41 4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan interpretasinya. Pembahasan dalam bab 4 ini meliputi gambaran umum partisipan, ada tidaknya hubungan antara sikap terhadap hubungan seksual, masturbasi, pornografi dan homoseksual dengan religiusitas pada muslim dewasa muda. Serta hubungan dimensi religiusitas dengan sikap terhadap hubungan seksual, masturbasi, pornografi dan homoseksual. 4.1. Gambaran Umum Partisipan Penelitian Pada penelitian ini kuesioner yang disebar sebanyak 120 eksemplar, namun yang dapat diolah hanya 100 eksemplar. Hal ini disebabkan oleh adanya ketidaklengkapan jawaban dan data kontrol. Gambaran umum merupakan karakteristik subjek, seperti misalnya: jenis kelamin, status, dan pendidikan terakhir. 4.1.1. Gambaran Umum Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.1. Gambaran Umum Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi % TOTAL 100 100 Berdasarkan tabel di atas mengenai gambaran umum subjek dalam jenis kelamin, dapat terlihat bahwa subjek laki-laki dan perempuan memiliki presentase yang sama besar, yakni masing-masing %,atau sebanyak orang. 4.1.2. Gambaran Umum Berdasarkan Status Perkawinan Berdasarkan tabel dihalaman berikutnya dapat dilihat bahwa subjek yang memiliki status belum menikah sebanyak 42 orang atau 42%, dan subjek yang telah menikah sebanyak 58 orang atau 58%.
42 Tabel 4.2. Gambaran Umum Berdasarkan Status Pernikahan Status Pernikahan Frekuensi % Belum Nikah 42 42 Nikah 58 58 TOTAL 100 100 4.1.3. Gambaran Umum Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 4.3. Gambaran Umum Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan Akhir Frekuensi % SMA 29 29 D3 S1 S2 18 48 5 18 48 5 TOTAL 100 100 Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan akhir yang paling besar persentasenya yakni sarjana (S1) sebanyak 48% atau 48 orang, kemudian berturut-turut dibawahnya yakni SMA (29% atau 29 orang), D3 (18% atau 18 orang) dan S2 (5% atau lima orang). 4.1.4 Gambaran Sikap Terhadap Perilaku Hubungan Seksual, Masturbasi, Pornografi dan Homoseksual Secara Umum skor sikap terhadap perilaku hubungan seksual, masturbasi, pornografi dan homoseksual, menggunakan norma stanine. Skor terbagi menjadi tiga, yakni sikap positif, sikap sedang dan sikap negatif. Untuk lebih jelas mengenai penggolongan skor dan gambaran umum sikap terhadap hubungan seksual, masturbasi, pornografi dan homoseksual dapat disimak di halaman berikutnya:
43 Tabel 4.4 Skor dan Gambaran Umum Sikap terhadap Perilaku Hubungan Seksual, Masturbasi, Pornografi, dan Homoseksual Negatif Sedang Positif Hubungan skor 0 4 5 10 11 diatas 13 Seksual N = 16 N = 55 N = 29 Masturbasi Pornografi Homoseksual 16% 55% 29% Negatif Sedang Positif skor 0 9 10 17 18 diatas 22 N = 17 N = 59 N = 18 17% 59% 18% Negatif Sedang Positif skor 0 18 19 27 28 diatas 34 N = 22 N = 51 N = 27 22% 51% 27% Negatif Sedang Positif skor 0 2 3 6 7 diatas 9 N = 19 N = 49 N = 32 19% 49% 32% Tabel diatas menjelaskan mengenai penggolongan skor dan hasil temuan mengenai gambaran umum dari sikap terhadap perilaku hubungan seksual, masturbasi, pornografi, dan homoseksual. Berikut ini penjelasan dari tabel diatas: Pada perilaku hubungan Seksual, rentang skor mulai 0 4 digolongkan menjadi sikap negatif, 5 10 digolongkan sedang, dan 11 diatas 13 digolongkan menjadi sikap positif. Dari hasil temuan didapatkan bahwa sebanyak 55 subjek (55%) memiliki sikap yang masih ragu-ragu dalam menyikapi perilaku hubungan seksual, 29 subjek (29%) memiliki sikap yang lebih terbuka dan sisanya 16 subjek (16%) memiliki sikap yang lebih tertutup terhadap perilaku hubungan seksual. Pada perilaku masturbasi, rentang skor dimulai dari 0 9 (sikap negatif), 10 17 (sedang), dan 18 diatas 22 (sikap positif). Hasil temuan menyatakan sebanyak 59 subjek (59%) memiliki sikap yang masih ragu-ragu terhadap perilaku masturbasi, 18 subjek (18%) menyatakan sikap yang lebih terbuka dan 17 subjek (17%) menyatakan sikap yang lebih tertutup terhadap perilaku masturbasi.
