(25,5%), di sekolah (10%), tempat umum (22%), tempat kerja (5,8%), dan tempat lainnya (3 6,6%). Sedangkan berdasarkan kategori usia, kekerasan fisik t

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "(25,5%), di sekolah (10%), tempat umum (22%), tempat kerja (5,8%), dan tempat lainnya (3 6,6%). Sedangkan berdasarkan kategori usia, kekerasan fisik t"

Transkripsi

1 Dukungan Sosial Terhadap Anak Yang Mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga Risya Handayani Pendahuluan Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat dimana anak belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Segala sesuatu yang dibuat anak mempengaruhi keluarganya, begitu pula sebaliknya. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral dan pendidikan kepada anak. Pengalaman interaksi di dalam keluarga akan menentukan pula pola tingkah laku anak terhadap orang lain dalam masyarakat. Di samping keluarga sebagai tempat awal bagi proses sosialisasi anak, keluarga juga merupakan tempat sang anak mengharapkan dan mendapatkan pemenuhan kebutuhan. Kebutuhan akan kepuasan emosional telah dimiliki bayi yang baru lahir. Peranan dan tanggung jawab yang harus dimainkan orang tua dalam membina anak adalah besar. Namun, kenyataannya dalam melakukan peran tersebut, baik secara sadar maupun tidak sadar, orang tua dapat membangkitkan rasa ketidakpastian dan rasa bersalah pada anak. Keluarga seharusnya memberikan rasa nyaman dan aman kepada anak bukan menjadi ancaman karena kekerasan yang dilakukan oleh keluarganya sendiri (Solihin, 2004). Anak Indonesia banyak yang belum memperoleh jaminan terpenuhinya hakhak mereka, antara lain, masih banyak anak yang menjadi korban kekerasan, penelantaran, eksploitasi, diskriminasi dan lain-lain. Tindakan-tindakan di atas dapat dikatergorikan sebagai kekerasan anak atau perlakuan kejam terhadap anak-anak. Menurut Kompas (dalam Solihin, 2004) kekerasan domestik atau kekerasan yang terjadi di dalam lingkungan keluarga menduduki porsi terbesar dalam kasus kekerasan yang menimpa anak-anak pada rentang usia 3-6 tahun. Sebanyak 80% kekerasan yang menimpa anak-anak dilakukan oleh keluarga mereka, 10% terjadi di lingkungan pendidikan, dan sisanya dilakukan oleh orang tak dikenal. Lebih lanjut, Kompas mengatakan setiap bulannya terdapat 30 kasus kekerasan yang diadukan oleh korbannya kepada lembaga konseling Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia. Dari kekerasan yang terjadi diketahui bahwa sebanyak 60% merupakan korban kekerasan ringan, berupa kekerasan verbal atau caci maki, sedangkan 40% sisanya mengalami kekerasan fisik seperti pemukulan terhadap anak hingga kekerasan seksual. Menurut Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (dalam Solihin, 2004) kekerasan terhadap anak dapat terjadi dimana saja dan kapan saja seperti di rumah 1

2 (25,5%), di sekolah (10%), tempat umum (22%), tempat kerja (5,8%), dan tempat lainnya (3 6,6%). Sedangkan berdasarkan kategori usia, kekerasan fisik terhadap anak dengan persentase tertinggi terjadi pada usia 0-5 tahun (32,3%) dan terendah usia (16,2%). Pelaku biasanya adalah orang-orang yang dekat dengan anak, atau orang yang bertanggung jawab untuk melindungi anak-anak seperti, orang tua, kakek, nenek, keluarga dekat lainnya, guru, dan lain-lain. Atmasasmita (dalam Zulaeha, 2006) mengungkapkan bahwa kekerasan anak itu sendiri berkisar dari pengabaian anak sampai kasus perkosaan dan pembunuhan. Menurut Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (dalam Solihin, 2004) child abuse terjadi dari tahun , hal tersebut dirincikan sebagai berikut, sexual abuse 65.8%, physical abuse 19.6%, emotional abuse 6.3%, dan child neglect 8.3%. Berdasarkan data tersebut, persentase anak yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga cukup tinggi dan pelakunya adalah orang tua mereka sendiri. Menurut Tarigan (2001) kekerasan dalam rumah tangga adalah segala bentuk tindak kekerasan baik fisik maupun psikis yang terjadi dalam rumah tangga, baik antara suami dan istri maupun orang tua dan anak. Menurut Solihin (2004) salah satu hal yang sering menjadi penyebab terjadinya tindak kekerasan pada anak dalam keluarga adalah sikap otoriter yang dipertahankan orang tua dengan dalih untuk menanamkan disiplin pada anak dapat mengakibatkan anak akan menunjukan sikap yang pasif dan menyerahkan segala sesuatu pada orang tua. Masih menurut Solihin (2004) kematangan emosional orang tua sangat mempengaruhi keadaan perkembangan anak. Keadaan dan kematangan orang tua mempengaruhi serta menentukan taraf pemuasaan kebutuhan-kebutuhan psikologis anak yang penting pada anak dalam kehidupannya dalam keluarga. Ketidakmatangan emosional orang tua mengakibatkan perlakuan-perlakuan yang negatif seperti, menguasai anak secara otokratis dan memperlakukan anak dengan keras sampai melakukan kekerasan baik secara verbal maupun non verbal. Jika orang tua beraksi terhadap emosi negatif anak dengan emosi negatif pula, tidak membuat anak merasa nyaman untuk mengekspresikan emosinya. Emosi orang tua yang kuat membuat anak takut sehingga mereka tidak peka terhadap perasaan-perasaannya karena tidak aman untuk mengekpresikan perasaan-perasaannya itu. Menurut Johnson dan Johnson (dalam Komalasari, 2006) dukungan sosial adalah keberadaan orang lain yang dapat diandalkan untuk dimintai bantuan, dorongan dan penerimaan apabila individu mengalami kesulitan. Dukungan sosial dapat diberikan baik dari keluarga, orang yang dicintai, teman, dan masyarakat sekitarnya kepada anak yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga untuk menjalani kehidupan layaknya orang lain yang tidak mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Dukungan sosial terhadap anak yang mengalami kekerasan dapat berupa dukungan emosional seperti memberikan perhatian dengan cara mendengarkan keluh kesahnya, dukungan penghargaan untuk meningkatkan harga diri, dukungan instrumental seperti memberikan uang saat membutuhkan, dan dukungan informasi seperti memberikan saran atau nasehat. 2

