PERSEPSI GURU TENTANG AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH MENENGAH LANJUTAN ATAS (SLTA) NEGERI SE-KOTA PROBOLINGGO

dokumen-dokumen yang mirip
TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA PENDIDIKAN DI SMK MUHAMMADIYAH PRAMBANAN

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan nilai-nilai

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kinerja yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian hasil serta caracara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SD NEGERI SE-KECAMATAN MUNTILAN

ANALISIS EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DAERAH (SIMDA) BARANG MILIK DAERAH (BMD) PADA DPPKAD KABUPATEN PEMALANG

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DENGAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum. Berdasarkan penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

BAB V PENUTUP. keistimewaan bidang kebudayaan di Daerah Istimewa Yogyakarta, maka dapat. yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan DIY.

BAB I PENDAHULUAN. berlebih sehingga untuk mengembangkan dan merencanankan daerah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan

PERSEPSI BIROKRASI DAN PEMANGKU KEPENTINGAN TERHADAP TRANSPARANSI ANGGARAN DI PEMERINTAH KABUPATEN BATANG. Oleh : Sapto Setyo Nugroho ( )

I. PENDAHULUAN. Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. pengklasifikasian, penganalisisan dan pelaporan transaksi keuangan dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah tentang tata kelola pemerintahan yang baik atau good government

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB II. individu atau suatu organisasi pada suatu periode tertentu. Menurut Stoner (1996 :

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN. Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dilakukan, maka penulis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol VIII, No. 1, April 2017 ISSN

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 48.A 2012 SERI : E A BEKPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 48.A TAHUN 2012 TENTANG

STUDI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI KEGIATAN PEMBELAJARAN PADA PAKET KEAHLIAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN PADA SMK KOTA MALANG

Amrustian Sultoni Ahmad Nurabadi Jurusan AP FIP Universitas Negeri Malang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintah yang baik (Good Government Governance) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. instrumental (instrumental input) yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang menitik beratkan pada pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisionalis, dan kolot (Furqaini,Astri:2011). Undang-Undang No. 32 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemerintah dituntut untuk mewujudkan prinsip-prinsip yang terkandung

OPTIMALISASI APBD DALAM PERSPEKTIF PERFORMANCE BUDGET

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutukan, tidak saja untuk kebutuhan pihak

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kunci dalam peningkatan taraf hidup sebuah

Kelurahan Bendan Duwur terdapat 40 pertanyaan yang masing-masing. pertanyaan memiliki empat alternatif jawaban, yaitu:

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

Analisis Perbedaan Persepsi Stakeholders Ters Atas Transparansi, Partisipasi Dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah

MANAJEMEN HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT DI TAMAN KANAK-KANAK SE- KECAMATAN MLATI, KABUPATEN SLEMAN ARTIKEL JURNAL

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, permasalahan akuntabilitas publik menjadi sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang baik, perlu ada peran serta pihak-pihak seperti: stakeholder

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mengatur

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan pendekatan kuantitatif dan sumber data yang digunakan. berhubungan dengan penelitian.

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

PERBEDAAN PRODUKTIVITAS KERJA GURU ANTARA YANG SUDAH DAN BELUM SERTIFIKASI PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) DI KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta

BAB I PENDAHULUAN. atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

PERSEPSI GURU TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KEPALA SEKOLAH DI SMK NEGERI KELOMPOK BISNIS MANAJEMEN KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance merupakan function of governing. Salah

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

PEDOMAN PENGENDALIAN INFORMASI PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Yusup Hermawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Garut Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang no 22 tahun 1999 dan Undang-Undang no 25

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dibentuk. pemerintahan negara yang menyelenggarakan fungsi pemerintahan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah

BPK RI DAN KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK. Hasan Bisri Wakil Ketua BPK RI

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA

JURNAL ILMU-ILMU TEKNIK - SISTEM, Vol. 11 No. 2

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengelolaan keuangan sekolah merupakan suatu kegiatan yang

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan data yang telah dianalisis secara kualitatif pada

BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UNIKA Soegijapranata Semarang

BAB I PENDAHULUAN. menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 71

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah semakin menguatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 32. berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

BAB I PENDAHULUAN. Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak. perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik.

