PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOTIK ISSN:

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAN LAHAN DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA

Rizqi Agung Wicaksono Zuharnen Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ABSTRACT

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

MATERI 4 : PENGENALAN TATAGUNALAHAN DI GOOGLE EARTH

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat

STUDI PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA BERDASARKAN INTERPRETASI CITRA QUICKBIRD

Bangunan Berdasarkan Citra Landsat 5 TM dan Sentinel 2A MSI (Kasus: Kota Salatiga) Anggito Venuary S

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan Pengertian Lahan

BAB II TEORI DASAR. Beberapa definisi tentang tutupan lahan antara lain:

ANALISIS HARGA DAN NILAI LAHAN DI KECAMATAN SEWON DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS.

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGGUNAAN CITRA GEOEYE-1 DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN NGAGLIK, KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MONITORING DENSIFIKASI BANGUNAN DI DAERAH PERKOTAAN MAGELANG

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN KOTA BEKASI. Dyah Wuri Khairina

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian atau metodologi suatu studi adalah rancang-bangun

Pemanfaatan Citra Aster untuk Inventarisasi Sumberdaya Laut dan Pesisir Pulau Karimunjawa dan Kemujan, Kepulauan Karimunjawa

Tabel 1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Banguntapan Tahun 2010 dan Tahun 2016

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra

ANALISIS KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN

Wisnu Widyatmadja Taufik Hery Purwanto

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Pasal 12 Undang-undang Kehutanan disebutkan bahwa. penyusunan rencana kehutanan. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan, Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan

BAB III METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN KASUS DI KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN PENGGUNAAN LAHAN AKIBAT BANJIR LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 DI SUB DAS KALI PUTIH JURNAL PUBLIKASI ILMIAH

Sudaryanto 1), Melania Swetika Rini 2) *

INTERPRETASI CITRA IKONOS KAWASAN PESISIR PANTAI SELATAN MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH OLEH : BHIAN RANGGA J.R NIM : K

RINGKASAN MATERI INTEPRETASI CITRA

Jurnal Geodesi Undip Januari 2015

Analisis Separabilitas Untuk mengetahui tingkat keterpisahan tiap klaster dari hasil klastering (Tabel 5) digunakan analisis separabilitas. B

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Penggunaan data informasi penginderaan jauh terutama

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tabel 11. Klasifikasi Penutupan Lahan Data Citra Landsat 7 ETM, Maret 2004

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik

Pemetaan Estimasi Volume- (Dyah Novita I)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

PEMANFAATAN CITRA IKONOS UNTUK IDENTIFIKASI OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

METODE SURVEI DESKRIPTIF UNTUK MENGKAJI KEMAMPUAN INTERPRETASI CITRA PADA MAHASISWA PENDIDIKAN GEOGRAFI FKIP UNIVERSITAS TADULAKO

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD UNTUK PEMETAAN PENGGUNAAN LAHAN DI CIBEUNYING KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMANFAATAN CITRA WORLDVIEW-1 UNTUK ESTIMASI PRODUKSI GARAM DI KABUPATEN SAMPANG, PROVINSI JAWA TIMUR

Interpretasi Citra dan Foto Udara

ANALISIS DEVIASI PEMANFAATAN RUANG AKTUAL TERHADAP RENCANA DETIL TATA RUANG KOTA (RDTRK) KECAMATAN NGAGLIK TAHUN

ANALISIS TINGKAT KERAWANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN DENGAN PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN PAKUALAMAN, KOTA YOGYAKARTA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Aplikasi Object-Based Image Analysis (OBIA) untuk Deteksi Perubahan Penggunaan Lahan Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN CITRA RESOLUSI TINGGI WORLDVIEW-2

III. BAHAN DAN METODE. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

BAB III METODE PENELITIAN

Klasifikasi Berbasis Objek pada Citra Pleiades untuk Pemetaan Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan Purwokerto 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PERUMAHAN KELAS MENENGAH MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KOTA SURABAYA

A.G. Ahmad. Departemen Sains Informasi Geografi, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada.

INTERPRETASI CITRA SATELIT LANDSAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE

Evaluasi Indeks Urban Pada Citra Landsat Multitemporal Dalam Ekstraksi Kepadatan Bangunan

Sudaryanto dan Melania Swetika Rini*

LAPORAN PENELITIAN. Oleh: Dyah Respati Suryo Sumunar

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

TOMI YOGO WASISSO E

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. wilayah yang jelas, sebagaimana yang telah diatur dalam undang-undang. Kota

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS).