3 Pada kasus anak yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga, keberadaan orang lain sangat diperlukan karena disaat-saat penuh tekanan anak akan merasa sedih, takut, dan malu sehingga anak membutuhkan dukungan sosial dari orang lain agar anak tersebut dapat menceritakan keluh kesahnya tanpa rasa takut ataupun malu kepada orang lain. Selain itu, dukungan sosial juga dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis dan penyesuaian diri dengan menambah harga diri serta mengurangi stres. Dengan memperoleh dukungan sosial, anak yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga akan merasa dihargai dan disayangi sehingga pada akhir nanti anak dapat menerima keadaan dirinya dan dapat menjadi individu yang lebih mandiri dan dapat bersikap baik selama hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga terhadap subjek, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan subjek mengalami kekerasan dalam rumah tangga, bagaimana gambaran dukungan sosial terhadap subjek, serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemerolehan dukungan sosial terhadap subjek. Dukungan Sosial Dukungan sosial adalah keberadaan orang lain yang dapat diandalkan untuk dimintai bantuan, dorongan, dan penerimaan pada individu yang mengalami kesulitan sehingga menumbuhkan perasaan nyaman dan membuat individu percaya bahwa ia dihormati, dihargai, dan dicintai. Sarafino (1998) mengemukakan bahwa bentuk dukungan sosial antara lain, Dukungan emosional yang meliputi empati dan perhatian terhadap individu, dukungan emosional tersebut memberikan perasaan nyaman, aman dan dicintai terutama pada saat-saat penuh tekanan. Dukungan penghargaan ini terutama untuk membantu meningkatkan harga diri individu. Dukungan instrumental meliputi bantuan langsung, seperti ketika seorang memberi bantuan uang untuk pengorbanan bagi ekonomi lemah bantuan ini sangat berarti. Dukungan informasi mencakup pemberian nasehat, saran atau umpan balik tentang keadaan atau apa saja yang dikerjakan individu. Dukungan sosial dapat diberikan oleh orang-orang terdekat seperti keluarga, teman dekat, para ahli professional seperti psikolog, dan organisasi masyarakat. Menurut Sarafino (1994) faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian dukungan sosial adalah Penerima dukungan, dimana Seseorang tidak akan memperoleh dukungan bila mereka tidak ramah, tidak mau menolong orang lain, dan tidak membiarkan orang lain mengetahui bahwa mereka membutuhkan pertolongan. Ada orang yang kurang asertif untuk meminta bantuan, merasa tidak enak mempercayakan sesuatu pada orang lain atau tidak tahu siapa yang dapat dimintai bantuan. Penyedia dukungan, dimana Individu tidak akan memperoleh dukungan jika penyedia dukungan tidak memiliki sumber-sumber yang dibutuhkan oleh individu, penyedia dukungan sedang berada dalam stres dan sedang membutuhkan bantuan, atau mungkin juga mereka tidak cukup sensitif terhadap kebutuhan orang lain. 3

4 Komposisi dan struktur jaringan sosial (hubungan individu dengan keluarga dan masyarakat) seperti jumlah orang yang bisa dihubungi, seberapa sering individu bertemu dengan orang tersebut, apakah orang tersebut keluarga, teman atau kerabat, serta kedekatan hubungan individu dan rasa saling mempercayai. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Kekerasan dalam rumah tangga adalah segala bentuk tindak kekerasan baik fisik maupun psikis yang terjadi dalam rumah tangga, baik antara suami-istri maupun orang tua-anak, sehingga menyebabkan efek negatif secara fisik, emosional dan psikologis terhadap orang yang menjadi sasarannya. Menurut Komnas Perempuan (2002) bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga terhadap anak meliputi pengabaian pemenuhan kebutuhan anak, adapun maksud dari pengabaian pemenuhan kebutuhan anak ini adalah penyediaan kebutuhan makanan, sandang, dan pangan serta pemeliharaan pelayanan medis, pemberian kasih sayang terhadap anak yang tidak terpenuhi sepenuhnya. Pengabaian pemenuhan kebutuhan anak secara potensial mengakibatkan gangguan kesehatan, perkembangan psikologik, dan keamanan anak. Kekerasan fisik tindakan yang mengakibatkan luka fisik pada anak, biasanya dijadikan sebagai suatu alasan pelepasan tindakan dalam mendisiplinkan anak. Bentuk luka fisik yang tampak seperti: sembab, lebam, terbakar, patah tulang, luka gigitan, bahkan bisa saja luka dalam. Kekerasan verbal-emosional, Suatu bentuk kekerasan terhadap anak yang berupa ancaman, mempermalukan, mengecilkan hati anak, baik secara sendiri (private) maupun dihadapan orang lain atau ketidakmampuan memberikan pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang pada anak, biasanya dinyatakan dengan cemooh, kata-kata kasar, makian, panggilan kasar dan sejenisnya. Kekerasan seksual, Tindakan kekerasan seks seperti: mencabuli anak dengan melakukan penyentuhan pada alat kelamin anak, masturbasi, seks oral, bahkan penetrasi baik dengan tangan atau penis ke vagina atau anus anak. Menurut Rusmil (dalam Huraerah, 2006) faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga terhadap anak adalah faktor keluarga atau orang tua, faktor lingkungan atau komunitas, dan faktor anak itu sendiri. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus yang digunakan untuk mengetahui bagaimana dukungan sosial terhadap anak yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Subjek dalam penelitian ini adalah seorang anak yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga seperti dipukul, didorong, dan dibentak dengan kata-kata kasar, berjenis kelamin perempuan serta berusia 15 tahun. Dalam penelitian ini wawancara yang digunakan adalah wawancara dengan pedoman standar terbuka dimana pedoman wawancara ditulis secara rinci, lengkap dengan suatu pertanyaan dan 4