BAB V PENUTUP. Program Sekolah Plus di Kota Surakarta diperoleh kesimpulan sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang sistem pengendalian internal pemerintahan (SPIP) mendapat

(INDEK KEPUASAN MASYARAKAT)

BAB I PENDAHULUAN. pada hierarki dan jenjang jabatan. Dalam tataran praktek, birokrasi seringkali

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

PENGADILAN TINGGI MANADO

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KENDAL

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

BAB 1 LATARBELAKANG. adanya era reformasi dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal.

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Sejak diberlakukannya otonomi desantralisasi mendorong perlunya perbaikan dalam pengelolaan dan

Keyword : Pengelolaan Keuangan, Akuntabilitas, Transparansi, SMAN, SMKN. Zahara Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Padang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi nirlaba. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pesat terhadap akses yang dapat dilakukan masyarakat untuk. masyarakat akan adanya suatu pengukuran kinerja.

BAB I INTRODUKSI. Bab I dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang, konteks riset, rumusan

ANALISIS KEPUASAN SISWA PENGGUNA LAYANAN TRANSPORTASI BUS SEKOLAH DI KABUPATEN TULUNGAGUNG

PEDOMAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

Penyusunan Pola Tata Kelola BLUD SMK

I K M LAPORAN SEMESTER I DINAS PERTANIAN PANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL

Transkripsi:

PERSEPSI GURU TENTANG AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH MENENGAH LANJUTAN ATAS (SLTA) NEGERI SE-KOTA PROBOLINGGO Diana Fathiyah Ibrahim Bafadal Teguh Triwiyanto Email: diana3fathiyah@gmail.com Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No. 5 Malang Abstract: The aim of this research is to describe: 1) the level of teachers perceptions of accountability and transparency of financial management; 2) teachers perceptions of accountability of financial management; 3) teachers perceptions of transparency of financial management. This research applied quantitative research and descriptive design. The research result was: 1) the level of teachers perceptions about accountability and transparency of financial management was categorized as average; 2) the teachers understanding about accountability of school financial management was average; 3) the teacher understanding about transparency of school financial management was average. Keywords: teachers perceptions, accountability, transparency of school financial management. Abstrak: Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan: 1) tingkat persepsi guru tentang akuntabilitas dan transparansi manajemen keuangan; 2) persepsi guru tentang akuntabilitas manajemen keuangan; dan 3) persepsi guru tentang transparansi manajemen keuangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan desain deskriptif. Hasil penelitian: 1) tingkat persepsi guru tentang akuntabilitas dan transparansi manajemen keuangan termasuk dalam kategori sedang; 2) Pengetahuan guru mengenai akuntabilitas manajemen keuangan sekolah adalah sedang; dan 3) Pengetahuan guru mengenai transparansi manajemen keuangan sekolah adalah sedang.

Kata Kunci: persepsi guru, akuntabilitas, transparansi manajemen keuangan sekolah. Transparansi dan akuntabilitas manajemen keuagan sekolah sudah selayaknya harus dilakukan sekolah terhadap seluruh stakeholders yang ada di sekolah tanpa pengecualian. Terlihat dalam praktik yang ada di sekolah, pihak sekolah berusaha untuk terbuka dengan keuangan sekolah terhadap seluruh pihak internal dan eksternal yang ada di sekolah. Keterbukaan sekolah mengenai manajemen keuangan terutama kepada guru yaitu hanya secara umum saja. Sedangkan akuntabilitas atau bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan sekolah yaitu penyampaian laporan manajemen keuangan di forum rapat guru. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sutedjo (2009: 92): bentuk implikasi itu adalah bahwa sekolah di dalam menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS) yaitu mulai perencanaan,pelaksanaan anggaran dan menyusun pelaporan pertanggungjawaban keuangan sekolah harus dilaksanakan secara transparan dan akuntabel dengan melibatkan stakeholder. Hal ini bisa dilakukan dengan melibatkan stakeholder internal sekolah dalam penyusunan perencanaan, melaksanakan anggaran sesuai perencanaan dan membuat pertanggungjawaban sesuai dengan kegaitan yang dilaksanakan dengan disertai bukti-bukti kuitansi yang sah. Selanjutnya sekolah memberikan laporan kepada publik secara periodik tentang pengelolaan keuangan sekolah sehingga publik bisa memberikan fungsi kontrolnya apabila ada penyimpangan dalam melakukan pengelolaan keuangan sekolah. Penyusunan keuangan sekolah tidak hanya dilakukan oleh beberapa pihak sekolah saja, seharusnya juga melibatkan guru yang ada di sekolah tersebut. Sehingga guru memahami pengelolaan keuangan sekolah mulai dari perencanaan hingga pertanggungjawabannya. Hal ini yang coba diterapkan oleh Sekolah Menengah Lanjutan Atas (SLTA) Negeri Se-Kota Probolinggo. Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1) mendeskripsikan tingkat persepsi guru tentan akuntabilitas dan transparansi manajemen keuangan SLTA Negeri Se-Kota Probolinggo; 2) mendeskripsikan persepsi guru tentang akuntabilitas manajemen keuangan SLTA Negeri Se-Kota Probolinggo; dan 3) mendeskripsikan persepsi guru tentang transparansi manajemen keuangan SLTA Negeri Se-Kota Probolinggo.

