BAB IV PERUSAHAAN SEBAGAI OBYEK MODEL KOMPETENSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PERUSAHAAN SEBAGAI OBJEK PROGRAM PEMBEKALAN PENSIUN

BAB V PERANCANGAN DAN PEMBANGUNAN MODEL KOMPETENSI

BAB IV PERANCANGAN DAN PEMBANGUNAN MODEL KOMPETENSI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. jasa lalu lintas pembayaran dan sebagai sarana dalam kebijakan moneter.

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang semakin ketat menjadi tantangan utama bagi. perusahaan dalam mempertahankan keberadaannya dalam dunia bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. GAMBAR 1.1 LOGO PT. BANK CIMB NIAGA TBK. Sumber :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK OBSERVASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi, politik dan krisis multi dimensi yang berkepanjangan. Krisis

enyatukan dan Memadukan Sumber Daya

UKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN ANALISIS BSC DAN SWOT PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK, KCU BEKASI

BAB II PROFIL INSTANSI. A. Sejarah Singkat PT. Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Masalah. Dengan bertambah pesatnya industri perbankan membuat persaingan

BAB I PENDAHULUAN. kompetisi, budaya persaingan, budaya cepat dan akurat. Setiap organisasi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. PT Bank bjb Tbk Bandung adalah salah satu Bank Pembangunan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) memegang peranan yang sangat dominan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara

1 UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun

BAB. I PENDAHULUAN. Pentingnya teknologi informasi dalam bisnis tidak diragukan lagi. Banyak

BAB II. Gambaran Umum Bank Syariah Mega Indonesia. Perjalanan PT Bank Syariah Mega Indonesia diawali dari sebuah bank

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

BAB II GAMBARAN UMUM BANK MEGA SYARI AH. Perjalanan PT Bank Mega Syariah diawali dari sebuah bank umum

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab 1 PENDAHULUAN. BNI 46, Bank BCA, Bank Mandiri, Bank Mega, dll. Banyaknya bank yang

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi, politik d h krisis multi dimensi yang berkepanjangan. Krisis ekononli

Lusiana Veronika F

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Tugas, Wewenang dan Perkembangan Usaha. Lembaga Perbankan yaitu PT. Bank DKI yang beralamat JL. Ir. H.

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

baru agar selalu menjadi yang terdepan.

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari suatu organisasi terutama sekali organisasi ekonomi seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. yang utama bagi perusahaan perbankan seluruh dunia, dalam hal ini PT. Bank

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Perusahaan PT. Bank Mandiri Tbk

COMPANY PROFILE BNI 46

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat Perusahaan

BAB II DESKRIPSI PT BANK MANDIRI (PERSERO) TBK. Sesuai dengan objek penelitian, yaitu website perusahaan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya juga mengakibatkan hancurnya kepercayaan masyarakat terhadap sistem

BAB I PENDAHULUAN. utama yang sejak dahulu kala menjadi tulang punggung operasi badan usaha

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 PT BANK SUMUT KANTOR PUSAT MEDAN. pusat di Jalan Iskandar Muda No. 49 Medan. Sumatera Utara dan Pemerintah Daerah Tingkat II se Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya agar tetap bertahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad informasi sekarang ini, modal intelektual dan modal sumber

BAB II GAMBARAN UMUM PT. BANK MEGA SYARIAH CABANG SEMARANG. Jakarta. Pada tahun 2001, Para Group sekarang berganti nama menjadi CT

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Sejarah Singkat PT Bank Danamon Indonesia Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis saat ini menjadi sangat tajam. Usaha untuk. maksimal, jika mereka kurang puas mereka akan meninggalkan perusahaan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Runtuhnya Lehman Brother yang merupakan salah satu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan sekaligus

BAB IV PEMAHAMAN KARYAWAN TERHADAP SITEM MANAJEMEN SYARIAH DI KJKS BMT WALISONGO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan Bank sangatlah cepat, dari waktu ke waktu kondisi, dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen keuangan masyarakat. Kecepatan, kemudahan, dan keamanan

BAB II GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) CABANG PEKANBARU. A. Sejarah Berdirinya Bank Mandiri Syariah (BSM)

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dengan repositioning yang dilakukan Bank Mandiri sejak berdiri sampai

Profesionalisme di Tempat Kerja

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan ilmu pengetahuan ini, dituntut orang-orang yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. peranan sumber daya manusia yang menjadi aset terpenting perusahaan karena

