BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak mempunyai hak yang bersifat asasi sebagaimana yang dimiliki

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak mempunyai hak yang bersifat asasi sebagaimana yang dimiliki orang dewasa, hak asasi manusia (ham). Namun pemberitaan yang menyangkut hak anak tidak segencar sebagaimana hak-hak orang dewasa atau isu gender, yang menyangkut hak perempuan. Kekerasan pada anak sendiri bukanlah masalah baru, bahkan sudah menjadi masalah global dan terjadi pada hampir tiap negara didunia, tidak terkecuali Indonesia. Kurangnya pengetahuan akan kekerasan pada anak menjadikan korban tidak mengetahui bahwa ia telah menjadi korban sehingga mereka juga tidak melaporkan kasus kekerasan yang mereka alami. Sebagai akibatnya pula, anak yang menjadi korban tidak hanya terluka secara fisik tapi juga psikis. Umumnya masalah ini terpendam selama bertahun - tahun hingga akhirnya mengganggu kondisi kejiwaan anak. Salah satu dampaknya ialah kurangnya rasa percaya diri pada anak, anak menjadi rendah diri, timbul penolakan terhadap diri sendiri, kondisi emosional yang labil yang dapat mengarah pada tindak kriminal, dan dampak psikologis lainnya. Dampak inipun dapat muncul bertahun - tahun setelah kejadian. Neglect sendiri merupakan penolakan / pengabaian / penelantaran untuk memenuhi kewajiban memberikan kehidupan, perawatan atau pemeliharaan bagi anak sesuai hukum yang berlaku atau persetujuan. Penelantaran juga dapat berupa perlakuan membatasi dan/atau melarang bekerja yang layak didalam atau diluar rumah yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi sehingga 1

2 2 korban berada dibawah kendali pelaku, penelataran ini sebenarnya sering kali terjadi namun tidak banyak diperhatikan orang. Umumnya kekerasan in terjadi pada rumah tangga dimana orang yang merawat (caregiver) menjadi tidak mampu secara fisik dan. atau mental (akibat depresi atau kegelisahan yang tidak ditangani dengan baik) untuk memberikan kebutuhan dasar anak, baik secara fisik maupun psikologis Situasi Saat Ini Pengertian Child Abuse Secara umum yang dimaksud dengan children abuse adalah segala macam bentuk perilaku yang merugikan, kekerasan dan pelanggaran yang dilakukan untuk mengambil hak seorang anak dimana hal tersebut bersifat negatif yang berakibat pada anak tersebut menjadi malu, marah, benci, tersinggung, trauma dan akibat negatif yang dapat timbul pada korban kekerasan / pelecehan lainnya. Child abuse sendiri merupakan tindakan pelanggaran baik fisikal ataupun emosional terhadap anak. CDC ( Centers of Disease Control and Prevention, USA) menjelaskan pelanggaran tersebut adalah berupa tindakan yang dilakukan secara berkelompok atau individu dari orang tua ataupun orang dewasa lain yang mencelakai ataupun potensi mencelakakan dan perlakuan yang meyebabkan seorang anak celaka. Kebanyakan pelanggaran terhadap anak terjadi didalam rumah si anak tersebut, dengan kemungkinan kecil anak dapat berinteraksi dengan lingkungan yang seharusnya (jauh dari tempat si anak bisa berinteraksi seperti organisasi, sekolak, komunitas, dsb). Ada 4 kategori paling umum yang termasuk pelanggaran terhadap anak :

3 penolakan / pengabaian, pelanggaran secara fisikal, pelanggaran secara emosional / psikis, dan pelecehan seksual terhadap anak. 3 Pengertian Children Neglect Neglect berasal dari bahasa latin yakni kata neglegere, neg yang berarti tidak dan legere yang berarti memilih / mengambil. Dalam bahasa inggris kemudian diterjemahkan sebagai neglect yang berarti disregarded tidak peduli, cuek. Jadi dalam topik ini Neglect berarti keadaan dimana seorang dewasa yang seharusnya mempunyai tanggung jawab dan kewajiban gagal memenuhi kebutuhan dasar anak. Neglect bisa secara fisikal, edukasi, maupun emosional. Secara fisikal ialah berupa gagal menyediakan makanan dan pakaian secara layak, kesehatan yang tidak dijaga, pengawasan baik dalam cuaca dan lingkungan. Ditinggal / diterlantarkan juga termasuk dalamnya. Sedang secara edukasi bisa berupa gagal menyediakan atau memberikan pendidikan secara layak, baik sekolah normal ataupun sekolah untuk kebutuhan khusus. Secara emosional / psikis, bisa berupa kurangnya dukungan secara emosional dan kasih sayang, tidak pernah mengunjungi kegiatan anaknya, kekerasan dalam rumah tangga ( suami terhadap istri ataupun sebaliknya ), ataupun karena adanya tindak kekerasan / pelecehan dengan obat obatan sehingga anak menjadi ikut serta dalam mengkonsumsi alcohol dan obat obatan terlarang, dsb. Jadi anak disini merasa diabaikan, disia-siakan dan tidak diinginkan dengan cara tidak mempedulikan dan menyediakan keperluan dasar anak.