Akuntabilitas merupakan sebuah bentuk pertanggungjawaban yang memiliki prinsip-prinsip sebagaimana yang dikemukakan oleh Sutedi (2009: 398-399) yang menyebutkan terdapat beberapa tahapan untuk menjamin terlaksananya akuntabilitas yaitu: tahap proses pembuatan keputusan dan tahap sosialisasi kebijakan. Selain pendapat di atas, ada pendapat lain mengenai prinsip-prinsip akuntabilitas. Seperti yang dipaparkan oleh Shafaratunnisa (2015: 39) yang menyebutkan prinsip akuntabilitas pengelolaan keuangan sekolah meliputi: dokumentasi dan informasi, sesuai standar etika dan nilai-nilai yang berlaku, adanya sasaran kebijakan, tolok ukur, penyebaran informasi, mekanisme pengaduan masyarakat, dan ketersediaan system informasi manajemen dan monitoring. Sedangkan Lalolo (2005: 7) menyatakan prinsip akuntabilitas menuntut pada dua hal, yaitu kemampuan menjawab (answerbility), dan konsekuensi (consequences). Berdasarkan hasil pemaparan prinsip akuntabilitas yang dipakai adalah adanya pembuatan keputusan dan sosialisasi kebijakan dalam manajemen keuangan sekolah; adanya informasi dan dokumentasi tentang manajemen keuangan; pengelolaan manajemen keuangan sekolah disesuaikan dengan peraturan yang berlaku; penyebaran informasi tentang pengelolaan manajemen keuangan sekolah; adanya layanan untuk menjawab pertanyaan publik tentang akuntabilitas manajemen keuangan sekolah; dan adanya sanksi atau hukuman yang diberikan kepada pihak penyalahgunaan keuangan sekolah. Prinsip transparansi menurut Siregar (2001) menyebutkan bahwa transparansi mengandung prinsip yaitu: mudah dipahami oleh masyarakat dan dikelola secara terbuka dan dipertanggungjawabkan. Berbeda dengan pemaparan di atas, Darmawan (2010: 34) menyebutkan prinsip transparansi memiliki dua aspek, yaitu komunikasi publik oleh pemerintah dan hak masyarakat terhadap akses informasi. Pendapat lain yang menyebutkan prinsip transpraransi adalah dikemukakan oleh Humanitarian Forum Indonesia (HFI) dalam Rahmawati (2014: 11) sebagai berikut: adanya informasi yang mudah dipahami dan diakses (dana, cara pelaksanaan, bentuk bantuan atau program); adanya publikasi dan media mengenai proses kegiatan dan detail keuangan; adanya laporan berkala mengenai pendayagunaan sumber daya dalam perkembangan proyek yang