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. (Pakto 88), menjadi 240 bank pada tahun Sedangkan Bank

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pelanggan, Bandung: ALFABETA, 2014, h.5. 1 Rismi Somad, Donni Juni Priansa, Manajemen Komunikasi mengembangkan bisnis

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

Analisis Pengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Konsep. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Kebon Jeruk. Yhana Kusuma Respati 3EB

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. buruknya kinerja dari perusahaan tersebut. Kinerja dari sebuah perusahaan

dua kantor cabang, P.T. BCA terus memperluas jaringannya ke berbagai propinsi

Pemahaman mengenai proses perencanaan sumber daya manusia. Pemahaman mengenai proses rekrutmen. Pemahaman mengenai sumber-sumber rekrutmen

BAB II TINJAUAN DATA. CV. RESPATI Printingadalah Perusahaan keluarga yang telah terpecaya bagi banyak

BAB III GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG PEMBANTU ULAK KARANG PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Daya Manusia yang baik merupakan kunci sukses tercapainya tujuan instansi.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi efisiensi dan efektifitas perusahaan/bank

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Visi & Misi PT Bank Tabungan Negara (Persero) tbk: Mengembangkan human capital yang berkualitas dan memiliki

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jasa pelayanan perbankan dari tahun ke tahun selalu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengukuran kinerja adalah proses dimana suatu perusahaan menentukan

BAB II GAMBARAN UMUM PT.DANPAC BANDUNG. Umum pada tahun 1990 dan kemudian meningkatkan statusnya sebagai Bank

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang mempunyai peranan penting bagi kelangsungan organisasi tersebut, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada akhir tahun 2008 terjadi krisis kepercayaan terhadap industri

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu jasa mesin pembayaran yang disebut dengan ATM (Automatic teller

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

BAB I PENDAHULUAN. bank, maka dituntut adanya pelaksanaan usaha yang berkaitan erat dengan

ANALISIS JABATAN MODUL PERKULIAHAN. Contoh Latihan Penyusunan Analisis Jabatan (2) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 14

Sambutan Komisaris Utama

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dibidang perbankan dewasa ini. Berbagai usaha dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. layanan yang mampu melayani kebutuhan dan keinginan pelanggan dengan

BAB I PENDAHULUAN. elektronik menjadi lebih pendek. Digitalisasi mempercepat perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility

BAB I PENDAHULUAN. memiliki identitas perusahaan (corporate identity) yang berbeda-beda, dimana

BAB I PENDAHULUAN. jumlah nasabahnya. Bisnis inti BCA adalah perbankan transaksi dimana BCA selalu

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Transkripsi:

BAB IV PERUSAHAAN SEBAGAI OBYEK MODEL KOMPETENSI 4.1 Gambaran Umum kondisi PT Bank Internasional Indonesia Tbk Didirikan sebagai bank komersial dengan nama PT Bank Internasional Indonesia pada tahun 1959, dan ditetapkan menjadi bank umum devisa pada tahun 1988. BII kemudian melakukan Penawaran Umum Saham di tahun 1989, dan terus melebarkan sayap hingga menjadi salah satu bank swasta nasional terkemuka di Indonesia. Hal ini diwujudkan dengan berbagai penghargaan yang diterima BII, dari berbagai institusi dalam maupun luar negeri, baik di bidang layanan maupun dalam implementasi teknologi. Menyusul krisis moneter yang menyerang Asia di tahun 1997, BII mendapat kepercayaan dari pemerintah Indonesia untuk mengikuti program rekapitalisasi perbankan nasional. Konsolidasi merupakan langkah strategis yang dilakukan BII di tahun 2002. Perbaikan struktur permodalan melalui mekanisme right issue telah dilakukan. Selain memperbaiki struktur permodalan, tugas berat yang telah diselesaikan manajemen BII adalah mengembalikan tingkat kepercayaan masyarakat. Melalui tema perpaduan, manajemen menyampaikan pentingnya menyatukan segala 41

