P E N D A H U L U A N

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan antara sesama manusia berlangsung sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: )

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keturunan maka penerus silsilah orang tua dan kekerabatan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

PERANAN DALIHAN NATOLU DALAM HUKUM PERKAWINAN MASYARAKAT ADAT BATAK TOBA (STUDI MENGENAI HUKUM PERKAWINAN ADAT BATAK DI KECAMATAN BALIGE)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suku tertua. Dalam suku Batak terdapat beberapa sub-suku-suku yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang

I. PENDAHULUAN. defenisi mengenai kebudayaan sebagai berikut (terjemahannya):

BAB I PENDAHULUAN. maupun antara perorangan dengan kelompok manusia. Hartomo, H (1997)

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya

BAB I PENDAHULUAN. mendiami daerah Simalungun begitu juga dengan yang lainnya. marga, dimana menghubungkan dua pihak yakni pihak parboru atau sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda. Masyarakat

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang

BAB II PERANAN DALIHAN NATOLU DALAM PELAKSANAAN PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukankajian

BAB III PERANAN DALIHAN NATOLU SEBAGAI MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERKAWINAN ADAT BATAK TOBA

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA. Oleh MIKAWATI INDRYANI HUTABARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. lain yang berhubungan dengan perasaan dari orientasi seleksinya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harus dipenuhi guna menjaga kelangsungan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan

PERANAN DALIHAN NATOLU DALAM HUKUM PERKAWINAN ADAT BATAK TOBA (Studi Pada Perkumpulan Masyarakat Adat Batak Toba Di Bandar Lampung) Skripsi.

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat Batak Simalungun. Soerbakti (2000:65) mengatakan,

DALIHAN NATOLU ROLE IN TRADITIONAL MARRIAGE PORTLAND, OREGON SEKAR ROSE COUNTRY VILLAGE OF SAND TURTLE INDRAGIRI UPSTREAM

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak.

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sikap (attitude) adalah evaluasi terhadap objek psikologis terhadap

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak dan Batak Mandailing,

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. Rumah adat Batak Toba atau yang disebut (Jabu) juga sangat sangat banyak ditemukan.

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia. yang dilalui untuk dapat mempertahankan dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

I. PENDAHULUAN. negara ini memiliki beragam adat budanya dan hukum adatnya. Suku-suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan

PARTUTURON DALAM MASYARAKAT ANGKOLA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. proses, atau apapun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. dikerjakan, dan diterapkan oleh manusia (budi-daya manusia). Kata kebudayaan berasal

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang heterogen, Indonesia memiliki banyak suku yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. antara dua jenis manusia, tetapi hubungan yang masing-masing mempunyai peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. hanya akan mendapat hak waris bergerak seperti emas, perhiasan atau

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah

KATA SAPAAN DALAM BAHASA BATAK TOBA

KONSTRUKSI MAKNA NILAI NILAI FALSAFAH DALIHAN NA TOLU BAGI BATAK PERANTAU DI KOTA JAKARTA

BAB IV PENUTUP. Simpulan dan Saran-saran. 1. Bahwa proses mangain marga kepada laki-laki di luar marga Batak Toba

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian itu, karena orang-orang Batak kota pun tetap berpedoman pada

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. penduduk, sistem kekerabatan, agama dan kepercayaan, dan sistem kesenian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. penganutnya. Indonesia merupakan negara penganut budaya Timur dan

THE ROLE OF THE TOBA BATAK UNITS IN BEQUEATH TEMPLE OF TOBA COMMUNITY MARRIAGE IN THE DURI SEBANGA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menganggap bentuk kehidupan itu benar, baik dan berguna bagi mereka. Fenomena dari

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah konflik sendiri secara etimologis berasal dari bahasa Latin con yang

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB I PENDAHULUAN. (machstaat). Dengan demikian, berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 negara

Oleh : Rena Megawati. Mahasiswi Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Katolik Parahyangan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki berbagai fungsi dalam penggunaannya. Salah satu di

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam Islam merupakan anjuran bagi kaum muslimin. Dalam undang

PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA DENGAN MASYARAKAT JAWA DI KOTA PEMATANG SIANTAR SERTA AKIBAT HUKUMNYA.

