Keyword : Pengelolaan Keuangan, Akuntabilitas, Transparansi, SMAN, SMKN. Zahara Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Padang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Keyword : Pengelolaan Keuangan, Akuntabilitas, Transparansi, SMAN, SMKN. Zahara Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Padang"

Transkripsi

1 Analisis Komparatif Menengah Atas Negeri (SMAN) dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) di Kota Padang Zahara Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Padang Ulfi Maryati Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Padang Abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pada Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) di Kota Padang. SMAN yang dijadikan tempat penelitian adalah SMAN 1, SMAN 9, SMAN 10 dan SMAN 14. Sedangkan SMKN yang dijadikan tempat penelitian adalah SMKN 1, SMKN 3, SMKN 5 dan SMKN 6. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuisioner. Setiap sekolah dibagikan sebanyak 20 kuisioner dimana 10 kuisioner dibagikan kepada perwakilan stakeholders dan 10 kuisioner kepada perwakilan pihak sekolah. Pengukuran setiap aspek ini menggunakan skala linkert. Hasil penelitian ini menunjukkan secara rata-rata kelompok SMAN dan kelompok SMKN di Kota Padang memiliki nilai yang tidak jauh berbeda. Kelompok SMAN memiliki nilai rata-rata sebesar 2,84 yang masuk kedalam kriteria baik, sedangkan kelompok SMKN memiliki nilai rata-rata 2,91 yang juga masuk kedalam kriteria baik. Perbedaan nilai rata-rata kedua kelompok sekolah ini hanya terpaut 0,07, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata pengelolaan keuangan sekolah kelompok SMAN sama baiknya dengan kelompok SMKN. Keyword : Pengelolaan Keuangan, Akuntabilitas, Transparansi, SMAN, SMKN 1. Pendahuluan Baik atau buruknya pengelolaan keuangan lembaga pendidikan akan mempengaruhi kualitas pelayanan pendidikan pada lembaga tersebut. Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat. Pengelolaan kepercayaan publik dalam bidang pendidikan sangat terkait dengan perlunya menciptakan proses dan manajemen yang menjamin bahwa sumber daya publik digunakan sebagaimana mestinya. Proses dan manajemen tersebut memerlukan pengelolaan yang baik (good governance) terutama dibidang keuangan. Dengan terciptanya good governance, diharapkan terwujud efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) merupakan salah satu bentuk penyelenggara pendidikan sekolah tingkat menengah di Indonesia. Aturan mengenai pelaporan keuangan sekolah menegaskan keharusan akuntabilitas dan transparansi, serta pertanggungjawaban atas pengelolaan dana pendidikan baik kepada pemerintah (akuntabilitas vertikal)

2 maupun kepada masyarakat (akuntabilitas horizontal). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuai dan menganalisis Menengah Atas Negeri (SMAN) dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) di Kota Padang (Studi Kasus pada 4 SMAN dan 4 SMKN) dan komparasi kedua kelompok sekolah tersebut. Hasil penelitian ini akan memberikan gambaran tentang pengelolaan keuangan masing-masing sekolah pada kedua kelompok sekolah dan komparasinya. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi terhadap pengelolaan keuangan sekolah bagi semua pihak yang terkait, baik pihak sekolah selaku pengelola langsung keuangan, siswa dan komite sekolah sebagai stake holders, maupun Dinas Pendidikan Sekolah Menengah Pertama dan Atas selaku regulator. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Keuangan Sekolah Sekolah yang berstatus negeri merupakan salah satu lembaga sektor publik yang dalam kegiatannya harus menerapkan tata kelola yang baik (good governance) dalam setiap aktivitasnya. Akuntabilitas dan transparansi merupakan dua pilar utama dalam kegiatan pengelolaan yang baik (good governance) terutama dalam bidang keuangan. Akuntabilitas dan transparansi seperti dua sisi mata uang yang saling terkait sehingga sering dibahas secara bersama. Halim (2002) menyatakan adanya akuntabilitas keuangan merupakan pertanggungjawaban mengenai integritas keuangan, pengungkapan dan ketaatan terhadap peraturan perundangundangan. Premchand (1999) dalam Halim (2002) menyatakan bahwa instrument utama akuntabilitas finansial adalah anggaran pemerintah, data keuangan publik yang dipublikasikan secara periodik, laporan-laporan tahunan, dan laporan-laporan pemeriksaan dan laporan lainnya yang disusun oleh badan-badan independen. Mardiasmo (2003) mendefinisikan akuntabilitas publik sebagai kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas dapat dibagi menjadi akuntabilitas vertikal dan horizontal lebih dimaksudkan untuk menegaskan pihak pemberi amanah (principal) sebagai pihak yang memilki hak dan otoritas untuk meminta pertanggungjawaban. Akuntabilitas vertikal (vertical accountability) adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, sedangkan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability) adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas. Parwita (2008) merangkum beberapa pendapat tentang akuntabilitas yaitu : akuntabilitas timbul karena adanya hak dan otoritas pemberi amanah untuk menuntut pertanggungjawaban dari pemegang amanah. Akuntabilitas mengandung hubungan otoritas sehingga mengandung hubungan ketidaksetaraan di antara dua pihak yang merupakan aspek hubungan otoritas. Sedangkan dalam literatur administrasi publik akuntabilitas sering dibedakan menjadi akuntabilitas finansial, politis dan legal, serta kemudian ditambahkan akuntabilitas efisiensi dan efektivitas (Jackson, 1982). Model tradisional akuntabilitas yang membedakan akuntabilitas menjadi akuntabilitas finasial, politis, dan legal dimaksudkan untuk memastikan bahwa departemn-departemen (pemerintah) bekerja dalam kekuasaan khusus (yang diberikan kepada mereka) serta berada 79 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 6 No.1 Juni 2011 ISSN hal 78-86