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

EVALUASI TUTUPAN LAHAN DARI CITRA RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE KLASIFIKASI DIGITAL BERORIENTASI OBJEK (Studi Kasus: Kota Banda Aceh, NAD)

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMPOSIT BAND CITRA LANDSAT DENGAN ENVI. Oleh: Nama : Deasy Rosyida Rahmayunita NRP :

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Transkripsi:

INTERPRETASI CITRA QUICKBIRD UNTUK IDENTIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA KARANGTENGAH KECAMATAN SRAGEN KABUPATEN SRAGEN Munisya'ul Khosyi'ah 1, Miftahul Arozaq 2, Hoesni Noor M A 3, Vini Andarista 4, Anita Dwi Rahmawati 5, Rizki Kozangga Putra 6 Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta Munis_nisya@yahoo.com, rozaqums@gmail.com, Hoesni.arifin@gmail.com, Viniandarista.va@gmail.com, Anitarahmawati3@gmail.com, rizkiredarmy09@gmail.com, ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk; (1) mengetahui tingkat ketelitian hasil interpretasi Citra Quickbird berwarna tahun 2012 untuk interpretasi penggunaan lahan, (2) mengetahui obyek yang berhasil diidentifikasi dari Citra Quickbird. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan teknik penginderaan jauh khususnya interpretasi visual pada Citra Quickbird dan pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG). Popoulasi penelitian ini adalah unit unit penggunaan lahan di wilayah administrasi Desa Karangtengah. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified proposional random sampling dan didasarkan atas strata kelas obyek penggunaan lahan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, observasi, dan Interpretasi citra. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah uji ketelitian hasil interpretasi dengan confusion matrix calculation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) hasil interpretasi Citra Quickbird memiliki tingkat ketelitian untuk objek penggunaan lahan adalah 0,95. Dengan demikian keseluruhan hasil interpretasi Citra Quickbird dapat diterima karena telah memenuhi persyaratan batas minimal ketelitian interpretasi data penginderaan jauh. (2) Obyek yang berhasil diidentifikasi dari Citra Quickbird adalah sekolah, kuburan, permukiman, lapangan, tempat ibadah, semak belukar, irigasi, jalan, sawah, industri, jasa dan perdagangan. Kata Kunci: Interpretasi, Citra Quickbird, Penggunan Lahan. ABSTRACT This research aims to; (1) determine the level of precision of the color Quickbird imagery interpretation in 2012 for the interpretation of land use, (2) determine the objects that have been identified from Quickbird Imagery. This research is a quantitative descriptive peelitian using remote sensing techniques, especially in the visual interpretation Quickbird Imagery and utilization of Geographic Information Systems (GIS). Popoulatoni this study is the unit - a unit of land use in the region of the village administration Karangtengah. Sampling is done by proportional stratified random sampling method and based on the object class strata land use. Data collection techniques used is documentation, observation, and interpretation of images. Data analysis techniques in this study is to test the accuracy of the interpretation of the confusion matrix calculation. The results showed that: (1) the interpretation of Quickbird Imagery has a level of accuracy for the object of use of land is 0.95. Thus the overall results of the Quickbird imagery interpretation can be accepted as compliant with the minimum limit of the accuracy of the interpretation of remote sensing data. (2) places that have been identified from Quickbird Imagery is schools, cemeteries, homes, fields, places of worship, shrubs, irrigation, roads, fields, industry, services and trade. Keywords: Interpretation, Quickbird Imagery, Land Use. 258

