BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengalaman Memaafkan. kebanyakan berfokus pada memaafkan sebagai proses dengan individu
|
|
- Susanto Gunardi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Memaafkan 1. Definisi Pengalaman Memaafkan Memaafkan merupakan sebuah konsep dimana terdapat pelaku dan korban yang berada dalam sebuah konflik dan sedang berusaha menyelesaikan konflik. Konsep memaafkan dibahas di dalam literatur psikologi sebagai bentuk respon positif terhadap orang lain yang terlibat di dalam sebuah konflik. Berbagai definisi tentang memaafkan muncul dimana kebanyakan berfokus pada memaafkan sebagai proses dengan individu bergerak dari posisi membenci kepada berkurangnya amarah terhadap pelaku (Cosgrove dan Konstam, 2008). Worthington Jr. (2005) menyebutkan bahwa memaafkan adalah mengatasi kebencian terhadap pelaku, bukan dengan menyangkal perasaan tetapi dengan berusaha untuk melihat pelaku dengan kasih sayang. Philpot (dalam Gani, 2011) menyatakan bahwa memaafkan sebagai proses yang terjadi berupa perubahan perasaan dan sikap kepada pelaku, adanya dorongan secara pribadi untuk melakukan pemaafan. Murphy ( dalam Eisikovits, 2004) mendefinisikan memaafkan sebagai perubahan perasaan yang terjadi dengan mengatasi sikap negatif yang secara alami dirasakan saat seseorang melakukan kesalahan terhadap yang lain, berkaitan dengan rasa marah, benci dan keinginan untuk balas dendam. 9
2 10 Griswold (2007) juga menambahkan bahwa memaafkan sebagai mengatasi perasaan negatif yang mewujudkan kebencian, perasaan yang sangat sering menyertai kebencian, seperti penghinaan dan caci maki. Tutu (2000) dalam bukunya yang berjudul No Future Without Forgiveness menyatakan bahwa memaafkan merupakan menghilangkan hak untuk membalas pelaku, dan menghilangkan label sebagai korban. Memaafkan juga telah ditemukan baik untuk kesehatan. Pengalaman didefinisikan sebagai hasil dari sebuah proses yang sedang atau sudah dilalui individu yang memperngaruhi perasaannya dalam hidupnya (Cambridge Dictionary, 2017). Individu telah mengalami sebuah perubahan karena selama masa hidup banyak mengalami hal-hal yang menyebabkan adanya penyesuaian dalam menjalani kehidupan. Dari serangkaian definisi mengenai memaafkan yang dijelaskan oleh banyak ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pengalaman memaafkan adalah hasil dari sebuah proses yang terjadi dan dialami individu berupa perubahan perasaan dan sikap kepada pelaku, adanya dorongan secara pribadi untuk melakukan pemaafan dalam hidupnya (Philpot dalam Gani, 2011). 2. Tahap - tahap Memaafkan Memaafkan adalah sebuah proses dengan tahapan-tahapan yang dilalui seseorang dalam mengambil sebuah keputusan terkait dengan perasaannya, dalam hal ini ada perasaan negatif karena sebuah pelanggaran yang dialami. Gani (2011) dalam buku yang berjudul Forgiveness Therapy merangkum
3 11 beberapa ahli yang memiliki pandangan mengenai sebuah proses dalam memaafkan. Luskin (dalam Gani,2011) menjelaskan bahwa ada 4 (empat) tahap dalam memaafkan, yaitu: Tahap 1: Menyadari bahwa diri sedang penuh amarah Individu merasa menderita dan kecewa terhadap seseorang yang menyakitinya. Individu menyalahkan pelaku dan meminta pertanggung jawaban atas ketidaknyamanan yang dirasakannya. Pada tahap ini kemarahan dan dendam sejalan dengan rasa nyeri yang sangat mendalam. Tahap 2: Menyadari bahaya dari perasaan negatif yang dimiliki Setelah individu merasakan kekecewaan pada seseorang, individu mulai menyadari bahwa luka dan kemarahan dirasakan tidak baik bagi individu dan berakibat buruk terhadap perasaan dan kesehatan fisiknya. Pada tahap ini individu mulai menginginkan perbaikan hubungan dengan pelaku, sehingga muncul keinginan memaafkan. Tahap 3: Memutuskan untuk melakukan tindakan yang lebih bermanfaat Individu telah merasakan hasil tindakan memaafkan, individu dapat memilih melepaskan luka batin dengan cepat. Pada tahap ini individu memilih merasakan sakit sejenak dan bertindak memperbaiki hubungan atau melepaskan cara pandangnya sebagai masalah. Tahap 4: Memutuskan untuk bertindak proaktif Individu telah menyiapkan dirinya untuk memaafkan lebih awal pada saat ada pemicu tertentu. Keterlibatan pikiran yang mengubah cara pandang
