PELATIHAN BASIC HYPNOPARENTING BAGI AWAM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. suatu unit terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga. Dalam keluarga, manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

POLA ASUH MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF AUD. Zumrotus Sholichati PPL PLS UNY

PERSEPEKTIF PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERLINDUNGAN DIRI ANAK Oleh: Arumi Savitri Fatimaningrum, S.Psi., M.A.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BE SMART PARENTS PARENTING 911 #01

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

KOMUNIKASI EFEKTIF ANTARA ORANG TUA DAN REMAJA MENGENAI TEMAN BERGAUL REMAJA. Dra. Muniroh A, M. Pd Afra Hafny Noer, S. Psi, M. Sc

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial. membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi.

BAB I. pendidikan informal dalam rangka pembentukan nilai-nilai, sopan santun, (1991) bahwa keluarga, yakni orangtua merupakan sumber pengasuhan dan

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup?

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BABI PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan media komunikasi yang semakin pesat,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup?

Most Conceptual. Personal Dewasa

Most Expanding. Personal Dewasa

BAB I PENDAHULUAN. non-formal, dan informal (ayat 3) (Kresnawan, 2010:20).

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti

POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP ANAK. Pelayanan rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas intelektual berbasis keluarga

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

Yuk Parenting Ala Anti Mainstream!

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK

LAMPIRAN. repository.unisba.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

Membangun Karakter Anak Usia Dini SERI BACAAN ORANG TUA

Membangun Sosial Emosi Anak. di Usia 4-6 tahun SERI BACAAN ORANG TUA

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB II HUBUNGAN SOSIAL KELOMPOK USIA 5-6 TAHUN DAN SENTRA IMAN DAN TAQWA. A. Perkembangan hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial, selalu berinteraksi dengan lingkungannya.

PERSPEKTI Tentang PAUD DAN PENDIDIKAN DASAR

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. tergolong cukup (48.51%). Komitmen afektif masih tergolong cukup dikarenakan

PELATIH OLAHRAGA DAN KODE ETIKNYA. Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan yang dia lihat. Istilah yang sering didengar yaitu chidren see children

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BIMBING SI KECIL UNGKAPKAN EMOSI

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

Most Reliable. Personal Dewasa

BAB I PENDAHULUAN. menerus merupakan aspek yang harus dibina dalam olahraga. sampai sasaran perilaku. McClelland dan Burnham (2001), motivasi

PERLINDUNGAN ANAK DILIHAT DARI ASPEK SOSIOLOGI PENDIDIKAN * Oleh: Farida Hanum, M.Si **

5 KEY ELEMENT SERVICE

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap

REVITALISASI USAHA PEDAGANG KLITHIKAN PASCA GEMPA BUMI 27 MEI 2006 di DIY (Tinjauan Aspek psikologis)

LAMPIRAN 1. Blue Print Kuisioner. Dukungan Sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat penting artinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Meningkatnya tingkat kekerasan seksual terhadap anak di Kota Bekasi pada

PERANAN ORANGTUA DALAM MENANAMKAN DISIPLIN ANAK USIA DINI. DAMAIWATY RAY Dosen PG PAUD FIP Unimed

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Dunia ini tidak pernah lepas dari kehidupan. Ketika lahir, sudah disambut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengalaman Memaafkan. kebanyakan berfokus pada memaafkan sebagai proses dengan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Coakley (dalam Lerner dkk, 1998) kadang menimbulkan terjadinya benturan antara

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja. yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang.

Perkembangan Emosi Pada Bayi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT BAGIAN PSIKOLOGI KLINIS FAKULTAS PSIKOLOGI UNDIP BEKERJASAMA DENGAN RS. HERMINA BANYUMANIK SEMARANG PELATIHAN BASIC HYPNOPARENTING BAGI AWAM SEMARANG, 23 AGUSTUS 2014 AULA RS. HERMINA BANYUMANIK SEMARANG