4 Faktor Penyebab Permasalahan Ada banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya tindak kekerasan pada anak termasuk penelantaran / Neglect pada anak, dan itu merupakan fenomena kompleks dari berbagai sebab. Dengan memahami penyebab masalah, maka kita bisa mencegah perbuatan menyiksa kepada anak. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya penelantaran adalah dimana orang tua yang menyiksa pasangannya lebih berpeluang besar dapat menyiksa anaknya juga (Ferguson 2001, Briere et al. 1996), namun bisa juga kedua orang tua merupakan korban penyiksaan juga. Masalah ekonomi juga menjadi penyebab orang tua bersikap demikian kepada anaknya, lingkungan yang tidak memadai dengan fasilitas kesehatan (Wiehe 1996), keluarga tanpa figure seorang ayah (Ferguson 2001; Polansky et al. 1981) atau yang tidak bekerja (Hawkins and Dunkin 1985), keluarga dengan anggota keluarga lebih dari 4 anak ( Juvenile Justice Bulletin 1999), ataupun interaksi antar keluarga lebih sering negatif dan penuh keributan (Wiehe 1996). Hal hal demikian yang dapat menjadi sebab anak menjadi korban ditelantarkan dan akibat dari tindakan tersebut adalah anak menjadi terbiasa berbohong, penuh rasa ketakutan, tidak ada rasa cinta kasih dan kepercayaan kepada orang lain dan tidak mau mendengarkan pendapat orang. Anak juga menjadi tertutup terhadap lingkungan dan tidak bisa bersikap secara normal diluar rumah. Setelah anak menjadi dewasa, ada kemungkinan anak juga melakukan hal yang sama kepada anak anaknya, atau anda tidak diizinkan memasuki kehiduapannya ketika sudah menjadi dewasa, anda mungkin berusaha dijauhi dari keluarganya,

5 Alasan Pengangkatan Masalah Di Indonesia sendiri, angka-angka kekerasan terhadap anak tidak pernah menunjukkan angka menurun, kecenderungannya selalu meningkat, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas. Angka pastinya sulit diperoleh karena banyak kasus kekerasan yang tidak dilaporkan, terutama apabila kekerasan tersebut terjadi di rumah tangga. Banyak masyarakat menganggap, kekerasan di rumah tangga adalah urusan domestik, sehingga tidak selayaknya orang luar, aparat hukum sekali pun ikut campur tangan. Untuk kasus penelantarapun, masyarakat masih belum paham betul hal apa saja yang termasuk kedalamnya, seringkali orang menganggap mereka memperlakukan anak mereka masih sewajarnya, ataupun menganggap hal demikian sebagai hal kecil yang tidak berdampak apapun kepada anak mereka, padahal sangat disayangkan justru tindakan demikian yang sudah dirasakan oleh sang anak dari kecil dapat berdampak besar dalam perkembangannya. Seperti tertulis pada Udang - Undang no.23 tahun 2003 tentang perlindungan anak, pasal 4 menyebutkan bahwa : Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Namun pada saat kasus kekerasan pada anak ditemukan, sebenarnya ada masalah dalam pengasuhan anak ( parenting disorder ) dibelakang kejadian tersebut, maka dari itu, dasar dari strategi pencegahan adalah dengan tersedianya secara luas akses untuk mendapatkan informasi pengasuhan bagi para orang tua. Dan oleh karena itu pula usaha yang dilakukan agar melek informasi mengenai pengasuhan dan hak anak membutuhkan upaya edukasi sejak dini dan terus menerus, sehingga

6 pendidikan sebagai bagian dari strategi pencegahan kekerasan pada anak menjadi penting. 6