BAB IV KAJIAN MULTIKULTURAL DALIHAN NA TOLU DALIHAN NA TOLU DALAM PERSPEKTIF KONSELINGMULTIKULTURAL

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

Transkripsi:

BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Sebagaimana telah kita ketahui, Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari berbagai-bagai pulau dari Sabang sampai Merauke, dan didiami oleh berbagai-bagai suku bangsa, yang semuanya dinamakan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia yang terdiri dari bebagai suku ini mempunyai adat, dan bahasa yang berbeda-beda pula. Tetapi walaupun adatnya berbeda, tetap mempunyai beberapa persamaan. Salah satu suku, dari bangsa Indonesia yang mendiami sebagian pulau di Indonesia, yang terdapat di pulau Sumatera jelasnya Propinsi Sumatera Utara disebutlah suku Batak. 1 Hukum bertujuan untuk mengatur tata kehidupan dari suatu masyarakat dimana hukum itu berlaku. Demikian juga hukum adat Batak bertujuan mengatur masyarakat batak dalam bertingkah laku, serta mengatur segenap segi kehidupannya. Dalam kehidupannya sehari-hari, selalu didasari oleh kaidahkaidah yang terdapat dalam hukum adat. Dari sekian banyak segi-segi kehidupan masyarakat Batak, Penulis mencoba menelaah salah satu dari segi kehidupan yaitu masalah hukum perkawinan. 1 Masyarakat Batak, oleh Van Vollenhoven adalah merupakan satu lingkungan hukum. Oleh karena itu masyarakat Batak mempunyai hukum adat tersendiri yang berbeda dengan hukum adat lingkungan hukum adat yang lain di Indonesia.

Masalah perkawinan adalah masalah yang penting bagi semua manusia, karena perkawinan adalah merupakan satu-satunya cara sampai saat ini untuk melanjutkan keturunan. Oleh karena itu di dalam melakukan suatu perkawinan haruslah terlebih dahulu, melalui proses-proses tertentu, yang telah ditentukan dalam hukum adat. Proses-proses ini harus dilalui apabila seorang orang batak mau melakukan perkawinan. Jadi hukum adat Batak yang ditaati oleh semua orang Batak telah menetapkan bagaimana proses yang harus dilakukan, serta tindakan-tindakan apa yang harus dilaksanakan, dan syarat-syarat apa yag harus dipenuhi, apabila seorang orang Batak mau melaksanakan perkawinan. 2 Pengertian Dalihan adalah tungku yang dibuat dari batu, sedangkan Dalihan natolu adalah tungku tempat memasak yang terdiri dari tiga batu. Ketiga dalihan yang ditanam berdekatan ini berfungsi sebagai tungku tempat memasak. Dalihan harus dibuat sama besar dan ditanam sedemikian rupa sehingga jaraknya simetris satu sama lain serta tingginya sama dan harmonis. Ompunta naparjolo martungkot sialagundi. Adat napinungka ni naparjolo sipaihut-ihut on ni na parpudi. Umpasa itu sangat relevan dengan falsafah Dalihan Natolu paopat sihal-sihal sebagai sumber hukum adat Batak. Apakah yang disebut dengan Dalihan Natolu paopat sihal-sihal itu? Dari umpasa di atas, dapat disebutkan bahwa Dalihan Natolu itu diuraikan sebagai berikut : Somba marhula-hula, manat mardongan tubu, elek marboru. Angka na so somba marhula-hula siraraonma gadongna, molo so Manat mardongan tubu, natajom ma adopanna, jala molo so elek marboru, andurabionma tarusanna. 2 2 Saragih Djaren, Hukum Perkawinan Adat Batak (Bandung : Tarsito, 1980), h 26.

Itulah tiga falsafah hukum adat Batak yang cukup adil yang akan menjadi pedoman dalam kehidupan sosial yang hidup dalam tatanan adat sejak lahir sampai meninggal dunia. Pesta perkawinan bagi orang Batak adalah salah satu upacara yang terpenting. Oleh karena hanya orang yang sudah kawin berhak mengadakan upacara adat, dan upacara-upacara adat lainnya seperti menyambut lahirnya seorang anak, pemberian nama kepadanya dan lain sebagainya adalah sesudah pesta perkawinan itu. Tambahan lagi, adapun pesta perkawinan dari sepasang pengantin merupakan semacam jembatan yang mempertemukan Dalihan Natolu dari orang tua penganten lelaki dengan Dalihan Natolu dari orang tua penganten perempuan. Artinya karena perkawinan itulah maka Dalihan Natolu dari penganten pria merasa dirinya berkerabat dengan Dalihan Natolu pengantin wanita, demikian pula sebaliknya. Segala istilah sapaan dan acuan yang digunakan oleh pihak yang satu terhadap pihak yang lain, demikian pula sebaliknya, adalah istilah-istilah kekerabatan berdasarkan Dalihan Natolu. Perkawinan menurut hukum adat tidak semata-mata berarti suatu ikatan antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri untuk maksud mendapatkan keturunan dan membangun serta membina kehidupan keluarga rumah tangga, tetapi juga berarti suatu hubungan hokum yang menyangkut para anggota keraabat dari pihak isteri dan pihak suami. Terjadinya perkawinan, berarti berlakunya ikatan kekerabatan untuk dapat saling membantu dan menunjang hubungan kekerabatan yang rukun dan damai. Dengan terjadinya perkawinan, maka diharapkan agar dari perkawinan itu didapat keturunan yang akan menjadi

