STUDI DESKRIPTIF TENTANG JENIS KEKERASAN ORANG TUA PADA ANAK DI SDN 03 SIDOGEMAH SAYUNG DEMAK Manuscript Disusun oleh : Wa Lisnawati G2A008137 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SEMARANG 2012 i
STUDI DESKRIPTIF TENTANG JENIS KEKERASAN ORANG TUA PADA ANAK DI SDN 03 SIDOGEMAH SAYUNG DEMAK Wa Lisnawati 1 Edi Soesanto, S.Kp, M. Kep. 2 Ns. Ernawati, S.Kep. 3 Abstrak Perlakukan orang tua terhadap anak sering kali tidak disadari merupakan bentuk kekerasan. Bentuk-bentuk kekerasan yang dilakukan orang tua adalah kekerasan fisik, kkerasan emosional dan kekerasan penelantaran. Secara mental, seorang anak akan mengingat semua tindak kekerasan yang berlangsung yang menyebabkan perkembangan anak menjadi terganggu. Tujuan penelitian adalah mengetahui gambaran kekerasan orang tua pada anak di SDN 03 Sidogemah Sayung Demak. Jenis penelitian ini adalah studi deskriptif. Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa SDN 03 Sidogemah Sayung Demak berjumlah anak 104. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Hasil penelitian untuk mendapatkan kekerasan verbal sebagian besar dalam kategori tinggi (63,6%), kekerasan fisik sebagian besar dalam kategori tinggi (51,5%), kekerasan kelalaian sebagian besar dalam kategori rendah (53,5%). Berdasarkan hasil di atas maka kekerasan orang tua terhadap anak adalah tinggi berdasarkan hasil tersebut Diharapkan kepada orang tua khususnya ibu hendaknya dapat memberikan pendidikan yang lebih baik dan pengajaran yang baik kepada anak. Upaya untuk mendidik dan mendisiplinkan anak sebaiknya tidak dengan menggunakan tindakan kekerasan, namun dengan menunjukkan rasa kasih sayang. Kata Kunci : Kekerasan verbal, kekerasan fisik, Kekerasan kelalaian Descriptive study of description of parents abuse to the child in SDN 03 Sidogemah Sayung Demak. Abstract Treat parents of children often do not realize is a form of violence. The forms of violence committed parents is physical, emotional kkerasan neglect and violence. Mentally, a child will remember all the acts of violence that led to the child's development to be disturbed. The objective of the research was to know the description of parental violence on children at SDN 03 Sidogemah Sayung Demak. This type of research was a descriptive study. The population in this study was all students of SDN 03 Sidogemah Sayung Demak with totaled 104 children. Sampling technique used was total sampling. Results of research to get the most verbal abuse in the high category (63,6%), physical abuse is mostly in the high category (51,5%), neglect violence mostly in the low category (53,5%). Based on the results mentioned above, it was hoped that parents, especially mothers should be able to provide education and good teaching to children. Efforts to educate and made children obey the roll should not to use violence but to show his/her affection. Keywords: verbal abuse, physical abuse, neglect abuse.
