Brawijaya University 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SURVEI PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP DEFINISI & KLASIFIKASI DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

Jaring Angkat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

rovinsi alam ngka 2011

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih

3 METODOLOGI PENELITIAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2008

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

TINJAUAN PUSTAKA. jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain jumlah mesh depth

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing).

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perikanan: Armada & Alat Tangkap

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perairan. Sumberdaya hayati (ikan) merupakan bagian dari sumberdaya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. makmur. Untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara material dan

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan yang didalamnya. pembangunan perikanan. Namun kenyataannya, sebagian besar

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

3 METODOLOGI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. udang, kakap, baronang, tenggiri, kerang, kepiting, cumi-cumi dan rumput laut yang tersebar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

mungkin akan lebih parah bila tidak ada penanganan yang serius dan tersistem. Bukan tidak mungkin hal tersebut akan mengakibatkan tekanan yang luar

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi

BAB III BAHAN DAN METODE

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

PENGANTAR ILMU PERIKANAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGGUNAAN ALAT PENANGKAPAN IKAN PUKAT HELA DI WILAYAH PERAIRAN KABUPATEN BULUNGAN

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan

PAPER TEKNIK PENANGKAPAN IKAN ALAT TANGKAP IKAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

STRUKTUR ONGKOS USAHA PERIKANAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor perikanan merupakan salah satu sektor yang dapat menunjang

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap Alat tangkap gillnet millenium

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI JEMBRANA KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 656 TAHUN 2003

ALAT PENANGKAPAN IKAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

KARYA ILMIAH BISNIS DAN BUDIDAYA KEPITING SOKA. Di susun oleh : NAMA :FANNY PRASTIKA A. NIM : KELAS : S1-SI-09

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH LAMONGAN NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERIZINAN USAHA PERIKANAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Kapal / Perahu

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 15/MEN/2009 TENTANG

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENANGKAPAN IKAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2006 NOMOR 5

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

Transkripsi:

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN) 2.1 Potensi dan Usaha Perikanan di Indonesia 2.1.1 Perikanan dan Potensi Indonesia Berdasarkan UU. No 31 tahun 2004. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam satu sistem bisnis perikanan. Sedangkan sumberdaya ikan adalah potensi semua jenis ikan, ikan sendiri adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. Indonesia termasuk salah satu negara bahari sekaligus negara kepulauan terbesar di dunia. Luas perairannya mencapai sekitar 5,8 juta km² atau 75% dari total luas wilayahnya. Wilayah perairan ini tersebar dalam bentuk pulau, berjumlah sekitar 17.506 pulau yang dikelilingi oleh 81.000 km garis pantai. Dengan luas perairan yang mencapai 5,8 juta km² tersebut, Indonesia memiliki kelimpahan sumberdaya kelautan dan perikanan dengan sejumlah keunggulan komperatif dan kompetitif yang sangat tinggi. Berdasarkan perhitungan harga di tingkat produsen tahun 2000, nilai produksi ikan tangkap mencapai Rp 18,46 triliun. Untuk benih ikan laut mencapai Rp 8,07 milyar, sedangkan untuk budidaya laut yang meliputi ikan, rumput laut, kerang-kerangan, tiram, teripang, mutiara mencapai produksi senilai Rp 1,36 triliun. 7

8 Potensi produksi perikanan Indonesia mencapai 65 juta ton per tahun. Dari potensi tersebut hingga saat ini dimanfaatkan sebesar 9 juta ton. Namun, potensi tersebut sebagian besar berada di perikanan budidaya yang mencapai 57,7 juta ton per tahun dan baru dimanfaatkan 2,08%. Sedangkan potensi perikanan tangkap (laut dan perairan umum) hanya sebesar 7,3 juta ton per tahun dan telah dimanfaatkan sebesar 65,75%. Rendahnya potensi perikanan tangkap tersebut dikarenakan dari 9 Wilayah Penangkapan Perikanan (WPP), 3 WPP sudah over fishing, 4 WPP sudah mendekati overfishing. Sehingga tinggal 2 WPP yang memiliki potensi penangkapan. Usaha perikanan khususnya budidaya air tawar/payau sekarang tidak lagi dijadikan sebagai usaha sampingan, tetapi banyak masyarakat menjadikan usaha ini sebagai usaha pokok. Usaha perikanan darat sebagai salah satu sumber penghasilan petani ikan memegang peranan penting dalam kegiatan ekspor. Produksi perikanan darat dengan areal dan potensi yang ada memungkinkan untuk ditingkatkan, yaitu dengan cara memperbaiki kombinasi faktor-faktor produksi dan pembaharuan teknologi. Sektor perikanan darat memperlihatkan prospek dengan pengembangan yang cukup besar baik dari sumber dan potensi maupun identifikasi usahanya. 2.1.2 Usaha Perikanan Indonesia Dalam pasal 25 UU. No 31 tahun 2004. Usaha perikanan dilaksanakan dalam system bisnis perikanan yang meliputi praproduksi, produksi, pengolahan dan pemasaran.