4 12 membantu individu untuk dapat mampu menghadapi masalah. Individu akan melakukan yang terbaik, apabila meraka melakukan kekeliruan maka butuh pemahaman untuk dapat mengatasinya. Tahap ini adalah memaafkan terlepas hal apa pun yang berkaitan dengan penyerangan tertentu. Ada tahapan-tahapan lain yang dijelaskan oleh Enright (2011), yaitu: Tahap 1: Mengungkapkan kemarahan, bagaimana menghindari dan menghadapinya, kemarahan dapat mempengaruhi kesehatan, kemudian melakukan perbandingan situasi yang dialami sendiri dan dialami oleh pelaku, dan melihat apakah luka yang muncul dapat memberi pengaruh terhadap kehidupan serta cara pandang mengenai dunia. Tahap 2: Muncul keinginan untuk melakukan proses memaafkan, kemudian memutuskan untuk memberi maaf. Tahap 3: Melakukan pemaafan dengan mencoba memahami, melakukan hal positif, menerima rasa sakit sebagai kenyataan yang terjadi dan memberi hadiah kepada pelaku dengan memaafkannya. Tahap 4: Mendalami apa yang terjadi dengan menemukan penglaman, kebutuhan memaafkan, mengerti bahwa korban tidak sendirian, tujuan hidup dan menemukan kebebasan dalam memaafkan. Morgan (2011) juga menjelaskan tahapan-tahapan dalam memaafkan, yaitu: Tahap 1: Bertanya kepada diri sendiri tentang alasan mengapa kemarahan muncul, akan ada banyak jawaban yang kemudia dapat ditulis di sebuah kertas.
5 13 Tahap 2: Menuliskan hal baik yang pernah dilakukan seseorang yang melakukan kesalahan terhadap diri kita. Dapat dituliskan juga tentang kebaikan apa saja yang pernah dilakukan seseorang yang melakukan pelanggaran terhadap diri kita, semisal apakah pernah menolong kita, membuat kita tersenyum bahkan menjadi sahabat kita. Tahap 3: Menuliskan tentang apa saja yang dilakukan diri sendiri yang juga berkontribusi terhadap terjadinya konflik, apakah ada perbuatan maupun kata-kata yang menyinggung bahkan memicu terjadinya pelanggaran. Konflik terjadi juga karena ada sumbangsih dari kedua belah pihak. Tahap 4: Merenungkan ketiga tulisan yang sudah dibuat, agar dapat mengambil keputusan dengan baik. Melihat kembali apa yang sudah dilakukan dan apa yang sudah terjadi, memahami bahwa sebagai pribadi yang sama-sama belajar untuk menyesuaikan satu sama lain. Tahap 5: Mengambil keputusan untuk memaafkan, merelakan kejadian itu berlalu tanpa meninggalkan jejak dendam dan sakit hati. Mengalami kemerdekaan batin, bahwa apa yang terjadi tidak bisa diulang dan harus belajar menjadi lebih baik. Jadi, memaafkan membutuhkan sebuah proses dimana tidak hanya 1 tahapan saja yang dibutuhkan namun lebih dari itu memaafkan adalah sebuah pilihan. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan tahapan memaafkan menurut Luskin (dalam Gani,2011). Menurut peneliti, bahwa tahapan yang telah dijelaskan oleh Luskin menunjukkan penderitaan yang dialami korban pelanggaran dengan berusaha memahami diri dan
6 14 memutuskan untuk bertindak lebih bermanfaat hingga adanya tindakan yang proaktif. 3. Manfaat Memaafkan Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa memaafkan juga berpengaruh pada kesehatan fisik maupun psikologis seseorang. Gani (2011) juga memaparkan setidaknya ada 15 ( lima belas) manfaat memaafkan pada kesehatan fisik dan psikologis manusia, yaitu: 1. Tekanan darah menjadi normal 2. Stres yang menurun 3. Kemarahan bisa mereda 4. Meningkatkan keterampilan pengelolaan amarah 5. Tekanan jantung menurun 6. Risiko rendah penyalahgunaan alkohol dan narkotika 7. Mengurangi gejala-gejala depresi 8. Mengurangi gejala-gejala kecemasan 9. Rasa nyeri akut menurun 10. Lebih terasa bersahabat dengan lingkungan 11. Memiliki hubungan yang sehat dengan orang lain 12. Kondisi yang prima 13. Merupakan tindakan klinis yang bermanfaat pada pasien penderita darah tinggi yang mudah marah 14. Peningkatan kesehatan jiwa dan raga 15. Mengurangi nyeri punggung
7 15 Kesehatan itu penting dimiliki setiap orang agar tidak menghambat aktivitas yang dijalani. Melalui tindakan memaafkan, kita dapat memiliki kesehatan fisik dan juga psikologis yang stabil. B. Individu Dewasa Awal Rentang usia antara 18-40, dimana rentang usia ini memasuki usia sebagai dewasa awal. Masa transisi yang dialami seseorang dari masa remaja menuju masa dewasa awal. Individu mulai dihadapkan dengan perubahan sikap dan pengetahuan yang akan semakin luas. Perubahan yang terjadi dengan sikap akan berhubungan dengan bagaimana pola pikir dan pengambilan keputusan. Perubahan pada pengetahuan menjadikan individu menjadi lebih selektif dalam menentukan apa yang seharusnya dilakukan layaknya orang dewasa. Menurut Santrock (2002), orang dewasa memasuki masa dimana seseorang mulai merasakan kemandirian secara ekonomi dan kemandirian dalam menentukan keputusan. Kemandirian ekonomi berarti secara finansial, seseorang sudah harus menghasilkan serta mengelola keuangan yang mereka dengan baik. Sementara itu, pengambilan keputusan adalah terkait tentang karir, nilai-nilai, keluarga, hubungan serta gaya hidup. Sebagai seseorang yang memasuki masa dewasa awal, ada tuntutan peran yang harus dijalani bukan lagi sekedar mencari definisi diri seperti apa yang dilakukan oleh seorang remaja.