42 kehandalan yang dimiliki insan BII, untuk menyediakan layanan dan produk perbankan kepada nasabah yang beragam. Tahun 2002 ditutup dengan peningkatan kinerja yang menggembirakan, yang terlihat dari angka-angka indikator awal seperti jumlah simpanan sebesar Rp. 29,5 trilyun yang sebelumnya di bulan Mei sebesar Rp. 23,3 triliun, melebihi jumlah pada saat krisis. Rasio NPL pada 31 Desember 2002 sebesar 9,02% menurun drastis dibandingkan dengan 31 Desember 2001 yang mencapai 60,98%. Saat ini, Bank Internasional Indonesia merupakan salah satu bank yang masuk kedalam jajaran 6 besar bank dengan total asset terbesar di Indonesia, yaitu Rp. 34,5 Trilyun pada Juni 2003. Dengan jumlah nasabah lebih dari dua juta rekening di 250 lebih kantor cabang (4 diantaranya di luar negeri). Jaringan perbankan online di seluruh Indonesia, yang didukung dengan ATM sebanyak 700 unit, dan terhubung ke 3000 ATM ALTO yang tersebar di seluruh Indonesia, serta 8000 ATM Cirrus di seluruh dunia. Juga debit card yang dapat digunakan di 5,6 juta merchant yang tersebar di seluruh dunia. BII juga merupakan satu-satunya bank di Indonesia yang menyediakan ATM dalam mata uang dollar Amerika. Selain juga dikenal sebagai salah satu pendahulu pada layanan virtual banking, termasuk didalamnya fasilitas Internet Banking, Corporate Online Banking (CoolBanking), dan Phone Banking. Selain menyediakan layanan untuk pribadi istimewa yakni Platinum baik untuk nasabah regular dan maupun nasabah yang ingin menikmati layanan berbasis syariah. BII memiliki baik wahana maupun wacana yang diperlukan guna memainkan peran kunci di sektor perbankan nasional. Dengan berbagai pembaharuan yang telah

43 dan sedang dilakukan oleh manajemen baru, dan dengan didukung oleh 8000 orang karyawan, BII siap untuk melayani nasabahnya dengan lebih baik dan peduli. Setelah melaksanakan berbagai kegiatan transformasi dan restrukturisasi sepanjang tahun 2002, kini BII dengan bangga memperkenalkan identitasnya yang baru, yang mencerminkan semangat baru dan keinginan yang lebih kuat untuk memberikan rangkaian produk dan layanan berkualitas dan berstandar internasional kepada para nasabahnya,namun tetap mempertahankan sentuhan lokal. Logo baru BII menggunakan jenis huruf kecil dengan tampilan desain muda dan progresif. Dua titik merah yang terhubung, melambangkan interaksi manusia yang saling berkomunikasi dan bertatap muka. Melalui interaksi dan komunikasi ini, BII mengenal nasabahnya dengan baik, menjalin kemitraan, dan kerjasama bisnis yang menguntungkan. Hubungan antar sesama insan BII, maupun antara insan BII dengan nasabah dan stakeholder lainnya, terjalin dalam teamwork yang profesional. Begitu juga dengan visi, nilai-nilai perusahaan, kepribadian karyawan BII dan positioning yang diusung bank BII dengan identitas barunya mencerminkan semangat perubahan menuju bank yang sehat dan professional. Ada pun visi BII Menjadi bank lokal terbaik yang diakui memiliki kualitas, pelayanan dan inovasi produk berstandar internasional., nilai-nilai perusahaan yang menjiwai semangat Transparansi (terus terang, terbuka, komunikasi yang jelas); Integritas (taat terhadap prinsip, jujur dan bertanggung jawab); Profesionalisme (sikap kehati-hatian, berorientasi pada prestasi, memiliki motivasi serta komitmen tinggi terhadap kepuasan nasabah); Cerdas (kreatif, berpikir ke depan, antisipatif, pandai); Mumpuni (ahli, berpendidikan, terlatih, menjadi yang terbaik dibidangnya untuk menghasilkan sesuatu yang melebihi

