V. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, karena dalam

IV. POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA MISKIN DI PULAU JAWA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. STRUKTUR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA

V. FAKTOR PENENTU KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

IV. POLA KONSUMSI RUMAHTANGGA

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang dan jasa demi memenuhi kebutuhan dasarnya. Seseorang yang melakukan

PENGETAHUAN Pangan Rekayasa Genetika HARAPAN. PENERIMAAN Pangan Rekayasa Genetika

ANALISIS PENGELUARAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU TAHUN 2008 DAN 2009

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan rumah tangga. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga atau

METODE PENELITIAN. Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung yang terdiri dari 14 kabupaten/kota

Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari tanaman Nicotiana

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan penghitungan kemiskinan multidimensi anak di Provinsi Sulawesi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Secara umum tujuan pembangunan ekonomi adalah untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi meningkat (Atmanti, 2010). perekonomian. Secara lebih jelas, pengertian Produk Domestik Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur ditempatkan sebagai sector vital dalam proses mencapai

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Distribusi Variabel Berdasarkan Tingkat Analisis, Jenis data, Variabel, dan Skala Pengukuran

Atina Ahdika. Universitas Islam Indonesia 2015

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tangga dapat disimpulkan bahwa tipe rumah tangga 1 (mendapatkan

BAB V PEMBAHASAN. variabel alokasi biaya pendidikan (Y) atau tidak berpengaruh secara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. demografi, dan sosial terhadap pengeluaran konsumsi rumahtangga.

Tabel 9. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Presentase (%) Perempuan Laki-Laki

DISTRIBUSI PENDAPATAN KOTA PALANGKA RAYA 2014

BAB I PENDAHULUAN. signifikan pada sektor tradisional. Sebaliknya distribusi pendapatan semakin

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Contoh dan Metode Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

5. DETERMINAN KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN RUMAH TANGGA

METODE PENELITIAN. penelitian. Kota Medan. 21 Kecamatan. 2 Kecamatan. Kec. Medan Kota Kelurahan Sitirejo (60 RT)

PENDEKATAN REGRESI TOBIT PADA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK PENDIDIKAN DI JAWA TIMUR

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan

BAB IV DISTRIBUSI PENDAPATAN MASYARAKAT

Tabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Pendapatan Tahun 2011

BAB IV ANALISA DATA SEKUNDER DAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PROPINSI SUMATERA BARAT

PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP.

PERANAN PERTANIAN DALAM SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (MODUL 2)

konsumsi merupakan salahsatu indikator pengukuran tingkat ketahanan pangan. Dengan demikian, bila tingkat konsumsi rumahtangga sudah terpenuhi maka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI PANGAN DAN NON PANGAN PENDUDUK PERKOTAAN PROPINSI JAMBI. Adi Bhakti ABSTRACT

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN:

DAMPAK PENINGKATAN PENGELUARAN KONSUMSI SEKTOR RUMAH TANGGA DAN PENGELUARAN SEKTOR PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROPINSI JAMBI ABSTRAK


I. PENDAHULUAN. dalam hal ekonomi rumah tangga mereka. Banyak petani padi sawah khususnya. di pedesaan yang masih berada dalam garis kemiskinan.

ANALISIS KEMISKINAN DI WILAYAH BENCANA BANJIR ROB DESA TIMBULSLOKO, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK. Nanang Ahmad Fauzi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Novi Hidayat Pusponegoro. Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, Child Poverty and Social Protection Conference September 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI GORONTALO FEBRUARI 2017

BAB V HASIL PENELITIAN. dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan teknik analisis korelasi Regresi

PERANAN PERTANIAN DALAM SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (MODUL 2)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan

PENETAPAN SASARAN BSM BERBASIS RUMAH TANGGA UNTUK MELENGKAPI PENETAPAN SASARAN BERBASIS SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

II. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN MARET 2015

DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

DAFTAR ISI. A. Latar Belakang Masalah 1. B. Batasan Masalah 6. C. Rumusan Masalah 7. D. Luaran Penelitian 7. E. Kerangka Pikir Penelitian 8

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional. Pembangunan. secara material dan spiritual (Todaro dan Smith, 2012: 16).