8 16 1. Ciri ciri kematangan psikologis pada orang dewasa Anderson ( dalam Mappiare, 1983) memaparkan bahwa kematangan yang dimiliki seseorang tidak hanya mengikuti usianya namun ada ciri-ciri khusus yang di miliki orang-orang dengan kematangan psikologis. Ada 7 orang yang memiliki kematangan secara psikologis yaitu: a. Berorientasi pada tugas bukan pada diri atau ego,minat orang matang berorientasi pada tugas-tugas yang dikerjakannya, dan tidak condong pada perasaan-perasaan diri sendiri atau untuk kepentingan pribadi. b. Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efisien, seseorang yang matang melihat tujuan yang dicapai dengan jelas dan mendefinisikannya secara cermat, tahu mana yang pantas dan tidak serta bekerja secara terbimbing menuju arahnya. c. Mengendalikan perasaan pribadi, seseorang yang matang dapat mengendalikan perasaannya sendiri dan tidak dikuasai oleh perasaannya dalam mengerjakan sesuatu dan tidak mementingkan diri sendiri serta melihat perasaan orang lain. d. Keobjektifan orang yang matang yaitu berusaha mencapai keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan. e. Menerima kritik dan saran serta realistis, paham bahwa dirinya tidak selalu benar, sehingga terbuka terhadap kritik-kritik dan saran-saran orang lain demi peningkatan dirinya.
9 17 f. Pertanggungjawaban terhadap usaha pribadi, menerima bantuan orang lain karena tahu bahwa tidak semua hal mengenai usahanya dapat dimengerti sendiri namun tetap bertanggung jawab penuh secara pribadi terhadap usaha yang dilakukan. g. Penyesuaian yang realistis terhadap seseorang yang mampu secara flexibel menempatkan diri pada lingkungan yang baru dan situasi yang baru. Sebagai seseorang yang memasuki tahap dewasa awal, individu memiliki tanggungjawab baru serta rencana-rencana dalam hidupnya. Karakteristik individu yang diharapkan adalah mampu menghadapi masalah dengan baik, memahami dirinya di segala kondisi, memiliki mental yang sehat serta dapat memiliki prioritas perilaku mana yang harus ada dan dihilangkan. Hal ini membutuhkan proses perubahan yang tidak sebentar, salah satu cara memiliki mental yang sehat adalah dengan memaafkan. Perubahan yang dialami menuntut adanya kematangan yang dimiliki secara psikologis, dimana individu dapat melihat dunia yang dihadapi sebagai orang dewasa yang layaknya matang secara psikologis. 2. Individu yang Berfungsi Sepenuhnya Individu yang berfungsi sepenuhnya merupakan individu yang sehat secara mental. Kesehatan mental tersebut juga dipicu dengan beberapa hal, yang mana dapat menggambarkan apa yang seharusnya dilakukan oleh individu yang mentalnya sehat. Tujuannya adalah orientasi terhadap masa depan yang dimiliki masing-masing individu, sehingga dapat dikatakan
10 18 bahwa aktualiasasi diri merupakan proses yang terus berlangsung sepanjang hidup. Rogers ( dalam Schulzt, 1991) menjelaskan bahwa individu yang bermental sehat dapat memliki kriteria sebagai berikut : 1. Keterbukaan terhadap Pengalaman yaitu membuat individu terbebas dari syarat penghargaan serta bebas untuk menentukan perasaan dan sikap. Tidak ada kewajiban untuk membentengi diri dari hal apapun karena tidak mengancam. Individu menjadi fleksibel karena tidak hanya menerima pengalaman kehidupan namun juga dapat membuka kesempatan baru tentang persepsi dan ungkapan. 2. Kehidupan Eksistensial yaitu individu yang memaknai setiap pengalaman sebagai sesuatu yang baru dan segar. Individu yang berfungsi sepenuhnya tidak akan memanipulasi pengalamannya sehingga bebas merasakan pengalamannya dengan baik. 3. Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri yaitu individu bisa bertingkah laku dengan apa yang dirasa benar. Adanya kebebasan dan spontanitas dalam bertindak, individu memilih jalan masuk ke seluruh informasi yang ada dan membuat keputusan. 4. Perasaan Bebas yaitu individu mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak.tanpa adanya hambatan atau rintangan antara pikiran dan tindakan mereka.individu berkuasa atas dirinya dan yakin bahwa masa depan tergantung dari keputusan, bukan dikendalikan apa yang sudah di masa lampau.