5 penjabarannya dalam kalimat. Sedangkan, observasi yang digunakan adalah observasi non partisipan, dimana peneliti tidak berperan serta ikut ambil bagian dalam kehidupan orang yang di observasi. Pembahasan Dari hasil penelitian dapat dijelaskan beberapa hal, yaitu : 1. Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap Subjek Subjek mengalami tindak kekerasan berupa kekerasan fisik dan kekerasan verbal-emosional. Dalam penelitian ini, bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga terhadap subjek didapat dari bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga menurut Komnas Perempuan (2002) yaitu: a. Kekerasan Fisik Kekerasan fisik yang dilakukan oleh ayah subjek terhadap dirinya berupa pukulan yang menyebabkan tangan subjek memar, subjek dipukul karena subjek tidak membereskan rumah ataupun ketika subjek salah bicara, subjek juga dipukul jika subjek terlambat pulang sekolah karena subjek tidak boleh main bersama teman-temannya. Selain itu, ketika ayah subjek sedang marah, ayah subjek juga sering melempar sesuatu kearah subjek. Pada saat subjek TK, subjek disabet dengan sabuk karena ia salah mengeja. b. Kekerasan Verbal-emosional Kekerasan verbal yang dialami subjek seperti dimarahi oleh ayahnya saat subjek melakukan suatu kesalahan, subjek juga sering dibentak dengan kata-kata kasar oleh ayahnya saat subjek salah bicara sehingga pada saat ayah subjek marah subjek hanya memilih untuk diam karena jika subjek melawan ia akan mendapatkan pukulan dari ayahnya. 2. Faktor-faktor yang Menyebabkan Subjek Mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa faktor-faktor yang menyebabkan subjek mengalami kekerasan dalam rumah tangga adalah faktor orang tua terutama ayah. Hal ini sejalan dengan pendapat Rusmil (dalam Huraerah, 2006) yang mengatakan bahwa penyebab terjadinya kekerasan terhadap anak salah satunya adalah karena faktor orangtua atau keluarga. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, diketahui bahwa subjek mempunyai keluarga yang sebenarnya cukup harmonis. Namun, ayah subjek memiliki sifat yang keras dan overprotective sehingga subjek mengalami tindak kekerasan sejak kecil. Pada saat subjek TK hanya karena subjek salah mengeja, subjek dimarahi, dipukul dan disabet dengan menggunakan ikat pinggang. Sifat yang keras dan overprotective juga 5

6 membuat subjek harus selalu patuh terhadap ayahnya misalnya subjek harus pulang sekolah tepat waktu, tidak boleh main karena harus membantu ibu subjek menjaga adiknya, jika subjek tidak patuh maka subjek akan dimarahi oleh ayahnya. Kekerasan itu terjadi lagi pada saat subjek SMP. Ayah subjek mengkonsumsi narkoba. Saat sedang sakau ayah subjek sering memukul ibunya, melihat ibunya dipukuli oleh ayahnya subjek mencoba melindungi dan saat itulah subjek juga mendapat tindak kekerasan seperti dipukul dan didorong. Sampai saat ini subjek masih mengalami tindak kekerasan tersebut, saat subjek pulang sekolah terlambat karena main bersama teman-temannya, subjek akan dimarahi oleh ayahnya, apalagi jika ayahnya sedang dalam pengaruh narkoba, seringkali ayah subjek sampai memukul, mendorong dan bahkan melempar sesuatu kepada subjek sehingga sampai menyebabkan luka dibadan subjek seperti memar-memar pada tangan subjek. Jika ayah subjek sadar telah melakukan kesalahan, ayah subjek akan meminta maaf pada subjek sampai menciumi dan berlutut kepada subjek tapi saat ayah subjek sakau lagi, ia akan melakukan tindak kekerasan yang sama pada ibu, kakak maupun subjek. Subjek lebih sering mengalami tindak kekerasan dibanding dengan kakak subjek karena kakak subjek jarang berada di rumah. Subjek merasa sedih dan kecewa terhadap tindak kekerasan yang dilakukan oleh ayahnya tersebut, tapi subjek memaafkan ayahnya dan berharap ayahnya akan berubah menjadi lebih baik dan tidak melakukan tindak kekerasan lagi. 3. Gambaran Dukungan Sosial Pada Subjek Dukungan sosial berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informasi sangat dibutuhkan oleh anak yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Dalam penelitian ini, bentuk-bentuk dukungan sosial yang diterima oleh subjek didapat dari bentukbentuk dukungan sosial seperti yang dikemukakan oleh Sarafino (1998) yaitu: a. Dukungan Emosional Dukungan emosional meliputi empati dan perhatian terhadap individu. Dukungan emosional tersebut memberikan perasaan nyaman, aman dan dicintai terutama pada saat-saat penuh tekanan. Dalam penelitian ini, subjek memperoleh dukungan emosional berupa motivasi yang diberikan oleh ibu subjek dengan cara membesarkan hati subjek bahwa subjek dapat melewati cobaan ini. Subjek juga mendapat kasih sayang dan perhatian dari ibunya, perhatian yang diberikan dengan cara menenangkan hati subjek saat mengalami tindak kekerasan yang dilakukan oleh ayahnya. Selain mendapatkan dukungan emosional dari sang ibu, subjek juga mendapat dukungan emosional dari teman-teman subjek berupa motivasi untuk selalu berfikir positif terhadap kejadian yang dialaminya dan bahwa semua cobaan itu akan membuat subjek lebih kuat dan tegar, perhatian 6