PENDAHULUAN Penggunaan lahan menurut Malingreau (1978) (dalam Ritohardoyo, 2013) adalah segala macam campur tangan manusia, baik secara permanen ataupun secara skil terhadap suatu sekumpulan sumber daya alam dan sumber daya buatan, yang secara keseluruhan disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhankebutuhan manusia baik secara spiritual ataupun secara kebendaan ataupun keduanya. Data penggunaan lahan saat ini dirasakan semakin penting karena laju pertumbuhan penduduk yang tinggi membuat penggunaan lahan oleh manusia pada daerah yang luas dan tersebar benar-benar sangat kompleks. Penggunaan lahan pada saat sekarang (present land use) merupakan pertanda adanya dinamika dari eksploitasi oleh manusia (baik secara perorangan maupun masyarakat) terhadap sekumpulan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhannya (Ritohardoyo, 2013). Meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan lahan baik dalam keperluan produksi pertanian, perkebunan, industri, jasa serta permukiman mendorong lahirnya pemikiran tentang bagaimana mengambil keputusan pemanfaatan lahan yang paling menguntungkan dari sumber daya yang terbatas. Dengan keadaan seperti ini perlu suatu perencanaan penggunaan lahan dan penataan kembali penggunaan lahan agar dapat dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu perlu dilakukan kesesuaian penggunaan lahan agar bentuk penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu dapat berjalan dengan baik. Kesesuaian penggunaan lahan tersebut tentunya memerlukan data yang mampu menyajikan informasi penggunaan lahan yang tepat. Dengan menggunakan teknik penginderaan jauh mampu menyajikan informasi tentang penggunaan lahan karena dapat menyajikan informasi detail penggunaan lahan pada suatu daerah. Melalui penginderaan jauh dapat diketahui informasi tentang suatu wilayah tanpa kontak langsung dengan daerah yang dikaji. Untuk teknik penginderaan jauh lebih praktis dan efisien dalam mengumpulkan informasi mengenai suatu daerah. Peta penggunaan lahan berisikan hasil delineasi jenis guna lahan yang ada diseluruh daerah kajian yang mana memuat fungsi dominan untuk suatu kawasan, blok peruntukan, atau persil lahan (Permen PU No. 20 Tahun 2011). Pemetaan penggunaan lahan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang penggunaan lahan pada suatu lokasi. Pemetaan penggunaan lahan dilakukan sesuai kebutuhan. Pemetaan penggunaan lahan dapat dilakukan dengan skala detail maupun skala menengah. Penginderaan jauh dan sistem informasi geografi digunakan sebagai sarana pengolahan peta penggunaan lahan, karena penginderaan jauh dan sistem informasi geografi telah berkembang pesat dan mampu memaksimalkan pekerjaan. Banyaknya jenis citra penginderaan jauh dengan berbagai macam resolusi, baik spektral, spasial maupun temporal telah mendorong teknologi ini sebagai salah satu alat untuk memperoleh data sumberdaya bumi yang cukup handal dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan para penggunanya. Pemanfaatan citra satelit untuk pemetaan penutup lahan ataupun penggunaan lahan di Indonesia pada saat ini sudah banyak dilakukan, terutama untuk pemetaan pada skala tinjau, detail dan semi detil. Namun, pemetaan penggunaan lahan skala detail masih sangat minim di Indonesia karena resolusi spasial citra penginderaan jauh yang banyak beredar di Indonesia masih berkisar 10 meter ke atas. Selain minim, kebanyakan pemetaan detail hanya berpusat di pulau jawa. sedangkan kebutuhan akan data penggunaan lahan terutama data yang detail sangat diperlukan untuk pembuatan peta-peta tematik bertema kekotaan oleh instansi pemerintah. Menggunakan citra satelit dapat menghemat waktu dan tenaga serta lebih murah dibandingkan dengan survey langsung di lapangan. Namun demikian untuk menjaga akurasi data yang dihasilkan, pekerjaan lapangan harus tetap dilakukan. Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetaui tingkat ketelitian hasil interpretasi Citra Quickbird berwarna tahun 2012 untuk interpretasi penggunaan lahan dan untuk mengetahui obyek yang berhasil diidentifikasi dari Citra Quickbird. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan yaitu survei lapangan, intepretasi Citra Quickbird, dan perbandingan hasil intepretasi dengan hasil survei lapangan. Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh Desa Karangtengah. Sejumlah 430 polygon yang terbagi dalam 11 klasifikasi penggunaan lahan. Sampel yang digunakan sebanyak 399 meliputi 11 klasifikasi objek, yaitu 283 permukiman, 4 fasilitas pendidikan, 6 sungai, 6 jasa dan perdagangan, 3 pemakaman, 61 semak belukar, 4 industri, 3 lahan terbuka, dan 28 persawahan. Pengambilan sampel dilakukan dengancara stratified proposional random sampling dan didasarkan atas strata kelas obyek penggunaan lahan. Sampel diambil dengan memperhatikan proporsi jumlah sampel, sehingga seluruh populasi terwakili oleh sampel yang diambil. Titik sampel yangdiambil secara acak (random) didasarkan atas jumlah strata (kelas). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan interpretasi Citra Quickbird, uji lapangan, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tingkat 259