11 19 5. Kreativitas yaitu dapat dikatakan individu yang penuh dapat menemukan kebebasan. Individu yang benar-benar dapat menyesuaikan diri dengan keadaan dan merasakan pengalaman baru. Mereka dapat berkembang dan bertumbuh sebagai bentuk respon atas stimulus yang bervariasi dalam kehidupan mereka. 3. Pengalaman Memaafkan pada Individu Dewasa Awal Individu dewasa awal memasuki dunia baru sebagai seseorang yang memulai dari awal pergaulannya, tugas perkembangannya bahkan secara sosio-emosi individu dewasa awal sudah mulai menetapkan pilihan untuk berkembang menajdi pribadi yang baru dan siap untuk menghadapi apapun yang terjadi. Individu dewasa awal di dalam pergaulannya akan mulai menghadapi adaptasi pada lingkungan baru dengan cara yang lebih baik dar seorang remaja, menetapkan nilai-nilai yang dipegang dalam hidupnya. Dalam pergaulan dengan orang lain, gesekan pasti dialami siapapun. Hal tersebut juga dialami individu dewasa awal, seperti pada umumnya konflik dialami orang lain. Individu dewasa awal menemui konflik, menemukan perbedaan serta ketidakcocokan dalam dunia yang dihadapinya. Pada saat mengalami konflik sebagai seseorang yang memasuki masa sebagai orang dewasa, individu dewasa awal juga dituntut mengambil keputusan mengenai konflik yang dihadapi. Pengambilan keputusan yang dilakukan berdasarkan tugas perkembangan sebagai orang dewasa dan kematangan psikologis yang dimiliki. Seperti salah satu ciri kematangan yang dimiliki adalah mengendalikan perasaan diri sendiri (Anderson, dalam
12 20 Mappiare 1983), yaitu individu dewasa awal sebagai orang dewasa diharapkan dapat mengendalikan perasaanya saat menghadapi konflik. Pribadi yang matang seharusnya bisa mengendalikan perasaan saat menghadapi konflik, karena sikap seperti itu yang menjadi salah satu bentuk sikap yang dapat meredam hal-hal negatif yang mungkin muncul dari konflik tersebut. Seseorang yang mengalami konflik, sebagai pribadi yang matang diharapkan dapat mengatasi perasaan negatif yang akan dan bahkan sedang muncul. Rogers ( dalam Schultz,1991) percaya bahwa pribadi yang berfungsi sepenuhnya dapat menyesuaikan diri dan bertahan terhadap perubahan-perubahan drasti dalam kondisi-kondisi lingkungan dan memiliki kreatifitas dan spontanistas untuk menanggulangi perubahan-perubahan traumatis sekalipun. Dalam hal ini pribadi yang sehat akan menghadapi konflik dengan baik. Salah satu cara menghadapi konflik sebagai pribadi yang sehat adalah dengan memaafkan. Worthington (2005) menjelaskan bahwa memaafkan adalah mengatasi kebencian terhadap pelaku, bukan dengan menyangkal perasaan tetapi dengan berusaha untuk melihat pelaku dengan kasih sayang. Seseorang yang mengalami konflik cenderung memandang orang lain yang terlibat konflik dengannya dengan cara yang salah. Perasaan marah, benci bahkan kesal muncul dan dapat memicu keinginan seseorang untuk membalas dendam demi kepuasan pribadi. Individu dewasa awal dalam menghadapi