dapat diakses oleh umum; laporan tahunan; website atau media publikasi organisasi; dan pedoman dalam penyebaran informasi. Berdasarkan hasil di atas prinsip transparansi yang dipakai adalah (a) informasi yang mudah dipahami dan diakses oleh masyarakat, (b) publikasi mengenai proses kegiatan dan detail keuangan, (c) pelaporan keuangan secara periodik, (d) diterima masyarakat, (e) dikelola secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan, dan (f) dipertanggungjawabkan kepada pemerintah. METODE Menurut Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Negeri Malang (2010: 18), rancangan penilitan diartikan sebagai strategi mengatur latar penelitian agar penelitian memperoleh data yang valid sesuai dengan karateristik variabel dan tujuan penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitaif. Sedangkan rancangan atau desain penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status atau gejala pada saat penelitian dilakukan (Zulkarnain, 2007: 46). Penelitian ini mengandung dua variable. Dua variabel tersebut adalah yaitu persepsi guru tentang akuntabilitas manajemen keuangan sekolah (X1) dan persepsi guru tentang transparansi manajemen keuangan sekolah (X2). Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode studi kuesioner. Alasan peneliti menggunakan metode studi kuesioner dalam penelitian yaitu peneliti akan mengumpulkan sejumlah jawaban oleh responden yang dihasilkan melalui kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan pertanyaan tertutup. HASIL A. Persepsi Guru Tentang Akuntabilitas Manajemen Keuangan SLTA Negeri Se-Kota Probolinggo Hasil pengolahan data untuk terhadap variabel persepsi guru tentang akuntabilitas manajemen keuangan sekolah diukur berdasarkan 22 item instrument menunjukkan nilai: skor rata-rata 85,82; simpangan baku 7,93; skor maksimum 99,00; skor minimum 48,00; dan lebar kelas interval 10,20 (lampiran

4). Selanjutnya data yang diperoleh dari angket berupa skor total dari setiap responden dianalisis menggunakan rumus persentase. Adapun hasil dari pengolahan data menggunakan rumus persentase dapat dilihat melalui Gambar 1. Gambar tersebut menunjukkan hasil analisis persentase (%) berdasarkan frekuensi (f) skor variabel persepsi guru tentang akuntabilitas manajemen keuangan SLTA Negeri Se-Kota Probolinggo. Gambar 1 Diagram Distribusi Frekuensi Skor Persepsi Guru Tentang AkuntabilitasMnajemen Keuangan. Gambar 1 menunjukkan bahwa 218 responden yang berada dalam interval skor 48,0 s.d. 58,2 sebanyak 4 responden (1,8%); 58,3 s.d. 68,5 sebanyak 13 responden (6,0%); 68,6 s.d. 78,8 sebanyak 44 responden (20,0%); 78,9 s.d. 89,1 sebanyak 101 responden (46,5%); dan 89,2 s.d. 99,4 sebanyak 56 responden (25,7%). Sehingga nilai persentase terbesar atau paling dominan yang diperoleh dari variabel persepsi guru tentang akuntabilitas manajemen keuangan sekolah adalah 46,5% dan berada dalam interval sedang. Hasil analisis data dari setiap sekolah terhadap variabel tersebut menunjukkan nilai skor dari masing-masing sekolah seperti Tabel 1.

Tabel 1 Rincian Skor Tiap Sekolah Nama Sekolah Persentase Persentase Tertinggi ST T N R SR Kategori SMAN 1 PROBOLINGGO 22,1 46,5 19,1 10,7 1,5 46,5 S SMAN 2 PROBOLINGGO 23,7 56,3 14,6 4,6 0,7 56,3 S SMAN 3 PROBOLINGGO 24,2 54,8 14,8 5,3 0,9 54,8 S SMAN 4 PROBOLINGGO 24,1 46,2 23,4 4,0 2,3 46,2 S SMKN 1 PROBOLINGGO 25,6 40,1 21,9 9,1 3,3 40,1 S SMKN 3 PROBOLINGGO 32,6 43,6 17,8 5,4 0,6 43,6 S SMKN 4 PROBOLINGGO 22,6 46,6 24,9 3,8 2,2 46,6 S MAN 1 PROBOLINGGO 24,3 40,8 25,5 7,1 2,4 40,8 S MAN 2 PROBOLINGGO 29,8 48,3 18,0 2,1 1,8 48,3 S Berdasarkan hasil analisis data Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan SLTA Negeri Se-Kota Probolinggo secara keseluruhan berada dalam interval sedang. Sekolash yang memperoleh nilai paling tinggi dalam variabel persepsi guru tentang akuntabilitas manajemen keuangan adalah SMAN 2 Probolinggo sebesar 56,3%. Probolinggo. Sekolah tersebut berada dalam interval sedang. Sedangkan menurut jenjang pendidikan hasil analsis data terhadap variabel tersebut dapat disimpulkan bahwa responden yang terbanyak adalah responden yang memiliki jenjang pendidikan S1. Adapun hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 D1 D2 D3 S1 S2 S3 SS S N R SR Gambar 2 Diagram Distribusi Frekuensi Skor Persepsi Guru Tentang Akuntabilitas Mnajemen Keuangan Berdasarkan Jenjang Pendidikan.