44 Sedangkan pada perilaku pornografi, rentang skor dimulai dari 0 18 untuk sikap negatif, 19 27 untuk sedang, dan 28 diatas 34 untuk sikap positif. Hasil temuan menyatakan bahwa terdapat 51 subjek (51%) menyatakan sikap ragu-ragu, 27 subjek (27%) menyatakan sikap lebih terbuka, dan 22 subjek (22%) menyatakan sikap lebih tertutup terhadap perilaku pornografi. Kemudian pada perilaku homoseksual ditentukan rentang skor mulai dari 0 2 untuk menyatakan sikap negatif, 3 6 untuk sikap sedang, dan 7 diatas 9 untuk menyatakan sikap positif terhadap perilaku homoseksual. Dari hasil temuan dapat dilihat sebanyak 49 subjek (49%) menyatakan sikap masih ragu-ragu, 32 subjek (32 %) menyatakan sikap yang lebih terbuka, dan 19 subjek (19%) menyatakan sikap yang lebih tertutup terhadap perilaku homoseksual. 4.1.5 Gambaran Religiusitas Secara Umum Dikarenakan konstruk religiusitas yang dikemukakan oleh Glock dan Stark merupakan variabel multidimensional, maka penghitungan tidak dapat menghasilkan skor tunggal. Sehingga untuk melihat kereligiusan seseorang, harus melihat skor pada masing-masing dimensi. skor masih menggunakan norma stanine untuk menentukan tinggi, sedang, dan rendahnya skor pada lima dimensi religiusitas. Pada halaman berikutnya dapat dilihat tabel penggolongan skor dan gambaran umum alat ukur religiusitas:
45 Tabel 4.5 Skor dan Gambaran Umum Religiusitas Rendah Sedang Tinggi Dimensi 6 31 32 35 36 Kepercayaan/ skor N = 21 N = 33 N = 36 ideologis 21% 33% 36% Dimensi Ritual/ peribadatan Dimensi Pengalaman/ eksperensial Dimensi Intelektual/ pengetahuan Dimensi Konsekuensi Rendah Sedang Tinggi skor 5 20 21 25 26 30 N = 19 N = 51 N = 30 19% 51% 30% Rendah Sedang Tinggi skor 7 33 34 38 39 42 N = 21 N = 43 N = 26 21% 43% 26% Rendah Sedang Tinggi skor 5 22 23 30 31 36 N = 18 N = 56 N = 26 18% 56% 26% Rendah Sedang Tinggi skor 6 27 28 32 33 36 N = 21 N = 52 N = 27 21% 52% 27% Pada dimensi Kepercayaan atau ideologis, rentang skor dimulai dari 6 31 untuk kategori rendah, 32 35 untuk kategori sedang, dan 36 untuk kategori tinggi. Dari tabel diatas, dijelaskan bahwa sebanyak 36 subjek (36%) memiliki kereligiusan yang tinggi dalam hal keyakinannya terhadap doktrin-doktrin teologi agama Islam. Sedangkan 33 subjek (33%) memiliki kereligiusan yang sedang dan sisanya, yakni 21 subjek (21%) memiliki kereligiusan yang rendah dalam hal keyakinan doktrin-doktrin teologi ajaran agama Islam. Selanjutnya pada dimensi ritual atau peribadatan, rentang skor dimulai dari 5 20 untuk kategori rendah, 21 25 untuk kategori sedang, dan 26 30 untuk kategori tinggi. Dari hasil penghitungan, maka didapatkan bahwa sebanyak
46 51 subjek (51%) memiliki kereligiusan yang sedang dalam pelaksanaan ritual peribadatan. Sedangkan 30 subjek (30%) memiliki kereligiusan yang tinggi dan 19 subjek (19%) lainnya memiliki kereligiusan yang rendah dalam hal pelaksanaan ritual peribadatan. Pada dimensi pengalaman atau eksperensial, rentang skor rendah dimulai pada 5 33, skor sedang dimulai pada 34 38, dan skor tinggi pada 39 42. Sebanyak 43 subjek (43%) memiliki kereligiusan yang sedang dalam hal penghayatan pengalaman religius, sebanyak 26 subjek (26%) memiliki kereligiusan yang tinggi dan sisanya, 21 