13 21 konflik diharapkan mampu menajdi pribadi yang sehat dengan mengambil keputusan-keputusan jitu terkait perasaannya yang dimiliki. Luskin (dalam Gani,2011) menjelaskan bahwa pada tahap awal yaitu menyadari bahwa diri sedang penuh amarah. Seseorang menyadari bahwa sedang memiliki amarah karena konflik. Pada tahap selanjutnya yaitu tahap dimana seseorang menyadari bahaya dari perasaan negatif yang dimiliki. Tahap selanjutnya adalah tahap dimana seseorang memutuskan untuk melakukan tindakan yang lebih bermanfaat, setelah menyadari bahaya dari perasaan negatif yang dimiliki. Tindakan-tindakan yang dilakukan bersifat konstruktif. Setelah itu pada tahap terakhir, seseorang memutuskan untuk bertindak proaktif yaitu seseorang sudah mulai memikirkan hal-hal apa yang dapat dilakukan agar kedepannya dapat mengatasi perasaan dengan baik saat menghadapi konflik. A. Pertanyaan Penelitian 1. Central Question Bagaimana pengalaman individu dewasa awal dalam hal memaafkan orang lain? 2. Sub Question a) Tahap 1 : Kesadaran bahwa diri dipenuhi kemarahan i. Ceritakan pengalaman yang anda lalui saat anda mengalami sulit memaafkan ii. Seperti apa status / kondisi anda saat itu ( fisik, ekonomi, sosial)?
14 22 iii. Siapa saja yang terlibat dalam masalah tersebut (seperti apa hubungan masing-masing sebelum muncul masalah)? iv. Apa yang anda pikirkan saat itu tentang masalah yang di hadapi? v. Apa yang anda rasakan saat itu tentang masalah yang dihadapi? vi. Apa yang anda pernah lakukan saat itu terkait masalah yang dihadapi? vii. Adakah kerugian-kerugian yang anda rasakan terkait munculnya masalah tersebut? b) Tahap 2: Kesadaran perasaan yang dialami berbahaya bagi diri sendiri i. Bagaimana proses memaafkannya? ii. Mengapa anda memilih untuk memaafkan? iii. Kapan anda mulai berpikir untuk memaafkan? c) Tahap 3: Memilih tindakan yang lebih bermanfaat i. Berapa lama waktu yang dibutuhkan di dalam proses memaafkan? ii. iii. Apakah ada orang lain yang mendorong untuk memaafkan? Siapa saja yang terlibat dalam proses memaafkan (seperti apa hubungan masing-masing pada saat itu)? iv. Apa saja yang anda pikirkan dan rasakan saat itu tentang perilaku memaafkan? v. Apa saja yang anda lakukan untuk memaafkan? d) Tahap 4: Mengambil tindakan proaktif i. Bagaimana keadaan anda setelah memaafkan, pikiran dan perasaan serta hubungan dengan orang yang menyakiti anda?
15 23 ii. Kapan tindakan memaafkan itu benar-benar anda lakukan? iii. Siapa saja yang anda beritahu kalau anda telah memafkan? iv. Apa saja pikiran dan perasaan yang muncul setelah tindakan memaafkan? v. Perilaku apa saja yang muncul setelah tindakan memaafkan (yang sebelumnya tidak bisa dilakukan)? vi. Apa makna memaafkan bagi Anda (pelajaran)?