1 PENDAHULUAN Berkembangnya budaya dalam masyarakat kita saat ini menganggap bahwa proses pembelajaran kepada anak dilakukan dengan kekerasan, agar anak patuh dan disiplin untuk mencapai skala keberhasilan yang diinginkan orang tua. Orang tua berlaku kasar dan memberikan hukuman fisik dengan dalih untuk memberikan pelajaran pada anak-anak mereka. Padahal seharusnya setiap anak berhak mendapatkan perlindungan dari kekerasan (Soetjiningsih, 2002). Angka kekerasan terhadap anak dari tahun ke tahun terus meningkat. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menemukan banyak aduan kekerasan pada anak di tahun 2011. Berdasarkan keseluruhan kasus yang masuk, sebanyak 67,8 persen terkait dengan kasus kekerasan. Data menunjukkan, pada tahun 2006 jumlah kasus pelanggaran hak anak yang terpantau sebanyak 13.447.921 kasus dan pada 2007 jumlahnya meningkat 40.398.625 kasus. Selama periode Januari hingga Juni 2008, Komnas Anak mencatat sebanyak 21.872 anak menjadi korban kekerasan fisik dan psikis di lingkungan sosialnya. Kejadian ini terus meningkat sepanjang tahun 2011, Komnas Anak telah mencatat 2.508 kasus kekerasan terhadap anak. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2010, yang 2.413 kasus (Kompas, 2012). Berdasarkan data yang dimiliki oleh Dinas Kesejahteraan Sosial Jawa Tengah, jumlah anak korban kekerasan atau diperlakukan salah di Jawa Tengah pada tahun 2004 mencapai 2807. Angka terbesar berada di kota Semarang. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Lembaga Perlindungan Anak Jawa Tengah yang berpusat di kota Semarang melaporkan pada tahun 2008 jumlah kasus terbanyak yaitu kekerasan seksual sejumlah 170 kasus dengan 262 korban. Kasus korban kekerasan pada anak di Jawa Tengah terus meningkat, yaitu mencapai 2,478 kasus (BP3AKB Provinsi Jawa Tengah, 2009). Sesungguhnya fenomena kekerasan pada anak yang terjadi di masyarakat kita saat ini adalah lebih besar dari jumlah yang ada sekarang. Hal ini disebabkan banyak korban dari tindakan kekerasan tidak mengadukan tindak kekerasan yang
2 didapatnya karena berbagai alasan yang dikemukakan diantaranya sulitnya birokrasi yang ada, tidak ingin terlibat dengan pengadilan dan kurangnya perhatian dari pihak berwajib (Rahmat, 2008). Kekerasan pada anak merupakan perlakuan salah terhadap fisik dan emosi anak, menelantarkan pendidikan dan kesehatannya dan juga penyalahgunaan seksual yang mempengaruhi perkembangan anak (Soetjiningsih, 2002). Kekerasan yang selama ini banyak dialami oleh anak-anak terdiri dari physical abuse, sexual abuse, emotional abuse, dan neglect. Diantara bentuk-bentuk kekerasan tersebut yang paling sering dialami oleh anak-anak adalah emotional abuse. Bentuk umum dari emotional abuse adalah verbal abuse. Tiap satu sampai dua menit satu anak di Indonesia mendapatkannya. Kekerasan emosional atau dalam bentuk umumnya lebih sering disebut dengan kekerasan verbal paling banyak didapat oleh anak dari orang tua mereka. Bahkan tanpa disadari setiap harinya orang tua melakukan pada anak-anaknya. Beberapa orang pun tidak tahu bahkan tidak menyadari bahwa orang lain melakukan verbal abuse. Mungkin juga tidak satu orang pun tahu terjadinya verbal abuse. Bentuk dari verbal abuse itu umumnya dilakukan dalam bentuk mengancam, mengkritik, membentak, memarahi, dan memaki dengan mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas pada anaknya. Secara mental, seorang anak akan mengingat semua tindak kekerasan yang berlangsung dalam satu periode secara konsisten. Kekerasan akan menyebabkan anak menjadi generasi yang lemah, seperti agresif, apatis, pemarah, menarik diri, kecemasan berat, gangguan tidur, ketakutan yang berlebihan, kehilangan harga diri dan depresi (Soetjiningsih, 2002). Bahkan dampak lebih jauh dari kekerasan yang dilakukan orang tua pada anaknya adalah memperpanjang lingkungan kekerasan. Anak yang mengalami tindakan kekerasan, selanjutnya akan cenderung menjadi pelaku tindakan kekerasan terhadap orang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Camalia dan Syam (2009) mendapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap dengan