B. Persepsi Guru Tentang Transparansi Manajemen Keuangan SLTA Negeri Se- Kota Probolinggo Variabel persepsi guru tentang transparansi manajemen keuangan sekolah diukur berdasarkan 24 item instrumen. Hasil analisis data terhadap variabel tersebut menunjukkan nilai: skor rata rata 87,59; simpangan baku 7,87; skor maksimum 99,00; skor minimum 61,00; dan lebar kelas interval 7,60. Selanjutnya data angket yang berupa skor total dari setiap responden dianalisis menggunakan rumus persentase. Gambar 1 menunjukkan hasil analisis persentase (%) berdasarkan frekuensi (f) skor variabel persepsi guru tentang akuntabilitas manajemen keuangan sekolah. 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 Frekuensi Persen 20,0 0,0 68,6 76,3 84,0 91,7 99,4 - - - - - 61,0 68,7 76,4 84,1 91,8 Gambar 3 Diagram Distribusi Frekuensi Skor Persepsi Guru Tentang Transparansi Manajemen Keuangan. Gambar 3 menunjukkan bahwa 218 responden yang berada dalam interval skor 61,0 s.d.68,8 sebanyak 4 responden (1,7%); 68,7 s.d. 76,3 sebanyak 18 responden (8,1%); 76,4 s.d. 84,0 sebanyak 63 responden (29,0%); 84,1 s.d. 91,7 sebanyak 102 responden (46,7%);dan 91,8 s.d. 99,4 sebanyak 31responden (14,4%). Sehingga nilai persentase terbesar atau paling dominan yang diperoleh

dari variabel persepsi guru tentang akuntabilitas manajemen keuangan sekolah adalah 46,7% dan berada dalam interval sedang. Hasil analisis data dari setiap sekolah terhadap variabel tersebut menunjukkan nilai skor dari masing-masing sekolah sebagai berikut: Tabel 2 Rincian Skor Tiap Sekolah Nama Sekolah Persentase ST T N R SR Persentase Tertinggi Kategori SMAN 1 PROBOLINGGO 8,7 46,7 28,7 12,4 3,5 46,7 S SMAN 2 PROBOLINGGO 10,6 58,2 26,0 4,7 0,5 58,2 S SMAN 3 PROBOLINGGO 16,8 47,6 21,1 13,5 1,0 47,6 S SMAN 4 PROBOLINGGO 21,1 47,0 24,4 7,0 0,6 47,0 S SMKN 1 PROBOLINGGO 18,3 41,8 29,4 7,7 2,7 41,8 S SMKN 3 PROBOLINGGO 16,5 48,8 27,1 7,1 0,5 48,8 S SMKN 4 PROBOLINGGO 5,5 44,0 43,2 3,1 4,3 44,0 S MAN 1 PROBOLINGGO 15,8 45,1 25,6 10,3 3,3 45,1 S MAN 2 PROBOLINGGO 15,8 44,3 29,8 9,4 0,6 44,3 S Berdasarkan Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa dari hasil analsis tersebut dapat diketahui secara keseluruhan di SLTA Negeri Se-Kota Probolinggo berada dalam interval sedang. Adapun nilai persentase tertinggi berdasarkan analisis tersebut sebesar 58,2 % diraih oleh SMAN 2 Probolinggo. Sedangkan menurut jenjang pendidikan hasil analisis data terhadap variabel tersebut, responden terbanyak adalah responden yang memiliki jenjang pendidikan S1. Adapun hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 D1 D2 D3 S1 S2 S3 SS S N R SR Gambar 4 Diagram Distribusi Frekuensi Skor Persepsi Guru Tentang Transparansi Mnajemen Keuangan Berdasarkan Jenjang Pendidikan.