7 yang diberikan oleh teman-teman subjek dengan cara mendengarkan keluh kesah subjek saat mengalami tindak kekerasan, menenangkan hatinya saat subjek menangis, dan menghibur subjek sehingga subjek bisa tertawa dan ceria lagi. Dukungan dari ibu maupun teman-teman subjek membuat subjek merasa nyaman dengan keberadaan mereka dan membuat subjek berfikir walaupun ayahnya memperlakukan subjek dengan kasar tapi masih ada orang yang menyayangi subjek yaitu ibu dan teman-teman subjek. b. Dukungan Penghargaan Dukungan penghargaan diwujudkan melalui penghargaan terhadap individu atau persetujuan terhadap gagasan atau perasaan individu serta perbandingan positif dengan individu lain. Dukungan penghargaan ini terutama untuk membantu meningkatkan harga diri subjek. Dukungan penghargaan yang diberikan adalah teman-teman subjek menghargai keputusan yang di ambil oleh subjek untuk melaporkan ayahnya ke kantor polisi atau tidak. Hal tersebut membuat subjek merasa hargai oleh temantemannya. c. Dukungan Instrumental Dukungan instrumental meliputi bantuan langsung, seperti ketika seseorang memberi bantuan uang. Dalam penelitian ini, saat subjek mengalami kekerasan dalam rumah tangga, terkadang subjek tidak mendapatkan uang jajan dari sang ayah untuk beberapa hari. Oleh karena itu, subjek akan membutuhkan bantuan uang untuk jajannya disekolah. Teman-teman subjek tidak selalu dapat memberikan bantuan uang kepada subjek, mereka membantu sesuai dengan kemampuan mereka atau biasanya sesekali teman-teman subjek mentraktir subjek makan saat subjek tidak mempunyai uang. Subjek akan menghubungi saudarasaudaranya seperti om dan tante saat subjek benar-benar membutuhkan uang dan saudara-saudara subjek akan langsung memberikan uang tersebut kepada subjek. d. Dukungan Informasi Subjek membutuhkan dukungan informasi saat mengalami kekerasan dalam rumah tangga berupa pemberian nasehat, saran atau umpan balik tentang keadaan subjek. Dalam penelitian ini, subjek akan meminta saran dari orang-orang yang subjek percayai untuk dimintai bantuan seperti meminta saran dari ibunya, teman-temannya dan terkadang pacar subjek berkaitan dengan kekerasan yang di alaminya, pada saat subjek mengalami kekerasan beberapa waktu yang lalu, ibu subjek memberikan saran kepada subjek agar subjek terus mendoakan sang ayah agar bisa berubah dan tidak melakukan tindak kekerasan lagi kepada ibu, kakak maupun kepada subjek sehingga subjek tidak perlu melaporkan ayahnya kepolisi karena akan berdampak tidak baik pada keluarganya. Subjek juga 7

8 meminta saran kepada teman-temannya untuk melaporkan sang ayah kepolisi atau tidak. Teman-teman subjek memberikan saran yang yang dibutuhkan subjek dan memberitahu subjek segala konsekuensi yang akan diterima subjek saat mengambil keputusan apapun. Saran tersebut dapat membuat subjek merasa lebih baik dan mempunyai pemikiran yang baru. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemerolehan Dukungan Sosial Terhadap subjek Faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan dukungan sosial terhadap subjek adalah penerima dukungan, penyedia dukungan dan komposisi dan struktur jaringan sosial. Seperti yang diuraikan oleh Sarafino (1994) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perolehan dukungan sosial dari orang lain, yaitu: a. Penerima dukungan (Recipients) Seseorang tidak akan memperoleh dukungan bila mereka tidak ramah, tidak mau menolong orang lain, dan tidak membiarkan orang lain mengetahui bahwa mereka membutuhkan pertolongan. Dalam penelitian ini, diketahui bahwa subjek bersikap baik dan ramah terhadap orang-orang disekitarnya, walaupun subjek jarang bergaul dengan tetanggatetangganya tapi jika subjek bertemu dengan mereka subjek bersikap ramah, tersenyum dan menyapa mereka. Subjek mudah bergaul sehingga subjek mempunyai banyak teman di sekolah maupun di luar sekolah. Subjek juga cukup aktif dikegiatan sekolahnya, subjek suka menyapa setiap bertemu dengan guru dan teman-temannya. Oleh karena itu, subjek memperoleh dukungan sosial saat subjek membutuhkannya. Subjek juga tidak malu untuk menceritakan masalah yang berkaitan dengan kekerasan yang di alaminya kepada teman-teman subjek. Subjek merasa nyaman menceritakan masalah tersebut karena subjek mempercayai mereka, hal tersebut dapat terlihat saat subjek mengalami tindak kekerasan, subjek menceritakan masalahnya tersebut kepada teman-temannya dan subjek juga meminta saran kepada teman-temannya itu. b. Penyedia dukungan (Provider) Subjek tidak akan memperoleh dukungan jika penyedia dukungan tidak memiliki sumber-sumber seperti perhatian, uang dan saran yang dibutuhkan subjek. Dalam penelitian ini, subjek mempunyai orang-orang yang memiliki sumber-sumber yang dibutuhkan oleh subjek seperti perhatian yang diberikan oleh ibu dan teman-teman subjek, uang yang diberikan oleh saudara-saudara subjek, dan saran yang diberikan oleh ibu. teman-teman dan terkadang pacarnya pada saat subjek membutuhkan. Selain itu, subjek juga mempunyai teman-teman yang cukup peka terhadap masalah subjek seperti pada saat subjek mengalami kekerasan subjek akan terlihat murung dan lebih pendiam, teman-teman subjek pasti 8