3 terjadinya kekerasan verbal pada anak usia pra sekolah di TK 7 PAUD Pondok Marinir Sukodono Sidoarjo. Shirley Feldman (2004) menyebutkan bahwa pengalaman mendapat kekerasan memberikan pengaruh terhadap pengasuhan anak yaitu melakukan kekerasan yang sama. Penelitian lain yang dilakukan Suradi (2007) mendapatkan bahwa salah satu penyebab kekerasan pada anak adalah faktor sosial ekonomi dimana dilakukan eksploitasi ekonomi terhadap anak. METODE PENELITIAN Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskritif yaitu penelitian yang bertujuan mengetahui atau menggambarkan variabel-variabel yang akan diteliti (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa SDN 03 Sidogemah Sayung Demak kelas 5 dan 6 yang berjumlah 104 siswa, dengan jumlah masing-masing kelas 5 dengan 52 siswa, dan kelas 6 dengan 52 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. HASIL PENELITIAN Tabel 1 Distribusi responden berdasarkan umur siswa di SDN 03 Sidogemah Sayung Demak Umur Mean Median Min Max SD Umur 10,94 11 9 13 0,85 Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa rata-rata umur responden adalah 11 tahun, dengan umur termuda adalah 9 tahun dan umur tertua adalah 13 tahun. Tabel 2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin siswa di SDN 03 Sidogemah Sayung Demak Perempuan Laki-laki Jenis kelamin Frekuensi (f) Persentase (%) 56 43 56,6 43,4 Jumlah 99 100
4 Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar jenis kelamin responden adalah perempuan yaitu sebanyak 56 anak (56,6%) dan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 43 anak (43,4%). Tabel 3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kekerasan verbal oleh orang tua di wilayah SDN 03 Sidogemah Sayung Demak Tahun 2012. Variabel Frekuensi Presentase Kekerasan Verbal Rendah Tinggi 36 63 36.4 63.6 Total 99 100 Berdasarkan tabel 5 dapat di ketahui bahwa pada kekerasan verbal di temukan kekerasan rendah yaitu sebanyak 36 orang (36,4%), dan kekerasan tinggi sebanyak 63 orang (63,6%). Pada kekerasan verbal yang tertinggi yang di lakukan oleh orang tua yaitu kekerasan pada anak dengan membentak sebanyak 11 responden (11,1%), dan kekerasan verbal pada anak dengan mengumpat di lakukan oleh orang tua sebanyak 18 responden (18,2%). Tabel 4 Distribusi frekuensi kekerasan fisik orang tua di wilayah SDN 03 Sidogemah Sayung Demak Tahun 2012. Kekerasan Fisik Variabel Frekuensi Presentase Rendah Tinggi 48 51 48,5 51,5 Total 99 100 Berdasarkan tabel 5 dapat di ketahui bahwa pada kekerasan fisik orang tua pada anak di SDN 03 Sidogemah Sayung Demak di temukan kategori rendah dengan 48 responden (48,5%), dan kategori tinggi dengan 51 responden (51,5%). Pada kekerasan fisik yang tertinggi yang di lakukan oleh orang tua yaitu kekerasan pada anak dengan menjewer jika sedang marah sebanyak 8 responden (8,1%), dan kekerasan fisik pada anak dengan mencubit di lakukan oleh orang tua sebanyak 7 responden (7,2%).
5 Tabel 5 Distribusi frekuensi kekerasan kelalaian orang tua di wilayah SDN 03 Sidogemah Sayung Demak Tahun 2012 Kekerasan Kelalaian Kategori Frekuensi Presentase Rendah 53 53,5 Tinggi 46 46,5 Total 99 100 Berdasarkan tabel 4.11 dapat di ketahui bahwa kekerasan kelalaian orang tua pada anak di SDN 03 Sidogemah Sayung Demak. Kategori rendah yaitu sebanyak 53 orang (53,5%) dan kekerasan tinggi sebanyak 46 orang (46,5%). Pada kekerasan kelalaian yang tertinggi yang di lakukan oleh orang tua yaitu kekerasan pada anak dengan membiarkan anak pergi sendirian tanpa di temani sebanyak 9 responden (9,1%), dan kekerasan kelalaian pada anak dengan meninggalkan anak sendirian di rumah sebanyak 7 responden (7,1%). PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata skor kekerasan verbal adalah 8,16, di dapatkan bahwa kekerasan verbal dengan kategori rendah adalah 36 orang (36,4%) dan kategori tinggi adalah 63 orang (63,6%). Pada kekerasan verbal yang tertinggi yang di lakukan oleh orang tua yaitu kekerasan pada anak dengan membentak sebanyak 11 responden (11,1%), dan kekerasan verbal pada anak dengan mengumpat di lakukan oleh orang tua sebanyak 18 responden (18,2%). Kekerasan verbal ini memang lebih banyak dilakukan oleh orang tua ketika sedang marah mengumpat Penganiayaan emosional adalah penganiayaan yang ditandai dengan kecaman kata-kata yang merendahkan anak, atau tidak mengakui sebagai anak. Keadaan ini sering kali berlanjut dengan melalaikan anak, mengisolasikan anak dari lingkungan atau hubungan sosial atau menyalahkan anak secara terus menerus. Penganiayaan emosi seperti ini umumnya selalu diikuti bentuk penganiayaan lain.(soetjiningsih,2002). Orang tua penganiaya cenderung memiliki kesulitan
6 menghadapi stress dan mengendalikan ekspresi kemarahan, selain itu orangtua penganiaya beresiko tinggi menyiksa anak mereka (Ross dalam Wong 2009). Berdasarkan hasil penelitian Dian (2010), yang meneliti tentang Persepsi Ibu terhadap Perilaku Verbal Abuse pada Anak mendapatkan hasil bahwa verbal abuse dilakukan pada saat marah, diikuti munculnya ekspresi dan intonasi tinggi, berupa ancaman dan pemaksaan. Alasan melakukan verbal abuse adalah karena faktor kebiasaan, sebagai proses pembelajaran dan masih dalam batasan. Hasil penelitian Jumiati (2010), yang meneliti tentang hubungan kekerasan orang tua pada anak dengan perkembangan emosi anak kelas V di SD negeri 01 Kedung Mundu Semarang, hasil menunjukkan ada hubungan kekerasan orang tua pada anak dengan perkembangan emosi anak rata-rata 48,37. Perkembangan emosi anak rata-rata 47,13. Ada hubungan positif yang bermakna antara kekerasan orang tua pada anak dengan perkembangan emosi anak usia sekolah kelas V di SD Negeri 01 Kedung Mundu Semarang. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata skor kekerasan fisik adalah 8,22, dengan kategori rendah sebanyak 48 orang (48,5%) dan kategori tertinggi sebanyak 51 orang (51,4%). Pada kekerasan fisik yang tertinggi yang di lakukan oleh orang tua yaitu kekerasan pada anak dengan menjewer jika sedang marah sebanyak 8 responden (8,1%), dan kekerasan fisik pada anak dengan mencubit di lakukan oleh orang tua sebanyak 7 responden (7,2%). Orang tua yang memahami bahwa tindakan kekerasan yang dilakukan terhadap anak merupakan tindakan yang tidak tepat, tentunya akan mencoba untuk menghindari perilaku kekerasan terhadap anak. Upaya untuk mendisiplinkan anak dapat dilakukan melalui cara-cara lain yang lebih demokratis dan dirasakan tidak membuat anak menjadi merasa tersakiti yang akhirnya berpengaruh terhadap kejiwaan anak hingga dewasa.
7 Penelitian yang di lakukan oleh Wahyu Triantika, 2007 yang meneliti tentang hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku agresi pada siswa kelas V SD Negeri I Gaprang Blitar bahwa pola asuh otoriter yang paling mempengaruhi perilaku agresi pada siswa. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa antara pola asuh orang tua otoriter siswa kelas V SD Negeri 1 Gaprang Blitar terdapat hubungan signifikan dengan perilaku agresi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata skor kekerasan kelalaian adalah 5,96, dengan kategori kekerasan rendah 53 orang (53,5%), Dan kekerasan tinggi 46 orang (46,5%). Pada kekerasan kelalaian yang tertinggi yang di lakukan oleh orang tua yaitu kekerasan pada anak dengan membiarkan anak pergi sendirian tanpa di temani sebanyak 9 responden (9,1%), dan kekerasan kelalaian pada anak dengan meninggalkan anak sendirian di rumah sebanyak 7 responden (7,1%). Kekerasan kelalaian yang dilakukan oleh orang tua yang terbanyak adalah berkaitan dengan meninggalkan anak sendirian di rumah, sedangkan kekerasan kelalaian yang lain seperti menyuruh anak bekerja, membiarkan anak pergi sendirian kadang-kadang masih di lakukan oleh orang tua dan tidak memberi makan yang cukup pada anak sebagian besar tidak pernah dilakukan oleh orang tua. Menurut Lidya (2009) menyebutkan bahwa kelalaian ini selain tidak sengaja, juga akibat dari ketidaktahuan atau kesulitan ekonomi. Bentuk kelalain ini antara lain 1) pemeliharaan yang kurang memadai, yang dapat mengakibatkan gagal tumbuh, akan merasa kehilangan kasih sayang, gangguan kejiwaan, keterlambatan perkembangan. 