44 harapan), kepribadian karyawan BII yang tercermin dalam 5C (Creative - Kreatif, Clever Pintar, Committed - Sungguh-sungguh, Caring - Peduli, dan Cutting Edge - Unggul) serta positioning BII sebagai bank yang mampu memberikan layanan serta produk perbankan berstandar internasional kepada nasabah perorangan maupun perusahaan di Indonesia dan mampu menjadi mitra usaha untuk membina hubungan jangka panjang yang menguntungkan, yang memberikan kemudahan serta kenyamanan layanan perbankan. Perubahaan identitas perusahaan yang baru dengan kepemimpinan manajemen baru BII membawa angin segar menuju bank yang dapat berkompetisi baik secara lokal maupun internasional. Dengan mengusung motto True Local Bank, World Class Standard menunjukkan keseriusan bank BII untuk mengenal, mengerti dan memahami kebutuhan serta keinginan nasabah melalui produk-produk inovatif yang dikeluarkan demi memberikan kemudahan, kecepatan dan ketepatan pelayanan yang berkualitas dengan standar internasional bagi setiap nasabahnya. Divestasi PT Bank Internasional Indonesia Tbk yang dilakukan oleh BPPN telah berjalan dengan baik sehingga kepemilikan saham Pemerintah sebesar 92,06% telah beralih 51% nya ke Temasek Holding yang berpusat di Singapura dengan mengandeng Bank KookMin dari Korea dengan penanda tanganan Sales Purchase Agreement (SPA) pada tanggal 20 November 2003. Kemudian dilakukan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) untuk melakukan pergantian manajemen pada tanggal 16 Desember 2003. Dengan pergantian pucuk pimpinan di PT Bank Internasional Indonesia Tbk, mereka menunjukkan perhatian khusus

45 terhadap Sumber Daya Manusia di BII yang merupakan bagian dari Strategi Manajemen. Dibawah ini merupakan peta perjalanan dari PT Bank Internasional Indonesia Tbk dari awal berdiri sampai masa transformasi yang sedang dijalankan saat ini Gambar 4.1 Peta Perjalanan BII Dan berikut merupakan peta perjalanan Divisi Sumber Daya Manusia PT Bank Internasional Indonesia Tbk dimana model kompetensi merupakan salah satu proyek yang akan diimplementasikan di tahun 2004.

46 Gambar 4.2 Peta Perjalanan Divisi SDM BII 4.2 Kondisi BII tanpa Model Kompetensi. PT. BII sebelum tahun 2002 belumlah menggunakan model kompetensi di dalam divisi Sumber Daya Manusianya. Semua kegiatan SDM masih menggunakan metode - metode lama baik itu di dalam performance management, leadership development, succession planning, grading or job evaluation, training and Career Development, compensation system, recruitment and staffing dan multi-rater assessment. Berikut ini akan dibahas sekilas mengenai hal-hal tersebut di atas.

47 4.2.1 Performance Management. Sebelum menggunakan model kompetensi, Divisi SDM BII di dalam menentukan manajemen kinerja (performance management) seorang karyawan menggunakan data-data kuantitatif di dalam pengambilan keputusannya. Misalnya kinerja seorang sales diukur berdasarkan tingkat penjualan yang telah dilakukannya, berapa banyak calon pelanggan yang dapat ditarik, dan sebagainya. Begitu juga dengan seorang teller, kinerjanya diukur misalnya berdasarkan berapa kali orang tersebut absen / tidak masuk kerja dalam setahun, berapa kali ia mengambil cuti, berapa kali ia datang terlambat, dan sebagainya. Sedangkan dengan adanya model kompetensi selain data-data kuantitatif yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan mengenai kinerja seseorang, data-data kualitatif juga digunakan. Misalnya dalam periode tertentu, apakah seorang teller sudah dapat meningkatkan kemampuannya atau kompetensinya di dalam hal kemampuannya mengatur stress. 4.2.2 Leadership Development Pengembangan kepemimpinan (Leadership Development) dulu tidak menjadi perhatian utama karena diharapkan seorang pemimpin dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri. Alasan mengapa seorang pemimpin diharapkan dapat mengembangkan kemampuannya sendiri karena dipercaya bahwa untuk menjadi seorang pemimpin biasanya seorang individu harus melewati tahap-tahap di dalam hirarki organisasi dan diharapkan dengan melewati tahapan-tahapan tersebut individu tersebut mengerti secara keseluruhan