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN SEPTEMBER 2015

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan

VIII. DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP KEMISKINAN

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Pendidikan merupakan

ANALISIS HASIL PENELITIAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

PENDAHULUAN Latar Belakang

POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA DI WILAYAH DESA

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapkan dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Pada tahun 2010 prevalensi merokok

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan

Ada 5 (lima) macam ukuran yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan dalam pembangunan yaitu:

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sekadau 2016

Transkripsi:

95 V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka beberapa kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut : 1. Pola konsumsi rumah tangga di Lampung Tengah tahun 2013 lebih didominasi proporsi pengeluaran makanan dibanding bukan makanan. Persentase pengeluaran makanan sebesar 52,83 persen dan bukan makanan sebesar 47,17 persen dengan jumlah pengeluaran perkapita perbulan Rp.632.230. 2. Pola konsumsi rumah tangga di Lampung Tengah menurut kategori : (a) Berdasarkan golongan pengeluaran, semakin tinggi pengeluaran rumah tangga maka proporsi pengeluaran untuk bukan makanan makin tinggi. Akan tetapi dari hasil penelitian diketahui bahwa hanya 20 persen golongan pengeluaran tertinggi di Lampung Tengah yang memiliki proporsi lebih besar untuk pengeluaran untuk bukan makanan baik untuk wilayah perkotaan maupun perbedesaan. Padahal hanya Kuantil I yang berada di bawah garis kemiskinan, hal ini disebabkan karena daerah penelitian merupakan daerah miskin. Sehingga diketahui bahwa Hukum Engel tidak berlaku di Lampung Tengah dan hanya berlaku di daerah dengan rumah tangga sudah sejahtera.

96 (b) Berdasarkan tingkat pendidikan kepala rumah tangga, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi proporsi pengeluaran untuk bukan makanan. Akan tetapi dari hasil penelitian diketahui kepala rumah tangga dengan tingkat pendidikan SD ke bawah adalah rumah tangga miskin baik untuk perkotaan maupun perdesaan. Untuk wilayah perkotaan kepala rumah tangga dengan tingkat pendidikan SMP sudah memiliki kecenderungan proporsi pendapatannya untuk bukan makanan atau sudah sejahtera, sedangkan di wilayah perdesaan baru terjadi pada tingkat pendidikan SMA ke atas. (c) Berdasarkan jumlah anggota rumah tangga semakin tinggi jumlah anggota rumah tangga, maka semakin sedikit proporsi pengeluaran untuk bukan makanan. Kondisi ini terjadi dikarenakan rumah tangga penelitian adalah rumah tangga miskin, sehingga dengan jumlah pendapatan yang ada harus mencukupi kebutuhan seluruh anggota rumah tangga. Selain faktor tersebut, kondisi yang terjadi baik untuk wilayah perkotaan maupun perdesaan meskipun rumah tangga tersebut sejahtera dan jumlah anggota rumah tangga sedikit tetapi dipimpin kepala rumah tangga berpendidikan SD sehingga kurang rasional untuk alokasi pengeluaran. (d) Berdasarkan lapangan usaha kepala rumah tangga, diketahui bahwa kepala rumah tangga yang bekerja di sektor bukan pertanian memiliki proporsi pengeluaran lebih besar untuk bukan makanan, dibandingkan dengan lapangan usaha pertanian. Hal ini terjadi karena rumah tangga tangga bukan pertanian biasanya memperoleh nilai tambah dan lebih kreatif dibandingkan dengan lapangan usaha pertanian serta dimungkinkan dipimpin kepala rumah tangga dengan pendidikan lebih baik dibandingkan rumah tangga pertanian. Akan