POSITIVE PARENTING, APA DAN BAGAIMANA? (materi pengantar) Kartika Sari Dewi ksdewi.pklinis@gmail.com Koordinator Bagian Psikologi Klinis Fakultas Psikologi UNDIP; Psikolog RS. Hermina Banyumanik Semarang kami bukan ahli parenting, tapi mencoba melakukan advokasi bagi kepentingan anak, bahwa pada dasarnya semua manusia termasuk anak kita memiliki hak untuk diperlakukan dengan penuh penghargaan dan kasih sayang (Rebbeca & Ling, 2012). Apakah Positive Parenting? Setiap orangtua tentu akan berharap dan bertindak untuk tujuan yang sama dalam pengasuhan putra-putrinya. Setiap orangtua ingin menjadi orangtua yang percaya diri, penuh kasih sayang, dan sukses sebagai individu sehingga dapat mengantarkan anak-anak kita menjadi insan yang penuh belas kasih dan baik budi, memiliki moral dan harga diri yang positif, memiliki kemampuan untuk mengahadapi tekanan teman sebayanya, mampu mengambil keputusan yang terbaik, memiliki sikap dan perilaku yang baik, dan tentu saja menjadikannya bahagia. Positive parenting dikembangkan untuk memberdayakan anak-anak meraih tujuantujuan tersebut melalui landasan yang solid dari interaksi orangtua-anak yang penuh kepercayaan. Dalam positive parenting orangtua menggunakan kekuatan interaksi mereka pada anak, batasan yang empatik, dan contoh-contoh positif untuk membimbing anak-anak dalam jalur yang tepat. Orangtua memandang anak-anak bukan sebagai seseorang yang memiliki posisi di bawah mereka dan harus dikendalikan, namun orangtua menciptakan interaksi yang penuh rasa saling menghargai, bekerjasama disamping anak dan mengajari mereka untuk mengendalikan dan mengatur diri mereka sendiri. Positive parenting bukanlah sebuah metode pengasuhan, namun merupakan filosofi, yaitu cara pandang orangtua terhadap interaksi mereka dengan anak-anaknya dan bagaimana anak tersebut. Positive parenting mencoba untuk membantu orangtua menjalankan pengasuhan kepada anak-anak mereka berdasar latar belakang budayanya hingga mencapai tujuan dengan optimal. 1

Mengapa Positive Parenting Penting? Positif parenting menjadi penting karena idealnya menjalani peran sebagai orangtua merupakan perjalanan yang indah dan bermanfaat. Namun kenyataannya, tidak ada sekolah untuk menjadi orangtua. Orangtua seringkali hanya mengembangkan pola asuh yang diterimanya dahulu dari orangtua mereka tanpa memperhatikan kepentingan anak dan situasi yang berkembang saat ini. Meski apa yang diterima orangtua dulu tidaklah selalu negatif, namun tanpa memahami dengan baik pengasuhan terdahulu, orangtua saat ini akan kesulitan mengkomunikasikannya pada anak-anak mereka dan memenuhi tuntutan situasi yang terus berkembang (ingat, anak-anak kita lahir pada era digital dan media berbeda dengan kita dahulu, tentu saja ancaman dan hambatan yang harus mereka lalui berbeda dengan kita ketika masih kanak-kanak). Hal inilah yang memicu banyaknya pertentangan antara orangtua dan anak. Dengan positive parenting kendala tersebut dapat teratasi karena positive parenting mencoba membuat para orangtua mengubah mindset negatifnya tentang anak dan perilakunya. Mengubah peran orangtua tradisional yang dianggap menciptakan friksi dan perlawanan dari anak dan mengembangkan peran alamiah orangtua yang menciptakan kerjasama dan kedamaian. Sehingga batu pijakan dalam positive parenting adalah memperbesar rasa saling memahami dan keterkaitan antar anggota keluarga, apapun latar belakangnya. Selain itu, tidak sedikit orangtua yang mengeluh kurang percaya diri dan kurang terampil dalam pengasuhan anak. Kondisi ini tidak perlu terjadi ketika positive parenting menjadi landasan berpijak kita dalam pengasuhan anak. Kita sebagai orangtua hendaknya meyakini bahwa tidak ada yang menjamin anak-anak kita akan tumbuh sempurna dan kita sebagai orangtua akan selalu benar dalam bertindak. Namun, ada hal yang pasti kita yakini, bahwa anak-anak membutuhkan kasih sayang orangtuanya, mereka akan menyayangi kita tanpa syarat, dan sebaliknya berharap hal yang sama dari kita. Sehingga, yang kita perlu lakukan adalah mengupayakan atmosfir yang nyaman, penuh kasih sayang, dan bertanggung jawab dalam keluarga. Dapat disimpulkan bahwa positive parenting membantu kita menyadari bahwa menjadi orangtua merupakan fase pembelajaran dalam hidup kita untuk mau bekerjasama dengan pasangan kita dan bertumbuh menjadi individu yang semakin matang, disamping membimbing anak-anak kita menjadi insan yang memiliki bekal cukup untuk mandiri kelak, dengan karakter yang penuh kasih sayang, tangguh menghadapi problematika yang ada, dan juga bertanggung jawab pada diri sendiri. 2