9 akan langsung bertanya mengapa subjek terlihat murung dan mereka akan memberikan perhatian dan menghibur subjek sehingga subjek merasa lebih baik. c. Komposisi dan struktur jaringan sosial (hubungan individu dengan keluarga dan masyarakat). Dalam penelitian ini, diketahui bahwa subjek mempunyai beberapa orang yang dapat dihubungi saat subjek mengalami kekerasan dalam rumah tangga dan membutuhkan pertolongan. orang-orang tersebut adalah sahabat, subjek sering bertemu dengan orang-orang tersebut karena mereka satu sekolah. Pada saat subjek mengalami tindak kekerasan, tidak semua teman yang dihubungi oleh subjek untuk dimintai pertolongan, biasanya subjek hanya menghubungi satu teman yang paling dekat dengan subjek dan baru menceritakan pada semua teman-temanya saat mereka bertemu disekolah. Hubungan subjek dan teman-temannya sangat dekat, mereka bersahabat, saling mendukung, saling mempercayai dan menjaga satu sama lain karena itu subjek merasa nyaman untuk menceritakan tentang masalahnya kepada teman-temannya itu. Subjek juga mempunyai hubungan yang cukup dekat dengan saudara-saudaranya, sehingga pada saat teman-teman subjek mempunyai keterbatasan untuk menolong subjek, subjek akan menghubungi om dan tantenya tersebut. Subjek biasa bertemu dengan mereka saat ada acara keluarga. Subjek merasa nyaman meminta bantuan kepada om dan tantenya karena mereka bersikap sangat baik kepada subjek dan selalu membantunya saat dibutuhkan. Kesimpulan Dari hasil pengumpulan dan interpretasi data yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap Subjek Bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga terhadap subjek adalah: a. Kekerasan fisik, subjek dipukul oleh ayahnya saat subjek melakukan kesalahan seperti terlambat pulang sekolah dan jika subjek bermain dengan teman-temannya. Pukulan tersebut mengakibatkan luka ditangan subjek. Selain itu, subjek juga dilempar sesuatu ketika ayanhnya sedang marah. Pada saat subjek TK ia disabet menggunakan sabuk ketika salah mengeja. b. Kekerasan verbal-emosional, subjek dimarahi oleh ayahnya saat subjek melakukan suatu kesalahan, subjek juga sering dibentak dengan kata-kata kasar oleh ayahnya ketika subjek salah bicara. 9

10 2. Faktor-faktor yang menyebabkan subjek mengalami kekerasan dalam rumah tangga Faktor-faktor yang menyebabkan subjek mengalami kekerasan dalam rumah tangga adalah orang tua atau keluarga, dimana subjek dibesarkan dengan penganiayaan oleh ayahnya, karena sifat ayah yang keras dan overprotective yang mengharuskan subjek untuk bersikap patuh terhadap sang ayah. Selain itu ayah subjek yang seorang pecandu narkoba juga menyebabkan subjek sering mendapatkan tindak kekerasan baik secara verbal maupun non verbal. 3. Gambaran dukungan sosial pada subjek Bentuk-bentuk dukungan sosial yang diterima oleh subjek adalah: a. Dukungan emosional, dukungan emosional yang diterima subjek saat subjek mengalami kekerasan antara lain perhatian, kasih sayang, dan motivasi. Subjek mendapatkan dukungan emosional dari keluarga terutama ibu dan teman-teman subjek, subjek merasa nyaman dengan keberadaan orang-orang tersebut. b. Dukungan Penghargaan, subjek merasa dihargai oleh orang lain karena saat subjek membuat suatu keputusan terkait dengan tindak kekerasan yang dilakukan oleh ayahnya, keputusan tersebut dapat diterima oleh teman-teman subjek. c. Dukungan Instrumental, subjek mendapatkan pertolongan yang dibutuhkan berupa uang dari saudara-saudara subjek. Subjek juga merasa lebih baik setelah menerima bantuan tersebut. d. Dukungan Informasi, saat mengalami tindak kekerasan subjek mendapat saran dari ibu, teman-teman dan pacar subjek dan subjek merasa lebih baik dan mempunyai pemikiran baru setelah mendapatkan saran. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan dukungan sosial terhadap subjek Faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan dukungan sosial terhadap subjek adalah: a. Penerima dukungan, yaitu subjek adalah orang yang ramah dan baik terhadap orang-orang disekitarnya. Oleh karena itu, subjek mendapatkan dukungan sosial dari teman-teman maupun orang-orang disekitarnya. Subjek juga percaya kepada orang-orang yang subjek mintai pertolongan hal tersebut dapat terlihat saat subjek mengalami tindak kekerasan, subjek menceritakan masalahnya tersebut kepada teman-temannya dan meminta saran kepada teman-temannya itu. b. Penyedia dukungan, subjek mempunyai orang-orang yang memiliki sumbersumber yang dibutuhkan oleh subjek seperti perhatian, uang, saran saat subjek membutuhkannya, subjek juga mempunyai teman-teman yang peka terhadap masalah subjek seperti pada saat subjek mengalami kekerasan. 10

11 c. Komposisi dan struktur jaringan sosial, subjek mempunyai beberapa orang yang dapat dihubungi saat subjek mengalami kekerasan dalam rumah tangga dan membutuhkan pertolongan, subjek sering bertemu dengan orang-orang tersebut, mereka adalah teman-teman sekolah subjek maupun saudara subjek. Hubungan subjek dan teman-temannya sangat dekat, mereka bersahabat, dan saling mendukung. Daftar Pustaka Huraerah, A. (2006). Kekerasan terhadap anak. Fenomena sosial masalah kritis di Indonesia. Bandung: Nilansa. Komalasari, E. (2006). Dukungan sosial pada penderita sakit jantung di RS Harapan Kita Jakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Depok: Universitas Gunadarma. Komisi Nasional Perempuan. (2002). Peta kekerasan, pengalaman perempuan Indonesia. Jakarta: Ameepro. Sarafino, E. P. (1994). Health psychology biopsychosocial interaction (2 nd ed). USA: John Wiley & Sons (1998). Health psychology biopsychosocial interaction (3 rd ed). USA: John Wiley & Sons. Solihin, L. (2004). Tindakan kekerasan pada anak dalam keluarga. Jurnal pendidikan penabur. No.03/th.III/Desember Jakarta: Penabur. Tarigan, A. (2001). Perlindungan terhadap perempuan & anak yang menjadi korban kekerasan: (bacaan bagi awak ruang pelayanan khusus police women desk). Derap-warapsani. Zulaeha. (2006). Kekerasan dalam rumah tangga yang dialami oleh seorang istri. Skripsi (tidak diterbitkan). Depok: Universitas Gunadarma. 11

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perlindungan anak yang tertuang dalam Pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kekerasan adalah semua bentuk perilaku verbal maupun non verbal yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga menyebabkan efek negatif secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kekerasan pada anak telah menjadi perhatian dunia, begitu banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s Fund (UNICEF) (2012)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mendengar terjadinya sebuah kekerasan dalam kehidupan sehari-hari

BAB 1 PENDAHULUAN. Mendengar terjadinya sebuah kekerasan dalam kehidupan sehari-hari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mendengar terjadinya sebuah kekerasan dalam kehidupan sehari-hari bukanlah hal yang asing lagi. Akhir-akhir ini media banyak dihebohkan dengan maraknya pemberitaan

Lebih terperinci

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,

Lebih terperinci

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup?