3 dalam kerangka hukum yang lebih luas. Akuntabilitas tradisional ini dikaitkan dengan ketaatan financial bahwa setiap departemen membelanjakan alokasi sumber dayanya sesuai dengan yang ditetapkan dan memastikan bahwa setiap departemen menyajikan laporan pertanggungjawaban keuangan yang setiap diaudit. Akuntabilitas efisiensi dan efektivitas berupaya mengevaluasi seperangkat aktivitas yang diselenggarakan pada sektor publik berkaitan dengan value for money. Sedangkan transparansi merupakan sisi lain dari mata uang yang sama dengan akuntabilitas. Transparansi didasarkan pada adanya kebebasan memperoleh informasi. Baik akuntabilitas dan transparansi keduanya merupakan karakteristik good governance (UNDP, 2004). Dalam pelaksanaan pelayanan publik, informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan. Transparansi mencakup semua cara yang memfasilitasi para pemangku kepentingan memperoleh akses informasi dan memudahkan pemahaman mereka dalam mekanisme pengambilan keputusan. Transparansi sektor publik dimulai dengan aplikasi yang jelas atas standard dan akses informasi. Sektor publik dengan demikian harus memiliki kejelasan mengenai instrumen-instrumen yang disediakan bagi publik untuk memperoleh akses informasi Peraturan-Peraturan yang Berakaitan dengan Pengelolaan Keuangan Sekolah dan Komite Sekolah Beberapa peraturan yang terkait dengan dan komite sekolah dirangkumkan dari Parwita (2008) sebagai berikut : Ketentuan yang mengatur pengelolaan pendanaan pendidikan serta peran serta masyarakat secara umum diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Pasal 46 ayat 1 Undang- Undang Sisdiknas menyatakan bahwa pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Selanjutnya dalam pasal 47 ayat 2 dinyatakan bahwa pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat mengerahkan sumber yang ada sesuai dengan perundangan-undangan yang berlaku. Peran serta masyarakat, Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari penyelenggara, masyarakat,pemerintah, pemerintah daerah (pasal 55 ayat 3). Peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan mutu pelayanan pendidikan dilaksanakan melalui dewan pendidikan dan komite sekolah /madrasah (pasal 56 ayat 1). Ketentuan lebih lanjut mengenai dewan pendidikan dan komite sekolah diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. 3. METODE PENELITIAN 3.1. Aspek Penelitian Sebelum melakukan analisis komparatif dari kedua kelompok sekolah yang dijadikan tempat penelitian, terlebih dahulu akan dilakukan analisis tingkat masing-masing kelompok sekolah. Dalam melakukan analisis terhadap tingkat ini, penelitian difokuskan kepada 5 aspek utama yaitu : (1) Pengukuran Akuntabilitas merupakan pengukuran untuk tingkat akuntabilitas pelaporan keuangan sekolah terutama terkait Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS); (2) Pengukuran Transparansi merupakan pengukuran untuk tingkat transparansi pelaporan keuangan sekolah terutama terkait RAPBS; (3) Peran Sekolah dan Komite Sekolah dalam Menciptakan Akuntabilitas dan Tranparansi dalam terutama terkait RAPBS; (4) Penyajian Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 6 No.1 Juni 2011 ISSN hal

4 dan Penggunaan Informasi dalam terutama Laporan Pertanggungjawaban RAPBS; (5) Sarana dan Proses Pembukuan dalam pengelolaan keuangan sekolah terutama terkait Penyusunan Laporan RAPBS Pengukuran dan Analisis Data Penelitian Setiap aspek penelitian diatas akan diuraikan menjadi butir-butir pertanyaan dalam kuisioner. Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada kuisioner penelitian Parwita (2008). Reliabilitas dan validitas kuisioner akan diuji dengan teknik Pilot Testing. Dalam setiap kuisioner alternatif jawaban setiap pertanyaan akan diukur dengan skala Likert yaitu : (1) jawaban a, (2) jawaban b, (3) jawaban c, (4) jawaban d, dan tidak ada nilai (0) untuk jawaban e. Pengolahan data akan digunakan bantuan program Microsoft Excell untuk menghitung nilai mean (rata-rata) dari setiap butir pertanyaan dan masingmasing aspek penelitian. Analisis dilakukan secara bertingkat mulai dari pengelolaan masing-masing sekolah samapi kepada analisis komparatif kedua kelompok sekolah. Pada tahap ini analisis data dilakukan berdasarkan hasil nilai rata-rata dari masing-masing kelompok sekolah untuk setiap aspek penelitian. Karena alternatif jawaban setiap pertanyaan dinilai dengan skor 0 4, maka rentang penilaian hasil kuisioner dihitung dengan rumus sebagai berikut : Rentang nilai hasil kuisioner = nilai terendah + nilai tertinggi Jumlah alternatif jawaban = = 0,8 5 Sehingga kriteria penilaian hasil kuisioner untuk masing-masing rentang penilaian adalah sebagai berikut : Rentang Nilai Kriteria Penilaian Nilai rata-rata Pengelolaan Keuangan 3,3 4 Sangat Baik 2,5 3,2 Baik 1,7 2,4 Cukup Baik 0,9 1,6 Kurang Baik 0 0,8 Tidak Baik 4. HASIL PENELITIAN Pada penelitian ini sekolah yang menjadi tempat penelitian dikelompokkan atas 2 kelompok yaitu kelompok Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan kelompok Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN). Dimana masing-masing kelompok dipilih 4 sekolah sebagai tempat penelitian. Untuk kelompok SMAN terpilih 4 sekolah yaitu SMAN 1, SMAN 9, SMAN 10, dan SMAN 14. Sedangkan untuk kelompok SMKN terpilih SMKN 1, SMKN 3, SMKN 5, dan SMKN 6. Pada masing-masing sekolah telah disebarkan kuisioner sebanyak 20 kuisioner yang dibagikan kepada kepala sekolah, bagian keuangan/bendaharawan sekolah, guru, komite sekolah dan siswa yang terpilih sebagai responden Analisa Pengelolaan Keuangan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Berdasarkan hasil rekapitulasi kuisioner dari masing-masing SMAN yang telah diolah, diperoleh nilai rata-rata masing-masing sekolah dan rata-rata untuk ke 4 SMAN sebagai berikut : 81 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 6 No.1 Juni 2011 ISSN hal 78-86