Bagaimana Memulai Positive Parenting? Ada lima prinsip dasar dalam positive parenting, yaitu: 1. Kelekatan Sebagai manusia kita terikat pada interaksi saling terhubung satu dengan yang lain. Kelekatan adalah interaksi antara orangtua-anak yang berkembang sejak anak dilahirkan hingga dewasa kelak. Interaksi yang penuh kepercayaan dapat tumbuh ketika orangtua memberikan pengasuhan dan penyediaan kebutuhan anak secara konsisten, penuh afeksi, dan dukungan. 2. Saling menghargai Setiap manusia berhak dihargai sebagai individu. Menghargai anak kita berarti kita memperlakukan mereka dengan cara merawat pikiran dan tubuh mereka, secara konsisten memenuhi kebutuhan mereka, dan menunjukkan penghargaan kita pada mereka sebagaimana kita ingin dihargai. 3. Pengasuhan yang proaktif Menjadi proaktif berarti orangtua menyadari perilaku anak-anak dan memahami masalah potensial yang dapat berkembang menjadi problem yang nyata pada mereka. Selain itu, orangtua yang proaktif berarti juga menyadari kebutuhan anak dan mampu mengidentifikasi kebutuhan tersebut sebelum menimbulkan perilaku bermasalah. 4. Kepemimpinan yang empatik Dalam hal ini, positive parenting berbeda dengan pengasuhan permisif. Karena positive parenting menciptakan dan mengembangkan batasan yang jelas pada anak. Berbeda dengan pengasuhan otoriter, batasan yang dikembangkan adalah batasan konsisten dan jelas tanpa menerapkan kekerasan, kekuatan, dan hukuman. Batasan ini berkembang dalam lingkungan yang empatik dan penuh kebaikan. Aturan yang berjalan disesuaikan dengan kebutuhan anak dan penjelasan yang membuatnya memahami konsekuensi dari tindakannya tersebut. 5. Disiplin tanpa hukuman Hukuman diyakini berbeda dengan disiplin. Hukuman mengajarkan anak untuk tidak melanggar aturan karena akan berakibat pada konsekuensi negatif yang diterima anak dan memunculkan ketakutan. Sedangkan disiplin mengajarkan anak pada perilaku spesifik yang keliru, memberinya alternatif perilaku yang lebih sesuai, dan mengajari mereka bagaimana cara mengelola dan berperilaku lebih baik sebagai individu. 3

Positive Parenting in Action a. Berbicara dan mendengarkan Seperti kita ketahui, setiap anak adalah unik. Oleh karenanya ketahui betul karakteristik anak, apa yang membuatnya marah/bersedih sehingga kita dapat mengantisipasi situasi tersebut. Berbicara dan mendengarkan anak dapat membantunya memahami situasi yang terjadi. Beberapa hal yang terkait dengan ini, adalah: 1. Bahasa, gunakanlah bahasa yang positif. Hindari kata jangan, dilarang, tidak boleh. Contoh: Jangan membuat ruangan berantakan! cobalah Tolong rapikan mainanmu, ya! 2. Ubahlah nada dan intonasi bicara. Bereaksilah sewajar mungkin dan cobalah menurunkan intonasi bicara ketika kita sedang emosi. Hal ini membantu anak terhindar dari situasi menakutkan. 3. Dengarkan. Setiap anak ingin didengarkan, dia sedang bereksperimen dengan kosa kata baru dan ingin dipahami kebutuhannya. Dukung anak anda untuk menceritakan apapun yang ingin disampaikannya kepada anda. Hindarilah berdiri atau pada posisi wajah lebih tinggi daripada anak ketika mendengar/ berbicara kepadanya. 4. Emosi. Bantu anak untuk mengenali emosi dan perasaan yang mereka alami dan menyampaikannya kepada anda. 5. Menjelaskan. Berilah alasan/penjelasan riil yang mereka pahami mengenai aturan, himbauan, batasan, dan larangan yang anda sampaikan kepadanya. 6. Libatkan anak dalam penyusunan aturan/batasan. Sampaikan apa yang anda harapkan kepada mereka dan konsekuensi dari tindakan mereka terkait batasan dan aturan. Dengarkanlah respon mereka mengenai hal tersebut. 7. Diskusi. Jadikan diskusi sesuai kemampuan dan perkembangan usia anak sebagai kebiasaan dalam keluarga. 8. Berbicaralah dengan senyum, pelukan, dan ciuman kasih sayang. Nyatakan rasa sayang dan cinta anda pada mereka dengan berbagai cara. b. Bermain bersama Bermain merupakan aktivitas yang penting bagi anak. Karena dengan bermain mereka menikmati waktu mereka sekaligus belajar banyak hal. Anak memerlukan waktu bermain baik sendirian, bersama saudara, atau bersama orang lain, termasuk anda. Apapun permainannya, baik itu menggambar, bermain di air, atau berimajinasi sekalipun buatlah simpel dan bergabunglah dengan mereka. 4