97 tetapi dua lapangan usaha kepala rumah tangga ini tidak ada yang didominasi oleh pengeluaran bukan makan, hal ini juga terjadi karena rumah tangga penelitian adalah rumah tangga miskin. (e) Berdasarkan wilayah tempat tinggal rumah tangga, diketahui bahwa rumah tangga yang tinggal di wilayah perkotaan memiliki proporsi pengeluaran untuk bukan makan lebih besar dibandingkan rumah tangga yang tinggal di perdesaan. Hal ini terjadi karena rumah tangga yang tinggal di wilayah perkotaan lebih memiliki peluang untuk memperoleh penghasilan tambahan, dan dipimpin kepala rumah tangga dengan pendidikan cukup tinggi. 3. Hubungan berbagai variabel dengan pengeluaran bukan makanan (a) Variabel golongan pengeluaran rumah tangga memiliki hubungan positif dan signifikan dengan proporsi pengeluaran bukan makanan. Artinya, jika pengeluaran semakin besar, maka proporsi pengeluaran untuk bukan makanan akan semakin besar. Variabel golongan pengeluaran memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,75 yang dikategorikan sebagai hubungan yang kuat. Hasil ini sesuai dengan asumsi konsumsi Keynes yang menyatakan bahwa pendapatan rumah tangga (pengeluaran) merupakan faktor primer kecenderungan konsumsi. (b) Variabel tingkat pendidikan kepala rumah tangga memiliki hubungan positif dan signifikan dengan proporsi pengeluaran bukan makanan. Artinya, jika pengeluaran semakin besar, maka proporsi pengeluaran untuk bukan makanan akan semakin besar. (c) Variabel jumlah anggota rumah tangga memiliki hubungan negatif dan signifikan dengan proporsi pengeluaran untuk bukan makanan. Artinya, jika

98 jumlah anggota rumah tangga semakin besar, maka proporsi pengeluaran untuk bukan makanan akan semakin menurun. (d) Variabel kepala rumah tangga bekerja di sektor bukan pertanian memiliki hubungan positif dan siginifikan dengan proporsi pengeluaran untuk bukan makanan. Artinya, apabila lapangan usaha utama kepala rumah tangga berasal dari bukan pertanian, maka proporsi pengeluaran untuk bukan makanan juga akan semakin besar (e) Variabel rumah tangga tinggal di wilayah perkotaan memiliki hubungan positif dan siginifikan dengan proporsi pengeluaran untuk bukan makanan. Artinya, apabila rumah tangga tinggal di daerah perkotaan, maka proporsi pengeluaran untuk bukan makanan juga akan semakin besar. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini beberapa saran yang dapat disampaikan sebagai berikut : 1. Pengeluaran rata-rata perkapita Lampung Tengah masih di bawah Nasional, maka diperlukan upaya peningkatan pendapatan masyarakat yang lebih merata. Peningkatan teknologi budi daya tanaman, sejak hulu sampai hilir, merupakan cara terbaik meningkatkan pendapatan petani. 2. Proporsi pengeluaran rumah tangga (tembakau dan sirih) jumlahnya sangat besar, sehingga perlu adanya upaya dari pemerintah melalui bidang yang terkait untuk memberikan sosialisasi mengenai bahaya tembakau.

99 3. Proporsi pengeluaran bukan makanan yang masih bersifat konsumtif, perlu upaya dari pemerintah untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat Lampung Tengah terkait investasi jangka panjang seperti asuransi kesehatan. 4. Pola konsumsi menurut golongan pengeluaran diketahui bahwa Kuantil I merupakan golongan rumah tangga yang berada di bawah garis kemiskinan untuk itu diperlukan subsidi atau bantuan pemerintah berupa bantuan langsung untuk peningkatan kesejahteraan. 5. Pola konsumsi berdasarkan pendidikan diketahui bahwa hanya KRT pendidikan SMA ke atas yang memiliki pola konsumsi baik. Untuk itu diperlukan upaya untuk peningkatan hidup penduduk melalui pendidikan. 6. Pola konsumsi jumlah anggota rumah tangga menunjukan bahwa semakin besar jumlah anggota keluarga kuantitas maupun kualitas konsumsi menurun, sehingga perlu dilakukan evaluasi terkait program keluarga berencana di Lampung Tengah karena berdasarkan penelitian sampel rumah tangga didominasi oleh rumah tangga dengan empat orang atau lebih yang mencapai 50,02 persen. 7. Untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan tambahan alat analisis agar hasil yang dapat diperoleh optimal seperti dilakukan analisis regresi.