5 Tabel 4.1 Nilai Rata-Rata dan Kriteria Penilaian untuk Kelompok SMAN No AspekPengukuran Nilai Rata-rataSekolah Rata-Rata KriteriaPenilaian SMAN1SMAN9SMAN10SMAN14 4SMAN Rata24SMAN 1Akuntabilitas Baik 2Transparansi Baik 3PerananSekolahdanKomite Sekolah Baik 4PenyajiandanpenggunaanInformasi Baik 5Sarana danproses Pembukuan Baik Total Rata-rata Baik Tabel 4.1 diatas menunjukkan nilai ratarata untuk kelompok SMAN. Dari 5 aspek yang diukur dalam pengelolaan keuangan sekolah ini, nilai rata-rata dari ke 4 sekolah yang dijadikan tempat penelitian hampir sama untuk setiap aspeknya yaitu dalam rentang nilai 2,7 3,1 yang masuk dalam kriteria penilaian baik. Aspek akuntabilitas memiliki nilai rata-rata terendah dibanding aspek lainnya yaitu 2,62, sedangkan aspek sarana dan proses pembukuan dalam penyusunan laporan keuangan sekolah memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu 3,13. Secara keseluruhan pengelolaan keuangan sekolah pada kelompok SMAN dari ke 4 SMAN di kota Padang ini masuk dalam kriteria baik juga dengan nilai rata-rata total 2,84. Pengelolaan keuangan sekolah yang sudah baik ini masih perlu untuk terus ditingkatkan terutama terhadap aspekaspek yang masih rendah nilainya seperti aspek akuntabilitas, transparansi, peranan sekolah dan komite sekolah serta penyajian dan penggunaan informasi keuangan sekolah. Sedangkan untuk aspek sarana dan proses pembukuan yang memiliki nilai diatas 3 harus dipertahankan dan perlu terus ditingkatkan. Sehingga untuk masa yang akan datang diharapkan tetap terjadi perbaikan yang terus menerus dalam pengelolaan pengelolaan keuangan sekolah pada SMAN di kota Padang ini. Dengan perbaikan yang berkelanjutan ini tidak mustahil pengelolaan keuangan sekolah pada SMAN di kota Padang akan memperoleh nilai sangat baik Analisa Pengelolaan Keuangan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) Berdasarkan hasil rekapitulasi kuisioner dari masing-masing SMKN yang telah diolah, diperoleh nilai rata-rata masing-masing sekolah dan rata-rata untuk ke 4 SMKN sebagai berikut : Tabel 4.2 Nilai Rata-Rata dan kreteria Penilaian untuk Kelompok SMKN No AspekPengukuran Nilai Rata-rataSekolah Rata-Rata KriteriaPenilaian SMKN1SMKN3SMKN5SMKN6 SMKN Rata-Rata4SMKN 1Akuntabilitas CukupBaik 2Transparansi Baik 3PerananSekolahdanKomite Sekolah Baik 4PenyajiandanpengunaanInformasi Baik 5Sarana danproses Pembukuan Sangat Baik Total Rata-rata Baik Tabel 4.2 menunjukkan nilai rata-rata kelompok SMKN. Dari 5 aspek yang diukur dalam pengelolaan keuangan sekolah ini, nilai rata-rata dari ke 4 sekolah ini, 3 aspeknya memiliki nilai rata-rata diatas 2,5 yang masuk ke dalam kriteria baik. Ke 3 aspek tersebut adalah aspek transparansi, peranan sekolah dan komite sekolah serta penyajian dan penggunaan informasi laporan keuangan sekolah. Aspek sarana dan proses pembukuan dalam penyusunan laporan keuangan sekolah memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu 3,44 yang masuk kedalam kriteria sangat baik. Tetapi aspek akuntabilitas memiliki nilai rata-rata terendah dibanding aspek lainnya yaitu 2,44 yang hanya masuk kedalam kriteria cukup baik. Dari ke 4 SMKN yang diteliti SMKN 1 memiliki nilai tertinggi untuk aspek akuntabilitas ini yaitu 3,15 yang masuk kedalam kriteria baik bahkan mendekati sangat baik. SMKN 6 memiliki nilai ratarata 2,53 untuk aspek akuntabilitas ini Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 6 No.1 Juni 2011 ISSN hal