2) pengawasan yang kurang, dapat menyebabkan anak mengalami resiko untuk terjadinya trauma fisik dan jiwa. 3) Kelalaian dalam mendapatkan pengobatan meliputi : kegagalan merawat anak dengan baik misalnya imunisasi, atau kelalaian dalam mencari pengobatan sehingga memperburuk penyakit anak. 4) kelalaian dalam pendidikan yang meliputi kegagalan dalam mendidik anak
8 untuk mampu berinteraksi dengan lingkungannya, gagal menyekolahkannya atau menyuruh anak mencari nafkah untuk keluarga sehingga anak terpaksa putus sekolah. Keterbatasan penelitian ini adalah tidak adanya pengkajian terhadap karakteristik orang tua yang dapat menyebabkan orang tua melakukan kekerasan terhadap anak. Penelitian ini hanya meneliti jenis kekerasan orang tua pada anak. PENUTUP Beradasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan bahwa rata-rata skor kekerasan verbal adalah 8,16, kekerasan verbal dapat dinyatakan dalam kategori tinggi (63,6%). Rata-rata skor kekerasan fisik adalah 8,22, Kekerasan fisik dapat di nyatakan dalam kategori tinggi (51,5%). Rata-rata skor kekerasan kelalaian adalah 5,96,. Kekerasan kelalaian dapat di nyatakan dalam kategori rendah (46,5%). Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan kepada orangtua khususnya ibu hendaknya dapat memberikan pendidikan dan pengajaran yang baik kepada anak. Upaya untuk mendidik dan mendisiplikan anak sebaiknya tidak dengan menggunakan tindakan kekerasan namun dengan menunjukkan rasa kasih sayang. Tindakan kekerasan yang berlebihan hanya menimbulkan trauma psikis pada anak yang akan terbawa hingga dewasa sehingga tidak baik bagi perkembangan anak. Pelayanan kesehatan sebagai bagian yang cukup dekat dengan masyarakat hendaknya mempunyai daya tanggap atau sensitivitas yang tinggi terhadap indikasi-indikasi terjadinya kekerasan pada anak. Hal tersebut dapat dilakukan deteksi misalnya jika ada anak yang memeriksakan kesehatan ditemukan tandatanda bekas kekerasan hendaknya segera bekerja sama dengan pihak-pihak lain untuk menanggulangi hal tersebut.
9 1 Wa Lisnawati : Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes Universitas Muhammadiyah Semarang 2. Edy Soesanto, S.Kp, M. Kes. : Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan Komunitas Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang 3. Ns. Ernawati, S.Kep : Dosen Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang KEPUSTAKAAN Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Edisi Revisi Cetakan Kedua belas. Jakarta : PT. Rineka Cipta BP3AKB Provinsi Jawa Tengah, 2009 Farida Yuni Arsih (2005). Studi Fenomenologis : Kekerasan kata-kata (Verbal abuse) pada Remaja. Kompas, 2012. Modus Kekerasan pada Anak Makin Sadis. http://www. Modus.Kekerasan.pada.Anak.Makin.Sadis.htm Nugroho, A. (2009). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Orangtua Melakukan Verbal Abuse Pada Anak Usia Pra Sekolah Di Kelurahan Plamongan Sari Kecamatan Pedururngan Kota Semarang. UNIMUS. Rakhamat, J. (1994), Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya
Shirley Feldman (2004). The Experience of "Forgetting" Childhood Abuse A National Survey of Psychologists. Soetjiningsih (2002). Tumbuh kembang anak. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Suradi (2007). Perlindungan anak di nusa tenggara barat. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan sosial