ketelitian interpretasi citra, yaitu analisis yang dilakukan berdasar kanuji ketelitian interpretasi menggunakan perhitungan matrik konfusi. Matrik konfusi memuat perhitungan ketelitian masingmasing klasifikasi obyek dan interpretasi keseluruhan. Selain itu, matrik tersebut memuat perhitungan omisi dan komisi yaitu perhitungan kesalahan interpretasi, sehingga uji ketelitian tersebut tidak termasuk pengukuran tunggal dan merupakan prosedur uji ketelitian yang sangat valid. Uji ketelitian interpretasi citra dilakukan dengan melakukan cek lapangan dengan sampel objek yang sudah ditentukan. Perhitungan pengujian berdasarkan kesesuaian hasil interpretasi dengan kondisi lapangan, sehingga kesalahan interpretasi dapat diketahui. Melalui uji ketelitian ini diketahui tingkat akurasi interpretasi Citra Quickbird. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Uji Ketelitian Pengamatan lapangan (ground check) bertujuan untuk mengetahui tingkat ketelitian dari interpretasi citra digital. Ground check dilakukan dengan membandingkan hasil dari pengolahan Citra Quickbird dengan obyek yang ditemukan di lapangan. Klasifikasi visual citra Quickbird dilakukan dengan bantuan Carry Map. Unsur- Unsur yang digunakan sebagai dasar analisis dalam interpretasi tipe penggunaan lahan atau vegetasi diuraikan sebagai berikut (Lillesand dan Keifer 1994): 1. Ukuran Meliputi panjang, lebar, luas, sehingga antara objek yang satu dengan yang lain dapat dibedakan dan dibuat batasan. 2. Rona (Tone) Rona menunjukkan perbedaan gelap terangnya suatu objek yang dipengaruhi oleh kelembaban, misalanya adanya genangan atau keadaan vegetasi penutup tanah itu sendiri. 3. Warna Sangat dipengaruhi oleh reflektansi yang dipengaruhi oleh vegetasi yang berbeda dan setiap vegetasi atau tanaman dapat memberikan warna alami (true colour) maupun warana semu (false colour). 4. Tekstur Merupakan gabungan antara rona dan ukuran serta jarak yang satu dengan yang lain. tekstur dapat dibedakan menjadi halus atau kasar, seragam atau tidak seragam. 5. Pola Pola merupakan susunan suatu objek yang terjadi secara alami maupun buatan. 6. Asosiasi Asosiasi digunakan untuk memperhatikan keterkaitan antara suatu objek atau fenomena dengan objek atau fenomena lain yang digunakan sebagai dasar mengenali objek yang dikaji. Pada penelitian ini, untuk mengetahui tingkat keakuratan klasifikasi tutupan lahan hasil interpretasi citra, perlu dilakukan uji akurasi klasifikasi. Akurasi klasifikasi merupakan akurasi yang sering dianalasis menggunakan suatu matrix kontingensi,suatu matrix bujursangkar yang memuat jumlah piksel yang di klasifikasi.matrix ini juga sering disebut dengan error matrix atau confusion matrix. Akurasi klasifikasi umumnya dilakukan dengan metode overall accuracy, akan tetapi akurasi ini umumnya terlalu over estimate sehingga jarang digunakan sebagai indikator yang baik untuk mengukur kesuksesan suatu klasifikasi karena hanya menggunakan piksel - piksel yang terletak pada diagonal suatu matrik contingency. Secara matematis dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: OA = N r i=1 X ii 100% N Menurut Jaya (2010), saat ini akurasi yang dianjurkan untuk digunakan adalah akurasi Kappa. Akurasi ini menggunakan semua elemen dalam matrik. Secara matematik,akurasi kappa ini dihitung dengan rumus sebagai berikut : K = N r X r i=1 ii i=1 X i+ X +i N 2 X i+ X +i Keterangan: X ii = nilai diagonal dari matrik kontingensi baris ke-i dan kolom ke-i X +i = jumlah piksel dalam kolom ke-i X +i = jumlah piksel dalam baris ke-i N = banyaknya piksel dalam contoh Cohen (1960) mengembangkan koefisien untuk mengukur kesepakatan antar rater yang kemudian dikenal dengan koefisien kappa. Nilai kappa menurut Bhisma Murti (1997), nilai K > 0,75 menunjukkan kesepakatan sangat baik, bila nilai K = 0.04 0.75 menunjukkan kesepakatan baik dan bila nilai K < 0,40 menunjukkan kesepakatan lemah. Tabel 1.1 Hasil dari matrik konfusi indeks kappa overall accuracy 97.62% indek kappa 0.9466994 N 421 Xii 411 Nxii 173031 Xi+Xi+ 98255 N2 177241 260