6 yang walaupun masuk kriteria baik tetapi hanya sedikit diatas batas nilai terendah baik. Sedangkan untuk SMKN 3 dan SMKN 5 hanya memiliki nilai ratarata 2,10 dan 1,98 untuk aspek akuntabilitas ini. Sehingga secara keseluruhan aspek akuntabilitas ratarata ke 4 SMKN ini hanya 2,44 yang masuk kriteria cukup baik. Secara keseluruhan pengelolaan keuangan sekolah pada kelompok SMKN dari ke 4 SMKN di kota Padang ini memiliki nilai rata-rata total 2,91 yang masuk kedalam kriteria baik. Pengelolaan keuangan sekolah yang sudah baik ini masih perlu untuk terus ditingkatkan terutama terhadap aspekaspek yang masih rendah nilainya seperti aspek akuntabilitas. Aspek transparansi, peranan sekolah dan komite sekolah serta penyajian dan penggunaan informasi keuangan sekolah yang telah memiliki nilai baik maupun aspek sarana dan proses pembukuan yang memiliki nilai sangat baik, diharapkan dapat dipertahankan dan perlu terus ditingkatkan. Sehingga untuk masa yang akan datang diharapkan tetap terjadi perbaikan yang terus menerus dalam pengelolaan pada SMKN di kota Padang ini. Dengan perbaikan yang berkelanjutan ini tidak mustahil pada SMKN di kota Padang akan memperoleh nilai sangat baik untuk setiap aspeknya Analisa Komparatif Pengelolaan Keuangan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dengan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) Pembahasan yang dilakukan pada sub bab 4.1 dan 4.2 diatas merupakan analisis untuk masing-masing sekolah dan kelompok sekolah secara rata-rata, baik untuk kelompok SMAN maupun kelompok SMKN. Selain analisis tersebut diatas dapat dilakukan juga analisis komparatif untuk kedua kelompok sekolah tersebut. Perbandingan nilai rata-rata masing-masing kelompok beserta kriterianya penilaiannya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.3 Perbandingan Nilai Rata-Rata Kelompok SMAN dan Kelompok SMKN 83 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 6 No.1 Juni 2011 ISSN hal No AspekPengukuran Rata-Rata 4 SMAN Rata-Rata 4 SMKN Nilai Rata-Rata Kriteria PenilaianNilai Rata-RataKriteria Penilaian 1Akuntabilitas 2.62 Baik 2.44 Cukup Baik 2Transparansi 2.80 Baik 2.95 Baik 3PerananSekolah dan Komite Sekolah 2.87 Baik 2.98 Baik 4PenyajiandanpenggunaanInformasi 2.78 Baik 2.77 Baik 5Sarana dan Proses Pembukuan 3.13 Baik 3.44 Sangat Baik Total Rata-rata 2.84 Baik 2.91 Baik Dari tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa secara rata-rata kedua kelompok sekolah SMAN dan SMKN di kota Padang memiliki nilai pengelolaan keuangan sekolah yang hampir sama. Untuk aspek akuntabilitas, walaupun kelompok SMAN masuk dalam kriteria baik, tetapi nilai rata-ratanya hanya 2,62 hanya sedikit diatas batas terendah kriteria baik yaitu 2,5. Pada kelompok SMKN hanya memnuhi kriteria cukup baik untuk aspek akuntabilitas ini, tetapi nilai rata-ratanya cukup tinggi yaitu 2,44 yang hampir mendekati batas terendah kriteria baik 2,5. Dari segi nilai rata-rata untuk aspek akuntabilitas ini kedua kelompok sekolah SMAN dan SMKN tidak begitu jauh berbeda. Kelompok SMAN memiliki nilai rata-rata 2,62 yang hanya terpaut 0,18 dari kelompok SMKN yang memiliki nilai rata-rata 2,44. Sehingga dapat disimpulkan pada dasarnya kemampuan kedua kelompok SMAN dan SMKN ini dalam pengelolaan keuangan sekolah untuk aspek akuntabilitas adalah hampir sama. Aspek transparansi, peranan sekolah dan komite sekolah serta penyajian dan penggunaan informasi laporan keuangan sekolah untuk kedua kelompok sekolah SMAN dan SMKN ini juga memiliki kriteria penilaian yang sama yaitu baik. Dari segi nilai rata-rata

7 pun kedua kelompok sekolah ini memiliki nilai yang mendekati sama, dimana selisih nilai tertinggi antara kedua kelompok sekolah untuk ketiga aspek ini hanya 0,15. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk aspek tranparansi, peranan sekolah dan komite sekolah serta penyajian dan penggunaan informasi laporan keuangan sekolah untuk kedua kelompok sekolah SMAN dan SMKN adalah sama. Pada aspek sarana dan proses pembukuan dalam penyusunan RAPBS, kedua kelompok sekolah memiliki nilai yang cukup berbeda. Kelompok SMAN memiliki nilai rata-rata 3,13 yang masuk kedalam kriteria baik, sedangkan kelompok SMKN memiliki nilai rata-rata 3,44 yang masuk kedalam kriteria sangat baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk aspek sarana dan proses pembukuan dalam penyusunan RAPBS kelompok sekolah SMKN lebih baik dari pada kelompok sekolah SMAN. Secara keseluruhan nilai rata-rata kelompok SMAN dan kelompok SMKN memiliki nilai yang tidak jauh berbeda. Kelompok SMAN memiliki nilai rata-rata sebesar 2,84 yang masuk kedalam kriteria baik, sedangkan kelompok SMKN memiliki nilai rata-rata 2,91 yang juga masuk kedalam kriteria baik. Perbedaan nilai rata-rata kedua kelompok sekolah ini hanya terpaut 0,07, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata kelompok SMAN adalah sama dengan kelompok SMKN yaitu baik. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa secara umum kedua kelompok SMAN dan SMKN di Kota Padang sudah baik dan cukup akuntabel serta transparan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menengah atas di Kota Padang lebih baik dan lebih akuntabel serta transparan jika dibandingkan dengan menengah pertama di Banyumas yang masih belum akuntabel dan transparan berdasarkan hasil penelitian Parwita (2008). 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan penelitian sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal utama berikut : (1) Secara rata-rata pengelolaan keuangan sekolah untuk kelompok SMAN di Kota Padang masuk ke dalam kriteria baik. (2) Pada kelompok SMKN di Kota Padang, secara rata-rata mereka juga masuk kedalam kriteria baik. (3) Secara rata-rata kedua kelompok SMAN dan SMKN memiliki kriteria pengelolaan keuangan yang sama yaitu baik. Tetapi beberapa aspek dalam pengelolaan keuangan ini ada yang masuk kriteria cukup baik sehingga perlu ditingkatkan dimasa yang akan datang. 5.2 Keterbatasan Penelitian Pada penelitian ini, semua data diperoleh hanya melalui kuisioner saja. Aspek aspek lain diluar pernyataan kuisioner yang mungkin dapat mempengaruhi pengelolaan keuangan sekolah tidak terefleksikan dalam penelitian ini seperti kebijakan sekolah dalam pengelolaan dana Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP), hubungan baik sekolah dengan alumni untuk mendapatkan dukungan dana dari alumni, bantuan dana hibah dari pihak yang tidak mengikat dan lain sebagainya. Disamping itu pengisian kuisioner oleh responden tidak didampingi oleh peneliti sehingga peluang untuk biasnya persepsi responden terhadap penyataan kuisioner dapat memberikan gambaran yang berbeda dengan kondisi yang sebenarnya. 5.3 Saran Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 6 No.1 Juni 2011 ISSN hal