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup? PENGASUHAN POSITIF KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KELUARGA 2017 Apa respons masyarakat terhadap

Lebih terperinci

KEKERASAN PADA ANAK DITINJAU DARI ASPEK MEDIS

KEKERASAN PADA ANAK DITINJAU DARI ASPEK MEDIS KEKERASAN PADA ANAK DITINJAU DARI ASPEK MEDIS Oleh: Putrika P.R. Gharini * Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan

Lebih terperinci

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Orang Tua 1. Pengertian Orang tua adalah orang yang lebih tua atau orang yang dituakan, terdiri dari ayah dan ibu yang merupakan guru dan contoh utama untuk anakanaknya karena

Lebih terperinci

#### Selamat Mengerjakan ####

#### Selamat Mengerjakan #### Apakah Anda Mahasiswa Fak. Psikolgi Unika? Ya / Bukan (Lingkari Salah Satu) Apakah Anda tinggal di rumah kos / kontrak? Ya / Tidak (Lingkari Salah Satu) Apakah saat ini Anda memiliki pacar? Ya / Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Beragam permasalahan pada perempuan seringkali muncul dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Beragam permasalahan pada perempuan seringkali muncul dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beragam permasalahan pada perempuan seringkali muncul dalam berbagai pemberitaan publik, baik dalam media cetak, media elektronik dan media online, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah sekelompok orang yang terhubungkan oleh ikatan pernikahan, darah atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penilitian ini adalah keluarga yang tinggal di Wilayah

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penilitian ini adalah keluarga yang tinggal di Wilayah V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Identitas Responden Responden dalam penilitian ini adalah keluarga yang tinggal di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjung Karang Pusat Bandar Lampung, yang melaporkan

Lebih terperinci

Banyak orangtua menganggap kekerasan pada anak adalah hal yang wajar. Mereka beranggapan kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan anak.

Banyak orangtua menganggap kekerasan pada anak adalah hal yang wajar. Mereka beranggapan kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan anak atau child abuse adalah perlakuan orang dewasa atau anak yang lebih tua dengan menggunakan kekuasaan/otoritasnya terhadap anak yang tak berdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Status dan kondisi anak Indonesia adalah paradoks. Secara ideal, anak adalah pewaris dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih

Lebih terperinci

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup?

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup? PENGASUHAN POSITIF KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KELUARGA 2017 Apa respons masyarakat terhadap

Lebih terperinci

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir :

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir : 103 Nama : Usia : Pendidikan terakhir : Di tengah-tengah kesibukan anda saat ini, perkenankanlah saya memohon kesediaan anda untuk meluangkan waktu sejenak menjadi responden penelitian guna mengisi skala

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bullying merupakan fenomena yang marak terjadi dewasa ini terutama di lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya baik di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai dari usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis dengan rasa cinta dan kasih sayang antar keluarga, namun tidak setiap keluarga dapat menjalani

Lebih terperinci

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu?

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu? Lampiran 1 Kerangka Wawancara Anamnesa Dimensi Cohesion Separateness/Togetherness 1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Anak adalah anugerah, rezeki, amanah dan kekayaan yang paling berharga bagi orangtua dan keluarganya. Suatu kebahagian bagi orangtua yang selalu berharap agar

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASERTIFITAS DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN EMOSIONAL PADA PEREMPUAN YANG BERPACARAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA ASERTIFITAS DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN EMOSIONAL PADA PEREMPUAN YANG BERPACARAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA ASERTIFITAS DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN EMOSIONAL PADA PEREMPUAN YANG BERPACARAN SKRIPSI Disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari orang-orang yang bisa diandalkan, menghargai dan menyayangi kita yang berasal dari teman, anggota

Lebih terperinci

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kekerasan dalam rumah tangga menjadi sebuah fenomena sosial yang memprihatinkan di tengah masyarakat. Abrahams (2007), mengungkapkan bahwa kekerasan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak salah jika pasangan yang telah berumah tangga belum merasa sempurna jika belum dikaruniai

Lebih terperinci

PENERIMAAN DIRI ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG HAMIL DI LUAR NIKAH

PENERIMAAN DIRI ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG HAMIL DI LUAR NIKAH PENERIMAAN DIRI ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG HAMIL DI LUAR NIKAH Disusun Oleh Nama : Auliya Karimah NPM : 10507030 Pembimbing : Wahyu Rahardjo, S.Psi., M.si Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelepah dasar terbentuknya kepribadian seorang anak. Kedudukan dan fungsi

I. PENDAHULUAN. pelepah dasar terbentuknya kepribadian seorang anak. Kedudukan dan fungsi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga memegang peran penting dalam membentuk watak dan kepribadian anak. Karena pendidikan dikeluarga menjadi risalah awal sekaligus sebagai pelepah dasar terbentuknya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas LAMPIRAN I KATA PENGANTAR KUESIONER Dengan hormat, Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, maka tugas yang harus dilaksanakan adalah mengadakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk pengajaran siswa atau murid di bawah pengawasan guru dalam proses belajar dan mengajarkan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

INFORMED CONSENT. Pernyataan Pemberian Izin Oleh Responden. : Resiliensi Remaja Putri Korban Eksploitasi Seksual. Komersil (Prostitusi)