9 Secara garis besar berdasarkan cara menghasilkan produknya usaha perikanan dapat dibagi menjadi tiga jenis usaha yaitu : usaha penangkapan, usaha budidaya dan usaha pengolahan. Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah dan/atau mengawetkannya. UU. No 31 tahun 2004 pasal 1 poin 5. Budidaya perikanan adalah usaha manusia dengan segala tenaga dan kemampuannya untuk meningkatkan produksi ikan dengan cara memasukan ikan kedalam tempat dengan kondisi tertentu atau dengan cara menciptakan lingkungan yang memiliki kondisi alam yang cocok bagi ikan. Seperti kita ketahui ikan merupakan bahan pangan yang mudah rusak (membusuk). Hanya dalam waktu sekitar 8 jam sejak ikan ditangkap dan didaratkan sudah akan timbul proses perubahan yang mengarah pada kerusakan. Karena itu, agar ikan dan hasil perikanan lainnya dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin, perlu dijaga kondisinya. Pengolahan merupakan salah satu cara untuk mempertahankan ikan dari proses pembusukan sehingga mampu disimpan lebih lama sampai tiba waktunya untuk dijadikan bahan konsumsi (Adawyah, 2007:46). Dewasa ini semakin tinggi kesadaran masyarakat perikanan untuk memanfaatkan hasil perikanan yang melimpah. Selain dengan mengaplikasikan cara-cara pengawetan yang telah dikenal, pemanfaatan hasil perikanan juga semakin berkembang dengan disosialisasikannya diversifikasi produk olahan hasil

10 perikanan. Secara umum tujuan dari diversifikasi produk perikanan adalah meningkatan nilai ekonomis produk hasil perikanan, memperbaiki cita rasa produk hasil perikanan, meningkatkan daya simpan produk, dan memperluas distribusi atau pemasaran produk. 2.2 Unit Penangkapan Ikan Unit penangkapan ikan adalah suatu unit satuan teknis di dalam operasi penangkapan ikan. Unit penangkapan ikan terdiri atas nelayan, kapal dan alat tangkap. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan dan saling menunjang. 2.2.1 Nelayan Tingkat pendidikan nelayan di daerah Teluk Banten Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu memiliki tingkat pendidikan antara Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Umur nelayan yang aktif melakukan penangkapan ikan berkisar antara 16-50 tahun. Nelayan terbagi menjadi dua, yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik adalah orang yang memiliki armada penangkapan ikan (juragan). Sebagian besar nelayan pemilik armada penangkapan tidak mengikuti operasi penangkapan ikan di laut, meskipun ada beberapa nelayan pemilik yang mengoperasikan langsung kapalnya sendiri. Nelayan buruh adalah orang yang mengoperasikan atau menjalankan armada penangkapan ikan. Pada umumnya nelayan ini mendapatkan biaya

11 operasional penangkapan ikan dari nelayan pemilik. Di dalam pembagian hasil usahanya, para nelayan buruh ini mendapatkan bagian yang telah ditentukan. 2.2.2 Kapal Kapal yang digunakan oleh nelayan untuk melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan di Kabupaten Serang dikelompokkan kedalam perahu tanpa motor, motor tempel dan kapal motor. 2.2.3 Alat Tangkap (1) Alat Tangkap Jaring Rajungan dan pengoperasiannya Jaring rajungan adalah jaring yang berbentuk empat persegi panjang, mempunyai mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar jaring lebih pendek jika dibandingkan dengan panjangnya, yang artinya, jumlah mesh depth lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah mesh size pada arah panjang jaring. Agar dapat mengapung dan terentang, pada tepi atas lembaran jaring dilengkapi dengan sejumlah pelampung. Berdasarkan klasifikasi alat penangkapan ikan, jaring rajungan di klasifikasikan ke dalam kelompok jaring insang tetap, yaitu jaring dasar. Secara umum jaring insang tetap termasuk ke dalam alat jaring insang atau gillnet. Jaring rajungan yang digunakan nelayan untuk menangkap rajungan termasuk ke dalam golongan jaring puntal atau tangle net, karena rajungan yang merupakan sasaran utama penangkapannya tertangkap dengan cara terpuntal atau terbelit bagian tubuhnya pada badan jaring atau entangled.