8 Untuk penelitian berikutnya yang sejenis disarankan untuk mengembangkan pernyataan kuisioner yang mencakup semua sumber dan penggunaan dana sekolah dengan lebih rinci. Disamping pendampingan responden dalam pengisian kuisioner untuk menghindari bias persepsi responden. yang berkelanjutan oleh setiap sekolah dalam pengelolaan keuanggannya, akan sangat membantu terciptanya tata kelola yang baik (good governance) di lembaga pendidikan menengah atas di kota Padang. Pengumpulan data dalam penelitian berikutnya sebaiknya juga dilengkapi dengan wawancara mendalam terhadap pihak-pihak terkait untuk mengekplorasi lebih jauh kondisi pengelolaan kuangan sekolah yang sebenarnya. Sekolah yangpengelolaan keuangannya masih cukup baik, ataupun sekolah yang memiliki kriteria baik tetapi beberapa aspeknya masih ada yang bernilai cukup baik, diharapkan memberikan perhatian untuk perbaikan ke depan. Dengan adanya perbaikan Daftar Referensi Halim, A. (2002). Akuntansi dan Pengendalian, Akuntansi dan Pengendalian Keuangan Daerah. Editor Abdul Halim. Yogyakarta : UPP AMP YKPN. Harjono, Y (2007). Kepsek Bukan Lagi Penguasa Tunggal. 2 Oktober 2007 Jackson, P.M. (1982). The Political Economy of Bureaucrazy. Oxford : Philip Allan Publishers Limited. Jogiyanto, H.M, Prof., Dr., M.B.A., Akt (2004). Metodologi Penelitian Bisnis Salah Kaprah dan Pengalaman- Pengalaman. Yogyakarta : BPFE UGM. Komisi Standar Akuntansi Pemerintahan. (2005). Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. 2 Jakarta : Salemba Empat. Mardiasmo, (2003). Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta : Penerbit Andi Mulgan, R (1997). The Processes of Public Accountability. Australian Journal of Public Administration 56 (1) pp Parwita, Diyah Desi. (2008). Evaluasi Akuntabilitas dan Transparansi (Studi Kasus Pengelolaan Keuangan SMP Negeri di Kabupaten Bayumas. Karya Akhir Program Studi Magister Akuntansi Universitas Indonesia, Jakarta. 85 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 6 No.1 Juni 2011 ISSN hal 78-86

9 Purnomo, S.H., (2005). Mandulnya Komite Sekolah Juli 2005 Santosa. (2005). Partisipasi Pembiayaan dan Efisiensi Penyelenggaraan Pendidikan (Studi pada Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Bayumas. Thesis Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Shciavo-Campo, S., and Tomasi, Daniel. (1999). Managing Government Expenditure. Asia Development Bank, Manila. Sunaryanto, A. (2007). Wajib Belajar Tak Sekedar Angka Partisipasi. 8 Maret Sutisna, A. (2004). Amburadulnya Laporan Keuangan Sekolah Juli United National Developtment Programme (UNDP), (2004). Anti-Corruption Practice Note. Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 6 No.1 Juni 2011 ISSN hal

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 2. Pengeluaran (belanja) Kabupaten Manggarai tahun anggaran 2010-

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 2. Pengeluaran (belanja) Kabupaten Manggarai tahun anggaran 2010- BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 1. Penggunaan Anggaran Belanja yang tercantum dalam APBD Kabupaten Manggarai tahun anggaran 20102014 termasuk kategori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi di Indonesia yang masih berlangsung hingga sekarang telah menghasilkan berbagai perubahan khususnya dalam hal tata kelola pemerintahan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena yang terjadi dalam perkembangan otonomi daerah di Indonesia saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan tata kelola pemerintahan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 6.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari. penelitian ini adalah:

BAB VI PENUTUP. 6.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari. penelitian ini adalah: BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Analisis Kinerja Pendapatan. a Kinerja pendapatan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan manajemen

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan manajemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada otonomi daerah seutuhnya membawa konsekuensi logis berupa penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan manajemen keuangan yang sehat. Sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola kehidupan sosial, politik dan ekonomi di Indonesia. Desentralisasi keuangan dan otonomi daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Good governance adalah tata kelola organisasi secara baik dengan prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam rangka mencapai tujuan organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak diberlakukannya otonomi daerah berdasarkan UU No 32 Tahun 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami perubahan yaitu reformasi penganggaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembagalembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembagalembaga publik, baik di pusat maupun daerah.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja instansi pemerintah kini menjadi sorotan dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap penyelenggaraan administrasi publik. Masyarakat sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran dapat diinterpretasi sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. harus bisa menyediakan public goods and services dalam memenuhi hak setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. harus bisa menyediakan public goods and services dalam memenuhi hak setiap 1. 1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Segala sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan umum dan penyediaan barang atau jasa kepada publik yang dibayar melalui pajak atau pendapatan negara lain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era baru dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia, adanya desentralisasi pengelolaan pemerintah di daerah dan tuntutan masyarakat akan transparansi serta akuntabilitas memaksa pemerintah baik

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Analisis Rasio untuk Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah 333 ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Vidya Vitta Adhivinna Universitas PGRI Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lahirnya otonomi daerah memberikan kewenangan kepada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lahirnya otonomi daerah memberikan kewenangan kepada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lahirnya otonomi daerah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk menyelenggarakan semua urusan pemerintahan mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebih sehingga untuk mengembangkan dan merencanankan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. berlebih sehingga untuk mengembangkan dan merencanankan daerah yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Awal mula dibuatnya Undang-Undang tentang pemerintah daerah karena pada saat diberlakukannya sistem pemerintah terpusat dimana sentralisasi pemerintah berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini menimbulkan peningkatan tanggung jawab penyelenggara pemerintah di