INFORMED CONSENT. Pernyataan Pemberian Izin Oleh Responden. : Resiliensi Remaja Putri Korban Eksploitasi Seksual. Komersil (Prostitusi) INFORMED CONSENT Pernyataan Pemberian Izin Oleh Responden Tema Penelitian : Resiliensi Remaja Putri Korban Eksploitasi Seksual Komersil (Prostitusi) Peneliti : Indah Rasulinta Sebayang NIM : 071301109

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan BAB I PENDAHULUAN I. A. LATAR BELAKANG Dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan sosial ini terbagi atas

Lebih terperinci

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

(Elisabeth Riahta Santhany) ( ) 292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan terhadap perempuan dalam tahun 2008 meningkat lebih dari 200% (persen) dari tahun sebelumnya. Kasus kekerasan yang dialami perempuan, sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun. Pada usia ini anak mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak, dan mengabungkan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktek bullying sudah merambah ke dalam dunia pendidikan, hal ini sangat memprihatinkan bagi pendidik, orang tua dan masyarakat. Komnas Perlindungan Anak (PA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan anak dan cara mendidik anak supaya anak dapat mencapai tahapan

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan anak dan cara mendidik anak supaya anak dapat mencapai tahapan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orang tua memiliki tanggung jawab yang besar terhadap pembentukan kepribadian dan pendidikan anak. Orang tua harus memiliki pengetahuan tentang perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Keluarga 2.1.1 Pengertian Menurut UU No.10 tahun 1992 keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami istri dan anaknya atau ayah dan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari tahun ke tahun dan telah banyak diketahui oleh masyarakat. Itu semua tak lepas dari peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari ketidakpuasan seseorang terhadap kondisi hidupnya sehingga melihat anak yang tidak berdaya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pertama. Sekolah juga sebagai salah satu lingkungan sosial. bagi anak yang dibawanya sejak lahir.

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pertama. Sekolah juga sebagai salah satu lingkungan sosial. bagi anak yang dibawanya sejak lahir. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kerangka pelaksanaan pendidikan anak usia dini yang tertulis dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa. dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa. dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-Hak Anak.

Lebih terperinci

Pengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA

Pengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA 35 SERI BACAAN ORANG TUA Pengaruh Perceraian Pada Anak Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Indonesia, saat ini sudah tidak mengenal kata usai dan terus bertambah setiap tahunnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama pada rentang usia pra sekolah. Masa ini merupakan periode seorang anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama pada rentang usia pra sekolah. Masa ini merupakan periode seorang anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang tua mempunyai peran paling besar terhadap tumbuh kembang anak, terutama pada rentang usia pra sekolah. Masa ini merupakan periode seorang anak memulai

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Lampiran 2 Surat Pemohonan Izin Survei Pendahuluan I Lampiran 3 Surat Pemohonan Izin Survei Pendahuluan II Lampiran 4 Surat Pengambilan Data Penelitian Lampiran 5 Surat Selesai

Lebih terperinci

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT Dwi Retno Aprilia, Aisyah Program Studi PGPAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang Email:

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1 Angket Try Out Kematangan Emosi dan Perilaku Altruisme

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1 Angket Try Out Kematangan Emosi dan Perilaku Altruisme DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Angket Try Out Kematangan Emosi dan Perilaku Altruisme Lampiran 2 Angket Field Test Kematangan Emosi dan Perilaku Altruisme Lampiran 3 Skoring Aspek Kematangan Emosi Lampiran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kekerasan 2.1.1. Pengertian Kekerasan Krug, Dahlberg, Mercy, Zwi, dan Lozano (2002) kesengajaan menggunakan kekuatan fisik atau kekuasaan, mengancam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fase dalam kehidupan manusia yang sangat penting dilalui bagi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fase dalam kehidupan manusia yang sangat penting dilalui bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fase dalam kehidupan manusia yang sangat penting dilalui bagi kehidupan setiap orang ialah masa kanak-kanak. Masa kanak-kanak ialah masa yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki permasalahan dalam hidupnya, dan mereka memiliki caranya masing-masing untuk menangani masalah tersebut. Ada orang yang bisa menangani masalahnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kekerasan di lingkungan pendidikan atau sekolah ini telah menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan, 16% siswa kelas akhir mengatakan bahwa mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan.

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia saat ini sedang menghadapi berbagai masalah sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan. Permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diciptakan pastilah memiliki sebuah keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga besar dan keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang mana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal, berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress (santrock, 2007 : 200). Masa remaja adalah masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami perubahan dari masa kanak kanak menuju masa dewasa perubahan ini terjadi diantara usia 13 dan 20 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kekerasan semakin marak dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagian individu dapat mengatasi pengalaman akan kekerasannya, namun sebagian besar mencari solusi kepada

Lebih terperinci

Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung

Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung 1 Haunan Nur Husnina, 2 Suci Nugraha 1,2 Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap pasangan. Saling setia dan tidak terpisahkan merupakan salah satu syarat agar tercipta keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecepatan arus informasi dan semakin majunya teknologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN KATA PENGANTAR Saya adalah mahasiswa Psikologi. Saat ini saya sedang melakukan suatu penelitian untuk tugas akhir saya (skripsi) mengenai kecerdasan dari Pemimpin Kelompok Kecil (PKK) Persekutuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Skor Tes Awal Xi (Pre-Test) Perilaku Sopan Santun Siwa. Skor Pre-Tes. No

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Skor Tes Awal Xi (Pre-Test) Perilaku Sopan Santun Siwa. Skor Pre-Tes. No BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Variabel (Pre-Test) Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode eksperimen semu, sebelum diberikan perlakuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu

Lebih terperinci

PERAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA PADA MANTAN PECANDU NARKOBA DALAM MENCEGAH RELAPS. Oleh : Bambang Jarot Suryono

PERAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA PADA MANTAN PECANDU NARKOBA DALAM MENCEGAH RELAPS. Oleh : Bambang Jarot Suryono PERAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA PADA MANTAN PECANDU NARKOBA DALAM MENCEGAH RELAPS Oleh : Bambang Jarot Suryono BAB I Latar Belakang Masalah Rehabilitasi merupakan tahapan penting bagi pecandu narkoba untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dimana pada masa itu remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sedang mencari jati diri, emosi labil serta butuh pengarahan,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pukulan, cubitan dan ditendang ayahnya bila subjek tidak langsung. mengalami kekerasan secara seksual dan penelantaran.