PEMBAHASAN A. Gambaran Deskriptif Variabel Persepsi Guru Tentang Akuntabilitas dan Transparansi Manajemen Keuangan SLTA Negeri Se-Kota Probolinggo Berdasarkan hasil deskripsi data tentang variabel persepsi guru tentang akuntabilitas manajemen keuangan sekolah, ditemukan bahwa tingkat persepsi guru tentang akuntabilitas manajemen keuangan SLTA Negeri Se-Kota Probolinggo termasuk dalam kategori sedang. Nilai Persentase paling terbesar adalah 46,5% atau sebanyak 101 responden dan nilai persentase terkecil adalah 1,8% atau sebanyak 4 responden. Sedangkan berdasarkan jenjang pendidikan, responden sebagian besar berasal dari kalangan pendidikan Sarjana (S1). Selain itu, skor persentase tertinggi setiap sekolah diraih oleh SMAN 2 Probolinggo sebesar 56,3% dan skor persentase terkecil setiap sekolah diraih oleh SMKN 1 Probolinggo sebesar 40,1 %. Hasil dari deskripsi data tentang variabel persepsi guru tentang transparansi manajemen keuangan sekolah, ditemukan bahwa tingkat persepsi guru tentang transparansi manajemen keuangan SLTA Negeri Se-Kota Probolinggo termasuk dalam kategori sedang. Nilai persentase paling terbesar adalah 46,7% atau sebanyak 102 responden dan nilai persentase paling terkecil adalah 1,7% atau sebanyak 4 responden. Sedangkan berdasarkan jenjang pendidikan, responden sebagian besar berasal dari kalangan pendidikan Sarjana (S1). Selain itu, skor persentase tertinggi setiap sekolah diraih oleh SMAN 2 Probolinggo sebesar 58,2% dan skor persentase terkecil diraih oleh SMKN 1 Probolinggo sebesar 41,8%. B. Persepsi Guru Tentang Akuntabilitas Manajemen Keuangan SLTA Negeri Se-Kota Probolinggo Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa persepsi guru tentang akuntabilitas manajemen keuangan sekolah adalah sedang. Pengetahuan guru mengenai akuntabilitas atau pertanggungjawaban manajemen keuangan di sekolah adalah sedang. Guru setidaknya sudah memahami atau memiliki pengetahuan yang baik mengenai akuntabilitas manajemen keuangan yang ada di sekolah. Hasil temuan tersebut menunjukkan bahwa guru di SLTA Negeri Se-Kota Probolinggo memiliki tingkat pembuatan keputusan pengelolaan dana, sosialisasi

pengelolaan dana, informasi penggunaan dana, penyebaran informasi, pengawasan penggunaan dana, layanan menjawab pertanyaan publik terkait dengan penggunaan dana, dan sanksi terhadap penyelewengan dana yang sedang. Sebagaimana pendapat Sutedi (2009: 398-399) yang menyebutkan terdapat beberapa tahapan untuk menjamin terlaksananya akuntabilitas yaitu: tahap proses pembuatan keputusan dan tahap sosialisasi kebijakan. Selain itu pendapat lain dari Shafaratunnisa (2015: 39) yang menyebutkan prinsip akuntabilitas pengelolaan keuangan sekolah meliputi: dokumentasi dan informasi, sesuai standar etika dan nilai-nilai yang berlaku, adanya sasaran kebijakan, tolak ukur, penyebaran informasi, mekanisme pengaduan masyarakat, dan ketersediaan system informasi manajemen dan monitoring. Sedangkan Lalolo (2005: 7) prinsip akuntabilitas menuntut pada dua hal, yaitu kemampuan menjawab (answerbility), dan konsekuensi (consequences). Maka pihak pengelola dana SLTA Negeri Se-Kota Probolinggo masih perlu meningkatkan tingkat akuntabilitas manajemen keuangan sekolah agar lebih baik dan dapat berkategori tinggi atau sangat tinggi. Sehingga pihak sekolah dapat meningkatkan akuntabilitas manajemen sekolah melalui sosialisai penggunaan dana sekolah setiap semester misalnya, dan mengadakan rapat pertanggungjawaban pengelolaan dana kepada pihak internal sekolah terutama. C. Persepsi Guru Tentang Transparansi Manajemen Keuangan SLTA Negeri Se- Kota Probolinggo Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa persepsi guru tentang transparansi manajemen keuangan sekolah adalah sedang. Pengetahuan guru mengenai transparansi atau keterbukaan manajemen keuangan di sekolah adalah sedang. Guru setidaknya sudah memahami atau memiliki pengetahuan yang baik mengenai transparansi manajemen keuangan yang ada di sekolah. Hasil temuan tersebut menunjukkan bahwa gruru di SLTA Negeri Se- Kota Probolinggo memiliki tingkat pemberian informasi, publikasi, pelaporan keuangan, keterbukaan penggunaan dan pengelolaan kepada masyarakat, dan pertanggungjawaban yang sedang. Sebagaimana pendapat dari Siregar (2001) menyebutkan bahwa transparansi mengandung prinsip yaitu: mudah dipahami oleh masyarakat dan dikelola secara terbuka dan dipertanggungjawabkan. Selain