48 kerja organisasi sehingga pada saat memimpin individu tersebut sudah mengetahui apa yang menjadi tugasnya dan pengembangan cara kerjanya tergantung dari bagaimana kreatifitas individu yang menjadi pemimpin tersebut. Kedua, kalaupun seorang pemimpin tersebut ingin mengembangkan diri biasanya ia akan mengikuti banyak sekali modul-modul pelatihan yang menurutnya perlu bagi dirinya. Biasanya modul-modul pelatihan yang digunakan dalam mengembangkan kemampuan seorang pemimpin misalnya seorang manager biasanya bukanlah modul-modul pelatihan yang umum. Kebanyakkan dari pelatihan dari modul-modul tersebut harus diperoleh dari pendidikan pada suatu organisasi atau lembaga pelatihan tertentu yang tentu saja membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan waktu yang cukup banyak untuk mengikuti banyak sekali modul-modul pelatihan. Dengan adanya model kompetensi ini diharapkan seorang pemimpin menjadi tahu apa yang menjadi kekuatan dan apa yang menjadi kelemahan bagi dirinya. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya, pemimpin tersebut tahu kemampuan atau kompetensi apa yang diperlukan bagi dirinya untuk menambah kelebihan dirinya dan menutupi kelemahannya sehingga ia akan tahu modul-modul pelatihan apa yang memang benar-benar berguna bagi dirinya tanpa perlu ia mengikuti banyak pelatihan yang tentunya akan sangat membantunya baik dalam hal perencanaan anggaran maupun perencanaan waktunya.

49 4.2.3 Succession Planning Di dalam hal perencanaan penerus (Succession Planning) hal ini dulunya juga diputuskan dengan menggunakan data-data kuantitatif misalnya berapa lama pengalaman yang dimiliki calon penerus tersebut, berapa banyak keuntungan yang sudah diberikan bagi organisasi atau perusahaan, berapa banyak suara yang mendukung individu tersebut, dan sebagainya. Sangat jarang bagi perusahaan secara khusus menyiapkan beberapa orang individu yang memang sangat berprestasi dan membekali mereka dengan berbagai macam kemampuan khususnya kemampuan dalam hal manajerial untuk menjadi calon-calon pemimpin di masa mendatang karena adanya kesulitan perusahaan untuk menentukan para calon penerus secara dini dan adanya ketakukan bahwa individu-individu tersebut setiap saat dapat meninggalkan perusahaan sehingga anggaran yang sudah dikeluarkan akan menjadi sia-sia apalagi anggaran yang sudah dikeluarkan tidaklah sedikit. Dengan adanya model kompetensi, organisasi maupun perusahaan dibantu untuk menentukan siapa saja yang memang cocok untuk ditunjuk menjadi para calon penerus dan apa saja yang perlu dipersiapkan bagi masing-masing individu yang berprestasi tersebut untuk menjadi bekal pada saatnya. 4.2.4 Grading or Job Evaluation Di dalam penilaian atau evaluasi pekerjaan (Grading / Job Evaluation) lagi-lagi hanya data-data kuantitatif sajalah yang paling dominan dipakai di dalam menentukan berapa besar reward yang akan diberikan ataupun promosi jabatan

50 Yang biasanya menjadi bahan pertimbangan di dalam Grading atau Job Evaluation tersebut adalah bersarnya tingkat penjualan, banyaknya jumlah absensi, dan sebagainya. Dengan adanya model kompetensi penentuan penilaian atau evaluasi pekerjaan tidak hanya diperhatikan dari sudut pandang data-data kuantitatif saja tetapi juga melihat sudut pandang dari kemampuan atau kompetensi individu tersebut sehingga hasil evaluasi lebih obyektif, tidak hanya berupa keharusan untuk meningkatkan penjualan semata tetapi suatu keputusan yang perlu diambil untuk meningkatkan kompetensi individu tersebut sehingga kualitas kerjanya menjadi semakin meningkat yang pada akhirnya akan menguntungkan perusahaan misalnya penjualan yang meningkat, motivasi kerja yang meningkat, dan sebagainya. 4.2.5 Training and Career Development Sama seperti halnya dengan pengembangan kepemimpinan (Leadership Development), dengan tidak adanya model kompetensi, pelatihan dan pengembangan karir pekerja di suatu organisasi atau perusahaan akan sangat membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan waktu yang juga tidak sedikit, walaupun modul-modul untuk pelatihan maupun pengembangan karir tidaklah sejarang modul pada pengembangan kepemimpinan. Namun dengan jumlah pekerja yang tidak sedikit dan setiap pekerja harus mengikuti keseluruhan modulmodul pelatihan maka organisasi atau perusahaan menjadi tidak efektif di dalam mengeluarkan anggaran untuk pelatihan dan pengembangan.