BAB I PENDAHULUAN. ini menimbulkan peningkatan tanggung jawab penyelenggara pemerintah di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang terjadi di Indonesia membuat pemerintah daerah untuk semakin meningkatkan pelaporan dan pengungkapannya terhadap masyarakat dikarenakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor publik merupakan organisasi yang kompleks. Kompleksitas sektor publik tersebut menyebabkan kebutuhan informasi untuk perencanaan dan pengendalian manajemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Isu di Indonesia saat ini yang semakin mendapat perhatian publik dalam beberapa tahun terakhir ini adalah akuntabilitas keuangan publik. Hal tersebut disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi. Pada organisasi privat atau swasta, anggaran merupakan suatu hal yang sangat dirahasiakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi keuangan pemerintah yang dilaksanakan pada awal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi keuangan pemerintah yang dilaksanakan pada awal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi keuangan pemerintah yang dilaksanakan pada awal tahun 2000 berdampak meningkatnya tuntutan masyarakat akan suatu pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang no 22 tahun 1999 dan Undang-Undang no 25

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang no 22 tahun 1999 dan Undang-Undang no 25 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berlakunya Undang-Undang no 22 tahun 1999 dan Undang-Undang no 25 tahun 1999 merupakan titik awal berjalannya otonomi daerah (reformasi pemerintahan daerah dan reformasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia dari pola sentralisasi menjadi pola desentralisasi membawa konsekuensi terhadap makin besarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi oleh pemerintah, diperlukan suatu sistem tata kelola pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

BAB I PENDAHULUAN. atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 mewajibkan Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang menitikberatkan pada Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang menitikberatkan pada Pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini terdapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini terdapat perhatian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi sektor publik Dalam waktu yang relatif singkat telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini terdapat perhatian yang lebih besar terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut seiring dengan fenomena yang terjadi dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut seiring dengan fenomena yang terjadi dalam perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak diberlakukannya otonomi daerah pemerintah kabupaten/kota maupun provinsi diwajibkan menerbitkan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban telah berakhirya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan daerah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan di daerah, Pemerintah Daerah wajib mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan di daerahnya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk diantaranya pemerintah daerah. Penganggaran sector publik terkait

BAB I PENDAHULUAN. termasuk diantaranya pemerintah daerah. Penganggaran sector publik terkait BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penganggaran merupakan suatu proses pada organisasi sector publik, termasuk diantaranya pemerintah daerah. Penganggaran sector publik terkait dalam penentuan

Lebih terperinci

DETERMINASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN DENGAN PENGAWASAN DEWAN PADA KEUANGAN DAERAH (APBD)

DETERMINASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN DENGAN PENGAWASAN DEWAN PADA KEUANGAN DAERAH (APBD) DETERMINASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN DENGAN PENGAWASAN DEWAN PADA KEUANGAN DAERAH (APBD) (Studi Empiris pada DPRD Kabupaten Wonogiri) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik di Indonesia yang mendapatkan perhatian besar adalah Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah. Ini dikarenakan pemerintah

Lebih terperinci

Volume 12, Nomor 2, Hal ISSN Juli Desember 2010

Volume 12, Nomor 2, Hal ISSN Juli Desember 2010 Volume 12, Nomor 2, Hal. 29-34 ISSN 0852-8349 Juli Desember 2010 PERSEPSI PEMERINTAH DAERAH KOTA JAMBI TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DAN TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Krisis multidimensi yang melanda Indonesia memberi dampak bagi upaya peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh masyarakat

Lebih terperinci

PENGARUH AUDITOR INTERNAL TERHADAP GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE (PADA KANTOR PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA)

PENGARUH AUDITOR INTERNAL TERHADAP GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE (PADA KANTOR PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA) PENGARUH AUDITOR INTERNAL TERHADAP GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE (PADA KANTOR PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA) Putri Mardiani Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No.24 Kotak POs 164 ABSTRAK Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi ini, pemerintah dituntut untuk melakukan perubahan mendasar pada sistem pemerintahan yang ada. Salah satu perubahan mendasar yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menciptakan pemerintahan Indonesia yang maju maka harus dimulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menciptakan pemerintahan Indonesia yang maju maka harus dimulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menciptakan pemerintahan Indonesia yang maju maka harus dimulai dari susunan terkecil suatu organisasi, dalam pemerintahan organisasi ini tidak lain adalah desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Belanja Daerah (APBD). Wujud dari akuntabilitas, transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. dan Belanja Daerah (APBD). Wujud dari akuntabilitas, transparansi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi sektor publik adalah sistem akuntansi yang dipakai oleh lembagalembaga publik sebagai salah satu pertanggungjawaban kepada publik. Sekarang terdapat perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya pemerintahan yang baik (good governance) baik tuntutan demokrasi dan transparansi,

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan A. LATAR BELAKANG. Reformasi pada pemerintahan Indonesia mengakibatkan perubahan

BAB 1. Pendahuluan A. LATAR BELAKANG. Reformasi pada pemerintahan Indonesia mengakibatkan perubahan BAB 1 Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Reformasi pada pemerintahan Indonesia mengakibatkan perubahan paradigma atas seluruh komponen dalam pemerintahan. Berjalan seiring waktu paradigma itu pun berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara pasti ingin memilki tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata kelola tersebut perlunya sistem

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Pelayanan Publik (Studi kasusu Pada SKPD Kabupaten Sukoharjo) Evi Prismawati B

Analisis Kinerja Pelayanan Publik (Studi kasusu Pada SKPD Kabupaten Sukoharjo) Evi Prismawati B Analisis Kinerja Pelayanan Publik (Studi kasusu Pada SKPD Kabupaten Sukoharjo) Evi Prismawati B200080176 Fakultas EKONOMI Program Jurusan Akuntasi ABSTRAKSI Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

ANALISIS VALUE FOR MONEY DALAM PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

ANALISIS VALUE FOR MONEY DALAM PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SIDOARJO ANALISIS VALUE FOR MONEY DALAM PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SIDOARJO Khalimatus Sya diyah, Widya Susanti, Ali Rasyidi Program Studi Akuntansi Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang mendapat perhatian besar dari berbagai pihak semenjak reformasi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah tentang tata kelola pemerintahan yang baik atau good government