subjek (21%) memiliki kereligiusan yang rendah dalam hal penghayatan pengalaman religius. Selanjutnya pada dimensi intelektual atau pengetahuan, rentang skor dimulai dari 5 22 untuk skor rendah, 23 30 untuk skor sedang, dan 31 36 untuk skor tinggi. Sebanyak 56 subjek (56%) memiliki kereligiusan yang sedang, 26 subjek (26%) memiliki kereligiusan yang tinggi dan 18 subjek (18%) memiliki kereligiusan yang rendah dalam hal pemahaman agama dan keinginan untuk menambah pemahaman agama Islam. Dimensi yang terakhir, yakni dimensi konsekuensi membagi rentang skor menjadi 6 27 untuk skor rendah, 28 32 untuk skor sedang, dan 33 36 untuk skor tinggi. Dari hasil penghitungan dikatakan bahwa sebanyak 52 subjek (52%) memiliki kereligiusan yang rendah, 27 subjek (27%) memiliki kereligiusan yang tinggi, dan sisanya 21 subjek (21%) memiliki kereligiusan yang rendah dalam perilaku sehari-hari berkaitan dengan ajaran agama Islam. 4.2. Hasil Analisis Data Utama 4.2.1 Hubungan Antara Sikap Terhadap Hubungan Seksual, Masturbasi, Pornografi dan Homoseksual dengan Religiusitas Penghitungan data utama hasil penelitian menggunakan teknik korelasi Pearson s Product-Moment, dengan hasil yang dapat dilihat pada halaman selanjutnya:
47 Tabel 4.6 Hubungan Seksual Hubungan antara Sikap terhadap Hubungan Seksual, Masturbasi, Pornografi dan Homoseksual dengan Religiusitas pada Dewasa Muda Muslim Kepercayaan/ Ideologis -.122 Ritual/ Peribadatan -.222* Pengalaman/ Eksperensial -.246* Intelektual/ Pengetahuan -.276* Konsekuensi -.214* Sig.(2-tailed) (.228) (.027) (.005) (.005) (.033) Masturbasi -.206* -.052 -.177 -.143 -.104 Sig.(2-tailed) (.040) (.606) (.078) (.155) (.301) Pornografi.023 -.038 -.094 -.146 -.042 Sig.(2-tailed) (.819) (.710) (.352) (.149) (.678) Homoseksual.037 -.420** -.367** -.378* -.334** Sig.(2-tailed) (.713) (.000) (.000) (.000) * Signifikan pada l.o.s 0.05 **Signifikan pada l.o.s 0.01 (.001) Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa: 1. Sikap terhadap perilaku hubungan seksual memiliki korelasi negatif yang dengan dimensi ritual, pengalaman, pengetahuan, dan konsekuensi. Dalam artian, semakin positif sikap individu terhadap perilaku hubungan seksual maka semakin rendah tingkat religiusitasnya dalam hal pelaksanaan ritual agama, penghayatan pengalaman religius, pemahaman akan agama, dan perilaku sehari-harinya. Demikian pula sebaliknya, semakin negatif sikap individu terhadap perilaku hubungan seksual maka semakin tinggi tingkat religiusitasnya dalam hal pelaksanaan ritual agama, penghayatan pengalaman religius, pemahaman agama dan dalam berperilaku sehari-hari. 2. Sikap terhadap perilaku masturbasi memiliki korelasi negatif yang dengan dimensi kepercayaan atau ideologis. Hal ini memiliki arti, bahwa semakin positif sikap individu terhadap perilaku masturbasi maka akan