BAB V PENUTUP. pukulan, cubitan dan ditendang ayahnya bila subjek tidak langsung. mengalami kekerasan secara seksual dan penelantaran. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Tanda-tanda child abuse secara fisik subjek sering mendapatkan pukulan, cubitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kegiatan belajar dengan aman dan nyaman. Hal tersebut dapat terjadi, karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kegiatan belajar dengan aman dan nyaman. Hal tersebut dapat terjadi, karena adanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini kasus kekerasan di sekolah makin sering ditemui baik melalui informasi di media cetak maupun di layar televisi. Selain perkelahian antar pelajar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan ibu berperan sebagai orangtua bagi anak-anaknya. Namun, dalam kehidupan nyata sering dijumpai

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI AGRESI ANAK YANG TINGGAL DALAM KELUARGA DENGAN KEKERASAN RUMAH TANGGA

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI AGRESI ANAK YANG TINGGAL DALAM KELUARGA DENGAN KEKERASAN RUMAH TANGGA 1 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI AGRESI ANAK YANG TINGGAL DALAM KELUARGA DENGAN KEKERASAN RUMAH TANGGA Disusun Oleh : Nama : Lili Hartini NPM : 10502140 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Siti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional. Pada masa ini, individu

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Kekerasan da1am Rumah Tangga merupakan suatu persoa1an yang serius.

BABI PENDAHULUAN. Kekerasan da1am Rumah Tangga merupakan suatu persoa1an yang serius. 1 BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar be1akang masa1ab Kekerasan da1am Rumah Tangga merupakan suatu persoa1an yang serius. Meningkatnya jum1ah kekerasan da1am rumah tangga yang terjadi menunjukkan bahwa persoa1an

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) prestasi belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) prestasi belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan atas keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan pengertian sebagai tindakan atau serangan terhadap. menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan.

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan pengertian sebagai tindakan atau serangan terhadap. menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah kekerasan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan

Lebih terperinci

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh: Wahyu Ernaningsih Abstrak: Kasus kekerasan dalam rumah tangga lebih banyak menimpa perempuan, meskipun tidak menutup kemungkinan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK Karakteristik Guru sebagai Pembimbing di Taman Kanak-kanak 127 KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK Penata Awal Guru adalah pembimbing bagi anak taman kanak-kanak. Proses tumbuh kembang

Lebih terperinci

Bagan 2. Konflik Internal Subyek. Ketidakmampuan mengelola konflik (E) Berselingkuh

Bagan 2. Konflik Internal Subyek. Ketidakmampuan mengelola konflik (E) Berselingkuh Bagan 2 Kondisi keluarga : penuh tekanan, memandang agama sebagai rutinitas dan aktivitas, ada keluarga besar yang selingkuh, Relasi ayah-ibu : ibu lebih mendominasi dan selalu menyalahkan sedangkan ayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan dilingkungan institusi pendidikan yang semakin menjadi permasalahan dan menimbulkan

Lebih terperinci

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

Kalender Doa Proyek Hanna Januari 2013

Kalender Doa Proyek Hanna Januari 2013 Kalender Doa Proyek Hanna Januari 2013 Kekerasan dalam rumah tangga terus meningkat secara drastis, baik dalam angka, frekuensi maupun tingkat kekejamannya. Beberapa berita mengejutkan antara lain: Seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cinta dan seksual merupakan salah satu permasalahan yang terpenting yang dialami oleh remaja saat ini. Perasaan bersalah, depresi, marah pada gadis yang mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak merupakan harta yang tak ternilai bagi suatu keluarga, dan menjadi aset yang berharga bagi suatu bangsa. Tak dapat dipungkiri bahwa kondisi anak saat ini akan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. terjadi tiga macam kekerasan, meliputi kekerasan psikis, fisik, dan. penelantaran rumah tangga namun kekerasan psikis lebih dominan.

BAB V PENUTUP. terjadi tiga macam kekerasan, meliputi kekerasan psikis, fisik, dan. penelantaran rumah tangga namun kekerasan psikis lebih dominan. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Merujuk dari rumusan masalah pada penelitian ini, dan dari hasil serta pembahasan yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan bahwa, 1. Bentuk KDRT pada keluarga muslim

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak mempunyai hak yang bersifat asasi sebagaimana yang dimiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak mempunyai hak yang bersifat asasi sebagaimana yang dimiliki BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak mempunyai hak yang bersifat asasi sebagaimana yang dimiliki orang dewasa, hak asasi manusia (ham). Namun pemberitaan yang menyangkut hak anak tidak segencar sebagaimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang terikat dalam perkawinan yang sah. Dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

BAB XVIII. Kekerasan terhadap perempuan. Kisah Laura dan Luis. Mengapa laki-laki melakukan kekerasan pada perempuan? Jenis kekerasan pada perempuan

BAB XVIII. Kekerasan terhadap perempuan. Kisah Laura dan Luis. Mengapa laki-laki melakukan kekerasan pada perempuan? Jenis kekerasan pada perempuan BAB XVIII Kekerasan terhadap perempuan Kisah Laura dan Luis Mengapa laki-laki melakukan kekerasan pada perempuan? Jenis kekerasan pada perempuan Tanda-tanda yang harus diwaspadai Siklus kekerasan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum gambaran dari manusia yang sehat adalah mereka yang mampu menyelesaikan tugas perkembangan dengan baik, teratur, dan tepat pada masing-masing tahap

Lebih terperinci