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Memaafkan. adalah kata yang berasal dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-qur an
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Memaafkan 1. Defenisi Memaafkan Secara terminologis, kata dasar memaafkan adalah maaf dan kata maaf adalah kata yang berasal dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-qur an
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan menjadi calon-calon pemimpin bangsa maupun menjadi calon penggerak kehidupan bangsa dari sumbangsih
Lebih terperinciPENGANTAR. kebiasaan, visi hidup, maupun strata pendidikan. Perbedaan dan keunikan masingmasing
PENGANTAR Konflik dalam Pernikahan Pernikahan melibatkan dua individu yang berbeda dan unik, baik dari kebiasaan, visi hidup, maupun strata pendidikan. Perbedaan dan keunikan masingmasing pasangan menuntut
Lebih terperinciDisusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KESTABILAN EMOSI PADA PENDERITA PASCA STROKE DI RSUD UNDATA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres pada Wanita Karir (Guru) 1. Pengertian Istilah stres dalam psikologi menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama Kristen Protestan merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Pada Agama Kristen biasanya memiliki suatu organisasi di gereja yang melibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu konflik/masalah (Nashori, 2008). Sebagian orang mungkin ada yang merasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan orang lain, disaat berinteraksi dengan orang lain tidak menutup kemungkinan akan terjadinya suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun perempuan (Knoers dkk, 2001: 261). Begitu pula dalam hubungan interaksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana setiap anak ingin untuk mempunyai banyak teman dan relasi dalam hidupnya. Salah satu tugas perkembangan remaja adalah mencapai hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anggota keluarga. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan sangat besar terhadap perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemaafan 1. Pengertian Pemaafan Pemaafan sebagai kesediaan seseorang untuk meninggalkan kemarahan, penilaian negatif, dan perilaku acuh tidak acuh terhadap orang lain yang telah
Lebih terperinciFenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya)
Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya) Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah golongan intelektual yang sedang menjalani pendidikan di perguruan tinggi dan diharapkan nantinya mampu bertindak sebagai pemimpin yang terampil,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. solusi yang membuat anak merasa aman, namun pada kenyataannya ada keluarga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga bagi anak-anak adalah tempat untuk berlindung dan mencari solusi yang membuat anak merasa aman, namun pada kenyataannya ada keluarga yang karena kesulitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan. maaf adalah kata saduran dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemaafan 1. Definisi Pemaafan Secara terminologis, kata dasar pemaafan adalah maaf dan kata maaf adalah kata saduran dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al- Qur an terulang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mercu Buana, Universitas memberikan banyak wadah kegiatan untuk melengkapi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah agen perubahan yang akan memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Sebagai kaum intelektual, mahasiswa ditantang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia 12 tahun sampai 21 tahun. Usia 12 tahun merupakan awal pubertas bagi seorang gadis, yang disebut remaja kalau mendapat menstruasi (datang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik, tetapi juga perubahan emosional, baik remaja laki-laki maupun perempuan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan hormon pada fase remaja tidak saja menyebabkan perubahan fisik, tetapi juga perubahan emosional, baik remaja laki-laki maupun perempuan. Perubahan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. S dan I telah melewati beberapa unit dalam fase forgiveness.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. luar keluarga seperti teman-teman atau sahabat. Santrock (2007) yang tinggi atas perbuatan yang mereka lakukan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri, sehingga hubungan yang dijalin tidak lagi hanya dengan orangtua, tapi sudah merambah ke hubungan luar keluarga seperti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini marak terjadi kasus perkelahian antar siswa sekolah yang beredar di media sosial. Permasalahannya pun beragam, mulai dari permasalahan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.
Lebih terperinciRespons Orang Tua Korban Pembunuhan terhadap Pembunuh Anak Tunggalnya
Judul Skripsi : Respons Orang Tua Korban Pembunuhan terhadap Pembunuh Anak Tunggalnya Pembimbing: Dr. Hendro Prabowo, S.Psi Oleh : Monica Lutfy Setyawan 14511602 Latar Belakang Masalah Dalam berinteraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membuat perubahan hidup positif adalah sebuah proses multi tahapan yang dapat menjadi kompleks dan menantang. Pengalaman emosi marah, benci, dan kesedihan yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas perkembangan pada remaja salah satunya adalah mencapai kematangan hubungan sosial dengan teman sebaya baik pria, wanita, orang tua atau masyarakat. Dimana
Lebih terperinciPSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress
PSIKOLOGI UMUM 2 Stress & Coping Stress Pengertian Stress, Stressor & Coping Stress Istilah stress diperkenalkan oleh Selye pada tahun 1930 dalam bidang psikologi dan kedokteran. Ia mendefinisikan stress
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEKERASAN EMOSI 1. Pengertian Kekerasan Emosi Kekerasan emosi didefinisikan sebagai bentuk kekerasan yang dilakukan secara sengaja tujuan untuk mempertahankan dan menguasai individu
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I LATAR BELAKANG MASALAH 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia memiliki tugas perkembangannya masing-masing sesuai dengan tahap perkembangannya. Mahasiswa memiliki berbagai tugas
Lebih terperinciBAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan
BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup selalu dipenuhi oleh kebutuhan dan keinginan. Seringkali kebutuhan dan keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan segera. Selain itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 menjelaskan bahwa Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan bagi manusia merupakan sesuatu yang penting, karena melalui sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Orang Tua 1. Pengertian Orang tua adalah orang yang lebih tua atau orang yang dituakan, terdiri dari ayah dan ibu yang merupakan guru dan contoh utama untuk anakanaknya karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih dalam antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. (Gilbert
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran adalah masa persiapan menuju pernikahan. Masa saling mengenal lebih dalam antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. (Gilbert Lumoindong, Menang
Lebih terperincio Ketika hasil pekerjaan saya yang saya harapkan tidak tercapai, saya malas untuk berusaha lebih keras lagi
Skala 1 Skala Kecerdasan Emosional 1. UNFAVORABLE Kesadaran Diri o Saya merasa tidak mengerti perasaan saya sendiri o Saya kurang tahu penyebab kekecewaan yang saya rasakan o Saya malas bergaul dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, remaja akan selalu mengadakan kontak denganorang lain.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, remaja akan selalu mengadakan kontak denganorang lain. Penyesuaian pribadi dan sosial remaja ditekankan dalam lingkup teman sebaya. Sullivan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan suami, ibu dan ayah, anak perempuan dan anak laki-laki, saudara perempuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga ialah sekelompok orang yang terhubungkan oleh ikatan pernikahan, darah atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penderita skizofrenia dapat ditemukan pada hampir seluruh bagian dunia. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock dan Sadock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode untuk mendisiplinkan anak. Cara ini menjadi bagian penting karena terkadang menolak untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara sosial, biologis maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dihabiskan untuk berhubungan atau bergaul dengan teman-teman sebaya mereka.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting dalam rentang kehidupan, periode ini membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya, periode ini antara 12-23
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. (Stanley Hall dalam Panuju, 2005). Stres yang dialami remaja berkaitan dengan proses perkembangan
Lebih terperinciINVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan
L A M P I R A N 57 INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan Anda diminta untuk memilih 1 (satu) pernyataan dari setiap rumpun yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai dari usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Ada banyak definisi mengenai lanjut usia (lansia), namun selama ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Ada banyak definisi mengenai lanjut usia (lansia), namun selama ini kebanyakan definisi lansia lebih didasarkan pada patokan umur semata. Sebenarnya hal itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan
Lebih terperinci`BAB I PENDAHULUAN. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah topik yang hangat dikalangan
`BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan membutuhkan karyawan sebagai tenaga yang menjalankan setiap aktivitas yang ada dalam organisasi perusahaan. Karyawan merupakan aset terpenting
Lebih terperinciPrevalensi perokok di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data Tobacco Atlas tahun 2015, Indonesia meraih predikat jumlah
Prevalensi perokok di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data Tobacco Atlas tahun 2015, Indonesia meraih predikat jumlah perokok terbanyak nomor tiga di dunia setelah China dan India
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia dalam kehidupannya. Kemajuan zaman memiliki nilai yang positif dalam kehidupan manusia, dimana pada
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Hurlock (1999) orang tua adalah orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Setelah melakukan analisis pada bab tiga, penulis mengambil kesimpulan bahwa
Bab 5 Ringkasan Setelah melakukan analisis pada bab tiga, penulis mengambil kesimpulan bahwa tokoh Kazue Sato mengalami gejala gangguan kepribadian ambang, karena ditemukan 5 kriteria gangguan kepribadian
Lebih terperinciProses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas
Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas Masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai enam minggu berikutnya. Pengawasan dan asuhan postpartum masa nifas sangat diperlukan yang tujuannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi konflik pada diri seseorang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan dari masa kanak-kanak menuju dewasa ditandai dengan adanya masa transisi yang dikenal dengan masa remaja. Remaja berasal dari kata latin adolensence,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. talak sebanyak kasus dan cerai gugat sejumlah perkara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka perceraian pasangan di Indonesia terus meningkat drastis. Badan Urusan Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung (MA) mencatat selama periode 2005 hingga 2010 terjadi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Rasa Takut dan Cemas Rasa takut dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti objek internal dan hal yang tidak disadari. Menurut Darwin kata takut (fear) berarti hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi untuk bertahan dan melanjutkan tugas dalam setiap tahap perkembangannya. Remaja tidak terlepas dari tahapan demi
Lebih terperinciKecemasan Terhadap Kematian
Skema 1 Interelasi faktor subyek 1 Penanaman agama yang kuat sejak kecil Hubungan dengan orang tua cukup harmonis, kenangan salah satu orang tua telah meninggal Ancaman: Kematian dianggap ancaman karena
Lebih terperinciPELATIHAN BASIC HYPNOPARENTING BAGI AWAM
PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT BAGIAN PSIKOLOGI KLINIS FAKULTAS PSIKOLOGI UNDIP BEKERJASAMA DENGAN RS. HERMINA BANYUMANIK SEMARANG PELATIHAN BASIC HYPNOPARENTING BAGI AWAM SEMARANG, 23 AGUSTUS 2014
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih banyak daripada anak yang tidak mengalaminya, tetapi mereka memiliki gejala yang lebih sedikit dibandingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik maupun emosional. Semakin bertambahnya usia, individu akan mengalami berbagai macam