BAB I PENDAHULUAN. adalah tentang tata kelola pemerintahan yang baik atau good government 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu yang sedang aktual dalam bidang pengelolaan keuangan sektor publik adalah tentang tata kelola pemerintahan yang baik atau good government governance. Tata kelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas, dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas, dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pemerintahan, baik oleh Pusat maupun Daerah mempunyai fungsi untuk mendorong dan memfasilitasi pembangunan guna mencapai pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sekarang ini dihadapkan oleh banyaknya tuntutan baik dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sekarang ini dihadapkan oleh banyaknya tuntutan baik dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah daerah sekarang ini dihadapkan oleh banyaknya tuntutan baik dari segi internal yaitu peningkatan kinerja yang optimal dan segi eksternal yaitu adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance. based budgeting) dalam penyusunan anggaran pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance. based budgeting) dalam penyusunan anggaran pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi pengelolaan keuangan negara di Indonesia yang diawali dengan keluarnya Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara telah membawa banyak perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan sistem pemerintahan, good governance telah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan sistem pemerintahan, good governance telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pengelolaan sistem pemerintahan, good governance telah menjadi salah satu paradigma dalam penyelenggaran untuk mengelola urusan-urusan publik. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi sektor publik adalah system akuntansi yang dipakai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi sektor publik adalah system akuntansi yang dipakai oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akuntansi sektor publik adalah system akuntansi yang dipakai oleh lembaga lembaga publik sebagai salah satu pertanggungjawaban kepada publik. Sekarang terdapat perhatian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dilaksanakan pada tahun 2001 dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dilaksanakan pada tahun 2001 dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah yang dilaksanakan pada tahun 2001 dan undang-undang yang mengatur tentang otonomi daerah dalam UU No. 32 tahun 2004, menjelaskan bahwa definisi

Lebih terperinci

Jurnal Akuntansi Bisnis dan Ekonomi

Jurnal Akuntansi Bisnis dan Ekonomi Jurnal Akuntansi Bisnis dan Ekonomi Volume 1 No. 2, September 2015 ISSN PENGARUH PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Kasus pada Dinas Daerah

Lebih terperinci

BAB I INTRODUKSI. Bab I dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang, konteks riset, rumusan

BAB I INTRODUKSI. Bab I dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang, konteks riset, rumusan BAB I INTRODUKSI Bab I dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang, konteks riset, rumusan masalah, pertanyaan riset, tujuan riset, motivasi riset, kontribusi riset, proses riset, dan sistematika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta ekonomi, sehingga menimbulkan tuntutan yang beragam terhadap pengelolaan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam perkembangan sektor publik di Indonesia sekarang ini adalah semakin menguatnya tuntunan masyarakat kepada para penyelenggara pemerintahan. Salah satu yang menjadi

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIFITAS, AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH PADAA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA PADANG TESIS.

ANALISIS EFEKTIFITAS, AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH PADAA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA PADANG TESIS. ANALISIS EFEKTIFITAS, AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH PADAA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA PADANG TESIS Oleh : ERWANTOSI 07206079 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ANDALAS 2010

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 tahun 2004

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan keuangan antara

Lebih terperinci

BAB II. individu atau suatu organisasi pada suatu periode tertentu. Menurut Stoner (1996 :

BAB II. individu atau suatu organisasi pada suatu periode tertentu. Menurut Stoner (1996 : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Dalam konteks pengelolaan keuangan daerah, khususnya dalam kaitannya dengan penerapan sistem akuntansi keuangan daerah, pemahaman yang memadai tentang sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga sektor publik adalah lembaga yang aktivitasnya berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga sektor publik adalah lembaga yang aktivitasnya berhubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lembaga sektor publik adalah lembaga yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan jasa publik dalam rangka memenuhi hak dan kebutuhan

Lebih terperinci

Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik Modul ke: 01Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akuntansi Sektor Publik Konsep Akuntansi Sektor Publik dan Lingkungan Akuntansi Sektor Publik Adib Faishol S.E., M.P.A. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

PENGARUH AUDIT KINERJA TERHADAP AKUNTABILITAS PUBLIK SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (Survei Pada Dinas Daerah Kabupaten Ciamis)

PENGARUH AUDIT KINERJA TERHADAP AKUNTABILITAS PUBLIK SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (Survei Pada Dinas Daerah Kabupaten Ciamis) PENGARUH AUDIT KINERJA TERHADAP AKUNTABILITAS PUBLIK SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (Survei Pada Dinas Daerah Kabupaten Ciamis) Oleh : FIRDA ARUM NURDIANA 123403268 Email: firda.arum@gmail.com Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain proses reformasi sektor publik, khususnya reformasi pengelolaan keuangan daerah

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.12 No.3 Tahun 2012

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.12 No.3 Tahun 2012 ANALISIS EFISIENSI BELANJA DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAMBI TAHUN 2011 Fathiyah 1 Abstract Analysis of Jambi Provincial Government Expenditure In 2011 performed using Analysis of Variance, Growth Ratio

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir pengelolaan belanja pemerintah pusat melalui mekanisme APBN mengalami peningkatan jumlah anggaran belanja yang signifikan (Tabel 1.1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena yang terjadi saat ini yang kemudian menjadi latar belakang penelitian adalah dipaparkannya opini auditor eksternal dalam sebuah situs internet yang

Lebih terperinci

PERSEPSI GURU TENTANG AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH MENENGAH LANJUTAN ATAS (SLTA) NEGERI SE-KOTA PROBOLINGGO

PERSEPSI GURU TENTANG AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH MENENGAH LANJUTAN ATAS (SLTA) NEGERI SE-KOTA PROBOLINGGO PERSEPSI GURU TENTANG AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH MENENGAH LANJUTAN ATAS (SLTA) NEGERI SE-KOTA PROBOLINGGO Diana Fathiyah Ibrahim Bafadal Teguh Triwiyanto Email: diana3fathiyah@gmail.com

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE PADA POLITEKNIK NEGERI PADANG

PENERAPAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE PADA POLITEKNIK NEGERI PADANG PENERAPAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE PADA POLITEKNIK NEGERI PADANG Wiwik Andriani Irda Rosita Hidayatul Ihsan Jurusan Akuntansi Abstract Government