12 Pemasangan jaring rajungan secara umum adalah dipasang melintang terhadap arah arus dengan tujuan menghadang arah ikan dan diharapkan ikan-ikan tersebut menabrak jaring serta terjerat dan terpuntal pada tubuh jaring. Oleh karena itu, jaring seharusnya dibuat agar tidak mudah dilihat oleh ikan, cara yang sangat sederhana agar jaring rajungan tidak terlihat oleh ikan yaitu dengan memilih warna meyerupai latar belakang lingkungan setempat. Misalnya pada perairan dangkal di atas pasir menggunakan jaring berwarna putih (transparan) agar tidak terlihat, sedangkan untuk jaring berwarna hijau lebih sesuai di atas perairan yang ditumbuhi alga dan tumbuhan laut lainnya. Ada tiga cara tertangkapnya ikan oleh gillnet, yaitu: tertangkap secara terjerat tepat di belakang mata (snagged), terjerat di belakang tutup insang (gilled) dan terjerat di depan sirip punggung (wedged). Namun demikian, tidak semua ikan yang tertangkap pada bagian insangnya, tetapi ada juga yang tersangkut pada bagian kaki atau sungutnya seperti udang, kepiting, rajungan dan lain-lain. Penangkapan rajungan di perairan Indonesia umumnya menggunakan gillnet, beberapa diantaranya terdapat di perairan Cirebon, Kalianget (Sumenep) dan Teluk Banten. (2) Alat Tangkap Jaring Angkat (stick-held dip net) dan pengoperasiannya Penangkapan ikan dengan jaring angkat (stick-held dip net) bertujuan agar alat tangkap dapat menjadi lebih mudah untuk berpindah tempat dan dapat beroperasi pada daerah-daerah tertentu sesuai keinginan nelayan. Operasi penangkapan menggunakan perahu motor (in board) yang dilengkapi alat tangkap

13 bagan dengan menggunakan waring yang diangkat dari dalam perairan tertentu ke permukaan perairan. Prinsip penangkapan dengan alat tangkap ini adalah jaring diturunkan di bawah permukaan air, kemudian ikan dikumpulkan dengan mengumpulkan cahaya (lampu), setelah ikan terkumpul selanjutnya jaring diangkat (Gambar 2.1). Gambar 2.1 Operasi Jaring Angkat (stick-held dip net) Sumber : Media on line google.com Pengoperasian jaring angkat (stick-held dip net) dimulai dengan menyalakan lampu merkuri sebagai lampu cahaya penarik bagi ikan (light fishing) pada bambu penyangga. Lampu merkuri digantungkan pada sepuluh buah bambu. Bambu penyangga lampu merkuri diletakkan di bagian kiri lambung kapal. Jarak lampu merkuri dari lambung kiri kapal sejauh 3 m 4 m dengan ketinggian lebih kurang 1,5 m dari permukaan air laut. Setelah ikan terkumpul cukup banyak di bawah lampu merkuri, perlahan-lahan waring diturunkan dengan terlebih dahulu memasang bingkai pada bagian mulutnya. Lampu merkuri yang terletak di lambung kiri kapal dimasukkan ke dalam palkah. Pada saat waring diturunkan

14 nelayan tetap memperhatikan keberadaan ikan, kemudian waring dibiarkan sampai diperkirakan ikan terkumpul kembali dan lampu merkuri segera ditempatkan kembali di daerah tangkapan (catchable area). Penaikan waring dilakukan oleh seorang nelayan secara perlahan. Saat waring sudah mendekati permukaan, pengangkatan waring dipercepat agar ikan yang berada di daerah tangkapan (catchable area) tidak dapat meloloskan diri. Setelah bingkai waring mencapai permukaan, kemudian bingkai dilepaskan dan diletakkan di atas dek kiri kapal. Selanjutnya badan waring ditarik. Ikan yang berada di kantong waring diambil menggunakan serok, dimasukkan ke dalam keranjang dan dilakukan sortasi. Setelah kegiatan ini selesai waring dan lampu petromaks dipersiapkan untuk melakukan operasi penangkapan ikan berikutnya.