Lebih terperinciReality Therapy. William Glasser
Reality Therapy William Glasser 1. Latar Belakang Sejarah William Glasser lahir tahun 1925, mendapatkan pendidikan di Cleveland dan menyelesaikan sekolah dokter di Case Western Reserve University pada
Lebih terperinciModul ini akan menjelaskan tentang cara pengadministrasian dan skoring tes MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory
Modul ke: Tes Inventori: MMPI Modul ini akan menjelaskan tentang cara pengadministrasian dan skoring tes MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory Fakultas PSIKOLOGI Karisma Riskinanti, M.Psi.,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi masalah kesehatan mental. Jika sudah menjadi masalah kesehatan mental, stres begitu mengganggu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena pengaruh hormonal. Perubahan fisik yang terjadi ini tentu saja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan fisik terjadi saat seorang individu mencapai usia remaja, dimana seorang remaja akan mengalami masa perubahan atau masa transisi dari anak-anak menjadi
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR
HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : TRI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap anak apabila dapat memilih, maka setiap anak di dunia ini akan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap anak apabila dapat memilih, maka setiap anak di dunia ini akan memilih dilahirkan dalam keluarga yang harmonis, hangat, dan penuh kasih sayang. Keluarga demikian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya. Siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti melewati tahap-tahap perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Namun ada suatu masa dimana individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia pendidikan, kini orangtua semakin memiliki banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk mendaftarkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut
12 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pengatasan Masalah Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut Lazarus dan Folkman (1984) pengatasan masalah merupakan suatu proses usaha individu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian Penyesuaian diri ialah suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku, individu berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhankebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kebiasan merokok adalah pemandangan yang tidak. asing lagi untuk kita lihat. Menurut laporan WHO (2002),
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebiasan merokok adalah pemandangan yang tidak asing lagi untuk kita lihat. Menurut laporan WHO (2002), negara-negara industri menganggap merokok adalah hal umum,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan stres karena terdapat ancaman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Operasi atau pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi medis dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan stres karena terdapat ancaman terhadap gangguan
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada
144 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian secara mendalam peneliti membahas mengenai self
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peneliti menganggap bahwa penelitian tentang kecerdasan emosional pada mahasiswa yang bekerja sangat penting, karena siapa pun dapat mengalami emosi, tak terkecuali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti mempunyai harapan-harapan dalam hidupnya dan terlebih pada pasangan suami istri yang normal, mereka mempunyai harapan agar kehidupan mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan dan saling berinteraksi. Dalam interaksi antar manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat
Lebih terperinciMENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA)
GUIDENA, Vol.1, No.1, September 2011 MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA) Nurul Atieka Universitas Muhammadiyah Metro PENDAHULUAN Semua orang dalam membina keluarga, menginginkan keluarga
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Stres Kerja 2.1.1. Pengertian Stres Menurut Vaughan dan Hogh (2002) stres adalah suatu kondisi psikologis yang terjadi ketika suatu stimulus diterima sebagai suatu hambatan atau
Lebih terperinci2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Stres merupakan fenomena umum yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat beberapa tuntutan dan tekanan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Nilai - nilai yang ada di Indonesiapun sarat dengan nilai-nilai Islam. Perkembangan zaman
Lebih terperinciDoa Keutuhan. (Pemulihan dan Pemuridan) Sesi , 2007, 2006 Freedom for the Captive Ministries
Doa Keutuhan (Pemulihan dan Pemuridan) Sesi 3 2014, 2007, 2006 Freedom for the Captive Ministries Penjelasan lanjut mengenai proses: Semua pengikut Yesus Mandengarkan suara Tuhan Mengenali perasaan 2 arah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Bekerja merupakan salah satu usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bekerja merupakan salah satu usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Adapun kebutuhan manusia yang dikemukakan oleh Abraham Maslow meliputi kebutuhan fisiologis,
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Seluruh Subjek Untuk hasil penelitian diketahui bahwa untuk tahapan pertama yaitu subjek I, II, dan III kurang memiliki pengingkaran saat pertama munculnya payudara.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi perubahan pertumbuhan dan perkembangan. Masa remaja mengalami perubahan meliputi perubahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang rentang kehidupannya individu mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dijalani untuk tiap masanya. Tugas perkembangan tersebut terbentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan berkomunikasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah sekelompok orang yang terhubungkan oleh ikatan pernikahan, darah atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan
Lebih terperinciADJOURNING BAB I PENDAHULUAN
ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelompok merupakan kesatuan unit yang terkecil dalam masyarakat. Individu merupakan kesatuan dari kelompok tersebut. Anggota kelompok tersebut merupakan individu-individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di sepanjang kehidupannya sejalan dengan pertambahan usianya. Manusia merupakan individu
Lebih terperinci