48 semakin rendah tingkat religiusitanya dalam pandangannya terhadap pandangan teologis atau doktrin-doktrin agama. Demikian pula sebaliknya, semakin positif sikap individu terhadap perilaku masturbasi maka semakin tinggi tingkat religiusitasnya dalam pandangan mengenai teologis atau doktrin-doktrin agamanya. 3. Sikap terhadap perilaku pornografi sendiri tidak berkorelasi secara dengan dimensi-dimensi religiusitas. 4. Sikap terhadap perilaku homoseksual secara berkorelasi negatif dengan dimensi ritual, pengalaman, pengetahuan, dan konsekuensi. Sehingga dapat dinyatakan bahwa semakin positif sikap individu terhadap perilaku homoseksual, maka semakin rendah tingkat religiusitasnya dalam hal praktek ritual, penghayatan pengalaman religius, pemahaman ajaran agama, serta perilaku sehari-hari. Demikian pula sebaliknya, semakin negatif sikap individu terhadap perilaku homoseksual, maka semakin tinggi tingkat religiusitasnya dalam hal praktek ritual, penghayatan pengalaman religius, pemahaman ajaran agama, dan dalam berperilaku sehari-hari. 4.2.1.1. Mean Sikap Terhadap Hubungan Seksual, Masturbasi, Pornografi dan Homoseksual Penghitungan mean perilaku hubungan seksual, masturbasi, pornografi dan homoseksual menggunakan statistik deskriptif dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4.7 Mean Sikap terhadap Hubungan Seksual, Masturbasi, Pornografi dan Homoseksual Sikap terhadap Perilaku Mean Hubungan Seksual 8.37 Masturbasi 14.33 Pornografi 23.52 Homoseksual 5.25 Pada tabel diatas dapat dilihat perilaku pornografi merupakan mean tertinggi (M = 23.52) dan mean terendah dimiliki oleh perilaku homoseksual (M = 5.25). Hal ini berarti, subjek memiliki sikap yang lebih terbuka terhadap perilaku pornografi dan memiliki sikap yang lebih tertutup terhadap perilaku
49 homoseksual. Berturut-turut setelah perilaku pornografi, ialah perilaku masturbasi dengan mean sebesar 14.33 dan perilaku hubungan seksual dengan mean sebesar 8.37. 4.2.1. Mean Dimensi-dimensi Religiusitas Tabel 4.8 Mean Dimensi-dimensi Religiusitas Dimensi-dimensi Mean Keyakinan/Ideologis 33.85 Ritual/Peribadatan 23.47 Pengalaman 36.16 Pengatahuan/intelektual Konsekuensi 26.80 30.23 Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dimensi pengalaman memiliki mean tertinggi (M = 36.16) dan mean terendah (M = 23.47) terdapat pada dimensi ritual. Hal ini berarti subjek pada penelitian ini memiliki tingkat religiusitas yang tinggi dalam hal penghayatan pengalaman religius, sedangkan memiliki tingkat religiusitas yang rendah pada pelaksanaan ritual peribadatan. 4.3. Analisis Data Tambahan 4.3.1. Analisis Sikap Terhadap Hubungan Seksual, Masturbasi, Pornografi, dan Homoseksual berdasarkan Data Kontrol 4.3.1.1 Berdasarkan Jenis Kelamin hasilnya: Perhitungan menggunakan metode independent samples t-test. Berikut ini Tabel 4.9 Sikap Terhadap Hubungan Seksual, Masturbasi, Pornografi, dan Homoseksual berdasarkan Jenis Kelamin Perilaku Hubungan Seksual Masturbasi Pornografi Homoseksual Jenis Kelamin Mean Nilai t L.o.s 0.005 8.94 7.80 15.66 13.00 25.98 21.06 5.32 5.18 1.687.095 tidak 2.874.005 3.976.000.287.775 tidak