51 Dengan adanya model kompetensi, organisasi atau perusahaan dibantu untuk menentukan modul-modul apa saja yang berguna bagi masing-masing pekerjaan sehingga tidak semua individu haruslah mengikuti seluruh modulmodul pelatihan yang ada yang memang tidak semua modul-modul tersebut berguna bagi individu untuk mengerjakan tugasnya. Misalnya seorang teller tidaklah perlu untuk mengikuti modul-modul pelatihan untuk mempersiapkan bahan-bahan presentasi. 4.2.6 Compensation System Tanpa model kompetensi, di dalam menentukan sistem kompensasi (Compensation System) pihak perusahaan atau organisasi kebanyakkan hanya menyamakan kompensasi yang diberikan untuk posisi yang sama. Hal ini terkadang menimbulkan banyak protes di kalangan pekerja karena pekerja yang bahkan menduduki suatu posisi yang sama pun mempunyai tugas yang berlainan yang juga membutuhkan keahlian atau kemampuan yang berbeda sehingga kompensasi yang diberikan pun seharusnya sesuai dengan porsi pekerjaan yang dilakukan dengan menggunakan keahlian atau kemampuan tertentu. Dengan adanya model kompetensi, pihak perusahaan terbantu untuk menyusun suatu sistem kompensasi yang tidak hanya memperhatikan tingkatan suatu posisi atau jabatan namun juga jangkauan, kedalaman dan tipe keahlian atau kemampuan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas di posisi atau jabatan tertentu.

52 4.2.7 Recruitment and Staffing Tanpa model kompetensi, proses penerimaan karyawan baru (recruitment) sangat tergantung pada tes-tes psikologi yang kadang-kadang sangat sulit untuk menentukan apakah seorang individu memang cocok untuk jabatan tertentu karena kebanyakkan tes psikologi lebih memperhatikan apakah seorang individu dapat bekerja keras atau tidak tanpa memperhatikan kecocokkan individu tersebut dengan pekerjaan atau jabatan yang akan ditempatinya. Begitu juga dalam hal pengaturan karyawan (Staffing), tanpa adanya model kompetensi biasanya pihak manajemen hanya mencoba-coba apakah memang individu tersebut cocok untuk menempati posisi atau jabatan tertentu dengan lebih memperhatikan pengalaman kerjanya. Dengan adanya model kompetensi diharapkan proses penerimaan karyawan baru dan pengaturan karyawan tidak hanya memperhatikan kemampuan individu dari segi teknis semata ataupun kemungkinan ia memiliki kemauan untuk bekerja keras atau tidak, namun juga memperhatikan kecocokkan individu tersebut dengan posisi atau tugas yang akan dikerjakannya karena dengan adanya kecocokkan tersebut motivasi individu untuk mengerjakan tugasnya menjadi lebih meningkat. 4.2.8 Multi-rater Assessment Penilaian Multi-rater atau banyak tingkat (Multi-rater Assessment) sangat jarang dilakukan kalaupun dilakukan biasanya penilaian seorang bawahan dari atasannya. Kalaupun ada biasanya yang dinilai kebanyakkan adalah hal-hal

53 yang bersifat terlihat misalnya apakah seorang teller rajin datang ke kantor atau tidak, apakah teller tersebut sering terlambat atau tidak, dan sebagainya. Dengan adanya model kompetensi BII diperkenalkan pada suatu penilaian yang bersifat lebih dari satu tingkat maksudnya penilaian tidak hanya dilakukan oleh atasannya namun juga oleh rekan sekerja, bawahannya ataupun bahkan pelanggan. Dengan demikian penilaian tersebut dapat lebih obyektif dan akurat. Dan dengan model kompetensi ini, diharapkan penilaian tidak hanya berupa hal-hal yang terlihat saja, namun juga hal-hal yang tidak dirasakan secara langsung misalnya apakah seorang teller mempunyai kemampuan perencanaan yang baik atau tidak, apakah ia dapat menangani stress yang terjadi pada dirinya atau tidak, dan sebagainya. Dengan melihat hasil analisa di atas, terlihat bahwa model kompetensi sangatlah berguna bagi PT. BII khususnya di dalam divisi sumber daya manusianya yang mempunyai visi untuk meningkatkan kesejahteraan para karyawan yang bekerja di BII dengan meningkatkan kemampuan atau keahlian masing-masing individu yang bekerja di BII.