Berdasarkan hasil dari indeks kappa penelitian ini memiliki kesepakatan atau ketelitian yang sangat kuat. Selain itu hasil interpetasi citra landsat dan hasil survei lapangan tidak banyak perbedaan. Dengan demikian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Citra Quickbird dapat digunakan sebagai interpretasi penggunaan lahan. 2. Hasil interpretasi Citra Quickbird Berdasarkan hasil penelitian penginderaan jauh dengan teknik interpretasi citra digital diperoleh 11 kenampakaan penggunaan lahan, yaitu: a. Fasillitas pendidikan, dengan ciri ciri bangunannya yang berbentuk meligkar, bberbentuk huruf H, U, L, dan I, ada halaman sekolahnya. b. Pemakaman, dengan ciri ciri warnanya putih, mengelompok, dan berbentuk persegi empat atau persegi panjang. c. Permukiman, dengan ciri ciri ukuran bangunan permukiman yang berbeda dengan ukuran bangunan sekolah, perkantoran, dan pabrik. Permukiman memiliki ukuran yag lebih kecil dari bangunan sekolah dan perkantoran. d. Lahan terbuka, dengan ciri-ciri berbentuk segi empat serta memiliki testur yang halus dengan rona cerah. e. Tempat ibadah, dengan ciri-ciri bentuknya yang relatif persegi atau bentuk khas pada kubahnya. f. Semak belukar, dengan ciri-ciri bertekstur kasar karena merupakan kumpulan pepohonan. g. Jalan, dengan ciri-ciri memiliki bentuk memanjang, lebarnya seragam dan relatif lurus. Tekstur halus serta rona yang kontras dengan daerah sekitar dan pada umumnya cerah. h. Sawah, dengan ciri-ciri petak-petak persegi panjang dengan tekstur yang halus. Testur dan rona tampak seragam pada kawasan yang luas. i. Industri, dengan ciri-ciri memiliki gedung dengan ukuran besar dan pada umumnya memanjang, terletak di pinggir jalan, terdapat tempat bongkar muat barang, kadang-kadang nampak cerobong asap dan berwarna putih. j. Jasa dan Perdagangan, dengan ciri-ciri bentuk dan ukuran gedung teratur dan seragam. Terletak ditepi jalan besar. k. Sungai, dengan ciri-ciri tekstur permukaan air yang seragam dengan rona yang gelap jika airnya jernih atau cerah jika keruh. Perpindahan meander kearah samping dan kearah bawah. Gambar 1. Peta Penggunaan Lahan Desa Karangtengah KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Tingkat ketelitian interpretasi Citra Quickbird untuk objek penggunaan lahan adalah 0,95. Dengan demikian keseluruhan hasil interpretasi Citra Quickbird dapat diterima karena telah memenuhi persyaratan batas minimal ketelitian interpretasi data penginderaan jauh. 2. Obyek yang berhasil diidentifikasi dari Citra Quickbird adalah fasilitas pendidikan, kuburan, permukiman, lahan terbuka, tempat ibadah, semak belukar, sungai, jalan, sawah, industri, jasa dan perdagangan. DAFTAR PUSTAKA [1] Danoedoro, Projo. Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Yogyakarta: Andi, 2012. [2] Jaya, INS. Analisis Citra Digital: Perspektif Penginderaan Jauh Untuk Pengelolaan Sumberdaya Alam. Bogor: Fakultas Kehutanan Institusi Pertanian Bogor [3] Lillesand, T. M dan R. W. Kiefer. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra (terjemahan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 1997. 261

[4] Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2011 [5] Ritohardoyo, Su. Penggunaan Dan Tata Guna Lahan. Yogykarta : Ombak, 2013. [6] Sutanto, Penginderaan Jauh Jilid I. Cetakan 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994. 262