itu pendapat lain dikemukakan oleh Humanitarian Forum Indonesia (HFI) dalam Rahmawati (2014: 11) sebagai berikut: adanya informasi yang mudah dipahami dan diakses (dana, cara pelaksanaan, bentuk bantuan atau program);danya publikasi dan media mengenai proses kegiatan dan detail keuangan; adanya laporan berkala mengenai pendayagunaan sumber daya dalam perkembangan proyek yang dapat diakses oleh umum; laporan tahunan; website atau media publikasi organisasi; dan pedoman dalam penyebaran informasi. Maka pihak pengelola dana sekolah di SLTA Negeri Se-Kota Probolinggo masih perlu meningkatkan tingkat transparansi manajemen keuangan sekolah agar lebih baik dan dapat berkategori tinggi atau sangat tinggi. Sehingga pihak sekolah dapat meningkatkan transparannsi manajemen sekolah melalui sosialisai penggunaan dana sekolah setiap semester baik kepada pihak intern maupun ekstern. dan penyebaran informasi penggunaan serta pengelolaan dana secara terbuka kepada semua pihak. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Tingkat persepsi guru tentang akuntabilitas manajemen keuangan SLTA Negeri Se-Kota Probolinggo termasuk dalam kategori sedang. Nilai Persentase paling terbesar adalah 46,5% atau sebanyak 101 responden dan nilai persentase terkecil adalah 1,8% atau sebanyak 4 responden. Sedangkan berdasarkan jenjang pendidikan, responden sebagian besar berasal dari kalangan pendidikan Sarjana (S1). Skor persentase tertinggi setiap sekolah diraih oleh SMAN 2 Probolinggo sebesar 56,3% dan skor persentase terkecil setiap sekolah diraih oleh SMKN 1 Probolinggo sebesar 40,1 %. Sedangkan tingkat persepsi guru tentang transparansi manajemen keuangan SLTA Negeri Se-Kota Probolinggo termasuk dalam kategori sedang. Nilai persentase paling terbesar adalah 46,7% atau sebanyak 102 responden dan nilai persentase paling terkecil adalah 1,7% atau sebanyak 4 responden. berdasarkan jenjang pendidikan, responden sebagian besar berasal dari kalangan pendidikan Sarjana (S1). Selain itu, skor persentase tertinggi setiap

sekolah diraih oleh SMAN 2 Probolinggo sebesar 58,2% dan skor persentase terkecil diraih oleh SMKN 1 Probolinggo sebesar 41,8%. Persepsi guru tentang akuntabilitas manajemen keuangan sekolah adalah sedang. Pengetahuan guru mengenai akuntabilitas atau pertanggungjawaban manajemen keuangan di sekolah adalah sedang. Guru setidaknya sudah memahami atau memiliki pengetahuan yang baik mengenai akuntabilitas manajemen keuangan yang ada di sekolah. Persepsi guru tentang transparansi manajemen keuangan sekolah adalah sedang. Pengetahuan guru mengenai transparansi atau keterbukaan manajemen keuangan di sekolah adalah sedang. Guru setidaknya sudah memahami atau memiliki pengetahuan yang baik mengenai transparansi manajemen keuangan yang ada di sekolah. Saran Bagi Walikota Probolinggo diharapkan mampu memanfaatkan penelitian hasil ini sebagai bahan pertimbangan dalam membuat dan menentukan kebijakan pembiayaan pendidikan di SLTA Negeri Se-Kota probolinggo. Bagi Penentu Kebijakan di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama (Kemenag) Kota Probolinggo diharapkan mampu memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam rangka penyelenggaraan berbagai program pendidikan seperti pembinaan dan pelatihan mengenai manajemen keuangan sekolah terutama dalam hal penggunaan dana secara transparan sehingga penggunaan dan pengelolaan manajemen keuangan sekolah di lembaga pendidikan Kota Probolinggo lebih optimal. Bagi Kepala SMA/SMK/MA Negeri Se-Kota Probolinggo diharapkan lebih meningkatkan pengetahuannya tentang manajemen keuangan sekolah supaya guru tentang transparansi manajemen keuangan sekolah lebih baik serta lebih optimal. Selain itu untuk mengurangi tindak penyelewengan dana sekolah serta memberikan sanksi atau hukuman kepada pelaku penyelewengan tersebut. Upaya yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah dengan cara melaksanakan berbagai macam teknik, pendekatan atau strategi yang baik, efektif serta efisien. Guru SMA/SMK/MA Negeri Se-Kota Probolinggo hendaknya masih perlu meningkatkan kemampuan untuk memahami tentang transparansi manajemen keuangan sekolah. Guru juga diharapkan lebih aktif