Dari tabel pada halaman sebelumnya, dapat diketahui bahwa nilai t pada l.o.s 0.05 (p < 0.05) sehingga dapat dikatakan terdapat perbedaan pada laki-laki dan perempuan dalam menyikapi perilaku masturbasi dan pornografi. Oleh kaum laki-laki perilaku masturbasi (M = 15.66) ditanggapi dengan lebih terbuka bila dibandingkan dengan kaum perempuan (M = 13). Demikian halnya dengan perilaku pornografi, dimana kaum laki-laki lebih memiliki sikap yang lebih terbuka (M = 25.98) daripada kaum perempuan (M = 21.06) terhadap perilaku tersebut. 4.3.1.2 Berdasarkan Status Perkawinan hasilnya: Perhitungan menggunakan metode independent samples t-test. Berikut ini Tabel 4.10 Sikap Terhadap Hubungan Seksual, Masturbasi, Pornografi, dan Homoseksual berdasarkan Status Perkawinan Perilaku Hubungan Seksual Masturbasi Pornografi Homoseksual * A: Belum Menikah B: Menikah Status Perkawinan* A B A B A B A B Mean Nilai t L.o.s 0.05 8.69 8.14 15.16 13.72 23.90 23.24 5.71 4.91.798 1.494.492 1.642.427 tidak.138 tidak.624 tidak.104 tidak Tabel diatas menunjukkan nilai t tidak pada l.o.s 0.05 (p > 0.05), dalam artian bahwa tidak terdapat perbedaan antara subjek yang belum menikah dan subjek yang telah menikah dalam menyikapi perilaku hubungan seksual, masturbasi, pornografi, dan homoseksual. Namun pada tabel dapat diketahui perbandingan mean subjek yang belum menikah dengan yang telah menikah dalam menanggapi perilaku hubungan seksual, masturbasi, pornografi dan homoseksual. Seperti misalnya pada perilaku homoseksual, mean subjek yang
51 belum menikah lebih tinggi (M = 5.71) dibandingkan mean subjek yang telah menikah (M = 4.91). 4.3.2. Analisis Dimensi-dimensi Religiusitas berdasarkan Data Kontrol 4.3.2.1 Berdasarkan Jenis Kelamin hasilnya: Perhitungan menggunakan metode independent samples t-test. Berikut ini Dimensi Keyakinan/ Ideologi Ritual/ Peribadatan Pengalaman/ Eksperensial Pengetahuan/ Intelektual Konsekuensi Tabel 4.11 Dimensi-dimensi Religiusitas berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin N Mean Nilai t L.o.s 0.005 34.08 33.62 24.02 22.92 36.04 36.28 27.12 26.48 30.64 29.82.903 1.606 -.356.692 1.209.369 tidak.111 tidak.723 tidak.490 tidak.230 tidak Dari tabel diatas dapat diketahui nilai t dimensi-dimensi religiusitas tidak pada l.o.s 0.05 (p > 0.05) sehingga berarti tidak ada perbedaan tingkat religiusitas dalam dimensi-dimensi yang ada berdasarkan jenis kelamin. Namun dapat diketahui perbandingan laki-laki dan perempuan dalam masing-masing dimensi dengan melihat besaran mean. Seperti misalnya pada dimensi ritual/peribadatan dimana laki-laki memiliki mean yang lebih tinggi (M = 24.02) dibandingkan dengan mean yang dimiliki oleh perempuan (M = 22.92). 4.3.2.2 Berdasarkan Status Perkawinan Perhitungan menggunakan metode independent samples t-test. Tabel hasil penghitungan dapat dilihat pada halaman selanjutnya.
52 Tabel 4.12 Dimensi-dimensi Religiusitas berdasarkan Status Perkawinan Dimensi Status Perkawinan* N Mean Nilai t L.o.s 0.005 Keyakinan/ A 42 33.28.059 Ideologi B 55 34.25-1.913 tidak Ritual/ A 42 22.26.002-3.107 Peribadatan B 58 24.34 Pengalaman/ A 42 35.19.013-2.524 Eksperensial B 58 36.86 Pengetahuan/ A 42 24.97.001-3.559 Intelektual B 58 28.12 Konsekuensi A 42 29.28.017-2.422 B 58 30.91 * A = Belum Menikah B = Menikah Hasil tabel diatas menunjukkan bahwa nilai t pada dimensi ritual, pengalaman, pengetahuan, dan konsekuensi pada l.o.s 0.05 (p < 0.05) sehingga dapat dikatakan terdapat perbedaan berdasarkan status perkawinan dengan dimensi ritual, pengalaman, intelektual, dan konsekuensi. Dari tabel juga dapat dilihat perbandingan mean pada subjek yang belum menikah dan sudah menikah di tiap-tiap dimensi religiusitas.