c. Memahami perubahan karena mereka bertumbuh Setiap anak membutuhkan pemahaman orangtua bahwa kebutuhan mereka setiap tahapan usia berbeda. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan seiring usia mereka, yaitu: eksplorasi, kemandirian, dan dukungan. Tiap anak membutuhkan kesempatan untuk itu meski kemampuan dan kebutuhannya akan berbeda di tiap level usianya. d. Ciptakan batasan, aturan, dan rutinitas Setiap anak memerlukan aturan yang jelas, batasan, dan rutinitas. Oleh karenanya, buatlah aturan dan batasan tersebut: konsisten, persetujuan dari masing-masing pihak baik pasangan maupun anak, simpel, dan jelas, masuk akal untuk anak, dilakukan bertahap. Selain itu, jadilah orangtua yang konsisten dengan mengikuti aturan dan batasan yang dibuat bersama dan menepati janji kepada anak-anak Anda. Berhatihatilah membuat janji karena konsekuensinya adalah harus menepatinya. e. Beri hadiah dan kenali perilaku yang baik Setiap anak menyukai perhatian orangtuanya, mereka tidak mengenal apakah perhatian tersebut bentuk amarah atau kebanggaan. Maka tugas orangtua adalah memperhatikan perilaku dan sikap anak yang memang selayaknya dipertahankan oleh mereka. Jangan sampai anak malah mempertahankan sikap dan perilaku buruknya di depan anda, hanya demi mendapatkan perhatian anda. Awalilah dengan: 1. Beri pujian dan hadiah meski tidak harus berupa barang pada aktivitas dan perilaku positifnya. 2. Hadiah dan dukungan adalah penghargaan yang paling dianggap berarti oleh anak dan meningkatkan kepercayaan diri dan harga dirinya. 3. Cobalah untuk tidak terlalu menekankan pada hal-hal kecil yang keliru. Jika kita senantiasa menghargai hal-hal baik yang mereka lakukan dan mengabaikan kesalahan mereka dengan sikap wajar kita, maka mereka akan belajar bahwa perilaku yang keliru bukanlah fokus perhatian. f. Bangun kepercayaan diri Membangun kepercayaan diri anak akan membantunya berani mencoba hal baru, berteman dan mengatasi rasa sedih dan kegagalannya secara mandiri. Berilah kesempatan anak mengalami hal-hal baru dan tantangan yang ada dengan penuh dukungan dari orangtua, yakinkan mereka bahwa anda menyayangi mereka apapun yang terjadi, berilah kesempatan mereka menyelesaikan masalahnya sendiri sepanjang tidak membahayakannya, biasakanlah memujinya lima kali lebih banyak daripada mengkritisinya, dan hindari membanding-bandingkan mereka dengan anak lain. 5

g. Miliki harapan yang realistik dan jalani konsekuensinya Memiliki harapan realistik pada anak, dapat dilakukan dengan cara memberi kesempatan mereka untuk melakukan kesalahan dan hargai usahanya. Selain itu, dukung anak untuk memahami dirinya dan mengambil tanggung jawab pada setiap tindakannya. h. Hadapi krisis dengan positif Menghadapi krisis dapat dimulai dengan mulailah peka dan mengenali pemicu krisis, cobalah mengacaukan perhatian atau perilaku anak yang anda anggap tidak sesuai, berilah waktu anak untuk memahami masalah apa yang terjadi dan apa kesalahan mereka, tarik hal-hal yang anda anggap memicu masalah yang muncul dari anak meskipun itu haknya (seperti: permainan yang berbahaya, program televisi yang mengandung kekerasan dan pornoaksi), dan jadilah model peran yang positif. i. Peliharalah diri sendiri Sebagai individu setiap orangtua berhak untuk memiliki waktu memelihara diri, memiliki minat/hobi di luar rumah, menerima bantuan dari keluarga dan teman, beristirahat selagi bisa, menjaga kesehatan, memahami keterbatasan kita, dan berkumpul dengan orangtua lainnya dengan anak mereka, anak anda pun membutuhkan hal tersebut. j. Bertindaklah positif ketika keadaan memburuk Ketika kondisi memburuk dan anda mulai merasa down atau mengalami emosi negatif, maka berusahalah tetaplah tenang, ambil waktu sendiri dan pisahkan anak sementara ketika anda sedang mengalami masa buruk, ketika kondisi membaik sampaikan keadaan anda pada anak dan bagaimana anda akan menghadapi masalah anda dengan baik, terimalah pujian dan kritik secara realistis, tidak berharap dapat mengubah sesuatu secara drastis, bersikaplah fleksibel, dan tidak segan mencari bantuan atau saran positif. Disarikan dari : Top Tips for Parents, Your Guide to Positive Parenting Eanes, Rebecca & Ling, Laura (2012) Positive Parenting. 6