dalam menanggapi manajemen keuangan sekolah sehingga mengurangi tindak penyalahgunaan dana sekolah. Selain itu guru juga harus memahami pedoman penggunaan dan pengelolaan manajemen keuangan sekolah sesuai dengan pedoman yang berlaku di lembaga pendidikan. Sedangkan aspek transparansi manajemen keuangan yang perlu ditingkatkan, yaitu:pemberian informasi, publikasi, pelaporan keuangan, keterbukaan penggunaan dan pengelolaan kepada masyarakat, dan pertanggungjawaban. Bagi Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan diharapkan Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan dapat menjadikan Akuntabilitas dan Transparansi Manajemen Keuangan Sekolah sebagai matakuliah serta perbaikan terhadap matakuliah Akuntabilitas Pendidikan. Peneliti Lain dapat menjadikan hasil analisis dan temuan penelitian ini sebagai bahan perbandingan untuk dikaji ulang serta dilakukan penelitian lanjutan dengan variabel-variabel lain yang belum tercakup dalam penelitian ini. DAFTAR RUJUKAN Sutedjo. 2009. Persepsi Stakeholders TerhadapTransparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Sekolah (StudiKasus di Sekolah Menengah Pertama Standar Nasional Kabupaten Kendal).Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Universitas Diponegoro, Program Pascasarjana, Program Studi Magister Akuntansi. Sutedi, A. 2009.Implikasi Hukum Atas Sumber Pembiayaan Daerah dalam Kerangka Otonomi Daerah. Jakarta: Sinar Grafika. Shafaratunnisa, F. 2015. Penerapan Prinsip Transparansi dan Akuntabilitas dalam Pengelolaan Keuangan Stakeholders di SD Islam Binakheir. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, FakultasI lmu Tarbiyah da nkeguruan, Program Studi Manajemen Pendidikan. Siregar, B. & Siregar, B. 2001. Akuntansi Pemerintahan dengan Sistem Dana, Edisi Ketiga. Yogyakarta: STIE, YKPPN. Lalolo, LK. 2005.Indikator & Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas, Transparansi & Partisipasi. Jakarta: Sekretariat Good Public Governance Bappenas. Darmawan. 2010. Pengaruh Akuntabilitas dan Tranparansi Terhadap Pengelolaan Keuangan Madrasah (Pada MTs. Negeri Se-Kabupaten Bandung). Tesis tidak diterbitkan. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA), Lembaga Administrasi Negara, Program Magister Ilmu Administrasi, Manajemen Keuangan. Rahmawati, E.N. 2015. Hubungan Penerapan Prinsip Transparansi dan Akuntabilitas Dengan Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) (Studi Kasus

Desa Candi Mas, Kecamatan Abung Selatan, Lampung Utara). Skripsi. Lampung: Universitas Lampung, Jurusan Ilmu Pemerintahan. Peraturan Menteri Pendidikan da Kebudayaan Nomor 80 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah. Zulkarnain, W. 2007. Hubungan Kreativitas Guru, Keefektifan Komunikasi, dan Iklim Sekolah dengan Kinerja Guru Madrasah Aliyah Negeri di Malang Raya. Tesis. Malang: Program Pascasarjana, Programstudi Manajemen Pendidikan, Universitas Negeri Malang. Tidak diteribitkan.