penerus silsilah orang tua dan kerabat, menurut garis ayah atau garis ibu ataupun garis orang tua. Adanya silsilah yang menggambarkan kedudukan seseorang sebagai anggota kerabat, adalah merupakan barometer dari asal-usul keturunan seseorang yang baik dan teratur. 3 Hal ini dikarenakan bahwa pada perkawinan orang Batak bukanlah persoalan suami istri, namun termasuk orang tua serta saudara kandung masingmasing, akan tetapi merupakan ikatan juga dari marga orang tua si suami dengan marga orang tua si istri, ditambah lagi dengan boru serta hula-hula masing-masing pihak. Akibatnya ialah kalau cerai perkawinan sepasang suami istri maka putus pulalah ikatan antara dua kelompok tadi. Kesimpulannya ialah perkawinan orang Batak haruslah diresmikan secara adat berdasarkan adat. Dalihan Natolu, dan upacara agama serta catatan sipil hanyalah perlengkapan belaka. Perkawinan orang Batak yang hanya diabsahkan dengan upacara agama serta catatan sipil boleh dikatakan masih dianggap perkawinan gelap oleh masyarakat Batak dilihat dari sudut adat Dalihan Natolu. Buktinya ialah apabila timbul keretakan di dalam suatu rumah tangga demikian maka sudah pasti marga dari masing-masing pihak tidak merasa ada hak dan kewajiban untuk mencampurinya. 4 3 Hadikusuma Hilman, Hukum Perkawinan Adat (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1990), h 70. 4 Siahaan Nalom, Dalihan Natolu Prinsip dan Pelaksanaannya, (Jakarta : Tulus Jaya, 1982), h. 18.

B. Perumusan Masalah: Adapun permasalahan yang dapat dikemukakan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana peranan Dalihan Natolu dalam proses pelaksanaan perkawinan Adat Batak Toba. 2. Bagaimana peranan Dalihan Natolu sebagai mediator bagi penyelesaian permasalahan dalam perkawinan Adat Batak Toba. C. Keaslian Penulisan Sepengetahuan penulis, Skripsi dengan judul PERANAN DALIHAN NATOLU DALAM PERKAWINAN ADAT BATAK TOBA belum pernah dilakukan. Skripsi ini adalah asli dari ide, gagasan, pemikiran dan usaha penulis tanpa ada penipuan, penjiplakan atau lainnya yang dapat merugikan pihak-pihak tertentu, untuk itu penulis dapat bertanggung jawab atas keaslian penulisan skripsi ini. D. Tujuan dan Manfaat Penulisan: Berdasarkan dari perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui peranan Dalihan Natolu dalam hukum perkawinan masyarakat adat Batak Toba. 2. Untuk mengetahui peranan Dalihan Natolu sebagai mediator bagi penyelesaian permasalahan dalam perkawinan adat Batak Toba

Manfaat teoritis dan praktis yang diharapkan dalam Penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui peranan Dalihan Natolu dalam hukum perkawinan masyarakat adat Batak Toba. 2. Sebagai sumbangan teoritis bagi pengembangan ilmu hukum umumnya dan khususnya hukum adat tentang peranan Dalihan Natolu dalam Hukum Perkawinan Adat Batak Toba. 3. Memberikan sumbangan pikiran atau penambahan wawasan dan kajian terhadap public atau masyarakat Batak Toba tentang peran Dalihan Natolu sebagai mediator bagi penyelesaian permasalahan dalam perkawinan adat Batak Toba 4. Memberikan sumbangan pikiran dan kajian bagi Pemerintah Daerah di Tobasa pada khususnya tentang peranan Dalihan Natolu dalam perkawinan adat Batak Toba yang merupakan basis untuk dapat mengarahkan sistim kemasyarakatan masyarakat Batak Toba di masamasa mendatang, dengan memetik manfaat nilai-nilai Dalihan Natolu untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam rangka pembinaan masyarakat Batak Toba yang modern agar tidak terlalu jauh dipengaruhi kebudayaan barat.