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya diatur dalam undang-undang (UU) No. 22 Tahun 1999 menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya diatur dalam undang-undang (UU) No. 22 Tahun 1999 menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan adanya pembaharuan peraturan tentang Pemerintah Daerah yang sebelumnya diatur dalam undang-undang (UU) No. 22 Tahun 1999 menjadi undang-undang (UU) No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, permasalahan akuntabilitas publik menjadi sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, permasalahan akuntabilitas publik menjadi sangat penting BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Di Indonesia, permasalahan akuntabilitas publik menjadi sangat penting sejak dilaksanakannya otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, yaitu sejak Januari 2001. Salah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Penyajian Laporan Keuangan Daerah Berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah menyatakan bahwa laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive activity). Tujuan akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil tertentu, dan hasil tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan ( SAP ) yang telah diterima secara umum.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan ( SAP ) yang telah diterima secara umum. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang memiliki sistem dan prosedur penatausahaan pengelolaan keuangan yang baik dan efektif. Setiap negara pasti membutuhkan

Lebih terperinci

Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol VIII, No. 1, April 2017 ISSN

Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol VIII, No. 1, April 2017 ISSN AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANS PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA SMP NEGERI 4 RIMBA MELINTANG KABUPATEN ROKAN HILIR (Accountability and Transparancy of Handling Operational Expense

Lebih terperinci

PENGARUH AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK TERHADAP PERWUJUDAN TRANSPARANSI, AKUNTABILITAS DAN KONSEP VALUE FOR MONEY

PENGARUH AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK TERHADAP PERWUJUDAN TRANSPARANSI, AKUNTABILITAS DAN KONSEP VALUE FOR MONEY PENGARUH AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK TERHADAP PERWUJUDAN TRANSPARANSI, AKUNTABILITAS DAN KONSEP VALUE FOR MONEY (Studi kasus di RSUD Kelas B Kabupaten Subang) Oleh: Icih & Asro Nur Astuti ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah semakin menguatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah semakin menguatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena yang dapat diamati dalam perkembangan sektor publik dewasa ini adalah semakin menguatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik organisasi sektor publik

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewan melainkan juga dipengaruhi latar belakang pendidikan dewan,

BAB I PENDAHULUAN. dewan melainkan juga dipengaruhi latar belakang pendidikan dewan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ternyata pengetahuan dewan tentang anggaran tidak hanya terbatas dari pendidikan pelatihan tentang keuangan daerah yang pernah diikuti anggota dewan melainkan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini tuntutan masyarakat semakin meningkat atas pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance diartikan sebagai kepemerintahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai negara,

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai negara, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai negara, peranan negara dan pemerintah bergeser dari peran sebagai pemerintah (government)

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Langsung Pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten

BAB VI PENUTUP. Langsung Pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten BAB VI PENUTUP 6.2 Kesimpulan Dari hasil analisis penelitian mengenai Alokasi anggaran Belanja Langsung Pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Ende Tahun Anggaran 2009-2014 dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. 1 Tinjauan Teoretis 2.1. 1 Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undangundang No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No.12 Tahun Menurut Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2014 yang

BAB I PENDAHULUAN. No.12 Tahun Menurut Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2014 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Daerah merupakan pihak yang menjalankan roda perekonomian, pembangunan, dan pelayanan masyarakat yang dituntut untuk dapat melaksanakan pemerintahan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, tuntutan terhadap paradigma good governance dalam seluruh kegiatan tidak dapat dielakkan lagi. Istilah good

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah pelaksanaan pemerintahan yang bersih menuntut seluruh pemerintah daerah bekerja secara professional sebagai syarat akuntanbel atau transparansi kepada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja pelaksana anggaran

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja pelaksana anggaran BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja pelaksana anggaran DAK Bidang Pendidikan untuk program pengadaan laboratorium bahasa SMP di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka menyelenggarakan pemerintah daerah sesuai dengan yang diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah yang berkaitan dengan kedudukan, fungsi dan hak-hak DPRD, menangkap aspirasi yang berkembang di masyarakat, yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Daerah yang berkaitan dengan kedudukan, fungsi dan hak-hak DPRD, menangkap aspirasi yang berkembang di masyarakat, yang kemudian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implikasi positif dari berlakunya Undang-Undang tentang Otonomi Daerah yang berkaitan dengan kedudukan, fungsi dan hak-hak DPRD, diharapkan DPRD yang selanjutnya disebut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum. Berdasarkan penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum. Berdasarkan penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Berdasarkan penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Madiun tahun anggaran 2013 diperoleh data anggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana didalamnya terdapat pengetahuan, keahlian, dan perilaku yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dimana didalamnya terdapat pengetahuan, keahlian, dan perilaku yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kompetensi dapat didefinisikan sebagai suatu sifat atau karakteristik yang diperlukan oleh seorang pekerja agar dapat melakukan pekerjaan dengan baik (Byars et al,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini organisasi sektor publik berupaya memberikan kualitas pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini organisasi sektor publik berupaya memberikan kualitas pelayanan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini organisasi sektor publik berupaya memberikan kualitas pelayanan yang baik kepada masyarakat, hal ini disebabkan oleh naiknya tingkat kesadaran masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan, pelaporan dan evaluasi anggaran pada sebuah organisasi. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan, pelaporan dan evaluasi anggaran pada sebuah organisasi. Laporan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Semakin berkembangnya teknologi yang berpengaruh terhadap perkembangan organisasi sektor publik maupun swasta dan semakin cerdasnya masyarakat di era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan desentraliasasi fiskal, Indonesia menganut sistem pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan desentraliasasi fiskal, Indonesia menganut sistem pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah pembangunan ekonomi nasional menunjukan bahwa sebelum pelaksanaan desentraliasasi fiskal, Indonesia menganut sistem pemerintah yang terpusat (sentralistik).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik (good government governance)

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik (good government governance) BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Perubahan sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta ekonomi yang dibawa oleh arus informasi telah menimbulkan tuntutan yang beragam terhadap pengelolaan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah

Lebih terperinci