E. Tinjauan Kepustakaan 1. Pengertian Dalihan Natolu Dalihan Natolu merupakan tatanan sosial kemasyarakatan orang Batak yang diibaratkan dengan pemilihan tungku masak berkaki tiga. Ketiga kaki tungku melambangkan struktur sosial masyarakat Batak yaitu: a. Kelompok Dongan Sabutuha b. Kelompok Hula-Hula c. Kelompok Boru Nama setiap kelompok juga mengisyaratkan fungsi sosial setiap kelompok. Satu dari kaki tungku mempresentasikan kelompok dan fungsi dongan sabutuha, yaitu orang yang satu marga dengan fungsi kepada sesama. Kaki kedua mempresentasikan kelompok dan fungsi Hula-hula, yaitu kumpulan beragam marga asal asal para isteri dari orang semarga. Kaki ketiga mempresentasikan kelompok dan fungsi boru yaitu kumpulan beragam marga asal suami dari perempuan semarga. 5 Ketiga struktur dan fungsi sosial tersebut adalah dasar berpijak dan tonggak penopang (pilar) dari pergaulan hidup masyarakat Batak atau dengan kata lain sebagai suatu tatananan sosial masyarakat. Istilah-istilah sapaan yang digunakan oleh orang batak sesamanya, apakah semarga atau tidak semarga adalah sesuai dengan kaidah Dalihan Natolu. Dalihan natolu merupakan sesuatu yang unik di dunia,lahir sendiri di tanah Batak sejak zaman dahulu kala dan masih 5 P.L.Situmeang Doangsa, Dalihan Natolu Sistem Sosial Kemasyarakatan Batak Toba, (Jakarta, : Kerabat, 2007), h 205.

dihayati serta diamalkan oleh suku bangsa itu. Tanah batak adalah daerah pedalaman di Sumatera Utara dengan Danau Toba sebagai pusatnya. 2) Apa itu yang dinamai Dalihan Natolu? Arti kata ini secara harafiah ialah tungku nan tiga yang merupakan lambang jika diasosiasikan dengan sistem sosial Batak yang juga mempunyai tiga tiang penopang yaitu dongan sahuta, hula-hula dan boru. 6 Arti tiga kata ini secara berturut ialah : a. Pihak yang semarga b. Pihak yang memberi isteri c. Pihak yang menerima isteri 2. Pengertian Perkawinan Menurut Hukum Adat Batak Toba Perkawinan menurut masyarakat adat Batak Toba adalah dimana seorang laki-laki mengikatkan diri dengan seorang wanita, untuk hidup bersama dalam satu rumah tangga dengan melalui prosedur yang ditentukan dalam ketentuanketentuan hukum adat batak. F. Metode Penelitian Dalam hal penulisan skripsi ini, pengumpulan data sebagai bahan acuan guna pembahasan masalah-masalah menggunakan Metode Penelitian Kepustakaan (Library Research Method), yaitu cara pengumpulan data berdasarkan kepustakaan, dimana sebagian bahan diambil dari buku-buku yang

berhubungan dengan objek penelitian yang telah dipilih terlebih dahulu dan sifatnya lebih teoritis. Buku-buku dan teori tersebut bersumber dari: a. Buku-buku yang berhubungan dengan penulisan skripsi. b. Artikel-artikel dari majalah, surat kabar. c. Data dari websites internet. d. Bahan Kuliah yang tidak dipublikasikan. G. Sistematika Penulisan Skripsi ini disajikan dalam Enam Bab yang secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Setiap Bab berturut-turut saling mempunyai keterkaitan antara satu dengan yang lain. Pada setiap Bab tersebut juga dibagi atas beberapa sub bab dalam rangka memperjelas keterangan yang ada pada setiap Bab tersebut. Adapun rincian sistematika yang dimaksud adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Merupakan pendahuluan yang menguraikan apa yang menjadi alasan pemilihan skripsi ini, sekaligus merumuskan masalah, serta memaparkan cara untuk mencapai tujuan pembahasan skripsi ini dan juga membatasi ruang lingkup pembahasan. 6 Saragih Djaren,dkk. Hukum Perkawinan Adat Batak, khususnya Simalungun, Toba, Karo, dan UU Tentang Perkawianan (UU. No 1/1974)Bandung :.Tarsito., 1980), h.29

BAB II : PERANAN DALIHAN NATOLU DALAM PERKAWINAN ADAT BATAK TOBA Bab ini berisikan uraian teoritis secara umum dimana akan diuraikan mengenai peranan Dalihan Natolu dalam pelaksanaan perkawinan adat Batak Toba, dalam bab ini juga dibahas mengenai beberapa permasalahan yang sering timbul dalam peranan Dalihan Natolu di bidang hukum perkawinan aadat Batak Toba. BAB III: PERANAN DALIHAN NATOLU SEBAGAI MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERKAWINAN ADAT BATAK TOBA. Bab ini menguraikan beberapa jenis permasalahan yang sering timbul dalam perkawinan dan menjelaskan bagaimana peranan Dalihan Natolu sebagai mediator dalam penyelesaian sengketa perkawinan Adat Batak Toba. BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN Berisi kesimpulan dan saran yang ditarik berdasarkan apa yang telah dijabarkan secara jelas didalam bab pembahasan. Berdasarkan kesimpulan ini kemudian diberikan saran yang dianggap dapat memberikan masukan-masukan, minimal untuk memperluas cakrawala pengetahuan dan pemikir.